Anda di halaman 1dari 9

UNIVERSITAS INTERNASIONAL BATAM

UJIAN TENGAH SEMESTER GANJIL


TAHUN AKADEMIK 2017/2018
Dosen Pembimbing : Jasirwan, S.Ag., M.Pd.I.
Nama : Verny Rahmadini
NPM : 1751050
Soal dan Jawaban
1. Buatlah deskripsi diri tentang aplikasi 2 rukun islam berikut dalam kehidupan sehari-hari Anda:
- Syahadat
Syahadat berasal dari kata: syahida—yasyhadu—syahadatan.
Secara bahasa, kata ini memiliki makna:
1. Menyampaikan berita yang pasti.
2. Menampakkan sesuatu yang tidak diketahui orang lain.
3. Menjelaskan. (Mukhtarush Shihah,Misbahul Munir,Al-Mu’jamul Wasith,
kata: sya–hi–da)
Secara istilah, “syahadat” artinya ‘menyampaikan kebenaran di depan saksi’. (Al-Mausu’ah
Al-Fiqhiyah Al-Kuwaitiyah, kata: syahadah). Berdasarkan pengertian ini, kata syahadat
memiliki makna yang lebih umum; mencakup semua bentuk persaksian, termasuk persaksian
di pengadilan, dan tidak hanya terkait dengan ritual ketika masuk Islam.
Syahadat yang dimaksud dalam rukun islam yang pertama disebut juga dengan
syahadatain karena terdiri dari 2 kalimat (Dalam bahasa arab Syahadatain berarti 2
kalimat Syahadat). Kalimat pertama merupakan syahadah at-tauhid yang berbunyi
ْ َ‫هَّللا ُ إِالَّ إِلَ َهالَ أَنْ أ‬
‫ش َه ُد‬
artinya "Saya bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah,"
dan kalimat kedua merupakan syahadah ar-rasul yang berbunyi
ْ َ‫سو ُم َح َّمدًا أَنَّ أ‬
‫ش َه ُد َو‬ ُ ‫ َر‬ ‫هللاِ ُل‬
artinya "dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah."”
Dua kalimat syahadat ini merupakan gerbang pertama yang memasukkan seseorang ke dalam
Islam, karena dalam syahadat terkandung pengakuan terhadap ke-Esa-an Allah
dalam rububiyah dan uluhiyah-Nya. Inilah inti dakwah para rasul.
‫سو ٍل إِالَّ نُو ِحي إِلَ ْي ِه أَنَّهُ الَ إِلَهَ إِالَّ أَنَا فَا ْعبُدُو ِن‬ َ ‫َو َما أَ ْر‬
ُ ‫س ْلنَا ِمنْ قَ ْبلِ َك ِمنْ َر‬
“Tidaklah Kami utus seorang rasul pun sebelum kamu (Muhammad) kecuali Kami 
wahyukan kepadanya bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Aku.
Karena itu, sembahlah Aku.” (QS. Al-Anbiya’:25)
Imam An-Nawawi mengatakan, “Ahlus sunnah sepakat bahwa seseorang tidak
dianggap mukmin kecuali orang yang hatinya meyakini kebenaran Islam dengan seyakin-
yakinnya, bersih dari segala keraguan, dan mengucapkan dua kalimat syahadat. Jika salah
satunya tidak ada maka dia tidak termasuk mukmin, kecuali jika dia tidak mampu
mengucapkan syahadatain karena cacat lisan atau dalam kondisi di ambang sekarat. Dalam
keadaan demikian, tidak memungkinkan baginya untuk mengucapkan syahadat, sehingga dia
tetap dikatakan sebagai seorang mukmin.” (Syarh Muslim li An-Nawawi, 1:149) Sementara,
sebagian ulama bependapat bahwa dengan semata-mata membenarkan dengan hati, keimanan
seseorang antara dirinya dengan Allah sudah cukup dianggap sah. Adapun ikrar syahadat
hanyalah syarat untuk mendapatkan status “mukmin” ketika di dunia. Sehingga, dengan
melantunkan dua kalimat syahadat ini, seseorang telah diakui sebagai muslim yang memiliki
hak dan kewajiban sebagaimana muslim yang lain. (Al-Mausu’ah Al-Fiqhiyah Al-Kuwaitiyah,
4:267) Oleh karena itu, ketika seseorang bersyahadat, dia harus membawa saksi dari kalangan
kaum muslimin dan pengucapan syahadat tersebut tidak disembunyikan, karena hal ini
menyangkut status dirinya di hadapan kaum muslimin yang lain.1
Saya sendiri pernah sekali menyaksikan seorang mualaf yang mengucapkan dua
kalimat syahadat. Walaupun dengan terbata-bata dan harus diulang beberapa kali, namun ia
berusaha untuk mengucapkannya dengan baik. Dan kebetulan saya selalu bersekolah di
sekolah umum dari TK, SD, SMP, SMA bahkan kuliah (bukan madrasah atau pesantren yang
semua siswanya adalah muslim) sehingga teman saya tidak hanya muslim saja namun juga
non muslim. Luar biasanya, kebanyakan dari mereka ada yang hafal surah al-fatihah dan doa-
doa harian seperti sebelum makan atau sebelum belajar. Mungkin karena mereka mendengar
kami sering melafalkannya bersama-sama tiap sebelum makan atau sebelum belajar. Namun,
ketika teman saya yang muslim bertanya apakah mereka mau mengucapkan kalimat syahadat
mereka semua tidak ada yang mau. Dari pengalaman ini, saya menyadari bahwa kalimat
syahadat memang betul-betul merupakan kalimat sakral bagi umat islam, yang dengan

