Anda di halaman 1dari 12

MODUL FIKIH SHALAT

PENGERTIAN SHALAT DAN DALIL PENSYARIATANNYA

MUKADDIMAH

Shalat adalah rukun Islam yang kedua dan ia merupakan rukun yang sangat ditekankan
(utama) sesudah dua kalimat syahadat. 1 Telah disyari’atkan sebagai sesempurna dan sebaik-
baiknya ibadah.2 Shalat ini mencakup berbagai macam ibadah: zikir kepada Allah, tilawah
Kitabullah, berdiri menghadap Allah, ruku’, sujud, do’a, tasbih, dan takbir. 3 Shalat merupakan
pokok semua macam ibadah badaniah. Allah telah menjadikannya fardhu bagi Rasulullah
SAW sebagai penutup para rasul pada malam Mi’raj di langit, berbeda dengan semua syari’at.
Hal itu tentu menunjukkan keagungannya, menekankan tentang wajibnya dan kedudukannya
di sisi Allah.

Terdapat sejumlah hadits berkenaan dengan keutamaan dan wajibnya shalat bagi
perorangan. Hukum fardhunya sangat dikenal di dalam agama Islam. Barang siapa yang
mengingkari shalat, ia telah murtad dari agama Islam. Ia dituntut untuk bertobat. Jika tidak
bertobat, ia harus dihukum mati menurut ijma’ kaum muslimin.

PENGERTIAN SHALAT
Shalat menurut etimologi (bahasa) bermakna do’a. Dinamakan demikian karena di
dalam shalat mengandung banyak do’a, permohonan dan permintaan. Orang yang melakukan
shalat tidak lepas dari do’a ibadah, pujian dan permintaan. Itulah sebabnya dinamakan shalat.
Shalat dengan makna doa dicontohkan di dalam berfirman Allah SWT berikut ini;

َ َ‫ص ٰلوتَك‬
‫سكَ ٌن‬ َ ‫علَيْ ِه ْۗ ْم اِ َّن‬ َ ‫ص َدقَةً تُطَ ِه ُرهُ ْم َوتُزَ ِكيْ ِه ْم ِب َها َو‬
َ ‫ص ِل‬ َ ‫ُخذْ ِم ْن اَ ْم َوا ِل ِه ْم‬
ُ ‫لَّهُ ْۗ ْم َو ه‬
‫ّٰللا سَ ِميْ ٌع عَلِيْ ٌم‬
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, guna membersihkan dan menyucikan mereka,
dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doamu itu (menumbuhkan) ketenteraman jiwa
bagi mereka. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.” (QS. at-Taubah: 103)

Dalam ayat ini, shalat yang dimaksud sama sekali bukan dalam makna syariat, melainkan
dalam makna bahasanya secara asli yaitu berdoa.

1
Syaikh Muhammad Fadh & Syaikh Abdul Aziz bin Baz, Sifat Wudhu & Shalat Nabi SAW,
Penerjemah: Geis Umar Bawazier, (Jakarta: al-Kautsar, 2011), cet. ke-1, hal. 75.
2
Sentot Haryanto, Psikologi Shalat (Kajian Aspek-aspek Psikologi Ibadah Shalat oleh- oleh Isra’
Mi’raj Nabi Muhammad SAW), (Yogyakarta: 2007), cet. ke-5, hal. 59.
3
Abu Malik Kamal bin as-Sayyid Salim, Shahih Fikih Sunnah, Penerjemah, Khairul Amru Harahap
dan Faisal Saleh, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007), cet. ke-1, hal. 277.

1|Mo d ul Pe mbi naan EMAS – Mate ri Fi ki h Shal at


Adapun menurut istilah dalam ilmu syariah, oleh para ulama, shalat didefinisikan sebagai:4

Serangkaian ucapan dan gerakan yang tertentu yang dimulai dengan takbir dan diakhiri
dengan salam, dikerjakan dengan niat dan syarat-syarat tertentu.

Al-Hanafiyah punya pengertian sendiri tentang definisi shalat, yaitu :

Nama untuk serangkaian perbuatan yang sudah dikenal, diantaranya berdiri, ruku' dan sujud.

Menurut Fauzan Akbar Ibnu Muhammad Azri dalam bukunya Shalat Sesuai Tuntunan Nabi
SAW, shalat didefiniskan sebagai: “Serangkaian perkataan dan perbuatan yang tertentu atau
khusus, yang dimulai dengan takbir (takbiratul ihram) dan diakhiri dengan salam sebagai
sebuah ibadah ritual. Shalat merupakan rukun perbuatan yang paling penting di antara rukun
Islam yang lain sebab ia mempunyai pengaruh yang baik bagi kondisi akhlak manusia.5

Menurut Sayyid Sabiq dalam kita Fikih Sunnah menyebutkan, shalat ialah ibadat yang
terdiri dan perkataan dan perbuatan tertentu yang dimulai dengan takbir bagi Allah Ta’ala dan
di sudahi dengan memberi salam.6

PENSYARIATAN SHALAT PADA UMAT TERDAHULU

Shalat adalah ibadah yang telah disyariatkan sejak masa yang lama, kepada semua Nabi
dan ummatnya, di semua peradaban dan masa. Juga sudah disyariatkan sejak awal mula turun
wahyu di masa kenabian Muhammad SAW. Dan akhirnya disempurnakan lagi pada peristiwa
Mi'raj ke Sidratil Muntaha.
Tidak ada seorang Nabi atau rasul, kecuali telah diperintahkan untuk mengerjakan
ibadah shalat. Meski barangkali tata cara dan aturannya mengalami perbedaan, sesuai dengan
apa yang Allah tetapkan, namun intinya tiap risalah yang turun selalu ada kewajiban shalat di
dalamnya. Di dalam bukunya Seri Fiqih Kehidupan (3): Shalat karya Ahmad Syarwat, Lc.,
menyebutkkan contoh-contoh perintah shalat kepada para Nabi berdasarkan Al-Quran.7

