Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

AL-ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN


“SHOLAT”

Makalah ini disusun untuk memenuhi penugasan


Ujian Tengah Semester Ganjil 2021/2022
Mata Kuliah Al-Islam dan Kemuhammadiyahan

Disusun oleh :
Khoirunnisa Ahyani (2011201002)

PROGRAM STUDI BIOTEKNOLOGI S-1


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS „AISYIYAH YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Shalat secara bahasa berasal dari bahasa Arab, shalla-yushalli-shalaatan yang
berarti ad-du‘a atau do‟a. Sedangkan secara istilah syara‟ shalat adalah ibadah yang
dimulai dengan takbir, tersusun dari perkataan dan perbuatan, kemudian diakhiri dengan
salam. Shalat adalah ibadah yang sangat identik dengan agama islam. Shalat menjadi
pembeda antara seorang muslim dengan seorang yang kafir.
Shalat, terutama shalat fardhu (wajib) merupakan ibadah yang sangat krusial bagi
seluruh umat muslim. Shalat menempati posisi kedua dalam rukun islam, berada tepat
setelah rukun pertama yaitu mengucap dua kalimat syahadat, membuat ibadah ini
semakin terlihat urgensinya. Menurut kesepakatan para ulama hukum mengerjakan shalat
adalah fardhu „ain, dimana hukumnya wajib dikerjakan bagi setiap muslim yang sudah
baligh dan apabila ditinggalkan akan berdosa. Oleh karena itu, selama seseorang masih
dapat bernapas, kewajiban shalat masih melekat padanya.
Begitu pentingnya shalat dalam agama islam sehingga tentu saja mempelajari
segala hal tentang seluk-beluknya perlu dilakukan. Untuk itu, dalam makalah ini kami
akan membahas mengenai hal-hal seputar shalat. Mulai dari makna shalat, dasar hukum,
hingga hikmah shalat.

1.2 Tujuan
Makalah ini disusun untuk membahas dan mempelajari hal-hal seputar shalat.
Baik itu makna shalat, dasar hukum shalat, kedudukan shalat dalam islam, syarat dan
rukun shalat, macam-macam shalat, juga hikmah shalat. Selain itu, makalah ini disusun
untuk memenuhi penugasan mata kuliah Al-Islam dan Kemuhammadiyahan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Shalat


Sholat berasal dari kata “ashsholaah” yang berarti doa. Sedangkan pengertian
sholat menurut istilah syariat islam adalah suatu amal ibadah yang terdiri dari perkataan-
perkataan dan perbuatan-perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam
dengan syarat-syarat dan rukun-rukun tertentu. Menurut Maulana Muhammad Zakariyya
Al Kandahlawi Rah.a dalam kitab karangannya, dari sayyidina Ibnu Ummar
Radhiyallahu‟anhuma, ia mengatakan baginda Rosulullah SAW bersabda Agama islam
dibangun atas lima tiang, bersaksi bahwa tiada yang berhak disembah selain Allah SWT
dan Muhammad SAW adalah hamba dan utusan Allah SWT, mendirikan sholat,
membayar zakat, haji dan puasa dibulan ramadhan (HR. Bukhari, Muslim, dari kitab at-
targhib).
Menurut Rahmatullah (2016) Sholat bukanlah hal yang baru dalam sejarah islam,
bahkan ibadah ini sudah ada semenjak zaman jahiliah. Sholat berarti do‟a dan istigfar.
Kata ini ditempatkan oleh Allah SWT dalam Al-Qur‟an menurut makna aslinya. Hal ini
bisa didapat pada beberapa surat Al-Qur‟an, diantaranya: “Ambillah zakat dari sebagian
harta mereka. Dengan zakat itu, kamu membersihkan dan menyucikan mereka, dan
berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketentraman bagi mereka
dan Allah maha mendengar lagi maha mengetahui.” (QS. At-Taubah [9]: 103). Dalam
ayat lain dijelaskan: “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk
Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah
salam penghormatan kepadanya.” (QS. Al-Ahzab [33]:56).

