Anda di halaman 1dari 9

RESUME MATERI SHALAT DAN PUASA

Nama : Ella Ariska

NIM : 3004213001

A. SHALAT

1. Pengertian Shalat
Pengertian shalat secara bahasa adalah doa atau doa meminta kebaikan. Kata
‫ صلى‬adalah ‫ دعا‬yang artinya berdoa.1 Pengertian shalat secara istilah adalah semua
perkataan dan perbuatan tertentu yang dimulai dengan takbir dan disudahi dengan
salam.
Shalat ialah berhadap hati kepada Allah sebagai ibadat, dalam bentuk
beberapa perkataan dan perbuatan, yang dimulai dengan takbir dan diakhiri
dengan salam serta menurut syarat – syarat yang telah ditentukan syara’.
Pengertian shalat menurut para ahli:
a. Hasbi Ash-Shiddiq membagi pengertian shalat dalam beberapa pengertian
yaitu beberapa ucapan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri
dengan salam, yang ditunjukkan kepada Allah Swt dengan memenuhi syarat-
syarat dan rukun yang telah ditentukan.2
b. Menurut T.A Lathief Rousydy Pengertian Sholat terbagi menjadi 3 kelompok,
yaitu:
1) Menurut bentuk, sifat dan kaifiyahnya
Shalat adalah perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan
diakhiri dengan salam, dengan cara Tuhan disembah disertai dengan cara-
cara tertentu.
2) Menurut hakikatnya

1 Aziz Salim Basyarahil, Shalat HIkmah Falsafah dan Urgensinya,


2 Maryam, Sitti. "Shalat Dalam Perspektif Imam Al-Ghazali (Kajian Sufistik)" AL-
FIKRAH: Jurnal Studi Ilmu Pendidikan dan Keislaman 1.2 (2018): 106-113.hal. 108
Shalat adalah menghadapkan jiwa kepada Allah menurut cara yang
mendatangkan rasa takut kepada-Nya serta membangkitkan rasa kagum di
dalam hati atas kebesaran-nya dan kesempurnaan-Nya
3) Menurut ruh dan jiwanya
Shalat adalah menghadap Allah dengan sepenuh jiwa dn khusyu‟ di
hadapan-Nya serta ikhlas kepada-Nya disertai dengan ketulusan hati dalam
berdzikir, berdoa dan memuji.3

Shalat adalah merupakan perwujudan syukur dari seorang hamba kepada sang
khaliq. Yang mana tata cara pelaksanaannya telah diatur oleh Rasulullah
Muhammad sebagai penerima perintah dari Allah sewaktu beliau melakukan isra’
mi'raj.4

2. Perintah Sholat dalam Al-Qur’an dan hadits


Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman dalam QS. An-Nisa' 4: Ayat 103:

‫ ٰلوةَ ۚ اِ َّن‬M‫الص‬ ْ ‫ا ِ َذا‬Mَ‫وْ بِ ُك ْم ۚ ف‬Mُ‫وْ دًا َّوع َٰلى ُجن‬Mُ‫ا َّوقُع‬M‫ا ًم‬Mَ‫ رُوا هّٰللا َ قِي‬M‫ا ْذ ُك‬Mَ‫ ٰلوةَ ف‬M‫الص‬
َّ ‫وا‬M‫ا َ قِ ْي ُم‬Mَ‫ ْأنَ ْنتُ ْم ف‬M‫اط َم‬ َّ ‫ض ْيتُ ُم‬
َ َ‫فَا ِ َذا ق‬
‫َت َعلَى ْال ُمْؤ ِمنِ ْينَ ِك ٰتبًا َّموْ قُوْ تًا‬ْ ‫الص َّٰلوةَ َكا ن‬

Artinya: "Selanjutnya, apabila kamu telah menyelesaikan shalat (mu),


ingatlah Allah ketika kamu berdiri, pada waktu duduk, dan ketika berbaring.
Kemudian, apabila kamu telah merasa aman, maka laksanakanlah shalat itu
(sebagaimana biasa). Sungguh, shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan
waktunya atas orang-orang yang beriman."