4
Fathul Qadir jilid 1 hal. 191, Mughni Al-Muhtaj jilid 1 hal. 120, Kasysyaf Al-Qinaa' jilid 1, hal. 221.
5
Fauzan Akbar Ibnu Muhammad Azri, 2011, Shalat Sesuai Tuntunan Nabi SAW, Yogyakarta: Nuha
Litera, hlm. 31
6
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah,
7
LihatAhmad Syarwat, Lc. 2011, Seri Fiqih Kehidupan (3): Shalat, Jakarta: DU Publishing, hlm.33-35

2|Mo d ul Pe mbi naan EMAS – Mate ri Fi ki h Shal at


1. Anak Cucu Nabi Adam

Anak cucu keturunan Nabi Adam 'alaihissalam dan para Nabi diceritakan di dalam Al-
Quran bahwa mereka diperintahkan untuk bersujud (shalat).
ٰٰۤ ُ
‫ّٰللا عَلَيْ ِه ْم ِم َن النَّبِ ّٖي َن ِم ْن ذُ ِريَّ ِة ٰادَ َم َو ِم َّم ْن َح َملْنَا َم َع نُ ْوح َّو ِم ْن ذُ ِريَّ ِة‬
ُ ‫ولىِٕكَ الَّ ِذيْ َن اَنْعَ َم ه‬ ‫ا‬
َّ ُ‫اِبْ ٰر ِهي َْم َواِس َْر ٰۤا ِءيْ َل َو ِم َّم ْن هَدَيْنَا َوا ْجتَبَيْنَاْۗ اِذَا تُتْ ٰلى عَلَيْ ِه ْم ٰا ٰيت‬
‫الرحْمٰ ِن خ َُّر ْوا سُ َّجدًا َّوبُ ِكيًّا‬
‫ف يَلْقَ ْو َن غَيًّا‬
َ ‫ت فَسَ ْو‬ ِ ‫ص ٰلو َة َواتَّبَعُوا الشَّ َه ٰو‬ َّ ‫ضاعُوا ال‬ َ َ‫ف ا‬ ٌ ْ‫ف ِم ْۢ ْن بَعْ ِد ِه ْم َخل‬ َ َ‫۩ ۞ فَ َخل‬
“Mereka itulah orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu dari (golongan) para nabi
dari keturunan Adam, dan dari orang yang Kami bawa (dalam kapal) bersama Nuh, dan dari
keturunan Ibrahim dan Israil (Yakub) dan dari orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah
Kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pengasih kepada mereka, maka
mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis. Kemudian datanglah setelah mereka
pengganti (yang jelek) yang mengabaikan salat dan mengikuti keinginannya, maka mereka
kelak akan tersesat.” (QS. Maryam: 58-59)

2. Nabi Ibrahim
Nabiyullah Ibrahim 'alaihissalam sebagai abul anbiya' (bapak dari para nabi) juga menerima
perintah dalam syariat yang turun kepadanya untuk mengerjakan shalat. Dan hal itu tercermin
dari doa beliau agar anak keturunannya termasuk orang yang mengerjakan shalat.

‫ص ٰلو َة‬
َّ ‫ي زَ ْرع ِعنْدَ َبيْتِكَ الْ ُم َح َّر ِِۙم َربَّنَا لِيُقِيْ ُموا ال‬ ْ ‫ي ِب َواد غَي ِْر ِذ‬ ْ ِ‫ي اَ ْسكَنْتُ ِم ْن ذُ ِريَّت‬ ْٓ ِ‫َربَّنَا ٓ اِن‬
‫ت لَ َعلَّ ُه ْم َي ْشكُ ُر ْو َن‬ ِ ‫ار ُزقْ ُه ْم ِم َن الثَّ َم ٰر‬
ْ ‫ي اِلَيْ ِه ْم َو‬
ْٓ ‫اس تَ ْه ِو‬ ِ َّ‫فَا ْج َع ْل اَفْ ِٕـدَ ًة ِم َن الن‬
“Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah
yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya
Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat” (QS. Ibrahim : 37)

3. Nabi Musa

Bangsa yahudi dan bangsa Mesir yang dipimpin oleh Nabi Musa dan saudaranya Nabi Harun
'alaihimassalam juga telah diperintahkan untuk mengerjakan shalat.

ْ ‫َواَ ْو َحيْنَا ٓ ا ِٰلى ُم ْوسٰ ى َواَ ِخيْ ِه اَ ْن تَبَ َّو ٰا لِقَ ْو ِمكُ َما بِ ِم‬
‫ص َر بُي ُْوتًا َّوا ْجعَلُ ْوا بُي ُْوتَكُ ْم قِبْلَةً َّواَقِيْ ُموا‬
‫ص ٰلو ْۗ َة َوبَش ِِر الْ ُمؤْ ِمنِيْ َن‬
َّ ‫ال‬
“Dan Kami wahyukan kepada Musa dan saudaranya: "Ambillah olehmu berdua beberapa
buah rumah di Mesir untuk tempat tinggal bagi kaummu dan jadikanlah olehmu rumah-
rumahmu itu tempat shalat dan dirikanlah shalat serta gembirakanlah orang-orang yang
beriman". (QS. Yunus : 87)

4. Nabi Zakaria
Bani Israil di masa kemudian juga diperintahkan shalat lewat Nabi Zakaria 'alaihissalam
sebagaimana disebutkan Al-Quran.