2.2 Dasar Hukum Shalat


Hukum shalat adalah wajib „aini dalam arti kewajiban yang ditujukan kepada
setiap orang yang telah dikenai beban hukum (mukallaf) dan tidak lepas kewajiban
seseorang dalam shalat kecuali bila telah dilakukanya sendiri sesuai dengan ketentuanya
dan tidak dapat diwakilkan pelaksanaanya.Shalat merupakan salah satu rukun Islam yang
wajib dan harus dilaksanakan berdasarkan ketetapan Al-Qur‟an, sunnah, dan ijma‟.
Kewajiban itu diterima Nabi Muhammad SAW secara langsung yang diperintahkan oleh
Allah di “sidratulmuntaha” sewaktu isra‟ dan mi‟raj. Setahun sebelum hijrah ke madinah
pada waktu yang telah di kenal, yaitu Zuhur, Ashar, Maghrib, Isya‟ dan Subuh. Shalat
fardhu pertama yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW adalah shalat Zuhur.
Firman-firman Allah yang memerintahkan untuk melaksanakan shalat seperti
didalam Al-Qur‟an surat Toha ayat 14 yang berarti: Sesungguhnya Aku ini adalah Allah,
tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah salat untuk
mengingat Aku. (QS. Toha: 14).
Dalam ayat lain Allah berfirman Qur‟an surat Al-ankabut ayat 45 yang berarti :
Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Qur'an) dan
dirikanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatanperbuatan) keji dan
mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (salat) adalah lebih besar (keutamaannya
dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-
Ankabut: 45)
Dalil-dalil di atas, semuanya berisi perintah untuk mengerjakan shalat bagi umat
Islam. Sedangkan tata cara pelaksanaan shalat telah diterangkan oleh Rasulullah SAW
dalam sabda Beliau. Karena memang kedudukan Beliau sebagai penjelas halhal yang
masih umum dan memperinci hal-hal yang bersifat global didalam AlQur‟an.
Tata cara pelaksanaan shalat telah dijelaskan oleh Rasulullah SAW di dalam
sabda beliau yang berarti : “Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku
(mengerjakan) shalat.‖ (HR. Thabrani).
Macam-macam Shalat Fardhu Shalat merupakan kewajiban rutin yang harus
dikerjakan lima kali sehari semalam, oleh setiap muslim yang mukallaf (sudah
dibebankan kewajiban agama).
Dapat disimpulkan bahwa shalat fardhu atau wajib dilaksanakan oleh tiap-tiap
mukallaf (orang muslim yang telah balig lagi berakal) ialah shalat yang dilakukan lima
kali dalam sehari yaitu diantaranya shalat Zuhur, Ashar, Maghrib, Isya, Dan subuh.
Apabila salah satu shalat tersebut ditinggalkan mendapatkan dosa dan akan dimintai
pertanggung jawaban di akhirat kelak.

2.3 Kedudukan Shalat dalam Islam


Shalat memiliki kedudukan yang tinggi dalam Islam. Shalat adalah tiang agama,
Rasulullah shallallahu ‗alaihi wa sallam bersabda:
َ ‫َاي ِو ْان ِج َياد ُ فِي‬
ِ‫سبِ ْي ِم للا‬ ِ ‫سن‬َ ُ ‫ ًَذ ِْر ًَة‬، ُ ‫صالَة‬
َّ ‫ ًَ َع ًُ ٌْدُهُ ان‬، ‫اْل ْسالَ ُو‬ ُ ْ‫َرأ‬
ِ ْ ‫س ْاْلَ ْي ِر‬

