Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

“SYAHADAH TAUHID”

NAMA KELOMPOK:

ADI SETIAWAN

AHMAD HILAL

AHMAD MAULID AKBAR

MARULITUA SIMANJUNTAK

RISWANDI

FAKULTAS PERTANIAN PROGRAM STUDI PETERNAKAN UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN MUHAMMAD


ARSYAD AL-BANJARI
BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Bagi umat Islam, kata Syahadat bukanlah kata yang asing lagi di telinga manusia. Syahadat adalah seperti
nafas yang senantiasa menemani hidup manusia. Syahadat adalah salah satu syarat utama keislaman
seseorang. Tanpa syahadat dalam hati, pikiran, ucapan, dan tindakan mereka, maka tiada pula islam
dalam kehidupan manusia.

Syahadat adalah sebuah perkara vital dalam kehidupan umat islam. Syahadat ibarat ruh, sedangkan
islam sendiri ibarat jasadnya. Maka jasad tersebut akan mati jika ruh tersebut tidak ada atau mati.
Perkara syahadat adalah sebuah perkara yang menyangkut ketauhidan seseorang. Itulah, mengapa
Syahadat ini menjadi salah satu bagian yang primer bagi umat islam.

Di dalam agama islam, kedua kalimat Syahadat tersebut merupakan sebuah rangkaian utuh yang harus
diimani secara menyeluruh. Haram bagi umat islam untuk hanya mengimani salah satunya saja. Haram
bagi umat islam untuk hanya mengakui Allah saja namun tidak mengakui Rasulullah Muhammad saw,
begitu juga sebaliknya. Agar umat islam dapat memaksimalkan kualitas Syahadat dalam kehidupannya,
maka terlebih dahulu mereka haruslah mengetahui mengenai makna yang terkandung dalam dua
kalimat tersebut.

1. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah kami paparkan di atas dapat dirumuskan beberapa permasalahan
yang dihadapi sebagai berikut:

1. Apa pengertian dan makna syahadat?

2. Apa syarat-syarat syahadat?

3. Apa saja keutamaan-keutamaan syahadat/kalimat tauhid?

4. Apa saja pembatal syahadat?

5. Bagaimana implementasi syahadat dalam kehidupan sehari-hari?

1. UJUAN PENULISAN

2. Untuk mengetahui pengertian dan makna syahadat.

3. Untuk mengetahui syarat-syarat syahadat.

4. Untuk mengetahui keutamaan-keutamaan syahadat/kalimat tauhid.

5. Untuk mengetahui pembatal-pembatal syahadat.

6. Untuk mengetahui implementasi syahadat dalam kehidupan sehari-hari.


BAB II

ISI

1. PENGERTIAN DAN MAKNA SYAHADAT

Yaitu ucapan Asyhadu Alla Ilaha Illalloh Wa Asyhadu Anna Muhammadarrasululloh (aku bersaksi bahwa
tiada tuhan selain Alloh dan Muhammad adalah utusan-Nya).

Maknanya adalah beriman kepada Alloh dan Rasul-Nya seolah-olah orang muslim mengatakan:

1. Aku bersaksi kepada Alloh bahwa Dia adalah Tuhan Yang Esa dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Aku
mendustakan semua jenis patung dan berhala, serta yang disembah selain Alloh.

2. Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah penutup para Nabi dan Rasul. Disini seorang muslim
beriman kepada seluruh Rasul dan mengakui bahwa Muhammad adalah penutup para Nabi dan
beliau merupakan Nabi terakhir. Selain itu, ia juga beriman bahwa Islam adalah penutup seluruh
agama.

Syahadat menurut bahasa berasal dari bahasa Arab yaitu syahida yang artinya telah bersaksi. Arti secara
harfiah syahadat adalah memberikan persaksian, memberikan ikrar setia dan memberikan pengakuan.