3|Mo d ul Pe mbi naan EMAS – Mate ri Fi ki h Shal at


ٰٰۤ ْ ْ
‫ص ِدقً ْۢا بِكَلِ َمة ِم َن‬ َ ‫ي فِى الْ ِمح َْرا ِۙبِ اَ َّن ه‬
َ ‫ّٰللا يُبَش ُِركَ بِيَ ْح ٰيى ُم‬ ْ ‫ل‬
ِ ‫ص‬
َ ‫ي‬
ُّ ‫م‬
ٌ ‫ى‬
ِٕ ٰۤ
‫ا‬ َ ‫ق‬ ‫ُو‬
َ َ‫ه‬ ‫و‬ ُ ‫ة‬ ‫ك‬
َ ‫ى‬
ِٕ ‫ل‬ ‫فَنَادَتهُ ال َم‬
‫صلِ ِحيْ َن‬
‫ص ْو ًرا َّونَبِيًّا ِم َن ال ه‬ ُ ‫ّٰللا َوسَيِدًا َّو َح‬ ِ‫ه‬
“Kemudian para malaikat (Jibril) memanggil Zakaria, ketika dia berdiri melaksanakan salat
di mihrab, “Allah menyampaikan kabar gembira kepadamu dengan (kelahiran) Yahya, yang
membenarkan sebuah kalimat (firman) dari Allah, panutan, berkemampuan menahan diri (dari
hawa nafsu) dan seorang nabi di antara orang-orang saleh.” (QS. Ali Imran : 39)

5. Nabi Isa
Umat Nasrani juga disyariatkan untuk mengerjakan shalat lewat Nabi Isa 'alaihissalam. Beliau
juga melaksanakan shalat sebagaimana disebutkan Al-Quran.

َّ ‫ص ٰلو ِة َو‬
‫الز ٰكو ِة َما دُ ْمتُ َحيًّا‬ ْ ‫ي ُم ٰب َركًا اَيْ َن َما كُنْتُ َواَ ْوصٰ ِن‬
َّ ‫ي ِبال‬ ْ ‫َّو َج َعلَ ِن‬
“Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkahi di mana saja aku be rada, dan Dia
memerintahkan kepadaku (melaksanakan) salat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup”
(QS. Maryam : 31)

Selain dalil dari Al-Quran, juga ada banyak dalil dari hadits nabawi yang menerangkan bahwa
para Nabi terdahulu telah disyariatkan untuk mengerjakan shalat. Salah satunya adalah hadits
berikut ini:

“Sesungguhnya kami para Nabi telah diperintahkan untuk mengakhirkan sahur, mempercepat
berbuka puasa, dan meletakkan tangan kanan kami di atas tangan kiri dalam shalat” (HR. At-
Thabrani)

SHALAT DALAM KITAB MEREKA

Meski kita sebagai umat Islam tidak mengakui Bible sebagai kitab suci, namun kalau
kita mau teliti, di dalamnya juga ada isyarat yang menjadi petunjuk adanya syariat shalat
kepada para Nabi terdahulu sebelum Nabi Muhammad SAW. Tentu tidak lengkap
pencatatannya, tapi masih dapat ditelusuri, antara lain:8

1. Shalat Nabi Musa

Segera Musa berlutut ke tanah, lalu sujud menyembah, seraya berkata :"Jika aku telah
mendapat kasih....... " Keluaran 34:8-9

8
Lihat Ahmad Syarwat, Lc. 2011, Seri Fiqih Kehidupan (3) : Shalat, Jakarta: DU Publishing, hlm.35-36.

4|Mo d ul Pe mbi naan EMAS – Mate ri Fi ki h Shal at


2. Shalat Nabi Sulaiman (Salomo)

Kemudian berdirilah Salomo di depan mezhab Tuhan, dan ditadahkanlah tangannya ke langit,
lalu ia berkata : "Ya Tuhan Allah Israel.........." I Raja2 8 :22

3. Shalat Nabi Yusak (Yosua)


Jawabnya : "Bukan, tetapi akulah panglima bala tentara Tuhan, sekarang aku datang. "Lalu
sujudlah Yosua dengan mukanya ke tanah, menyembah dan berkata "Apakah yang akan
dikatakan kepada............ Yosua 5 :14

4. Shalat Nabi Ayub

Maka berdirilah Ayub, lalu mengoyak jubahnya dan mencukur kepalanya kemudian sujudlah
ia dan menyembah...........” Ayub 1 : 20-21
5. Shalat Nabi Isa

Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, katanya: "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya
mungkin biarlah cawan.... Matius 26:39

Yesus berlutut dan berdoa....... Lukas 22: 41-41

Yesus merebahkan diri ke tanah dan berdoa..... Markus 14: 35-6

6. Shalat orang Israel (yahudi)


Lalu berlututlah bangsa itu dan sujud menyembah..... Keluaran 12 : 27-28

Berlutulah mereka diatas lantai dengan muka mereka sampai ke tanah, lalu sujud menyembah
dan ......... II Tawarikh 7:3

Dari keterangan diatas, dapat disimpulkan bahwa gerakan shalat para Nabi terdahulu
juga bangsa Yahudi, versi Bible adalah berdiri, berlutut, sujud, menyembah, menengadahkan
tangan dan berdoa memuji kebesaran Tuhan dan meminta pertolongan.