1
https://abuabdurrohmanmanado.org/.../kalimat-syahadat-pengertian-definisi-arti-kali...
mengucapkannya saja seseorang telah diakui sebagai bagian dari umat islam dan telah jatuh
pula padanya hak dan kewajiban sebagaimana muslim yang lainnya.
Akan tetapi, guru TPA maupun agama saya juga pernah mengajarkan, walaupun
syarat awal untuk menjadi seorang muslim hanya dengan mengucapkan dua kalimat syahadat,
bukan berarti umat islam terutama kita yang dari lahir alhamdulillah telah ditakdirkan
beragama islam, bisa dengan gampang meremehkannya. Karena sejatinya, hakikat keimanan
kepada Allah dan Rasul tidak hanya diucapkan dengan kata/lisan, tapi juga diyakini dengan
hati dan dibuktikan dengan perbuatan. Sehingga jangan sampai mentang-mentang merasa
memang sudah beragama islam sejak lahir, tapi justru malah melakukan perbuatan syirik
seperti meyakini ramalan-ramalan bintang atau dikenal dengan zodiak, meminta pertolongan
kepada dukun atau paranormal. Bahkan hal-hal sepele seperti yang guru saya contohkan
berikut, "Tanpa ada dokter, saya tidak mungkin masih hidup sampai sekarang.". Guru saya
menyuruh saya memperhatikan kata-kata barusan dengan cermat. Bukankah itu berarti kita
seolah-olah mengatakan bahwa dokter lah yang menghidupkan kita? Berarti secara tidak
langsung kita telah keluar dari agama islam karena melanggar makna syahadat dalam rukun
islam pertama yaitu tiada tuhan selain Allah (Hanya Allah tuhan kita, hanya dengan kehendak
Allah kita bisa hidup). Dari situ, saya diajarkan dan disadarkan betapa pentingnya kalimat
syahadat ini. Tidak hanya penting untuk terus dilafalkan tapi juga dimaknai sepenuh hati.
Terus terang, sampai sekarang saya merasa mungkin belum benar-benar menjaga lisan saya.
Dengan secara tidak sadar mengucapkan kata-kata yang mengandung unsur syirik seperti
contoh tadi. Sehingga saya berusaha benar-benar khsuyuk saat mengucapkan kalimat syahadat
setiap sholat lima waktu maupun sholat sunnah ketika tahiyat/tasyahud awal dan akhir. Inilah
penerapan kalimat syahadat yang saya lakukan dalam kehidupan sehari-hari.

- Sholat
Sholat secara bahasa berasal dari bahasa Arab yang memiliki arti, doa. Sedangkan,
menurut istilah, salat bermakna serangkaian kegiatan ibadah khusus atau tertentu yang dimulai
dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam.

