Anda di halaman 1dari 8

Bagaimana pengertian Ijaz Al-Quran?

Apa saja macam-macam Ijaz Al-Quran?

Unsur-unsur dan Aspek kemukjizatan Al-Quran?

I.

Pengertian Ijaz Al-Quran

Secara bahasa, kata Ijaz adalah isim mashdar dari ajaza-yujizuijazanyang mempunyai arti ketidakberdayaan atau keluputan (naqid alhazm). Kata ijaz juga berarti terwujudnya ketidakmampuan, seperti
dalam contoh: Ajaztu zaidan aku mendapati Zaid tidak mampu".
Secara istilah:
Penampakan kebenaran pengklaiman kerasulan nabi Muhammad
SAW dalam ketidakmampuan orang Arab untu menandingi mukjizat nabi
yang abadi, yaitu al-Quran.
Perbuatan seseorang pengklaim bahwa ia menjalankan fungsi
ilahiyah dengan cara melanggar ketentuan hukum alam dan membuat
orang lain tidak mampu melakukannya dan bersaksi akan kebenaran
klaimnya.

Pengertian mukjizat:
Mukjizat adalah Sebuah perkara luar biasa (khoriqun lil adah) yang
disertai tantangan (untuk menirunya), yang Selamat dari pengingkaran,
dan muncul pada diri seorang yang mengaku Nabi menguatkan
/menyesuaikan dakwahnya.

II.

Macam-macam Ijaz Al-Quran

Dalam sebuah buku yang berjudul Al-Ijaz Qurany fi Wujuhil


Muktasyifah, macam-macam ijaz Al-Quran yan terungkap antara lain:
ijaz balaghi (berita mengenai hal ghaib), ijaz tasyri (perundangundangan), ijaz ilmi, ijaz lughawi (keindahan redaksi Al-Quran), ijaz
thibby (kedokteran), ijaz falaky (astronomi), ijaz adady (jumlah), ijaz
ilami (informasi), ijaz thabii (fisika) dan lain sebagainya.
Karena banyaknya berbagai macam ijaz Al-Quran, maka dalam hal ini
akan diuraikan beberapa bagian dari macam-macam ijaz Al-Quran yang
disebut dalam buku Al-Ijazal Qurany fi wujuhil Muktasyifah, antara lain:

1.

Ijaz Balaghy (Berita Tentang Hal-hal yang Ghaib)

Sebagian ulama mengatakan bahwa mukjizat Al-Quran adalah berita


ghaib, contohnya adalah Firaun yang mengejar Nabi Musa as, hal ini
diceritakan dalam QS. Yunus: 92
Artinya: Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu
dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan
sesungguhnya kebanyakan manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan
kami (QS. Yunus:92)
2.

Ijaz Lughawy (Keindahan Redaksi Al-Quran)

Menurut Shihab (dalam Rosihon Anwar, 2000:34) memandang segi-segi


kemukjizatan Al-Quran dalam 3 aspek, di antaranya aspek keindahan dan
ketelitian redaksinya. Dalam Al-Quran dijumpai sekian banyak contoh
keseimbangan yang serasi antara kata-kata yang digunakan, yaitu:
Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dan antonimnya.
Keseimbangan jumlah bilangan kata dengan sinonimnya atau makna yang
dikandungnya. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan jumlah
yang menunjukkan akibatnya.
3.

Ijaz Ilmi

Di dalam Al-Quran, Allah mengumpulkan beberapa macam ilmu, di


antaranya ilmu falak, ilmu hewan. Semuanya itu menimbulkan rasa takjub.
Beginilah ijaz Al-Quran ilmi itu betul-betul mendorong kaum muslimin
untuk berfikir dan membukakan pintu-pintu ilmu pengetahuan.
Menurut Quraish Shihab, banyak sekali isyarat ilmiah yang ditemukan
dalam Al-Quran, misalnya: Cahaya matahari bersumber dari dirinya
sendiri dan cahaya bulan merupakan pantulan, sebagaimana dijelaskan
dalam Al-Quran surat Yunus ayat 5.
Kurangnya oksigen pada ketinggian dapat menyesakkan nafas. Hal itu
diisyaratkan dalam firman Allah:
Barangsiapa yang Allah kehendaki akan memberikan kepadanya
petunjuk, niscaya Dia melapangkan dada orang itu untuk (memeluk
agama) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya,
niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah dia
sedang mendaki ke langit. (QS. Al-Anam: 125)
Perbedaan sidik jari manusia, sebagaimana diisyaratkan oleh firman Allah
SWT:
Bukan demikian, sebenarnya Kami berkuasa menyusun (kembali) jarijarinya dengan sempurna. (QS. Al-Qiyamah: 4)
Aroma manusia berbeda-beda, sebagaimana diisyaratkan dalam firman
Allah SWT surat Yusuf ayat 94.

