MUKADDIMAH
Shalat adalah rukun Islam yang kedua dan ia merupakan rukun yang sangat ditekankan
(utama) sesudah dua kalimat syahadat. 1 Telah disyari’atkan sebagai sesempurna dan sebaik-
baiknya ibadah.2 Shalat ini mencakup berbagai macam ibadah: zikir kepada Allah, tilawah
Kitabullah, berdiri menghadap Allah, ruku’, sujud, do’a, tasbih, dan takbir. 3 Shalat merupakan
pokok semua macam ibadah badaniah. Allah telah menjadikannya fardhu bagi Rasulullah
SAW sebagai penutup para rasul pada malam Mi’raj di langit, berbeda dengan semua syari’at.
Hal itu tentu menunjukkan keagungannya, menekankan tentang wajibnya dan kedudukannya
di sisi Allah.
Terdapat sejumlah hadits berkenaan dengan keutamaan dan wajibnya shalat bagi
perorangan. Hukum fardhunya sangat dikenal di dalam agama Islam. Barang siapa yang
mengingkari shalat, ia telah murtad dari agama Islam. Ia dituntut untuk bertobat. Jika tidak
bertobat, ia harus dihukum mati menurut ijma’ kaum muslimin.
PENGERTIAN SHALAT
Shalat menurut etimologi (bahasa) bermakna do’a. Dinamakan demikian karena di
dalam shalat mengandung banyak do’a, permohonan dan permintaan. Orang yang melakukan
shalat tidak lepas dari do’a ibadah, pujian dan permintaan. Itulah sebabnya dinamakan shalat.
Shalat dengan makna doa dicontohkan di dalam berfirman Allah SWT berikut ini;
َ َص ٰلوتَك
سكَ ٌن َ علَيْ ِه ْۗ ْم اِ َّن َ ص َدقَةً تُطَ ِه ُرهُ ْم َوتُزَ ِكيْ ِه ْم ِب َها َو
َ ص ِل َ ُخذْ ِم ْن اَ ْم َوا ِل ِه ْم
ُ لَّهُ ْۗ ْم َو ه
ّٰللا سَ ِميْ ٌع عَلِيْ ٌم
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, guna membersihkan dan menyucikan mereka,
dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doamu itu (menumbuhkan) ketenteraman jiwa
bagi mereka. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.” (QS. at-Taubah: 103)
Dalam ayat ini, shalat yang dimaksud sama sekali bukan dalam makna syariat, melainkan
dalam makna bahasanya secara asli yaitu berdoa.
1
Syaikh Muhammad Fadh & Syaikh Abdul Aziz bin Baz, Sifat Wudhu & Shalat Nabi SAW,
Penerjemah: Geis Umar Bawazier, (Jakarta: al-Kautsar, 2011), cet. ke-1, hal. 75.
2
Sentot Haryanto, Psikologi Shalat (Kajian Aspek-aspek Psikologi Ibadah Shalat oleh- oleh Isra’
Mi’raj Nabi Muhammad SAW), (Yogyakarta: 2007), cet. ke-5, hal. 59.
3
Abu Malik Kamal bin as-Sayyid Salim, Shahih Fikih Sunnah, Penerjemah, Khairul Amru Harahap
dan Faisal Saleh, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007), cet. ke-1, hal. 277.
Serangkaian ucapan dan gerakan yang tertentu yang dimulai dengan takbir dan diakhiri
dengan salam, dikerjakan dengan niat dan syarat-syarat tertentu.
Nama untuk serangkaian perbuatan yang sudah dikenal, diantaranya berdiri, ruku' dan sujud.
Menurut Fauzan Akbar Ibnu Muhammad Azri dalam bukunya Shalat Sesuai Tuntunan Nabi
SAW, shalat didefiniskan sebagai: “Serangkaian perkataan dan perbuatan yang tertentu atau
khusus, yang dimulai dengan takbir (takbiratul ihram) dan diakhiri dengan salam sebagai
sebuah ibadah ritual. Shalat merupakan rukun perbuatan yang paling penting di antara rukun
Islam yang lain sebab ia mempunyai pengaruh yang baik bagi kondisi akhlak manusia.5
Menurut Sayyid Sabiq dalam kita Fikih Sunnah menyebutkan, shalat ialah ibadat yang
terdiri dan perkataan dan perbuatan tertentu yang dimulai dengan takbir bagi Allah Ta’ala dan
di sudahi dengan memberi salam.6
Shalat adalah ibadah yang telah disyariatkan sejak masa yang lama, kepada semua Nabi
dan ummatnya, di semua peradaban dan masa. Juga sudah disyariatkan sejak awal mula turun
wahyu di masa kenabian Muhammad SAW. Dan akhirnya disempurnakan lagi pada peristiwa
Mi'raj ke Sidratil Muntaha.