Melaksanakan sholat yang lima waktu (Subuh, Zuhur, Ashar, Magrib dan Isya)
adalah fardhu 'ain yaitu wajib bagi setiap muslim yang sudah mukallaf (terbebani kewajiban
syari'ah), baligh (telah dewasa), dan 'aqil (berakal). Sholat juga merupakan salah satu bentuk
dari perwujudan keimanan seorang muslim, yaitu termasuk ke dalam pembuktian keimanan
lewat perbuatan (dalam hal ini melaksanakan ibadah sholat). Terjemah dari An-Nafilah fii
Ahaadits Adh-Dhoifah karya Syaikh Abu Ishaq Al Huwainy , diriwayatkan bahwa Nabi
SAW. bersabda :
ُ‫ِّين ِعما ُد الصَّالة‬
ِ ‫ال ِّدينَ أقَا َم فَقَد أقَا َمها َم ْن ال ِّدينَ الد‬,‫من‬
ْ ‫ال ِّدينَ هَ َد َم فَق ْد هَد َمها َو‬
“Sholat adalah tiang agama, barangsiapa yang menegakkannya, maka ia telah menegakkan
agamanya dan barangsiapa yang merobohkannya, berarti ia telah merobohkan agamanya”.
Dalam Al-Qur'an Allah juga berfirman yang artinya "Dan tidaklah mereka diperintah kecuali
agar mereka hanya beribadah/menyembah kepada Allah sahaja, mengikhlaskan keta'atan
pada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan hanif (lurus), agar mereka mendirikan sholat
dan menunaikan zakat, demikian itulah agama yang lurus". (Surat Al-Bayyinah:5).
Diantara sekian banyak bentuk ibadah dalam Islam, sholat adalah yang pertama kali di
tetapkan kewajibannya oleh Allah subhanahu wa ta'ala, Nabi menerima perintah dari Allah
tentang sholat pada malam mi'raj (perjalanan ke langit) tanpa perantara. Anas berkata: "sholat
diwajibkan kepada Nabi sebanyak 50 reka'at pada malam ketika beliau diperjalankan (isra'-
mi'raj), kemudian dikurangi hingga menjadi tinggal 5 roka'at kemudian ada yang menyerunya:
Wahai Muhammad hal tersebut tidak seperti harapanku namun bagimu yang 5 roka'at itu
setara dengan 50 roka'at." (Dikeluarkan oleh Imam Ahmad, At-Tirmidzi dan An-Nasa'i).2
Saya pribadi awalnya bukan tipe orang yang melakukan sholat lima waktu atas
kesadaran diri sendiri. Namun, sejak kelas 3 SD saya "dipaksa" oleh orang tua saya untuk
melaksanakan sholat. Saya tidak diperbolehkan keluar rumah untuk bermain bersama teman
(dikurung di dalam kamar) jika belum melaksanakan sholat. Dan itu benar-benar ditunggu
oleh orang tua, sampai saya betul-betul selesai sholat baru diperbolehkan bermain keluar
rumah. Begitupun di TPA tempat saya mengaji, setiap sholat ashar kami diwajibkan sholat
berjamaah di mesjid sepulangnya dari mengaji, karena waktu itu saya mengajinya di waktu
siang hari yaitu jam 2 siang. Seringkali saya dan teman-teman kabur diam-diam lewat pintu
belakang, tetapi setelah guru-guru TPA kami mengetahui kebiasaan kabur ini, salah satu dari
beliau menunggu di belakang shaf ketika guru yang lain menjadi imam. Tujuannya untuk
memastikan semua anak didiknya mengikuti sholat ashar berjamaah. Baru setelah salam, guru
kami yang mengawas di belakang shaf tadi melaksanakan sholat ashar. Ketika saya kelas 4

2
https://ikhwahmedia.wordpress.com/2012/12/27/takhrij-hadits-sholat-itu-tiang-agama/
SD orang tua melihat saya tidak pernah meninggalkan sholat lima waktu lagi, dan sejak kelas
6 SD guru TPA saya yang sebelumnya tadi sudah pindah mengajar, saya tidak mendapatkan
hukuman atau dimarahi lagi jika meninggalkan sholat. Namun, pernah sekali ketika saya
SMP, saya melewatkan sholat zuhur. Walaupun tidak dimarahi atau dihukum lagi, bahkan
ditanya sudah sholat atau belum pun tidak. tetapi hati saya merasakan sendiri, ada suatu
kesalahan yang telah saya lakukan, ada sesuatu yang rasanya kurang/hilang. Dari situ, saya
berfikir benarlah kata pepatah yang mengatakan ala bisa karena biasa. Saya bisa karena
dibiasakan dengan kedua didikan itu. Memang pada awalnya saya melakukannya karena takut
dihukum atau dimarahi. Tetapi lama-kelamaan, untuk anak yang dasarnya bandel seperti saya
jadi terbiasa.
Namun, walaupun tidak lagi meninggalkan sholat lima waktu, saya merasa sholat
yang telah saya lakukan belum benar-benar sempurna dan masih banyak yang harus terus
diperbaiki, tidak hanya berusaha untuk belajar selalu khusyuk ketika sholat, namun karena
terkadang saya lalai dalam melaksanakannya. Mengulur-ngulur waktu sholat atau
menundanya untuk melakukan pekerjaan lain terlebih dahulu. Hal ini dijelaskan dalam QS.
Al-Maun ayat 4-5 yang berbunyi