WAKTU PENSYARIATAN IBADAH SHALAT UMAT MUHAMMAD SAW

Selama ini tidak jarang orang yang mengira bahwa shalat baru disyariatkan kepada
umat Islam semenjak terjadinya peristiwa mi’raj ke Sidratil Muntaha. Anggapan ini tidak keliru
sepenuhnya, namun yang sesungguhnya bahwa persitiwa Mikraj itu untuk menyempurnakan
syariat shalat dan mewajibkan shalat lima waktu.
Sebelum shalat lima waktu yang wajib disyariatkan, sesungguhnya Rasulullah SAW
dan para shahabat sudah disyariatkan untuk menjalankan ibadah shalat. Hanya saja ibadah
shalat itu belum seperti shalat 5 waktu yang disyariatkan sekarang ini.

ِۙ ً ‫ قُ ِم الَّيْ َل ا ََِّّل قَلِي‬.‫ٰيٓاَيُّ َها الْ ُم َّز ِم ِۙ ُل‬


‫ْل‬
“Wahai orang-orang yang berselimut, bangunlah (shalatlah) di sepanjang malam kecuali
sedikit” (QS. Al-Muzzammil: 1-2)
5|Mo d ul Pe mbi naan EMAS – Mate ri Fi ki h Shal at
Ayat-ayat ini, oleh para mufassirin, disebut-sebut sebagai ayat yang turun kedua kali
setelah kali yang pertama, yaitu lima ayat awal surat Al-'Alaq.

Aisyah radhiyallahuanha menyebutkan bahwa ayat itu menjadi dasar bahwa dahulu
RasulullahSAW dan para shahabat telah menjalankan ibadah shalat di malam hari sebagai
kewajiban. Setidaknya selama setahun sebelum kewajiban shalat malam itu diringankan
menjadi shalat sunnah.

Sedangkan Said bin Jubair mengatakan bahwa Rasulullah SAW dan para shahabat
difardhukan melakukan shalat malam selama 10 tahun lamanya. (Al-Qurthubi, Al-Jami' li
Ahkamil Al-Quran, jilid 12 hal. 348)

SHALAT FARDHU 5 WAKTU

Lalu, kapan shalat diwajibkan? Ibadah sholat lima waktu diwajibkan pada umat ini saat Nabi
shallallahu’alaihi wa sallam masih tinggal di Makkah, sebelum hijrah ke Madinah dilakukan.
Tepatnya saat malam isra’ mi’raj. Satu setengah tahun sebelu m hijrah. Sebagaimana
diterangkan oleh Ibnu Katsir rahimahullah,

‫ فرض هللا على رسوله صلى هللا‬،‫فلما كان ليلة اإلسراء قبل الهجرة بسنة ونصف‬
،‫ وفصل شروطها وأركانها وما يتعلق بها بعد ذلك‬،‫عليه وسلم الصلوات الخمس‬
‫شيئا فشيئا‬
“Pada malam isra’ mi’raj, tepatnya satu setengah tahun sebelum hijrah, Allah mewajibkan
sholat lima waktu kepada Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam. Kemudian secara
berangsur, Allah terangkan syarat-syaratnya, rukun-rukunnya, serta hal-hal yang berkaitan
dengan sholat” [Tafsir Ibnu Katsir 7/164].

Sebagian ulama lain menerangkan tiga tahun sebelum hijrah. Ada juga yang
menerangkan lima tahun sebelumnya. Intinya, dalam penetuan waktu terjadi isra’ mi’raj,
terjadi silang pendapat yang panjang di kalangan ulama. Sampai As-Suyuti rahimahullah
menerangkan, ada 15 pendapat ulama dalam hal ini [Al ayah al Kubro fi Syarh Qissoh al Isra,
hal. 60-62]

Sebagian dari mazhab Al-Hanafiyah mengatakan bahwa shalat disyariatkan pada


malam mi’raj, namun bukan 5 tahun sebelum hijrah, melainkan pada tanggal 17 Ramadhan,
satu setengah tahun sebelum hijrah nabi.

Pada malam mi'raj disyariatkan shalat 5 kali dalam sehari semalam yang asalnya 50
kali. Peristiwa ini dicatat dalam sejarah menurut sebagian ulama terjadi pada tanggal 27 Rajab
tahun ke-5 sebelum peristiwa hijrah Nabi SAW ke Madinah, sebagaimana tertulis dalam hadits
nabawi berikut ini:

6|Mo d ul Pe mbi naan EMAS – Mate ri Fi ki h Shal at


َ ‫صلَّى ّٰللاَّ ُ عَلَيْ ِه َوسَلَّ َم لَيْلَةَ أُس ِْر‬
‫ي بِ ِه‬ َ ِ ‫ت عَلَى النَّبِي‬ َ ‫ فُ ِر‬:‫عَ ْن أَن َِس بْ ِن َمالِك قَا َل‬
ْ ‫ض‬
َ ‫ ثُمَّ نُود‬،‫ت َخ ْمسًا‬
‫ يَا ُم َح َّمدُ إِنَّهُ ََّل يُبَدَّ ُل‬:‫ِي‬ ْ َ‫ت َحتَّى ُج ِعل‬ ْ ‫ص‬ َ ِ‫صلَ َواتُ َخ ْم ِسي َن ثُمَّ نُق‬ َّ ‫ال‬
‫ي َوإِ َّن لَكَ بِ َه ِذ ِه الْ َخ ْم ِس َخ ْم ِسي َن‬
َّ َ‫الْقَ ْو ُل لَد‬
Dari Anas bin Malik ia berkata, "Di malam isra` Nabi ‫ ﷺ‬diberi kewajiban untuk melaksanakan
shalat sebanyak lima puluh kali. Kemudian bilangan tersebut dikurangi hingga menjadi lima
kali, beliau lalu diseru, "Wahai Muhammad, sesungguhnya ketentuan yang ada di sisi-Ku
tidak bisa diubah, maka engkau akan mendapatkan pahala lima puluh (waktu shalat)
dengan lima (waktu shalat) ini." (HR. Tirmidzi no. 213, Ahmad no 12180, Albani
menyatakan shahih)