Tidak ada seorang Nabi atau rasul, kecuali telah diperintahkan untuk mengerjakan
ibadah shalat. Meski barangkali tata cara dan aturannya mengalami perbedaan, sesuai dengan
apa yang Allah tetapkan, namun intinya tiap risalah yang turun selalu ada kewajiban shalat di
dalamnya. Di dalam bukunya Seri Fiqih Kehidupan (3): Shalat karya Ahmad Syarwat, Lc.,
menyebutkkan contoh-contoh perintah shalat kepada para Nabi berdasarkan Al-Quran.7
4
Fathul Qadir jilid 1 hal. 191, Mughni Al-Muhtaj jilid 1 hal. 120, Kasysyaf Al-Qinaa' jilid 1, hal. 221.
5
Fauzan Akbar Ibnu Muhammad Azri, 2011, Shalat Sesuai Tuntunan Nabi SAW, Yogyakarta: Nuha
Litera, hlm. 31
6
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah,
7
LihatAhmad Syarwat, Lc. 2011, Seri Fiqih Kehidupan (3): Shalat, Jakarta: DU Publishing, hlm.33-35
Anak cucu keturunan Nabi Adam 'alaihissalam dan para Nabi diceritakan di dalam Al-
Quran bahwa mereka diperintahkan untuk bersujud (shalat).
ٰٰۤ ُ
ّٰللا عَلَيْ ِه ْم ِم َن النَّبِ ّٖي َن ِم ْن ذُ ِريَّ ِة ٰادَ َم َو ِم َّم ْن َح َملْنَا َم َع نُ ْوح َّو ِم ْن ذُ ِريَّ ِة
ُ ولىِٕكَ الَّ ِذيْ َن اَنْعَ َم ه ا
َّ ُاِبْ ٰر ِهي َْم َواِس َْر ٰۤا ِءيْ َل َو ِم َّم ْن هَدَيْنَا َوا ْجتَبَيْنَاْۗ اِذَا تُتْ ٰلى عَلَيْ ِه ْم ٰا ٰيت
الرحْمٰ ِن خ َُّر ْوا سُ َّجدًا َّوبُ ِكيًّا
ف يَلْقَ ْو َن غَيًّا
َ ت فَسَ ْو ِ ص ٰلو َة َواتَّبَعُوا الشَّ َه ٰو َّ ضاعُوا ال َ َف ا ٌ ْف ِم ْۢ ْن بَعْ ِد ِه ْم َخل َ َ۩ ۞ فَ َخل
“Mereka itulah orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu dari (golongan) para nabi
dari keturunan Adam, dan dari orang yang Kami bawa (dalam kapal) bersama Nuh, dan dari
keturunan Ibrahim dan Israil (Yakub) dan dari orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah
Kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pengasih kepada mereka, maka
mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis. Kemudian datanglah setelah mereka
pengganti (yang jelek) yang mengabaikan salat dan mengikuti keinginannya, maka mereka
kelak akan tersesat.” (QS. Maryam: 58-59)
2. Nabi Ibrahim
Nabiyullah Ibrahim 'alaihissalam sebagai abul anbiya' (bapak dari para nabi) juga menerima
perintah dalam syariat yang turun kepadanya untuk mengerjakan shalat. Dan hal itu tercermin
dari doa beliau agar anak keturunannya termasuk orang yang mengerjakan shalat.
ص ٰلو َة
َّ ي زَ ْرع ِعنْدَ َبيْتِكَ الْ ُم َح َّر ِِۙم َربَّنَا لِيُقِيْ ُموا ال ْ ي ِب َواد غَي ِْر ِذ ْ ِي اَ ْسكَنْتُ ِم ْن ذُ ِريَّت ْٓ َِربَّنَا ٓ اِن
ت لَ َعلَّ ُه ْم َي ْشكُ ُر ْو َن ِ ار ُزقْ ُه ْم ِم َن الثَّ َم ٰر
ْ ي اِلَيْ ِه ْم َو
ْٓ اس تَ ْه ِو ِ َّفَا ْج َع ْل اَفْ ِٕـدَ ًة ِم َن الن
“Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah
yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya
Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat” (QS. Ibrahim : 37)
3. Nabi Musa
Bangsa yahudi dan bangsa Mesir yang dipimpin oleh Nabi Musa dan saudaranya Nabi Harun
'alaihimassalam juga telah diperintahkan untuk mengerjakan shalat.