َ ‫ فَ َو ْي ٌل لِّ ْل ُم‬,  ‫صاَل تِ ِه ْم َساهُونَ الَّ ِذينَ هُ ْم عَن‬


َ‫صلِّين‬ َ

artinya maka celakalah orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai terhadap shalatnya.
Imam Ja’far As-Shodiq pernah ditanya apakah arti lalai dalam ayat ini? Apakah yang
dimaksud adalah was was atau keraguan dalam solat? Imam menjawab, “Tidak, jika itu yang
dimaksud maka banyak orang yang tidak bisa melewatkannya. (Arti lalai dalam ayat ini)
adalah tidak memperhatikan waktu solat dan menunda-nunda untuk melaksanakannya.” Jika
yang celaka dalam ayat ini adalah orang yang lalai di dalam solat, berapa banyak orang yang
akan celaka? Tentu hampir semua orang merasakan gangguan dalam solat sehingga ia lalai.
Tetapi, yang dimaksud dalam ayat ini adalah mereka yang meremehkan waktu solat.
Menunda-nunda ketika ingin melaksanakannya. Mendahulukan urusan lain daripada solatnya.

2. Buatlah deskripsi diri tentang aplikasi 2 rukun islam berikut dalam pelaksanaannya di
Bulan Ramadhan yang Anda jalani:
- Puasa
Saum / Puasa bagi orang islam (bahasa Arab: ‫صوم‬, transliterasi: Shaum) adalah
menahan diri dari makan dan minum serta segala perbuatan yang bisa membatalkan puasa,
mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari, dengan syarat tertentu, untuk
meningkatkan ketakwaan seorang muslim. Puasa yang diwajibkan bagi umat muslim
adalah puasa sebulan penuh pada bulan ramadhan. Dan apabila tidak dilaksanakan maka
wajib diganti dengan berpuasa di hari lain, ataupun dengan membayar fidyah (khusus bagi
ibu hamil, menyusui maupun orang tua yang sudah renta/sakit parah). Perintah wajib
berpuasa ini terdapat dalam firman Allah
‫ب َعلَى الَّ ِذينَ ِمن قَ ْبلِ ُك ْم‬
َ ِ‫صيَا ُم َك َما ُكت‬ َ ِ‫} نَ يَاأَيُّهَا الَّ ِذينَ َءا َمنُوا ُكت‬183{ ‫ت فَ َمن َكانَ ِمن ُكم َّم ِريضًا‬
ِّ ‫ب َعلَ ْي ُك ُم ال‬ ٍ ‫أَيَّا ًما َّم ْعدُودَا‬
‫لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّقُو‬
ٍ ‫ َعلَى َسفَ ٍر فَ ِع َّدةٌ ِّم ْن أَي ٍَّام أُ َخ َر َو َعلَى الَّ ِذينَ ي ُِطيقُونَهُ فِ ْديَةُ طَ َعا ُم ِم ْس ِك‬ ‫لَّ ُك ْم فَ َمن تَطَ َّو َع خَ ْيرًا فَهُ َو خَ ْي ُُر لَّهُ َوأَن تَصُو ُموا خَ ْي ُُر‬
 ‫ين‬
ْ‫أَو‬
{184} َ‫ُكنتُ ْم تَ ْعلَ ُمون‬
‫إِن‬
Artinya : "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (Yaitu) dalam beberapa
hari yang tertentu. Maka barangsiapa di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan
(lalu dia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu
pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika
mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu), memberi makan seorang miskin.
Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih
baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui." (Al-Baqarah: 183-
184). 3
Saya sendiri mulai berpuasa sejak kelas 1 SD, dan itu langsung puasa penuh satu
hari. Dan alhamdulillah sampai sekarang sudah balig pun belum pernah bolong apalagi
budi (buka diam-diam) kecuali sakit dan berhalangan. Entah kenapa dari waktu kecil saya
justru lebih mudah diajarkan orang tua melakukan puasa daripada melaksanakan sholat
wajib yang lima waktu. Menurut saya, hal ini mungkin karena suasana bulan ramadhan
yang semarak setiap tahun sehingga puasa jadi tidak terasa terlalu berat dilakukan dan
karena puasa juga dilakukan oleh hampir semua orang di sekitar lingkungan saya, dari