HUKUM DAN DALIL PENSYARIATAN SHALAT

Hukum shalat adalah wajib berdasarkan Al-Qur’an, sunnah dan ijma’.9 Shalat
diwajibkan dengan dalil yang qath'i dari AlQuran, As-Sunnah dan Ijma’ umat Islam sepanjang
zaman. Tidak ada yang menolak kewajiban shalat kecuali orang-orang kafir atau zindiq. Sebab
semua dalil yang ada menunjukkan kewajiban shalat secara mutlak untuk semua orang yang
mengaku beragama Islam yang sudah baligh dan berakal. Bahkan anak kecil sekalipun
diperintahkan untuk melakukan shalat ketika berusia 7 tahun. Dan boleh dipukul bila masih
tidak mau shalat usia 10 tahun, meski belum baligh. 10

1. Dalil dari Al-Quran

Allah SWT berfirman di dalam Al-Quran Al-Kariem:

‫ص ٰلو َة تَنْهٰ ى عَ ِن الْفَ ْحش َٰۤا ِء‬


َّ ‫ص ٰلو ْۗ َة اِ َّن ال‬
َّ ‫ي اِلَيْكَ ِم َن الْ ِك ٰتبِ َواَقِ ِم ال‬ َ ‫اُتْ ُل َما ٓ ا ُ ْو ِح‬
‫صنَعُ ْو َن‬ ْ َ‫ّٰللا يَعْلَ ُم َما ت‬ ِ ‫َوالْ ُمنْك َِر َْۗولَ ِذ ْك ُر ه‬
ُ ‫ّٰللا اَ ْكبَ ُر َْۗو ه‬
“Bacalah Kitab (Al-Qur'an) yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan
laksanakanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar.
Dan (ketahuilah) mengingat Allah (salat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang
lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Ankabut: 45)

ِ َّ‫اّٰلل ْۗه َُو َم ْو ٰلىكُ ْۚ ْم فَنِعْ َم الْ َم ْو ٰلى َونِعْ َم الن‬


ࣖ ‫صي ُْر‬ ِ ‫َص ُم ْوا بِ ه‬ َّ ‫ص ٰلو َة َو ٰاتُوا‬
ِ ‫الز ٰكو َة َوا ْعت‬ َّ ‫فَاَقِيْ ُموا ال‬
“Maka laksanakanlah salat; tunaikanlah zakat, dan berpegangteguhlah kepada Allah.
Dialah Pelindungmu; Dia sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong.” (QS.Al-
Hajj:78)

9
Prof. Dr. Suad Ibrahim Shalih, 2011, Fiqh Ibadah Wanita, Jakarta: Amzah, hlm. 307
10
Ahmad Syarwat, Lc. 2011, Seri Fiqih Kehidupan (3) : Shalat, Jakarta: DU Publishing, hlm.38.

7|Mo d ul Pe mbi naan EMAS – Mate ri Fi ki h Shal at


‫ص ٰلو َة َويُؤْ تُوا ال از ٰكو َة‬
‫الديْ َن ۙە ُحنَف َۤا َء َويُقِيْ ُموا ال ا‬
ِ ُ‫صيْ َن لَه‬ َ ‫َو َما ٓ ا ُ ِم ُر ْٓوا ا اَِّل لِيَعْبُدُوا ه‬
ِ ِ‫ّٰللا ُم ْخل‬
‫َو ٰذلِكَ ِديْ ُن الْقَيِ َم ِة‬
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan
keta'atan kepada-Nya dalam agama yang lurus, supaya mereka mendirikan shalat dan
menunaikan zakat. Yang demikian itulah agama yang lurus.” (QS. Al-Bayyinah : 5)

َ ْۗ ‫اّٰلل‬ َّ ‫ص ٰلو َة َو ٰاتُوا‬


ِ ‫الز ٰكو َة َوا ْعت‬
ِ ‫َص ُم ْوا بِ ه‬ َّ ‫فَاَقِيْ ُموا ال‬
“Maka dirikanlah shalat dan berpeganglah kamu pada tali Allah.” (QS. Al-Hajj : 78)

ْ ‫ص ٰلو َة كَان‬
‫َت عَلَى الْ ُمؤْ ِمنِيْ َن ِك ٰتبًا َّم ْوقُ ْوتًا‬ َّ ‫اِ َّن ال‬
“Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang
beriman.” (QS. An-Nisa:103)

‫لرا ِك ِعيْ َن‬


َّ ‫اركَعُ ْوا َم َع ا‬ َّ ‫ص ٰلو َة َو ٰاتُوا‬
ْ ‫الز ٰكو َة َو‬ َّ ‫َواَقِيْ ُموا ال‬
“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku. (QS.
Al-Baqarah : 43)

Bahkan saking shalat itu wajib dilaksanakan dimanapun dan dalam kondisi apapun,
sebagaimana firman Allah SWT,

‫ّٰللا كَ َما عَلَّ َمكُ ْم َّما لَ ْم تَكُ ْونُ ْوا تَعْلَ ُم ْو َن‬
َ ‫فَا ِْن ِخفْت ُ ْم فَ ِر َج ًاَّل اَ ْو ُر ْكبَانًا ْۚ فَاِذَآ اَ ِمنْت ُ ْم فَاذْكُ ُروا ه‬
“Jika kamu takut (ada bahaya), salatlah sambil berjalan kaki atau berkendaraan. Kemudian
apabila telah aman, maka ingatlah Allah (salatlah), sebagaimana Dia telah mengajarkan
kepadamu apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. Al-Baqarah: 239)

Dan masih banyak lagi perintah di dalam kitabullah yang mewajibkan umat Islam
melalukan shalat. Paling tidak tercatat ada 12 perintah dalam Al-Quran lafaz “aqiimush-
shalata” ( ‫ ( أقيموا الصلة‬yang bermakna "dirikanlah shalat" dengan fi'il Amr (kata perintah)
dengan perintah kepada orang banyak (khithabul jam'i). Di antaranya pada ayat-ayat berikut
ini :

• Al-Baqarah ayat 43, 83 dan110


• Surat An-Nisa ayat 177 dan 103
• Surat Al-An'am ayat 72
• Surat Yunus ayat 87
• Surat Al-Hajj : 78
• Surat An-Nuur ayat 56
• Surat Luqman ayat 31
• Surat Al-Mujadalah ayat 13
• Surat Al-Muzzammil ayat 20.