Syahadat terdiri 2 kalimat persaksian yang disebut dengan Syahadatain, yaitu:

1. Asyhadu An-laa Ilaaha Illallaah yang artinya saya bersaksi tiada Tuhan Selain Allah

2. Wa Asyhadu Anna Muhammada Rasuulullaah yang artinya dan saya bersaksi bahwa Nabi
Muhammad adalah utusan Allah.[1]

Pernyataan kalimat syahadat dengan lisan paling tidak diucapkan satu kali seumur hidup sebagai
pernyataan hati secara resmi, sebagai pernyataan awal sebagai pemeluk agama Islam. Sebagai
konsekuensinya setiap muslim dikenai kewajiban berikutnya, yang masing-masing mempunyai
ketentuan yang khusus bagi setiap macam ibadah. Sementara itu dalam kenyataan seorang muslim yang
baik tidak hanya mengucapkan sekali saja ucapan syahadat, sebab setiap menunaikan shalat akan
diulangi berkali-kali bacaan syahadat itu.[2]

Rukun Iman yang paling fundamental yang diajarkan oleh Alloh adalah keesaan Alloh (Tauhid). Hal ini
diekspresikan dalam kalimat syahadat pertama yang berbunyi Laa Ilaha Illalloh, yang berarti “tidak ada
Tuhan selain Alloh.” Ekspresi iman ini membedakan orang muslim sejati dengan orang kafir (yang tidak
beriman). Hal ini penting sekali karena ekspresi itu membebaskan konsep tauhid (keesaaan Alloh) dari
semua ketidaksucian dan menjadikannya suci, sederhana, dan terlepas dari setiap bahaya syirik.[3]

1. SYARAT SYAHADAT

Ketahuilah wahai saudaraku, semoga Alloh merahmati kita semua bahwa tidak semua orang yang
mengucapkan kalimat “Laa ilaaha illa Alloh”, serta merta menjadi orang yang sudah bertauhid
(merealisasikannya). Akan tetapi, menurut para ulama’, agar menjadi seorang yang bertauhid
(muwahhid) harus memenuhi tujuh syarat, yaiut:

 Ilmu, yaitu mengetahui makna dan maksud dari kalimat syahadat/tauhid baik dalam hal itsbat
(menetapkan) maupun nafy (menafikkan). Maka tiada yang berhak disembah selain Alloh.

 Yakin, yaitu meyakini dengan seyakin-yakinnya akan komitmen dari kalimat syahadat.

 Menerima dengan hati dan lisan segala konsekwensinya.

 Tunduk dan patuh kepada segala yang dikehendakinya.

 Benar dalam mengatakannya. Artinya, apa yang dikatakan dengan lidah harus sesuai dengan
keyakinan dalam hati.

 Ikhlas dalam melakukannya tanpa dicampuri riya.

 Mencintai kalimat syahadat atau tauhid ini dengan segala konsekwensinya.[4]

1. KEUTAMAAN SYAHADAT ATAU KALIMAT TAUHID

Syahadat atau kalimat tauhid sangat utama dibandingkan dengan ibadah-ibadah yang lain sebagaimana
yang didakwahkan oleh para Nabi dan Rasul. Diantara keutamaan-keutamaannya adalah:

1. Alloh akan menghapus dosa-dosanya.

Dalam sebuah hadits Qudsi, yang diriwayatkan dari Anas bin Malik, ia berkata: “Aku mendengar
Rasulullah bersabda, “Alloh Yang Maha Suci dan Maha Tinggi berfirman yang artinya: “….Wahai anak
adam, seandainya engkau datang kepada Ku dengan dosa sepenuh bumi, sedangkan engkau ketika
mati tidak mempersekutukan Aku dengan sesuatu apapun, pasti Aku akan berikan kepadamu ampunan
sepenuh bumi pula.”[5]

2. Allah Ta’ala akan menghilangkan kesulitan dan kesediahannya di dunia dan akhirat.

Dalilnya dalam firman Alloh yang artinya: “Barang siapa yang bertakwa kepada Alloh niscaya Dia akan
mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rizki dari arah yang tidak disangka-sangka….”  (QS.
At-Thalaq:2-3)

Seseorang tidak dikatakan bertakwa kepada Alloh kalau dia tidak mentauhidkan-Nya. Orang yang
bertauhid dan bertakwa akan diberikan jalan keluar dari berbagai masalah hidupnya.[6]

3. Alloh akan menjadikan dan menghiasi dalam hatinya rasa cinta kepada iman serta menjadikan
di dalam hatinya rasa benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan.