Terdapat hadis Rasulullah memerintahkan untuk memberi perintah shalat pada


saat anak berumur 7 tahun dan dianjurkan memukulnya apabila meninggalkan
shalat pada saat umur 10 tahun setelah mendapatkan pendidikan agama yang
cukup.

‫دكم‬MM‫روا اوال‬MM‫لم "م‬MM‫ه وس‬MM‫لى هللا علي‬MM‫ول هللا ص‬MM‫ال رس‬MM‫ ق‬:‫ال‬MM‫ده ق‬MM‫ه عن ج‬MM‫ عن ابي‬،‫عيب‬MM‫رو ابن ش‬MM‫عن عم‬
." ‫ وفرقوا بينهم في المضاجع‬،‫ واضربوهم عليها وهم ابناء عشر‬،‫بالصالة وهم ابناء سبع سنين‬

3 Yuniarti, Siti Rohmah. "Peran Guru Pai Dalam Meningkatkan Nilai Religius Siswa di
Smp Negeri 2 Sumbergempol Tulungagung 2015." (2015). Hal. 36

4 Ibid., hal. 36
Artinya: “Dari Amr bin Syu’aib dari ayahnya, dari kakeknya bahwa
Rasulullah SAW bersabda: “suruhlah anak-anak kalian mengerjakan shalat sejak
mereka berusia tujuh tahun. Pukullah mereka jika melalaikannya ketika mereka
berusia sepuluh tahun, dan pisahkan tempat tidur mereka.” (HR. Abu Daud)
(Imam Hafidz Abi Dawud Sulaiman Ibn al-Asy’ats al-Sajastani, 1986).5

Dalam hadis tersebut digunakan kata jama’ yang berarti tidak hanya kepada
kedua orang tua akan tetapi pihak-pihak yang diberi amanah untuk mendidik anak
tersebut. Hadis ini bisa disalahpahami cara menerapkannya dengan hanya sebatas
mengambil tekstualnya saja. Kandungan yang terdapat dalam hadis tidak digali
lebih dalam lagi. Kandungannya tidak terbatas pada memerintah dan
menghukumnya apabila menolak perintah tersebut. Mendidik disini tentu butuh
proses panjang dan pembinaan yang penuh teladan.6

Shalat sebagaimana yang kita ketahui apabila dijelaskan dari sudut pandang
syariat merupakan sebuah media yang paling efektif untuk “mengingat” dan
“mendekatkan” antara “hamba” dengan “Khaliq”7. Allah berfirman:
‫هّٰللا‬
َ   ‫اِنَّنِ ۤ ْي اَنَا ُ اَل ۤ اِ ٰلهَ اِاَّل ۤ اَن َۡا فَا ْعبُ ْدنِ ْي‬
ْ‫ۙ واَ قِ ِم الص َّٰلوةَ لِ ِذ ْك ِري‬

Artinya: “Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak)
selain Aku, Maka sembahlah aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat aku”
(QS. Thaha : 14).8

3. Syarat dan Rukun Shalat


Syarat shalat
a. Beragama Islam.
b. Sudah baligh dan berakal.
c. Suci dari hadats.
d. Suci seluruh anggota badan, pakaian dan tempat.

5 Mahfud, Mahfud. "Hukuman Dalam Hadis Tentang Perintah Shalat." FATAWA: Jurnal
Pendidikan Agama Islam 2.1 (2021): 146-160.hal 147

6 Ibid.,
7 Nasri, Ulyan. "Shalat Ditinjau dari Sudut Pandang Pendidikan, Sosial dan Politik." Al-
Munawwarah: Jurnal Pendidikan Islam 10.1 (2018): 44-61. hal. 49