8|Mo d ul Pe mbi naan EMAS – Mate ri Fi ki h Shal at


Dan ada 5 perintah shalat dengan lafaz "aqimish-shalata" ( ‫ ( أقم الصلة‬yang bermakna
"dirikanlah shalat" dengan khithab hanya kepada satu orang, yaitu pada :

• Surat Huud ayat 114


• Surat Al-Isra' ayat 78
• Surat Thaha ayat 14
• Surat Al-Ankabut ayat 45
• Surat Luqman ayat 17.

2. Dalil dari As-Sunnah

Di dalam sunnah Rasulullah SAW, ada banyak sekali perintah shalat sebagai dalil yang kuat
dan qath'i tentang kewajiban shalat. Diantaranya adalah beberapa hadits berikut ini :

َ... ‫َاء‬ َّ ‫ َوإِقَ ِام ال‬...‫ى ا ِإل ْسلَمُ عَلَى َخ ْمسز‬


ِ ‫صلَ ِة َوإِيت‬ َ ِ‫بُن‬
Dari Ibni Umar radhiyallahu ‘anhu berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Islam didirikan
di atas lima hal…dan penegakan shalat". (HR. Bukhari dan Muslim)

ُ‫سنَا ِم ِه الْ ِج َهاد‬


َ ُ‫ص َلةُ َوذ ِْر َوة‬ َ ‫اإلس َْل ُم َو‬
َّ ‫ع ُمودُ ُه ال‬ ُ ْ‫َرأ‬
ِ ْ ‫س ْاْل َ ْم ِر‬
"Maukah engkau kutunjukkan inti (pokok) segala urusan, tiang dan puncaknya?" Aku
menjawab, "Ya, wahai Rasulullah." Beliau bersabda, "Inti (pokok) dari segala urusan
adalah Islam, tiangnya adalah salat, sedangkan puncaknya adalah jihad .' (HR. Tirmidzi no.
2616 dan Ibnu Majah no. 3973. Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih. Al Hafizh
Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini hasan)

:‫سلَّ َم‬ َ ُ‫صلَّى هللا‬


َ ‫علَيْ ِه َو‬ ِ ‫ قا َ َل َرسُو ُل‬: ‫ قَا َل‬، – ُ‫عنْه‬
َ ‫هللا‬ َ ُ‫ي هللا‬ َ ‫ض‬ ِ ‫ع ْن أَ ِبي ه َُري َْر َة – َر‬ َ ‫َو‬
‫ فَقَدْ أفْلَ َح‬، ‫ت‬ ْ ‫صلُ َح‬
َ ‫إن‬ ْ َ‫ ف‬، ُ‫صلَتُه‬ َ ‫ع َملِ ِه‬ َ ‫ب ِب ِه ال َعبْدُ َي ْو َم القِ َيا َم ِة ِم ْن‬ُ ‫س‬َ ‫إ َّن أَ َّو َل َما يُ َحا‬
‫ قَا َل‬، ‫ي ٌء‬ َ ‫ص ِم ْن فَ ِري‬
ْ َ‫ضتِ ِه ش‬ َ َ‫ فَ ِإ ِن انْتَق‬، ‫َاب َو َخس َِر‬ َ ‫ فَقَدْ خ‬، ‫ت‬ ْ ‫ َو‬، ‫وأَنْ َج َح‬
ْ َ‫إن فَسَد‬
‫ص ِم َن‬ َ َ‫ فَيُكَ َّم ُل ِمنْ َها َما انْتَق‬، ‫ اُنْظُ ُروا هَ ْل لِ َعبْدِي ِم ْن تَطَ ُّوع‬: – ‫ب – عَ َّز َو َج َّل‬ ُ ‫الر‬
َّ
‫ض ِة ؟ ث ُ َّم تَكُو ُن سَائِ ُر أ ْع َمالِ ِه عَلَى هَذَا‬ َ ‫الف َِري‬
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Sesungguhnya amal yang pertama kali dihisab pada seorang hamba pada hari
kiamat adalah shalatnya. Maka, jika shalatnya baik, sungguh ia telah beruntung dan berhasil.
Dan jika shalatnya rusak, sungguh ia telah gagal dan rugi. Jika berkurang sedikit dari shalat
wajibnya, maka Allah Ta’ala berfirman, ‘Lihatlah apakah hamba-Ku memiliki shalat sunnah.’
Maka disempurnakanlah apa yang kurang dari shalat wajibnya. Kemudian begitu pula dengan
seluruh amalnya.” [HR. Tirmidzi, no. 413 dan An-Nasa’i, no. 466. Tirmidzi mengatakan hadits
tersebut hasan. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih]
3. Dalil dari Ijma'

9|Mo d ul Pe mbi naan EMAS – Mate ri Fi ki h Shal at


Bahwa seluruh umat Islam sejak zaman nabi SAW hingga hari ini telah bersepakat atas
adanya kewajiban shalat dalam agama Islam, lima kali dalam sehari semalam.