Alloh berfirman di dalam Al-Qur’an yang artinya: “….Tetapi Alloh akan menjadikan kamu cinta kepada
keimanan dan menjadikan (iman itu) indah dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada
kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang
lurus.” (QS. Al-Hujuraat: 7)

4. Syahadat/kalimat tauhid akan mencegah seorang muslim kekal di Neraka.


Dari sahabat Abu Sa’id al-Khudri Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Bahwa Rasululloh Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda yang artinya: “Setelah penghuni surga masuk ke Surga, dan penghuni Neraka masuk ke
Neraka, maka setelah itu Alloh pun berfirman, “Keluarkan (dari Neraka) orang-orang yang di dalam
hatinya terdapat seberat biji sawi iman!” Maka mereka pun dikeluarkan dari Neraka, hanya saja tubuh
mereka sudah hitam legam (bagaikan arang). Lalu mereka dimasukkan ke dalam sungai kehidupan, maka
tubuh mereka tumbuh (berubah) sebgaimana tumbuhnya benih yang berada di pinggiran sungai.
Tidaklah engkau perhatikan bahwa benih itu tumbuh berwarna kuning dan berlipat-lipat?”[7]

5. Syahadat/tauhid merupakan penentu diterima atau ditolaknya amal manusia.

Sempurna dan tidaknya amal seseorang tergantung pada tauhidnya. Orang yang beramal tetapi
tauhidnya tidak sempurna, misalnya karena dicampuri riya’, tidak ikhlas, berbuat syirik, niscaya amalnya
akan menjadi bumerang baginya, bukan mendatangkan kebahagiaan. Seluruh amal harus dilakukan
ikhlas karena Alloh, baik itu berupa shalat, zakat, shadaqah, puasa, haji, dan lainnya. Dalilnya firman
Alloh yang artinya: “Yang menciptakan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa diantara kamu
yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS. Al-Mulk: 2)

6. Tauhid merupakan satu-satunya sebab untuk mendapatkan Ridha Alloh, dan orang yang
paling bahagia dengan syafaat Nabi adalah orang yang mengucapkan Laa ilaaha illallaah
dengan penuh keikhlasan dari dalam hatinya.

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
yang artinya: “Orang yang paling bahagia dengan mendapat syafa’atku pada hari kiamat adalah orang
yang mengucapkan, ‘Laa ilaaha illallaah’ secara ikhlas dari hatinya atau jiwanya.

7. Alloh Ta’ala menjamin akan memasukkannya ke surga.

Dari Utsman bin Affan Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda” yang artinya: “Barang siapa meninggal dunia sedang ia mengetahui bahwa tidak ada ilah
yang berhak disembah dengan benar kecuali Alloh, maka ia masuk surga.[8]

8. Alloh akan memberikan kemenangan, pertolongan, kejayaan, dan kemuliaan.

Alloh berfirman yang artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Alloh,
niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS. Muhammad: 7)

Dari Jabir Radhiyallohu ‘anhu, ia berkata,  “Bahwa Rasululloh Shallallohu ‘alaihi wa sallam bersabda
yang artinya: “Barang siapa meninggal dunia dalam keadaan tidak mempersekutukan Alloh dengan
sesuatu apapun, ia masuk Surga.”[9]

9. Alloh akan memberikan kehidupan yang baik di dunia dan akhhirat.

Alloh berfirman yang artinya: “Barang siapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun
perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan kami berikan kepadanya kehidupan yang lebih
baik dan akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah
mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl: 97)