3
https://muslim.or.id/4439-tafsir-surat-al-baqarah-183-berpuasa-menggapai-takwa.html
mulai bapak, ibu, nenek, keluarga besar, tetangga, dan bahkan orang yang tidak berpuasa
pun diminta untuk menghargai orang yang sedang berpuasa. Contohnya dengan tidak
makan di depan kami yang sedang puasa, rumah makan dan kedai kopi yang buka di siang
hari ditutupi dengan tirai. Namun, di sore hari pasar dipenuhi dengan aneka takjil yang
dijual oleh para pedagang, sehingga kami yang berpuasa jadi semangat untuk berburu takjil
menyambut buka puasa. Semua mesjid dan mushola menggelar acara buka bersama yang
makanannya disediakan gratis. Ketika pukul 3 pagi, suara anak-anak ramai terdengar untuk
membangunkan orang sahur. Dan bagi yang melaksanakan ibadah puasa satu bulan penuh
selalu diapresiasi juga oleh keluarga besar, guru-guru dan teman-teman saya. Rasanya
kebanggaan tersendiri waktu masih kecil dulu sudah bisa puasa penuh dibanding teman-
teman lain yang masih berpuasa setengah hari.
Akan tetapi, tetap saja saya merasa ibadah puasa yang saya lakukan masih harus
terus diperbaiki kualitasnya. Hal ini antara lain dikarenakan saya merasa bahwa terkadang
puasa yang saya lakukan hanyalah menahan lapar dan dahaga. Sedangkan rasa marah
masih diluapkan, ghibah masih dilakukan, dan hal-hal lain yang dapat mengurangi pahala
dari puasa. Bukannya mengontrol diri untuk memaksimalkan pahala di bulan ramadhan
dengan beribadah, tetapi malah lebih memilih nonton , main hp atau tidur seharian dan hal-
hal yang kurang berfaedah lainnya. Bahkan, secara tidak sadar saya menjadikan puasa
sebagai alasan untuk menunda melakukan suatu pekerjaan.
- Zakat
Zakat (Bahasa Arab: ‫ةزكا‬ transliterasi: Zakah) dalam segi istilah adalah harta
tertentu yang wajib dikeluarkan oleh orang yang beragama Islam dan diberikan kepada
golongan yang berhak menerimanya (fakir miskin dan sebagainya).Zakat dari segi bahasa
berarti bersih,suci,subur,berkat dan berkembang. Allah Swt. juga berfirman yang artinya,
"Ambillah zakat dari sebagian harta mereka yang dengan zakat tersebut engkau
membersihkan dan menyucikan mereka." Q.S At-Taubah : 103
Jadi, tujuan zakat adalah menyucikan. Hal ini menyadarkan saya bahwa, di dalam harta
yang dititipkan Allah kepada orang tua saya, dan rezeki yang juga ikut saya rasakan dari
harta tersebut ada hak orang lain. Sehingga, perlu untuk menyucikan atau membersihkan
harta tersebut dengan berzakat. Makna menyucikan ini juga berarti mendidik dengan
akhlak yang baik. Karena, orang yang mengeluarkan zakat akan belajar mengasihi dan
bermurah hati kepada orang lain.
Zakat ada bermacam-macam. Namun, membayar Zakat Fitrah dan Zakat Mal,
sangat dianjurkan bagi umat Islam sebagai kesempurnaan ibadah di bulan puasa ramadhan.
Zakat merupakan rukun Islam yang ketiga, yang artinya memberikan sebagian kekayaan
untuk orang yang berhak menerimanya (mustahiq) jika sudah mencapai nisab (jumlah
kekayaan minimal) dan haul (batas waktu) zakat.4
Karena saya belum memiliki pekerjaan maupun harta simpanan sebagai milik
pribadi maka zakat yang saya keluarkan pada bulan ramdhan ini hanya zakat fitrah dan
itupun ditanggung oleh ibu saya (karena bapak sudah almarhum). Zakat fitrah atau
penyucian jiwa, wajib dibayarkan oleh setiap orang yang mampu atau memiliki kelebihan
kemampuan pemenuhan pangan, setahun sekali. Besar zakat fitrah adalah sekitar 2,5
kilogram beras atau bahan makanan yang dimakan sehari-hari. Zakat ini dibayarkan oleh
kepala keluarga atau orang yang menafkahi keluarganya. Ia berkewajiban mengeluarkan
zakat untuk dirinya dan juga orang yang menjadi tanggungannya. Batas terakhir
pembayaran zakat fitrah adalah sebelum pelaksanaan sholai idul fitri. Itu berarti setiap
orang yang masih hidup pada bulan ramadhan, bahkan bayi yang baru lahir pada malam
takbiran harus dibayarkan zakat fitrahnya.
Cara menghitung zakat fitrah yaitu:
2,5 x harga beras per kilo yang biasa dimakan (ada yang 13.000, 15.000 atau 20.000) x
jumlah anggota keluarga. Contoh : 2,5 x 15.000 x 3 = 112.500
3. Buatlah Tulisan tentang “Jika Saya Pergi Menunaikan Ibadah Haji”
Haji adalah rukun (tiang agama) islam yang kelima setelah syahadat, shalat, zakat
dan puasa, menunaikan ibadah haji adalah bentuk ritual tahunan yang dilaksanakan kaum
muslimin sedunia yang mampu ( material, fisik, dan keilmuan ) dengan berkunjung dan
melaksanakan beberapa kegiatan di beberapa tempat di arab saudi pada suatu waktu yang
dikenal sebagai musim haji ( Bulan Dzulhijah ). Hal ini berbeda dengan ibadah umrah
yang biasa dilaksanakan sewaktu – waktu. Selain itu, hal yang membedakan haji dengan
umrah adalah tidak adanya wukuf di padang arafah saat umrah, sedangkan ibadah haji
wajib melaksanakan wukuf yang merupakan inti ibadah haji. Kegiatan haji dimulai pada