Masa penyusunan yang sempurna. Sebagaimana diisyaratkan dalam


firman Allah surat Al-Baqorah ayat 233.
Adanya nurani (superego) dan bawah sadar manusia sebagaimana
diisyaratkan dalam firman Allah surat Al-Qiyamah ayat 14-15.
Demikianlah petunjuk-petunjuk ilmiyah dan pandangan-pandangan orang
yang terdapat dalam Al-Quran merupakan hidayah Allah. Oleh sebab itu
orang harus memepergunakan akalnya untuk membahas dan
memikirkannya. Sayyid Quthb dalam tafsirnya tentang firamnAllah yang
berbunyi:
Mereka bertanya tentang bulan sabit, katakanlah bahwa bulan sabit itu
adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan bagi (ibadah) haji. (QS. AlBaqoroh: 189)
4.

Ijaz Tasyrii

Al-Quran menetapkan peraturan pemerintah Islam, yakni pemerintah


yang berdasarkan musyawarah dan persamaan serta mencegah
kekuasaan pribadi. Firman Allah SWT:
Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu (QS. Ali Imron:
159)
Di dalam pemerintahan Islam, tasyrii itu tidak boleh ditinggalkan. AlQuran telah menetapkan bila keluar dari tasyri Islam itu hukumnya kafir,
dzalim, dan fasik. Firman Allah SWT:
Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan
Allah, maka mereka ini adalah orang-orang kafir (QS. Al-Maidah: 44)
Al-Quran menetapkan perkara yang sangat dibutuhkan oleh manusia,
yakni agama, jiwa, akal, nasab (keturunan) dan harta benda. Di atas lima
perkara ini disusun sanksi-sanksi hukum yang berdasarkan Al-Quran dan
Al-Hadits. Ini dapat dilihat dalam fiqh Islam, yaitu yang bersangkutan
dngan jinayat dan huduud.
Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah
masing-masingnya itu seratus kalii dera (QS. An-Nur: 2)
5.

Ijaz Adady (Jumlah)

Ijaz adady merupakan rahasia angka-angka dalam Al-Quran. Seperti


dikatakan saah disebutkan dalam Al-Quran sebanyak 24 kali, sama
dengan jumlah jam dalam sehari semalam. Selain itu Al-Quran
menjelaskan bahwa langit ada tujuh.
Penjelasan ini diulangi sebanyak tujuh kali pula dalam surat Al-Baqoroh:
29, surat Al-Isra: 44, surat Al-Mukminun: 86, surat Fushshilat: 12, surat
Ath-Thalaq: 12, surat Al-Mulk: 3, dan surat Nuh: 15.

Adapula kata-kata yang menunjukkan utusan Tuhan, baik rasul atau nabi
atau basyir (pembawa berita gembira) atau nadzir (pemberi peringatan),
kesemuanya berjumlah 518 kali. Jumlah ini sama dengan penyebutan
nama-nama nabi, rasul, dan pembawa berita yakni 518 kali.
III.
a.

Unsur-unsur dan Aspek Kemukjizatan Al-Quran


Unsur-unsur Mukjizat

Sebagaimana dijelaskan oleh Quraish Shihab (dalam Rosihon Anwar,


2000:11), bahwa unsur-unsur mukjizat adalah:
1. Hal atau peristiwa yang luar biasa.
Peristiwa-peristiwa alam, walaupun menakjubkan, tidak dinamai mukjizat,
karena peristiwa tersebut merupakan sesuatu yang biasa, yang dimaksud
dengan luar biasa. Yang dimaksud luar biasa adalah sesuatu yang berada
di luar jangkauan sebab akibat yang hukum-hukumnya diketahui secara
umum.
2. Terjadi atau dipaparkan oleh seorang Nabi.
Apabila keluarbiasaan bukan dari seoranag Nabi, tidak dinamai mukjizat.
Demikian pula sesuatu yang luar biasa pada diri seseorang yang kelak
bakal menjadi Nabi ini pun tidak dinamai mukjizat melainkan irhash dan
keluarbiasaan yang terjadi pada seseorang yang taat dan dicintai oleh
Allah SWT dinamakan karomah. Bertitik tolak dari keyakinan umat Islam
bahwa Nabi Muhammad SAW adalah Nabi terakhir, maka jelas tidak
mungkin lagi terjadi suatu mukjizat sepeninggalnya.
3. Mengandung Tantangan Terhadap Mereka yang Meragukan Nabi
Di saat ini, tantangan tersebut harus pula merupakan sesuatu yang
sejalan dengan ucapan nabi. Kalau misalnya ia berkata batu ini dapat
berbicara, tetapi ketika batu itu berbicara, dikatakannya bahwa sang
penantang berbohong maka keluarbiasaan ini bukanlah mukjizat, tetapi
Ihanah atau Istidraj.
4. Tantangan tersebut tidak mampu atau gagal dilayani
Bila yang ditantang berhasil melakukan hal yang serupa, berarti
pengakuan sang penantang tidak terbukti.

b.