1. PEMBATAL SYAHADAT
Terkadang kita sebagai orang islam tidak menyadari tingkah laku atau perbuatan yang dapat
mengeluarkan kita dari agama islam atau dengan kata lain merusak syahadat yang telah diucapkan
dengan lisan dan diyakini dalam hati. Berikut adalah hal-hal yang dapat membatalkan syahadat:

 Berbuat syirik kepada Alloh yaitu menyekutukan Alloh, misalnya menyembelih untuk selain
Alloh. Dalilnya dalam firman Alloh yang artinya: “Sesungguhnya Alloh tidak akan mengampuni
dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari itu, bagi siapa yang dikehendaki-
Nya. Barang siapa yang mempersekutukan Alloh, maka sesungguhnya ia telah berbuat dosa
yang besar”. (QS. An-Nissa’:48)

 Orang yang membuat perantara antara dirinya dengan Alloh kemudian dia meminta kepada
perantara-perantara itu dan menjadikan mereka sebagai wasilah. Alloh Ta’ala berfirman yang
artinya: “Mereka itu adalah pemberi syafaat kepada kami disisi Alloh.” (QS. Yunus: 18)

 Orang yang tidak mengkafirkan orang-orang musyrik atau meragukan kekafiran mereka, atau
membenarkan mazhab mereka, maka dia telah kafir menurut ijma’(kesepakatan).

 Orang yang meyakini bahwa selain petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih utama dari
petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, seperti hukum yang mengutamakan hukum Thogut
(hukum selain hukum Alloh).

 Orang yang mengolok-olok agama (ajaran) Rasululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dalil dalam
Al-qur’an yang artinya: “Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka
lakukan itu), tentu mereka akan menjawab: “sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan
bermain-main saja. “Katakanlah: “Apakah dengan Alloh, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu
selalu berolok-olok?” Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. Jika
kami memaafkan segolongan dari kamu (lantaran mereka taubat), niscaya kami akan
mengazab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat
dosa.” (QS. At-Taubah:66)

 Melakukan sihir

Diantara perbuatan sihir ialah ash-sharfu dan al-‘athfu. Ash-sharfu ialah perbuatan sihir yang tujuannya
ialah mengubah keadaan seseorang dari apa yang dicintainya, seperti memalingkan kecintaan seorang
suami terhadap istrinya menjadi kebencian terhadapnya.

Al-athfu ialah amalan sihir yang memacu dan mendorong seseorang dari apa yang tidak dicintainya
sehingga dia mencintainya dengan cara-cara setan. Maka barang siapa yang melakukannya atau dia
ridha dengan perbuatan itu maka dia telah kafir.

 Memberikan pertolongan kepada orang kafir dan membantu mereka dalam rangka memerangi
kaum Muslimin. Alloh Ta’ala berfirman yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu mengambil orang-orang yahudi dan nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebagian
mereka adalah pemimpin bagi sebagian yang lain. Barang siapa diantara kamu mengambil
mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk kepada orang-orang yang
zalim.” (QS.Al-Maidah:51)

 Orang yang meyakini bahwa sebagian manusia ada yang boleh (bebas) untuk keluar dari syari’at
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
 Berpaling dari agama Alloh, dia tidak mempelajarinya dan tidak mengamalkannya. Alloh Ta’ala
berfirman: “Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan
ayat-ayat Robb-nya, kemudian ia berpaling daripadanya. Sesungguhnya kami akan memberikan
pembalasan kepada orang-orang yang berdosa.” (QS.As-Sajadah:22) [10]

1. IMPLEMENTASI SYAHADAT DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

Laailaha illalloh muhammadurrasululloh tiada tuhan selain alloh, muhammad utusan Alloh. Ikrar
sederhana ini, sebagai keimanan seorang muslim, adalah awal segalanya. Pengungkapan keimanan dan
keesaan alloh dan kerasulan muhammad merupakan soko guru semua konsep, sikap, nilai moral dan
petunjuk islam bagi manusia dalam berperilaku dan berhubungan dengan sesamanya.