Artinya:“Pokok perkara adalah Islam, tiangnya shalat dan puncaknya jihad fii
sabiilillah.” (HR. Ahmad, Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Shalat merupakan amal shalih yang paling dicintai Allah. Dari Ibnu
Mas‟ud radhiyallahu ‗anhu, ia berkata: Aku bertanya kepada Nabi shallallahu ‗alaihi wa
sallam, “Amal apa yang paling dicintai Allah Ta‘ala?” Beliau menjawab, “Shalat pada
waktunya.” Aku bertanya lagi, “Lalu apa?” Beliau menjawab: “Berbakti kepada kedua
orang tua.” Aku bertanya lagi, “Lalu apa?” Beliau menjawab, “Berjihad fii sabiilillah.”
(HR. Bukhari-Muslim).
Shalat adalah amal saleh yang pertama kali dihisab pada hari kiamat,
Rasulullah shallallahu ‗alaihi wa sallam bersabda:
‫سائِ ُر َع ًَ ِه ِو‬ َ َ‫ث ف‬
َ َ ‫سد‬ َ ‫صهُ َح‬
َ َ‫ ًَ ِإ ٌْ ف‬، ‫سائِ ُر َع ًَ ِه ِو‬
ْ َ ‫سد‬ ْ ‫صهُ َح‬
َ ‫ج‬ َّ ‫سبُ َعهَ ْي ِو ْانعَ ْبد ُ يَ ٌْ َو ْان ِقيَا َي ِت ان‬
َ ٌْ ِ ‫صالَة ُ فَإ‬ َ ‫أ َ ًَّ ُل َيا يُ َحا‬

“Pertama kali yang dihisab dari seorang hamba pada hari kiamat adalah shalat.
Jika baik shalatnya, maka baiklah seluruh amalnya dan jika buruk, maka buruklah
seluruh amalnya.” (HR. Thabrani, lih. Shahihul Jami‘ no. 2573)
Shalat adalah wasiat terakhir Rasulullah shallallahu ‗alaihi wa sallam kepada
umatnya, Beliau bersabda:
‫َج أ َ ْي ًَانُ ُك ْى‬
ْ ‫ ًَ َيا َيهَك‬، َ ‫صالَة‬
َّ ‫صالَة َ ان‬
َّ ‫اَن‬

“Jagalah shalat, jagalah shalat, dan berbuat baiklah kepada budak yang kalian
miliki.” (HR. Thabrani, lih. Shahihul Jami‘ no. 3873)
Allah Subhanahu wa Ta‘ala memerintahkan kita menjaganya baik ketika hadhar
(tidak safar) maupun ketika safar, ketika suasana aman maupun suasana mencekam. Dia
berfirman:
―Peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa (Ashar).
Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu‘.—Jika kamu dalam keadaan
takut (bahaya), maka shalatlah sambil berjalan atau berkendaraan. Kemudian apabila
kamu telah aman, maka sebutlah Allah (shalatlah), sebagaimana Allah telah
mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.‖ (QS. Al Baqarah: 238-239)
Bahkan dalam kondisi perang, Allah Subhanahu wa Ta‘ala tetap memerintahkan
kita menjaganya (lih. An Nisaa‟: 102-103).
Demikian juga dalam kondisi sakit, kewajiban shalat tidak gugur,
Rasulullah shallallahu ‗alaihi wa sallam bersabda:
‫ فَإ ِ ٌْ نَ ْى ح َ ْسخ َِط ْع فَ َعهَى َج ْنب‬,‫ فَإ ِ ٌْ نَ ْى ح َ ْسخ َِط ْع فَقَا ِعدًا‬,‫ص ِّم قَائِ ًًا‬
َ

“Shalatlah sambil berdiri! Jika tidak bisa, maka sambil duduk, jika tidak bisa,
maka sambil berbaring.” (HR. Bukhari)
Kepada para orang tua, Islam memerintahkan mereka menyuruh anaknya shalat
sejak berusia tujuh tahun dan memerintahkan mereka memukul anaknya ketika
meninggalkannya saat berusia sepuluh tahun. Rasulullah shallallahu ‗alaihi wa
sallam bersabda:

ِ‫اجع‬
ِ ََ ًَ ‫ ًَفَ ِ ّرقُ ٌْا اَ ْينَ ُي ْى فِي ْان‬، ‫ ًَار ِْرا ٌُْ ُى ْى َعهَ ْي َيا ِإذَا اَهَوُ ٌْا َع ْر ًرا‬، ‫س ْبعًا‬ َّ ‫ُي ُر ًْا أ َ ًْْلَدَ ُم ْى اِان‬
َ ‫صالَةِ ِإذَا اَهَوُ ٌْا‬

“Suruhlah anak-anakmu mengerjakan shalat ketika mereka berusia tujuh tahun.