8 QS. Thaha : 14
e. Menutup aurat, untuk laki- laki auratnya antara pusat dan lutut, sedangkan
wanita seluruh anggota badannya kecuali muka dan dua belah telapak
tangan.
f. Masuk waktu yang telah ditentukan untuk masing - masing shalat.
g. Menghadap kiblat.
h. Mengetahui mana yang rukun dan mana yang sunat.
Rukun shalat
a. Niat.
b. Takbiratul Ihram.
c. Berdiri tegak bagi yang berkuasa ketika shalat fardhu. Boleh sambil duduk
atau berbaring bagi yang sedang sakit.
d. Membaca surat Al Fatihah pada tiap – tiap rakaat.
e. Ruku’ dengan tuma'ninah
f. I’tidal dengan tuma'ninah.
g. Sujud dua kali dengan thuma’ninah.
h. Duduk di antara dua sujud dengan thuma’ninah.
i. Duduk tasyahud akhir dengan thuma’ninah.
j. Membaca tasyahud akhir.
k. Membaca shalawat nabi pada tasyahud akhir.
l. Membaca salam yang pertama.
m. Tertib : berurutan mengerjakan rukun – rukun tersebut.9

4. Macam-macam shalat
a. Shalat Fardhu
Shalat Fardhu adalah shalat dengan status hukum fardhu, yakni wajib
dilaksanakan. Shalat fardhu sendiri menurut hukumnya terdiri atas dua golongan
yakni :
1) Fardhu 'Ain, yakni yang diwajibkan kepada individu. Termasuk dalam
shalat ini adalah shalat lima waktu dan shalat Jumat untuk pria.

9 Agus Waluyo, Bimbingan Shalat Fardhu, (Surabaya: AW Publisher, 2005)


2) Fardhu Kifayah, yakni yang diwajibkan atas seluruh muslim namun akan
gugur dan menjadi sunnah bila telah dilaksanakan oleh sebagian muslim
yang lain. Yang termasuk dalam kategori ini adalah shalat jenazah.
Shalat lima waktu adalah shalat fardhu (salat wajib) yang dilaksanakan lima
kali sehari. Hukum shalat ini adalah Fardhu 'Ain, yakni wajib dilaksanakan oleh
setiap Muslim atau muslimah yang telah menginjak usia dewasa (pubertas),
kecuali berhalangan karena sebab tertentu.
Shalat lima waktu merupakan salah satu dari lima Rukun Islam. Allah
menurunkan perintah shalat ketika peristiwa Isra' Mi'raj. Kelima shalat lima waktu
tersebut adalah:

Dari Abdullah bin Amru bin Al Ash RA, bahwasanya Rasulullah SAW
bersabda, "Waktu Zhuhur adalah apabila matahari telah condong sedikit ke Barat
hingga bayangan seseorang menyamai panjangnya, selama waktu Ashar belum
tiba. Waktu Ashar adalah selama matahari belum menguning, waktu Maghrib
adalah selama mega merah belum menghilang, waktu Isya adalah hingga separuh
malam yang tengah, dan waktu Shubuh adalah sejak terbit fajar sampai sebelum
matahari terbit. Maka jika matahari telah terbit, janganlah kamu lakukan shalat,
karena matahari terbit di antara dua tanduk setan. {Muslim 2/105}10

a. Subuh, terdiri dari 2 raka'at. Waktu Subuh diawali dari terbitnya fajar, yakni
cahaya putih yang melintang di ufuk timur. Waktu subuh berakhir ketika
terbitnya Matahari.
b. Zuhur, terdiri dari 4 raka'at. Waktu Zhuhur diawali jika Matahari telah
tergelincir (condong) ke arah barat hingga bayangan seseorang menyamai
panjangnya, dan berakhir ketika masuk waktu Ashar.
c. Asar, terdiri dari 4 raka'at. Waktu Ashar adalah selama matahari belum
menguning. Waktu Ashar berakhir dengan terbenamnya Matahari.