Dengan adanya dalil dari Al-Quran, As-Sunnah dan Ijma' di atas, maka lengkaplah dalil
kewajiban shalat bagi seorang muslim. Mengingkari kewajiban shalat termasuk keyakinan
yang menyimpang dari ajaran Islam, bahkan bisa divonis kafir bila meninggalkan shalat dengan
meyakini tidak adanya kewajiban shalat.

Berdasarkan kepada beberapa firman Allah SWT, dalam al-Qur’an dinyatakan bahwa
setiap muslim yang mukallaf wajib melaksanakan shalat lima waktu dalam sehari semalam.11

KEPADA SIAPA SHALAT DIWAJIBKAN


Dalil- dalil di atas menjadi dasar tentang kewajiban melaksanakan ibadah shalat,
Namun tidak semua orang wajib melaksanakan ibadah shalat, seseorang wajib melaksanakan
shalat apabila telah memenuhi 3 hal: Beragama Islam, Berakal dan Baligh.

1. Beragama Islam: Menurut Mazhab Syafi’i dan Hambali, orang kafir atau non Islam
tidak wajib melakukan shalat, karena shalat yang mereka kerjakan tidak akan sah.
Tetapi di akhirat kelak ia akan dihukum karena tidak mengerjakan shalat, di samping
karena kekafirannya. Sebab ia sanggup mengerjakannya dengan cara masuk Islam
terlebih dahulu. 12 Dalil yang dijadikan rujukan adalah sabda Nabi SAW:

Dari Ibnu ‘Abbâs Radhiyallahu anhu, bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam
ketika mengutus Mu’adz Radhiyallahu anhu ke Yaman Beliau Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:

ُ‫ فَلْيَكُ ْن أَ َّو َل َما تَدْعُ ْوهُ ْم ِإلَىْ ِه شَ َهادَةُ أَ ْن ََّل ِإ ٰلـهَ ِإ ََّّل هللا‬،‫ي قَ ْو ًما أَ ْه َل ِكتَاب‬ ْ ِ‫ِإنَّكَ سَتَأْت‬
‫ ِإلَى أَ ْن ي َُو ِحدُوا هللاَ – فَ ِإ ْن هُ ْم أَطَاعُ ْوا‬: – ‫ي ِر َوايَة‬ ْ ِ‫َوأَ َّن ُم َح َّمدًا َرسُ ْو ُل هللاِ– َوف‬
،‫ي كُ ِل يَ ْوم َولَيْلَة‬ ْ ِ‫صلَ َوات ف‬ َ ‫س‬ َ ‫ض عَلَيْ ِه ْم خَـ ْم‬ َ ‫ فَأ َ ْخ ِب ْرهُ ْم أَ َّن هللاَ قَدْ فَ َر‬، َ‫لَكَ ِب ٰذلِك‬
‫صدَقَةً تُؤْ َخذُ ِم ْن‬ َ ‫ض عَلَيْ ِه ْم‬ َ ‫ فَأ َ ْخبِ ْرهُ ْم أَ َّن هللاَ قَدْ فَ َر‬، َ‫فَإِ ْن هُ ْم أَطَاعُ ْوا لَكَ بِ ٰذلِك‬
،‫ فَإِيَّاكَ َوك ََرائِ َم أَ ْم َوالِ ِه ْم‬، َ‫ فَإِ ْن هُ ْم أَطَاعُ ْوا لَكَ بِ ٰذلِك‬،‫أَ ْغنِيَائِ ِه ْم فَت ُ َردُّ عَلَى فُقَ َرائِ ِه ْم‬
. ٌ‫ْس بَيْنَهُ َوبَيْ َن هللاِ ِح َجاب‬ َ ‫ فَإِنَّهُ لَي‬،‫ظلُ ْو ِم‬
ْ ‫ق دَع َْو َة الْـ َم‬ ِ َّ‫َوات‬
Sesungguhnya engkau akan mendatangi satu kaum Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani),
maka hendaklah pertama kali yang kamu sampaikan kepada mereka ialah syahadat Lâ
Ilâha Illallâh wa anna Muhammadar Rasûlullâh -dalam riwayat lain disebutkan,
‘Sampai mereka mentauhidkan Allâh.’- Jika mereka telah mentaatimu dalam hal itu,

11
Syafrida dan Nurhayati Zein, Fiqh Ibadah, (Pekanbaru: CV. Mutiara Pesisir Sumatra, 2015), cet. ke-
1, hal.76
12
Abu Malik Kamal bin as- Sayyid Salim, 2006, Shahih Fiqih Sunnah: (terjemahan Abu Ihsan Al-
Atsari), Jakarta: Pustaka At- Tazkia, hlm.316

10 | M o d ul Pe mbi naan EMAS – Mate ri Fi ki h Shal at


maka sampaikanlah kepada mereka bahwa Allâh Azza wa Jalla mewajibkan kepada
mereka shalat lima waktu sehari semalam. Jika mereka telah mentaati hal itu, maka
sampaikanlah kepada mereka bahwa Allâh mewajibkan kepada mereka zakat yang
diambil dari orang-orang kaya di antara mereka untuk diberikan kepada orang-orang
fakir. Dan jika mereka telah mentaati hal itu, maka jauhkanlah dirimu (jangan
mengambil) dari harta terbaik mereka, dan lindungilah dirimu dari do’a orang yang
teraniaya karena sesungguhnya tidak satu penghalang pun antara do’anya dan Allâh.”
(Hadits ini shahih. Diriwayatkan oleh Al-Bukhâri, no. 1395, 1496, 4347, 7372; Muslim,
no. 19 [29]; At-Tirmidzi, no. 625; Abu Dawud, no. 1584; An-Nasa-i, V/55; Ibnu Majah,
no. 1783; Ad-Dârimi, I/405; Ahmad, I/233, dan lainnya.)