4
sidomi.com/.../panduan-membayar-zakat-fitrah-dan-zakat-mal-di-bulan-ramadhan/
tanggal 8 dzulhijjah ketika umat islam bermalam di mina, wukuf (berdiam diri) dipadang
arafah pada tanggal 9 dzulhijjah, dan berakhir setelah melempar jumrah (melempar batu
simbolisasi setan ) pada tanggal 10 dzulhijjah, masyarakat indonesia biasa menyebut juga
hari raya idul adha sebagai hari raya haji kerena bersamaan dengan perayaan ibadah haji
ini.5
Jika saya pergi menunaikan ibadah haji, hal pertama yang pasti akan saya lakukan
adalah sujud syukur, karena Allah sudah memanggil saya untuk melaksanakan ibadah haji.
Saya akan merasa terharu karena bahagia mendapat kesempatan tersebut. Sebab, bisa
berangkat ibadah haji bukan hanya karena memiliki harta/kemampuan finansial yang
cukup saja, walaupun memang itu adalah syarat pertama untuk bisa mendaftar haji.
Mengapa saya berani mengatakan demikian? Karena saya sendiri memiliki saudara yang
secara finansial ia mampu untuk berangkat haji, namun belum berkeinginan untuk pergi ke
tanah suci Mekkah, belum terbuka hatinya untuk menerima panggilan dari Allah. Tetapi,
beberapa tetangga saya yang kelihatannya kehidupannya pas-pasan, tetapi sudah berangkat
haji.
Lalu, hal yang akan saya lakukan jika saya berangkat haji tidak hanya berdoa untuk
diri sendiri, orang tua, keluarga dan orang-orang yang menitipkan doa kepada saya tetapi
juga fokus dan memasrahkan diri untuk sepenuhnya beribadah kepada Allah Swt. Karena,
saya mendengar betapa banyak cerita orang-orang berangkat haji yang saya dengar harus
membayar dam karena melanggar/lalai dalam melaksanakan rukun ataupun syarat ibadah
haji. Padahal, belum tentu umur dan rezeki saya cukup panjang untuk menyempurnakan
ibadah haji saya di tahun-tahun berikutnya.
Dan dari pengalaman kedua orang tua saya yang alhamdulillah telah melaksanakan
ibadah haji mendahului saya, bahwa sebelum saya berangkat ke tanah suci Mekkah,
alangkah baiknya mempersiapkan diri bukan hanya soal finansial, tetapi juga akhlak yang
baik. Karena orang tua saya mengatakan, apa yang sering kita lakukan disini, maka disana
akan Allah tampakkan/gantikan sebagaimana yang biasa kita lakukan tersebut. Contohnya
kedua orang tua saya yang ketika merasa haus pernah dikasih air oleh orang yang bahkan
tidak dikenal, seperti halnya mereka yang memberi makan anak yatim sebelum berangkat
haji.

5
http://kantorurusanhaji.com/pengertian-ibadah-haji/

Anda mungkin juga menyukai