Bagaimanakah semua ini bisa terjadi pada ikrar yang sederhana dan begitu gamblang ini?

Begini : bagian pertama pernyataan ini lailaaha illalloh bukan saja mengakui kemaha esaan alloh tetapi
juga bahwa hanya ada satu penguasa atas alam semesta ini. Karena, begitu kita menyatakan tiada tuhan
selain alloh, berarti kita telah menyatakan bahwa tiada pencipta, pemelihara alam semesta beserta
isinya dan tiada pula penguasa, pemberi hukum dan penguasa tertinggi atas manusia selain alloh. Alloh,
tuhan semua ciptaan, menciptakan segala yang dikehendakinya, memberikan sifat, fungsi dan peranan
sesuai dengan kehendaknya. Dia tidak bergantung kepada siapapun, dan segala suatu berada dibawah
pengawasan mutlaknya. Tujuannya menciptakan manusia adalah agar dia dikenal, diabdi, dipatuhi dan
mengelola hal ikhwal dunia ini dengan keadilan dan kebenaran, selaras dengan hukum-hukum bijaknya.

Biskah kita memahami semua ini? Bisakah manusia, makhluk serba terbatas ini, mengenal alloh sesuatu
yang tak terbatas dan kehendaknya atas manusia, mengetahui jawaban-jawaban berbagai pertanyaan
mendasar tentang sifat-sifatnya, hubungan manusia dengannya, dan mengapa manusia ditempatkannya
di bumi ini? Kita kini hidup di jaman yang di dalamnya kita makin kehilangan keyakinan akan arti dan
tujuan kemajuan ini. Sungguh seluruh peradaban modern tampak membiaskan kehiupan nan hampa
arah dan makna. lalu, bisakah kita memahaminya?.

Memang, inilah masalah yang paling vital dan mendasar bagi setiap manusia. Tanpa jawaban-jawaban
yang memuaskan, hidup ini akan sia-sia, tak punya tujuan dan makna. Bila demikian, maka orang hidup
hanya karena kebetulan ia hidup. Karena itu, tugas utama setiap manusia yaitu mencari jawaban bagi
masalah-masalah ini hingga berhasil, untuk meyakini kebenaran akan hal itu dan hidup dengannya
setaat mungkin. Ini yang menjadi masala: dimanakah jawaban-jawaban itu bisa didapat?

Jika (sebagaimana banyak yang dipercaya) agama semata-mata alat ciptaan manusia untuk menjelaskan
alam semesta, atau untuk menata urusan-urusan manusia, maka manusia tentu dapat menjawab secara
memuaskan masalah-masalah ini dengan nalar dan pengamatannya sendiri, demi kepatuhan hidupnya.
Penyembahan kepada kekuatan alam, ruh, setan, kayu, batu, tuhan-tuhan buatan manusia, dan mitos-
mitos yang dihubungkan dengan dunia manusia oleh sifat semi-manusiawinya mencerminkan berbagai
upayanya untuk berbuat demikian disepanjang sejarah. Tapi untuk sampai kepada kebenaran yang
objektif, yaitu pengetahuan hakiki tentang arti dan tujuan kemajuan, sifat-sifat pencipta segalanya,
peranan manusia dan tujuan akhirnya, melalui upaya-upaya tanpa bantuan, jelas tak mungkin. Hal ini
karena sepenuhnya berada di luar jangkauan pengamatan dan kemampuan deduktif manusia. Sekalipun
orang-orang tertentu dengan upayanya sendiri, berhasil meraih bagian tertentu dari kebenaran ini,
namun mereka tetap saja tidak memiliki sarana yang pasti dan positif untuk membuktikan hal-hal itu.
Sebab, sarana tunggal bagi manusia untuk benar-benar bisa memahami masalah-masalah semacam itu
yakni jika sumber segala sesuatu, yang berkehendak, bertindak dan memelihara, yang kita sebut alloh
itu sendiri memberikan pengetahuan ini kepada kita melalui sarana yang dikehendakinya. Inilah
sebenarnya makna bagian kedua syahadat keimanan muslim, … Muhammadarrasululloh-muhammad
utusan alloh.