Pukullah mereka (ketika meninggalkannya) saat berusia sepuluh tahun dan pisahkanlah
tempat tidurnya.” (HR. Ahmad, Abu Dawud dan Hakim, Hakim berkata, “Shahih sesuai
syarat Muslim.”)
Terhadap orang-orang yang menunda shalat sampai lewat waktunya
Allah Ta‘ala mengancam akan mendapatkan “Al Ghayy” (kesesatan atau lembah di
neraka jahannam). Dia berfirman:
―Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan
shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui
kesesatan.‖ (QS. Maryam: 59)
Sa‟id bin al-Musayyib rahimahullah berkata, “Orang itu tidak shalat zuhur kecuali
setelah tiba waktu ashar, tidak shalat ashar kecuali setelah tiba waktu maghrib, tidak
shalat maghrib kecuali setelah tiba waktu isya dan tidak shalat isya kecuali setelah tiba
waktu subuh dan tidak shalat subuh kecuali setelah terbit matahari. Orang yang
meninggal dalam kondisi terus-menerus seperti ini dan tidak bertaubat, maka Allah
ancam dengan al ghayy, yaitu lembah di neraka Jahannam yang sangat dalam dan busuk
rasanya.”
Jika orang yang menunda shalat sampai tiba waktu shalat berikutnya sudah seperti
ini keadaannya, lalu bagaimana dengan orang yang meninggalkan shalat? –na‘uudzu
billahi min dzaalik-.
Neraka, itulah tempat orang yang meninggalkan shalat. Allah Subhanahu wa
Ta‘ala berfirman:
―Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)?‖— Mereka
menjawab: ―Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat–Dan
kami tidak (pula) memberi Makan orang miskin,—Dan kami membicarakan yang bathil,
bersama dengan orang-orang yang membicarakannya,—Dan kami mendustakan hari
pembalasan,—Hingga datang kepada Kami kematian‖. (QS. Al Muddatstsir: 42-47)
Umat Islam juga tidak berselisih bahwa meninggalkan shalat dengan sengaja
termasuk dosa-dosa besar yang sangat besar, dan bahwa dosanya lebih besar di sisi Allah
daripada dosa membunuh, mengambil harta, zina, mencuri, dan meminum khamr. Ibnul
Qayyim ketika menjelaskan hadis bahwa orang yang meninggalkan shalat akan
dikumpulkan bersama Fir‟aun, Qarun, Haman dan Ubay bin Khalaf –di antara ulama ada
yang mencacatkan hadis ini– berkata, “Orang yang meninggalkan shalat ada yang
meninggalkannya karena disibukkan mengurus hartanya, kerajaannya, kekuasaannya atau
perniagaannya (bisnisnya). Barangsiapa yang meninggalkannya karena disibukkan oleh
hartanya, maka dia akan bersama Qarun. Barangsiapa yang meninggalkannya karena
disibukkan oleh kerajaannya, maka dia akan bersama Fir‟aun. Barangsiapa yang
meninggalkannya karena disibukkan oleh kepemimpinannya maka dia akan bersama
Haman dan barangsiapa yang meninggalkannya karena disibukkan oleh perniagaannya
maka dia akan bersama Ubay bin Khalaf.” Pada hari kiamat nanti, orang-orang yang
meninggalkan shalat tidak akan sanggup sujud kepada Allah Ta‘ala ketika manusia
semuanya dipanggil untuk sujud. Allah Subhanahu wa Ta‘ala berfirman:―Pada hari betis
disingkapkan dan mereka dipanggil untuk bersujud; maka mereka tidak kuasa,– (dalam
keadaan) pandangan mereka tunduk ke bawah, lagi diliputi kehinaan. dan sesungguhnya
mereka dahulu (di dunia) diseru untuk bersujud, sedangkan mereka dalam keadaan
sejahtera.‖ (QS. Al Qalam: 42-43).
Sa‟id bin Al Musayyib rahimahullah berkata: “Dahulu mereka (di dunia)
mendengar “Hayya ‗alash shalaah-Hayya ‗alal falaah”, namun mereka tidak mendatangi
padahal mereka sehat-sentosa.”