10 Komala, Komala. "Shalat wajib dan sunnah." (2020)


d. Magrib, terdiri dari 3 raka'at. Waktu Maghrib adalah selama mega merah
belum menghilang yang diawali dengan terbenamnya Matahari, dan berakhir
dengan masuknya waktu Isya.
e. Isya, terdiri dari 4 raka'at. Waktu Isya adalah hingga separuh malam yang
tengah yang diawali dengan hilangnya cahaya merah (syafaq) di langit barat,
dan berakhir hingga terbitnya fajar keesokan harinya.
Khusus pada hari Jumat, Muslim laki-laki wajib melaksanakan Shalat Jumat di
masjid secara berjamaah (bersama-sama) sebagai pengganti Shalat Dhuhur. Shalat
Jumat tidak wajib dilakukan oleh perempuan, atau bagi mereka yang sedang
dalam perjalanan (musafir).

b. Shalat Sunnah

1) Shalat masnûnah ialah shalat-shalat sunnah yang selalu dikerjakan


Rasulullah, jarang ditinggalkan, sehingga disebut juga dengan shalat
muakkad (dipentingkan)
2) Shalat mandûdah adalah shalat-shalat sunnah yang kadang dikerjakan oleh
Rasulullah, kadang-kadang juga tidak dikerjakan, sehingga disebut dengan
shalat ghairu muakkad (kurang dipentingkan).
Shalat sunnah menurut hukumnya terdiri atas dua golongan yakni:
1) Muakad, adalah salat sunah yang dianjurkan dengan penekanan yang kuat
(hampir mendekati wajib), seperti shalat dua hari raya, salat sunah witir
dan shalat sunnah thawaf.
2) Ghairu Muakkad, adalah salat sunah yang dianjurkan tanpa penekanan
yang kuat, seperti salat sunah Rawatib dan salat sunah yang sifatnya
insidentil (tergantung waktu dan keadaan, seperti shalat khusuf yang hanya
dikerjakan ketika terjadi gerhana).11

5. Manfaat shalat

11 Ibid.,
Shalat merupakan media komunikasi antara seorang hamba dengan tuhan-Nya
yang memiliki banyak manfaat bagi yang menunaikannya. Di antara manfaatnya
adalah:

a) Shalat sebagai sarana penghubung manusia dengan Tuhan-Nya. Hubungan


manusia dengan Tuhan-Nya adalah hubungan makhlūq dengan pencipta-
Nya (khāliq). Hubungan ini tidak akan terputus selama manusia sadar dan
ingat bahwa ia hanyalah ciptaan Allah yang tujuan penciptaannya hanya
untuk beribadah kepada Allah.
b) Shalat Sebagai Penolong. Shalat juga berfungsi sebagai penolong bagi
manusia untuk menggapai rahmat-Nya. Melalui shalat yang ditunaikan,
manusia dapat memohon pertolongan kepada Allah dari berbagai
permasalahan, ujian di dalam hidupnya.12
Allah Swt. berfirman:

‫صب ِْر َوا لص َّٰلو ِة‬


َّ ‫  ۗ  َوا ْستَ ِع ْينُوْ ا بِا ل‬

Artinya: “Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan


sholat”. (QS. Al-Baqarah [2]: 45).13

c) Shalat sebagai kontrol diri dari perbuatan buruk (fahsyā dan munkar).
Manusia secara fitrah diciptakan untuk senantiasa berbuat baik. Tetapi
dalam diri manusia juga Allah ciptakan kecenderungan untuk berbuat
buruk (fujūr). Shalat yang ditunaikan oleh manusia dapat menjadi
pencegah manusia yang cenderung kepada perbuatan buruk, yaitu fahsyā
dan munkar.14 Allah berfirman:

 ۗ ‫ ۗ اِ َّن الص َّٰلوةَ تَ ْن ٰهى َع ِن ْالفَحْ َشٓا ِء َوا ْل ُم ْن َك ِر‬

Artinya: “Sesungguhnya sholat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan


mungkar.” (QS. Al-'Ankabut 29: Ayat 45)15
12 Asep Muksin, “SHALAT MALAM DALAM AL-QUR’AN DAN PENGARUHNYA
TERHADAP KESEHATAN MENTAL”, Jurnal Keperawatan & Kebidanan STIKes Mitra
Kencana Tasikmalaya, Volume 3 Nomor 1, Mei 2019, Hal. 42 - 53. hal. 45