Islam menegaskan sejak manusia menyadari yang hakiki, sang pencipta tidak saja menanamkan
kepadanya kesadaran akan kemaujudan-Nya dan pengetahuan fitriyah tentang ketiadaan yang melebihi
dia, sang pencipta manusia dan dunia sekelilingnya, tapi juga memberikan jawaba-jawaban bagi
masalah-masalah vital yang telah ada dibenaknya sejak ia berfikir, bertanya dan memecahkan masalah
di planet ini, memberikan petunjuknya kepadanya melalui pribadi-pribadi pilihannya sebagai pembawa
risalahnya bagi aneka bangsa: dengan kata lain sebagai penghubung antara dirinya dan manusia. Dengan
lewatnya waktu dan perubahan-perubahan, akibat ulah manusia, banyak wahyu yang mereka bawa
hilang. Namun masih cukup banyak kitab atau ajaran yang dibawa oleh nabi-nabi terdahulu-wahyu yang
dipercayakan oleh alloh kepada nabi ibrahim, musa, isa dan nabi-nabi lainnya (semoga alloh
melimpahkan rahmatnya kepada mereka semua)- yang dapat menjelaskan bahwa risalah ini pada
dasarnya satu dan sama sepanjang sejarah. Artinya hanya ada satu kemaujudan yang adalah tuhan dan
penguasa semesta. Kemaujudan inilah yang telah membuat hukum-hukum, guna menata perilaku
manusia. Dan manusialah yang mempertanggungjawabkan hidupnya kepada kemaujudan ini.

Jadi islam tak mengklaim sebagai suatu agama baru, melainkan agama sejati/fitrah, yang akar-akarnya
terhunjam dalam pada kesadaran manusia sejak ia menginjak kakinya dibumi, karena sang pencipta itu
sendiri telah menempatkannnya disana. Agama itu diwahyukan kepada dan disampaikan oleh para nabi:
agama kepasrahan dan pertanggungjawaban kepad alloh yang maha esa. Islam mengajarkan bahwa
risalah ini dari tuhan, dengan menunjukkan persamaan dan kesinambungan ajaran-ajaran yang dibawa
oleh rasul-rasul alloh sepanjan sejarah. Tapi kini jelas, dengan berjalannya waktu bahwa ajaran-ajaran
itu diubah dan sedemikian diputarbalikkan. Wahyu sejati alloh mesti diimani tapi bukan bentuk dan
kandungannya yang sekarang, karena kondisinya kini, tak memungkinkan bisa ditentukan bagian mana
yang telah diubah dengan sengaja atau tidak oleh tangan-tangan manusia.

Nabi adalah manusia biasa, punya kebutuhan dan perasaan. Islam menolak keras bahwa rasul-rasul alloh
itu adimanusia. Mereka adalah manusia-manusia berkualitas istimewa, dipilih oleh alloh diantara
manusia untuk menyampaikan petunjukkny. Ciri para nabi yakni kepasrahan total dan kedekatan
mereka kepada alloh, kelurusan perilaku dan komitmen tanpa pamrih mereka terhadap misi yang
mereka emban.

Petunjuk yang diwahukan ini sesuai dengan mentalitas dan kebutuhan orang-orang yang menjadi
sasaran petunjuk ini. Itulah sebabnya banyak nabi terdahulu diutus disertai mukjizatnya dan tanda-
tanda,k sebab orang-orang pada zaman mereka-yang kurang atau tak percaya kepada tuhan-mau
mengakuinya jika kemaujudan dan kekuasaannya diperlihatkan langsung kepada mereka. Akhirnya,
ketika akal manusia telah berpotensi penuh, alloh mengangkat rasul terakhirnya muhammad, seorang
arab keturunan ibrahim, untuk membawa petunjuk akhir dan paling lengkap darinya bagi segala zaman.
Karena kaum muslim mengikuti pentunjuk yang dibawa oleh muhammad saw, yaitu petunjuk yang berisi
hukum-hukum pasti dan lengkap dari alloh dan perintah-perintahnya bagi umat manusia, maka
persaksian, muhammadarrasululloh muhammad adalah utusan alloh, sangat penting sebagai bagian
kedua dari ikrar keimanan seorang muslim.[11]
[1] Dr.Hamid Ahmad At-Thahir, Fikih Sunnah untuk Anak, Bandung;Irsyad Baitussalam (hal.14)