2.4 Syarat dan Rukun Shalat


2.4.1 Syarat Sah Shalat
Berikut syarat-syarat sah shalat:
a. Beragama Islam
b. Berakal sehat dan baligh (dewasa)
c. Suci dari hadats kecil dan hadats besar
d. Suci seluruh anggota badan, pakaian, dan tempat shalat dari najis
e. Menutup aurat
f. Mengetahui waktu masuknya shalat
g. Menghadap kiblat
2.4.2 Rukun Shalat
Berikut rukun-rukun shalat:
a. Niat
b. Takbiratul ihram
c. Berdiri (bagi yang mampu)
d. Membaca surat Al-Fatihah
e. Rukuk dengan tuma‟ninah
f. I‟tidal dengan tuma‟ninah
g. Duduk diantara dua sujud dengan tuma‟ninah
h. Duduk tasyahud akhir
i. Membaca do‟a tasyahud akhir
j. Mengucapkan salam yang pertama
k. Tertib (dilakukan secara berurutan)
2.4.3 Hal-Hal yang Membatalkan Shalat
Berikut hal-hal yang dapat membatalkan shalat
a. Meninggalkan salah satu syarat sah shalat
b. Mengurangi atau menambah salah satu rukun shalat dengan sengaja
c. Menoleh ke kanan atau ke kiri tanpa ada keperluan
d. Sengaja makan atau minum walau hanya sedikit
e. Berbicara dengan sengaja dan tertawa terbahak-bahak
f. Melakukan banyak gerakan selain gerakan sholat
g. Terbukanya aurat
h. Mengubah niat
i. Membelakangi kiblat
j. Keluar dari agama islam (murtad)
2.4.4 Sunah-Sunah Shalat
Sunah-sunah shalat dibagi menjadi dua, yaitu sunah Hai‘at yaitu apabila lupa
mengerjakan tidak apa-apa dan sunah Ab‘adh yaitu apabila lupa mengerjakan perlu
diganti dengan sujud sahwi. Berikut sunah-sunah Hai‘at :
a. Mengangkat kedua tangan ketika takbiratul ihram, rukuk, berdiri dari rukuk dan
berdiri dari tasyahud awal
b. Membaca doa iftitah
c. Melihat ke arah tempat sujud
d. Meletakka telapak tangan kanan di atas punggung tangan kiri, dan keduanya
diletakkan di bawah dada
e. Membaca ta‘awudz sebelum membaca surat Al-Fatihah
f. Membaca ―aamiin‖ setelah membaca surat Al-Fatihah
g. Membaca surah atau ayat Al-Quran bagi imam atau yang shalat sendiri, sesudah
membaca surah Al-Fatihah pada rakaat pertama dan kedua, sedangkan bagi makmum
mendengarkan bacaan imamnya
h. Mengeraskan bacaan Al-Fatihah pada shalat Subuh, dan pada dua rakaat pertama
shalat Maghrib, Isya‟, Jum‟at, shalat Hari Raya, shalat Tarawih, dan Witir pada bulan
Ramadhan
i. Takbir ketika akan melakukan rukuk
j. Membaca ―sami‘allahu liman hamidah‖ ketika bangkit dari rukuk
k. Membaca tasbih tiga kali ketika rukuk dan sujud
l. Membaca doa ketika duduk diantara dua sujud
m. Duduk iftirasy, yaitu duduk di atas mata kaki, telapak kaki kanan ditegakkan, ujung
jari kaki kanan dihadapkan kea rah kiblat (bersimpuh)
n. Duduk tawarruk, yaitu seperti duduk iftirasy namun bedanya telapak kaki kiri
dikeluarkan ke sebelah kanan dan pantat duduk di tanah (lantai) pada akhir shalat
o. Duduk istirahat (sebentar) setelah sujud kedua sebelum berdiri
p. Memberi salam (menoleh ke kanan dan kiri) hingga kelihatan pipinya oleh orang di
belakang
q. Ketika memberi salam diniatkan untuk memberi salam kepada orang yang ada di
kanan dan kiri, terhadap manusia maupun malaikat
Sementara itu, sunah Ab‘adh adalah membaca tasyahud awal beserta shalawat.