2. Sudah baligh, ini adalah syarat wajib shalat menurut kesepakatan ulama. Karena itu
anak-anak tidak di wajib kan shalat hingga ia mencapai baligh. 13 Hal ini berdasarkan
hadits dari ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
َ ‫ َو‬،‫ص ِبي ِ َحتَّى َي ْحتَ ِل َم‬
‫ع ِن‬ َ ‫ َو‬،َ‫ع ِن النَّا ِئ ِم َحتَّى َي ْستَيْ ِقظ‬
َّ ‫ع ِن ال‬ َ ‫ُر ِف َع الْقَلَ ُم‬
َ :‫ع ْن ثَ َلثَة‬
‫الْ َم ْجنُو ِن َحتَّى َيعْقِ َل‬
“Diangkatlah pena (dosa) dari tiga golongan: (1) orang yang tidur hingga ia bangun;
(2) anak kecil hingga dia ihtilaam; (3) dan orang gila hingga dia berakal (sembuh).”
(HR. Abu Dawud 4402, Tirmidzi no. 1423, An-Nasa’i no. 3432, Ibnu Majah no. 2041,
shahih)

3. Berakal, Maka shalat tidak diwajibkan atas orang gila menurut ijma’ ulama. Meskipun
seorang muslim hanya wajib melaksanakan shalat ketika ia telah baligh dan berakal,
akan tetapi sejak dini telah diperintahkan untuk mengerjakannya sebagai proses belajar
dan latihan, sebagaimana hadits dari ‘Abdullah bin ‘Amr Radhiyallahu anhu, ia
berkata, “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫ َواض ِْرب ُْوهُ ْم عَلَيْ َها َوهُ ْم أَبْنَا ُء‬،َ‫ص َل ِة َوهُ ْم أَبْنَا ُء سَب ِْع ِسنِيْن‬
َّ ‫ُم ُر ْوا أَ ْو ََّلدَكُ ْم بِال‬
‫اج ِع‬ َ ‫ َوفَ ِرقُ ْوا بَيْنَهُ ْم فِي الْ َم‬،َ‫عَ ْش ِر ِسنِيْن‬
ِ ‫ض‬
“Suruhlah anak kalian shalat ketika berumur tujuh tahun. Dan pukullah mereka
ketika berusia sepuluh tahun (jika mereka meninggalkan shalat). Dan pisahkanlah
tempat tidur mereka (antara anak laki-laki dan anak perempuan). (HR. Abu Dawud,
no. 495; Ahmad, II/180, 187; Al-Hakim, I/197; Dan al-Baghawi dalam Syarhus
Sunnah, II/406, no. 505 dengan sanad hasan, dari ‘Amr bin Syu’aib, dari ayahnya, dari
kakeknya. Hadits ini dinyatakan sebagai hadits hasan oleh Imam an -Nawawi
rahimahullah dalam al-Majmû’ dan Riyâdhush Shâlihîn. Syaikh al-Albani

13
Abu Malik Kamal bin as- Sayyid Salim, 2006, Shahih Fiqih Sunnah: (terjemahan Abu Ihsan Al-
Atsari), Jakarta: Pustaka At- Tazkia, hlm.315

11 | M o d ul Pe mbi naan EMAS – Mate ri Fi ki h Shal at


rahimahullah berkata, “Sanadnya hasan shahih.” Lihat Shahîh Sun an Abi Dawud,
II/401-402, no. 509.)

Semoga Allah SWT sentiasa membimbing kita semuanya dengan hidayah dan taufiq sehingga
kita semuanya dapat melaksanakan shalat secara istiqomah kapanpun dan dimanapun berada.
Amiin ya Rabbal ‘alamin.

Referensi:

Al-Quranul Kariim
Abu Malik Kamal bin as-Sayyid Salim, Shahih Fikih Sunnah, Penerjemah, Khairul Amru
Harahap dan Faisal Saleh, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007), cet. ke-1.

Abu Malik Kamal bin as- Sayyid Salim, Shahih Fiqih Sunnah: (terjemahan Abu Ihsan Al-
Atsari), Jakarta: Pustaka At- Tazkia, 2006.

Fauzan Akbar Ibnu Muhammad Azri, Shalat Sesuai Tuntunan Nabi SAW, Yogyakarta: Nuha
Litera, 2011.
Kutub At-Tis’ah: Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abu Dawud, Sunan At-Tirmidzi,
Sunan An-Nasai, Sunan Thabrani, Sunan Ibnu Majah, Musnad Imam Ahmad, Al-
Muwattha Imam Malik.

Sentot Haryanto, Psikologi Shalat (Kajian Aspek-aspek Psikologi Ibadah Shalat oleh- oleh
Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW), (Yogyakarta: 2007), cet. ke-5.

Syaikh Muhammad Fadh & Syaikh Abdul Aziz bin Baz, Sifat Wudhu & Shalat Nabi SAW,
Penerjemah: Geis Umar Bawazier, (Jakarta: al-Kautsar, 2011), cet. ke-1.

Syafrida dan Nurhayati Zein, Fiqh Ibadah, (Pekanbaru: CV. Mutiara Pesisir Sumatra, 2015),
cet. ke-1,

Prof. Dr. Suad Ibrahim Shalih, Fiqh Ibadah Wanita, Jakarta: Amzah, 2011.

12 | M o d ul Pe mbi naan EMAS – Mate ri Fi ki h Shal at

Anda mungkin juga menyukai