[2] Prof. Dr. Abu Su’ud. 2003, Islamologi Sejarah Ajaran dan Peranannya dalam Peradaban Umat
Manusia, Jakarta;Rineka    Cipta (hal.169)

[3] Begum ‘A’isyah Bawany. 1994, Mengenal Islam Selayang Pandang, Jakarta; Pt Bumi Aksara (hal.17)

[4] Sekumpulan Ulama, Benteng Tauhid Riyadh;Daar Al Qasim

[5] HR. Tirmidzi:3540, Ia berkata, “hadits hasan gharib”

[6] Al-qaulus Sadiid Fii Maqaashid Tauhid oleh Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di

[7] HR. Bukhori: 22

[8] HR. Muslim: 26

[9] HR. Muslim, no.93

[10] Abdulah bin Ahmad Al-Ghamidi, Aqidah Ahlus-Sunnah wal Jama’ah, Al Aqso

[11] Suzane Haneef. 1979, Mengapa Memilih Islam, Chicago;Kazi Publication


BAB III

PENUTUP

1. KESIMPULAN

Dari pembahasan masalah diatas dapat disimpulkan bahwa:

1. Syahadat adalah berasal dari kata bahasa arab yaitu syahida yang berarti telah bersaksi.
Kemudian secara harfiah maknanya yaitu memberikan kesaksian dan memberikan pengakuan.

2. Ada 7 syarat agar diterima syahadat yaitu: ilmu, yakin, menerima dengan hati dan lisan segala
konsekwensinya, tunduk dan patuh kepada segala yang dikehendakinya, ikhlas dan mencintai
kalimat syahadat dengan segala konsekwensinya.

3. Berikut beberapa keutamaan syahadat:

 Alloh akan menghapus dosa-dosa orang yang bersyahadat.

 Alloh akan menghilangkan kesedihan dan kesulitannya di dunia dan di akhirat.

 Alloh akan menjadikan dan menghiasi dalam dirinya rasa cinta kepada iman dan benci kepada
kekafiran.

 Mencegah seorang muslim kekal di neraka, dll.

4. Suatu perbuatan yang membatalkan syahadat:

 Berbuat syirik kepada Alloh.

 Orang yang bertawassul untuk mendekatkan diri kepada Alloh kemudian menjadikannya sebagai
wasilah.

 Orang yang tidak mengkafirkan orang-orang musyrik kemudian membenarkan mazhab mereka.

 Orang yang mengolok-olok agama islam atau ajaran yang dibawa oleh Nabi.

5. Setelah mengikrarkan dua kalimat syahadat kemudian mengetahui makna yang terkandung di
dalam keduanya dan segala konsekwensinya, sehingga kita dapat menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari yaitu dengan kita beriman dan bertakwa kepada Alloh, menjalankan
segala perintah dan menjauhi segala larangannya, menyembah hanya kepada Alloh tanpa
menyekutukannya sedikitpun dengan sesuatau apapun merupkan bentuk dan implementasi
terhadap kalimat tauhid. Selalu mengikuti sunnah Nabi, ittiba’, tidak taklid atau ikut-ikutan
dalam mengerjakan suatau amalan ibadah, terlebih lagi menjauhi segala perbuatan bid’ah apa
pun bentuknya sebagai bentuk utama dari penerapan sekaligus konsekwensi terhadap kalimat
syahadat.

Anda mungkin juga menyukai