2.5 Macam-Macam Shalat


Secara garis besar, shalat dibagi menjadi dua, yaitu shalat fardhu (wajib) dan
shalat sunah. Shalat Fardhu Shalat merupakan kewajiban rutin yang harus dikerjakan lima
kali sehari semalam, oleh setiap muslim yang mukallaf (sudah dibebankan kewajiban
agama). Secara rinci pembagian waktu shalat fardhu yaitu:
a. Shalat Zuhur, dilakukan sebanyak empat raka‟at, awal waktunya setelah condong
matahari (tergelincir) dari pertengahan langit. Akhir waktunya apabila bayang-
bayang suatu benda telah sama panjang dengan benda aslinya.
b. Shalat Ashar, dilakukan sebanyak empat raka‟at, waktunya mulai dari habisnya
waktu Zuhur, yakni sejak bayang-bayang suatu benda melebihi sedikit panjang benda
aslinya, hingga terbenamnya matahari.
c. Shalat Maghrib, dilakukan sebanyak tiga raka‟at, waktunya dari terbenamnya
matahari sampai hilangnya syafaq ( awan senja, teja) merah. Teja atau syafaq merah
sore adalah cahaya matahari yang terpancar ditepi langit sebelah barat sesaat sesudah
terbenam.
d. Shalat Isya‟, dilakukan sebanyak empat raka‟at, waktunya dari mulai terbenam
syafaq (awan senja sehabis maghrib) hingga terbit fajar.
e. Shalat Shubuh, waktunya dari terbit fajar (fajar shidiq) hingga terbit matahari.
Sementara itu, shalat sunah masih memiliki banyak sekali macamnya. Namun
secara garis besarnya shalat sunah dapat dibedakan menjadi shalat sunah yang dilakukan
sendirian dan shalat sunah yang dilakukan secara berjamaah. Shalat sunah yang
dikerjakan sendirian diantaranya:
a. Shalat sunah rawatib, yaitu shalat qabliyah atau ba‟diyah yang mengiringi shalat
fardhu
b. Shalat dhuha, yang dikerjakan pada waktu dhuha atau saat matahari nampak
c. Shalat istikharah, yaitu shalat meminta petunjuk diantara dua pilihan sulit
d. Shalat sunah tasbih
e. Shalat hajat
f. Shalat sunah taubat
g. Shalat sunah wudhu
h. Shalat tahiyyatul masjid
i. Shalat mutlaq
j. Shalat safar
Sedangkan shalat sunah yang dikerjakan secara berjamaah diantaranya adalah:
a. Shalat tarawih
b. Shalat witir
c. Shalat hari raya (Idul Fitri dan Idul Adha)
d. Shalat istisqa
e. Shalat gerhana