Aspek Kemukjizatan Al-Quran

Pada umumnya ulama, pengarang dan buku-buku yang berkaitan dengan


Ijaz al Quran mengemukakan banyak sekali kemukjizatan yang
dikandung oleh al Quran. Al Qurthuby (w. 256 H/ 1258 M) mengemukakan
sepuluh aspek kemukjizatan al Quran, yaitu:

1. Aspek bahasanya yang melampaui seluruh cabang bahasa Arab.


2. Gaya bahasanya yang melampaui keindahan gaya bahasa Arab
pada umumnya.
3. Keutuhannya yang tidak tertandingi
4. Aspek peraturannya yang tidak terlampaui.
5. Penjelasannya tentang hal-hal yang ghaib hanya dapat ditelusuri
lewat wahyu semata.
6. Tidak ada hal yang bertentangan dengan ilmu pengetahuan
(science).
7. Memenuhi seluruh janjinya, baik tentang limpahan rahmat atau
ancaman.
8. Pengetahuan yang dikandungnya.
9. Memenuhi keperluan dasar manusia.
10.Pengaruh terhadap qalbu manusia.
Sementara al Baqilani (w. 403 H/ 1013 M) dalam kitabnya Ijazat al Quran
mengemukakan tiga aspek yaitu tentang 1) ke ummy-an Nabi SAW
sebagai pengemban wahyu, 2) berita tentang hal yang ghaib, dan 3) tidak
adanya kontradiksi dalam al Quran. Rusydi AM mengemukakan bahwa
kemukjizatan al Quran terletak pada segi fashahah dan balaghah-nya,
susunan dan gaya bahasanya, serta isinya yang tiada bandingannya.
Manna al Qaththan mengemukakan tiga pendapat tentang kadar
kemukjizatan al Quran yaitu:
1. Mutazilah menyatakan keseluruhan al Quran merupakan mukjizat,
bukan sebagian atau beberapa bagian saja.
2. Sebagian ulama lainnya berpendapat kemukjizatan al quran
terletak pada sebagian kecil atau sebagian besar al Quran, tanpa
terkait surat. Pendapat ini didasari firman Allah surat at Thur ayat
34 Maka hendaklah mereka mendatangkan kalimat yang semisal
Al Quran itu jika mereka orang-orang yang benar.
3. Ulama lainnya berpendapat kemukjizatan cukup dengan satu surat
lengkap, sekalipun hanya surat pendek. Atau dengan satu atau
beberapa ayat.
Setelah melalui penelitian yang cermat, akhirnya Manna al
Qaththan memutuskan kadar kemukjizatan al Quran itu mencakup
tiga Aspek yaitu, aspek bahasa, aspek ilmiah dan aspek tasyri
(penetapan hukum).

Makna I'jaz dari Segi Lughah dan Istilah:


Dari segi lughah:
I'jaz bermakna ketidakupayaan ataupun lemah, sehingga tujuan
diberikannya mukjizat kepada para Nabi adalah agar mereka dapat
menunjukkan kebenaran tentang kenabian/kerasulan serta risalah yang
mereka bawa.
Dari segi Istilah: Iaitu kelemahan yang diciptakan secara bertaburan
ataupun terhimpun dan kemudian didatangkan dengan cabaran oleh AlQuran - secara jelas, tersirat, ataupun kedua-duanya - yang mana cabaran
itu tidak mampu disahut oleh manusia mahupun jin.
Peringkat Cabaran yang dikemukakan di dalam Al-Quran:
Ulama telah menjelaskan sebahagian cabaran yang dikemukan oleh Allah
di dalam Al-Quran untuk membuktikan bahawa Al-Quran sememangnya
adalah kitab suci dari Allah Taala dan bukannya ciptaan manusia. Antara
cabaran yang dikemukakan oleh Al-Quran adalah:
Pertama: Cabaran Al-Quran kepada masyarakat Arab untuk menghasilkan
kitab yang sama seperti Al-Quran, hatta cabaran itu juga dikemukan
kepada para jin dan manusia untuk memerah tenaga dalam menghasilkan
kitab yang sama seperti Al-Quran. Allah Taala berfirman di dalam surah Tur
ayat 32 dan 33 yang bermaksud; {ataukah mereka berkata, Dia
(Muhammad) mereka-rekanya. 'Tidak! Merekalah yang tidak beriman.
Maka cubalah mereka membuat yang semisal dengannya (yakni Al-Quran)
jika mereka orang-orang yang benar.} Juga disebutkan di dalam surah AlIsra ayat 88 yang bermaksud; {Katakanlah, ;Sesungguhnya jika manusia
dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa (dengan) Al-Quran ini,

mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengannya, sekalipun


mereka saling membantu satu sama lain.}
Kedua: Cabaran Al-Quran untuk menghasilkan sepuluh surah yang sama
seperti Al-Quran seperti yang dijelaskan di dalam surah Hud ayat 13 yang
bermaksud; {Bahkan mereka mengatakan, 'Dia (Muhammad) telah
membuat-buat Al-Quran itu.'Katakanlah, '(Kalau demikian), datangkanlah
sepuluh surah semisal dengannya (Al-Quran) yang dibuat-buat, dan
ajaklah sesiapa sahaja di antara kamu yang sanggup selain Allah, jika
kamu orang-orang yang benar.'}
Ketiga: Cabaran Al-Quran untuk menghasilkan satu ayat sahaja yang sama
seperti ayat di dalam Al-Quran seperti yang dijelaskan di dalam surah
Yunus ayat 38 yang bermaksud; {Apakah pantas mereka mengatakan dia
(Muhammad) yang membuat-buatnya? Katakanlah, 'Buatlah sebuah surah
yang semisal dengan surah (Al-Quran), dan ajaklah di antara kamu yang
orang yang mampu (membuatnya) selain Allah, jika kamu orang-orang
yang benar.'} dan firman Allah Taala di dalam surah Al-Baqarah ayat 23
yang bermaksud; {Dan jika kamu meragkan (Al-Quran) yang Kami
turunkan kepada hamba Kami (Muhammad), maka buatlah satu surah
semisal dengannya dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika
kamu orang-orang yang benar.}

Sejarah I'jaz Al-Quran: Ilmu ini dibahaskan secara jelas pada kurun
pertama dengan kemunculan kitab "Ta'wil Musykilah Al-Quran" oleh Abu
Qotainah, dan kitab-kitab perundangan Al-Quran menonjol sehingga
membawa kepada perbahasan kepada ilmu i'jaz Al-Quran ini. Kemudian,
muncul peranan-peranan yang dibawa melalui tulisan-tulisan yang jelas
seperti "Risalah An-Nuqat fi I'jaz Al-Quran" oleh Ali bin Isa Ar-Romani.
Kemudian muncul juga penulisan lain di dalam i'jaz seperti "Bayan I'jaz AlQuran" oleh Amad bin Muhammad Khatabi (meninggal 388 H). Beliau
menolak pandangan pemikiran as-sarfah dari segi i'ja Al-Quran. As-sarfah
bererti menolak pandangan yang mengatakan bahawa manusia
sebenarnya mampu membuat yang semisal dengan Al-Quran, namun
dipalingkan oleh Allah untuk melakukan hal itu. Pada kurun keempat,
muncul pula kitab "I'jaz Al-Quran Lil Baqilaini" oleh Abu Bakar Muhammad
bin At-Tiib Al-Ba'qilani (meninggal 403 H). Beliau memaparkan bahawa
balaghah dan keistimewaan bahasanya masuk di dalam i'jaz Al-Quran.
Beliau juga mengakui informasi Al-Quran berkaitan ilmu ghaib, peristiwa
masa hadapan dan kisah-kisah umat yang terdahulu adalah i'jaz. Letak
kemukjiatan ini pada nabi yang buta huruf, tidak tahu baca tulis dan tidak
pernah membaca satu kitab pun sebelum Al-Quran. Kemudian, muncul
Qodi Abdul Jabbar Al-Hamdani. Menurutnya, uslub Al-Quran merupakan
segi utama i'jaz, kefasihannya membuatkan bangsa Arab lemah dan tidak
mampu untuk menandinginya. Beliau tidak mengabai pentingnya makna,
namun menegaskan fashahlah yag memberikan keistimewaan, sementara

kefasihan Al-Quran berada pada tahap yang paling tinggi. Kemudian,


muncul pula Abdul Qohir Al-Jurjani (meninggal 471H) dengan dua buah
kitabnya. Kitab pertamanya, "Asrar Al-Balaghah" dan kitab kedua, "Dalail
Al-I'jaz." Beliau dianggap sebagai pemikir pertama yang mengkaji nazham
Al-Quran secara mendalam.

Anda mungkin juga menyukai