13Al-Baqarah (2): 45
14Asep Muksin, “SHALAT…… Op.Cit,. hal. 45
15 Al-Ankabut (29): 45
Dalam tafsir Al-Maraghi disebutkan bahwa inti dari ayat tersebut adalah kita
diperintahkan untuk mengerjakan shalat secara sempurna, seraya mengharapkan
keridhaan-Nya dan kembali kepada-Nya dengan khusyu' dan merendahkan diri.
Sebab, jika shalat dikerjakan secara demikian, maka shalat akan dapat mencegah
dari berbuat kekejian dan kemungkaran. Karena shalat mengandung beberapa
ibadah seperti takbir, berdiri dihadapan Allah SWT, ruku', sujud, dengan segenap
kerendahan hati, serta pengagungan lantaran di dalam ucapan dan perbuatan shalat
terdapat isyarat untuk meninggalkan kekejian dan kemungkaran. 16

Adapun berbagai perkara yang menghalangi dan merintangi pengaruh shalat,


diantaranya yaitu:

a) Perhatian Hanya Pada Bentuk Lahiriah Shalat


Hanya memperhatikan bentuk lahiriah shalat dan tidak adanya
pengetahuan rasional dan hati terhadap zikir dan bacaan yang ada dalam
shalat, merupakan satu faktor penting yang menjadikan shalat tidak
memiliki pengaruh. Karena hakikat shalat tidak hanya pada bentuk lahiriah
saja, namun juga pada bentuk batinnya. Pengaruh shalat terikat dan
bergantung erat pada jiwa dan batin shalat, dan untuk dapat meraih hasil,
manfaat, serta pengaruhnya, tidak ada cara lain selain menyalami batin
shalat. Pada hakikatnya inilah yang dimaksudkan bahwa shalat itu adalah
dzikir. Maka dari itu seseorang yang berharap shalatnya dapat menjadikan
batin dan hatinya bersih, jauh dari berbagai akhlak yang hina, tetapi ia
hanya memperhatikan sisi lahiriah saja, sesungguhnya harapannya
merupakan suatu harapan yang sia-sia. Dengan demikian hakikat shalat
bukanlah sekedar aktivitas dan ucapan lahiriah saja, tetapi jiwa shalat
itulah yang mampu memberikan kesempurnaan dan ketinggian pada si
pelakunya.

b) Tidak Adanya Keikhlasan dan Kehadiran Hati.


Faktor lain yang menyebabkan shalat tidak memberikan pengaruh pada
pelaku shalat dan tidak menjadikan ia berjalan menuju ketinggian

16 Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Terjemah Tafsir Al-Maraghi, (Semarang:CV. Toha


Putra, 1989), hlm.239- 240.
maknawi adalah tidak adanya rasa ikhlas (kemurnian dan ketulusan hati),
kehadiran hati, dan ketenangan batin. Ketika shalat disebut dengan
zikrullah maksudnya adalah menghadirkan hati untuk senantiasa
mengingat Allah SWT, yang hal ini merupakan kesempurnaan dan
kebahagiaan di dua kehidupan serta kunci dari kemenangan. Tolok ukur
bagi diterimanya suatu amal ibadah adalah keikhlasan dan kehadiran hati.
Maka dari itu ketika kita melaksanakan ibadah shalat, hendaknya
dilakukan dengan ikhlas dan menghadirkan hati.
c) Menganggap Ringan dan Meremehkan Shalat
Dalam ajaran Islam shalat merupakan ibadah yang memiliki posisi yang
amat tinggi dibandingkan dengan amal ibadah lain. Dalam melaksanakan
ibadah apapun, harus sesuai dengan tuntutan yang telah ditetapkan oleh
syariat, sehingga jangan sampai terkesan meringankan dan menganggap
kecil amal ibadah tersebut. Bentuk dari menganggap ringan amal ibadah
dengan tidak mengerjakan pada waktu khususnya, tidak mengerjakan
bagian dari shalat secara sempurna, dan lain sebagainya. Kesemuanya ini
dapat dianggap sebagai meremehkan dan menganggap ringan syariat Ilahi.
Dan segala bentuk peremehan terhadap syariat Ilahi akan meniadakan
berkah dan pengaruh syari’at tersebut dalam diri manusia.

Anda mungkin juga menyukai