2.6 Hikmah Shalat


Selain untuk menunaikan kewajiban ibadah sebagai seorang muslim,
melaksanakan shalat memiliki sangat banyak hikmah lainnya, diantaranya:
a. Mencegah perbuatan keji dan munkar;
Shalat yang dikerjakan dengan khusyuk akan membentuk pribadi yang mampu
mencegah dirinya dari perbuatan keji dan munkar. Seperti yang tertera pada firman
Allah : ―Sesungguhnya, sholat itu mencegah dari perbuatan keji dan munkar‖ (QS.
Al-Ankabut: 45)
b. Meninggikan derajat dan menghapus kesalahan;
Shalat dapat meninggikan derajat dan menghapuskan kesalahan seseorang yang
melaksanakannya, seperti sabda Rasulullah SAW: ―Hendaknya engkau
memperbanyak sujud kepada Allah. Sebab, jika engkau sujud kepada Allah satu kali
maka Allah akan mengangkatmu satu derajat dan menghapuskan satu kesalahan
darimu.‖ (HR. Muslim dari Thabrani)
c. Mendapatkan ampunan atas segala dosa dari Allah SWT;
Allah SWT akan mengampuni dosa-dosa hambanya yang ada diantara satu shalat
dengan shalat berikutnya, seperti sabda Rasulullah SAW: ―Tidaklah seorang muslim
berwudhu, lalu ia membaguskan wudhunya, kemudian mengerjakan shalat,
melainkan Allah mengampuni dosa yang terjadi antara saat itu dengan shalat yang
berikutnya.‖ (HR. Muslim)
d. Membersihkan kesalahan dan dosa
Shalat dapat membersihkan diri dari kesalahan yang disengaja maupun tidak, seperti
sabda Rasulullah SAW: ―Bagaimana pendapat kalian jika ada sebuah sungai di
depan pintu rumah salah satu diantaramu, lalu ia mandi di sungai itu setiap hari
lima kali, apakah masih tersisa kotoran daripadanya? Para sahabat berkata, ‗tentu
tidak tersisa kotoran sedikit pun.‘ Rasulullah bersabda, ‗Demikian perumpamaan
shalat lima waktu, Allah akan menghapus segala kesalahan dengan shalatnya
tersebut.‖ (HR. Muslim)
e. Mendidik kedisiplinan
Ibadah shalat yang dilaksanakan pada waktu-waktu tertentu, akan melatih seorang
muslim untuk menghargai waktu dan memaksimalkan kesempatan yang dimiliki.
Firman Allah SWT: ―Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu dan ditentukan
waktunya atas orang-orang yang beriman.‖ (QS. An-Nisaa‟: 103).
f. Membentuk pribadi yang tangguh
Shalat dapat membentuk diri untuk menjadi pribadi yang tangguh, tidak cengeng,
dan tidak mudah berkeluh-kesah ketika menghadapi cobaan dan musibah. Firman
Allah SWT: ―Sesungguhnya manusia diciptakan untuk berkeluh-kesah lagi kikir.
Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh-kesah. Dan apabila ia mendapat kebaikan
ia amat kikir. Kecuali, orang-orang yang mengerjakan shalat yang mereka itu tetap
mengerjakan shalatnya.‖ (QS. Al-Ma‟arij: 19-23).
g. Melatih hidup tertib dan teratur
Shalat memiliki gerakan-gerakan yang tertib, dari takbir hingga salam dan tidak
boleh dikerjakan asal-asalan. Oleh karena itu, tertib dan teratur dalam shalat akan
mendidik kita untuk selalu mengikuti aturan-aturan yang ada.
h. Menanamkan sifat tawadhu‟ (rendah hati)
Gerakan sujud dalam shalat memberikan pesan kesetaraan derajat manusia dan
mengajarkan sikap rendah hati dalam segala hal.
i. Meningkatkan kesehatan jasmani
Shalat yang dilakukan dengan benar, tuma‟ninah, dan istiqamah akan memberikan
manfaat yang besar bagi kesehatan tubuh.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sholat berasal dari kata “ashsholaah” yang berarti doa. Sedangkan pengertian
sholat menurut istilah syariat islam adalah suatu amal ibadah yang terdiri dari perkataan-
perkataan dan perbuatan-perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan
salam dengan syarat-syarat dan rukun-rukun tertentu. Shalat, terutama shalat fardhu
(wajib) merupakan ibadah yang sangat krusial bagi seluruh umat muslim. Menurut
kesepakatan para ulama hukum mengerjakan shalat adalah fardhu „ain, dimana
hukumnya wajib dikerjakan bagi setiap muslim yang sudah baligh dan apabila
ditinggalkan akan berdosa. Oleh karena itu, selama seseorang masih dapat bernapas,
kewajiban shalat masih melekat padanya.
DAFTAR PUSTAKA

Albany, H. 2012. The Miracle of Night: Sholat Tahajjud. Jakarta: Wahyumedia.


Marwah. 2012. Kedudukan Shalat. (2).
Mair, R. Z. 2018. Aplikasi Media Belajar Praktek Sholat Menggunakan Teknologi Augmented
Reality Berbasis Android. Jurnal Akuntanika-Adminika-Informanika. (4)2: 99-108.
Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah. 2014. Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah.
Yogyakarta: Penerbit Suara Muhammadiyah.
Najibuddin, A. 2012. Panduan Shalat Lengkap dan Juz Amma. Bandung: Ruang Kata.
Putra Toha. 2009. Pengertian Shalat. Hlm 417.

Anda mungkin juga menyukai