ْ َواَ ْو َحيْنَا ٓ ا ِٰلى ُم ْوسٰ ى َواَ ِخيْ ِه اَ ْن تَبَ َّو ٰا لِقَ ْو ِمكُ َما بِ ِم
ص َر بُي ُْوتًا َّوا ْجعَلُ ْوا بُي ُْوتَكُ ْم قِبْلَةً َّواَقِيْ ُموا
ص ٰلو ْۗ َة َوبَش ِِر الْ ُمؤْ ِمنِيْ َن
َّ ال
“Dan Kami wahyukan kepada Musa dan saudaranya: "Ambillah olehmu berdua beberapa
buah rumah di Mesir untuk tempat tinggal bagi kaummu dan jadikanlah olehmu rumah-
rumahmu itu tempat shalat dan dirikanlah shalat serta gembirakanlah orang-orang yang
beriman". (QS. Yunus : 87)
4. Nabi Zakaria
Bani Israil di masa kemudian juga diperintahkan shalat lewat Nabi Zakaria 'alaihissalam
sebagaimana disebutkan Al-Quran.
5. Nabi Isa
Umat Nasrani juga disyariatkan untuk mengerjakan shalat lewat Nabi Isa 'alaihissalam. Beliau
juga melaksanakan shalat sebagaimana disebutkan Al-Quran.
َّ ص ٰلو ِة َو
الز ٰكو ِة َما دُ ْمتُ َحيًّا ْ ي ُم ٰب َركًا اَيْ َن َما كُنْتُ َواَ ْوصٰ ِن
َّ ي ِبال ْ َّو َج َعلَ ِن
“Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkahi di mana saja aku be rada, dan Dia
memerintahkan kepadaku (melaksanakan) salat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup”
(QS. Maryam : 31)
Selain dalil dari Al-Quran, juga ada banyak dalil dari hadits nabawi yang menerangkan bahwa
para Nabi terdahulu telah disyariatkan untuk mengerjakan shalat. Salah satunya adalah hadits
berikut ini:
“Sesungguhnya kami para Nabi telah diperintahkan untuk mengakhirkan sahur, mempercepat
berbuka puasa, dan meletakkan tangan kanan kami di atas tangan kiri dalam shalat” (HR. At-
Thabrani)
Meski kita sebagai umat Islam tidak mengakui Bible sebagai kitab suci, namun kalau
kita mau teliti, di dalamnya juga ada isyarat yang menjadi petunjuk adanya syariat shalat
kepada para Nabi terdahulu sebelum Nabi Muhammad SAW. Tentu tidak lengkap
pencatatannya, tapi masih dapat ditelusuri, antara lain:8
Segera Musa berlutut ke tanah, lalu sujud menyembah, seraya berkata :"Jika aku telah
mendapat kasih....... " Keluaran 34:8-9
8
Lihat Ahmad Syarwat, Lc. 2011, Seri Fiqih Kehidupan (3) : Shalat, Jakarta: DU Publishing, hlm.35-36.
Kemudian berdirilah Salomo di depan mezhab Tuhan, dan ditadahkanlah tangannya ke langit,
lalu ia berkata : "Ya Tuhan Allah Israel.........." I Raja2 8 :22
Maka berdirilah Ayub, lalu mengoyak jubahnya dan mencukur kepalanya kemudian sujudlah
ia dan menyembah...........” Ayub 1 : 20-21
5. Shalat Nabi Isa
Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, katanya: "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya
mungkin biarlah cawan.... Matius 26:39
Berlutulah mereka diatas lantai dengan muka mereka sampai ke tanah, lalu sujud menyembah
dan ......... II Tawarikh 7:3
Dari keterangan diatas, dapat disimpulkan bahwa gerakan shalat para Nabi terdahulu
juga bangsa Yahudi, versi Bible adalah berdiri, berlutut, sujud, menyembah, menengadahkan
tangan dan berdoa memuji kebesaran Tuhan dan meminta pertolongan.
Selama ini tidak jarang orang yang mengira bahwa shalat baru disyariatkan kepada
umat Islam semenjak terjadinya peristiwa mi’raj ke Sidratil Muntaha. Anggapan ini tidak keliru
sepenuhnya, namun yang sesungguhnya bahwa persitiwa Mikraj itu untuk menyempurnakan
syariat shalat dan mewajibkan shalat lima waktu.
Sebelum shalat lima waktu yang wajib disyariatkan, sesungguhnya Rasulullah SAW
dan para shahabat sudah disyariatkan untuk menjalankan ibadah shalat. Hanya saja ibadah
shalat itu belum seperti shalat 5 waktu yang disyariatkan sekarang ini.
Aisyah radhiyallahuanha menyebutkan bahwa ayat itu menjadi dasar bahwa dahulu
RasulullahSAW dan para shahabat telah menjalankan ibadah shalat di malam hari sebagai
kewajiban. Setidaknya selama setahun sebelum kewajiban shalat malam itu diringankan
menjadi shalat sunnah.
Sedangkan Said bin Jubair mengatakan bahwa Rasulullah SAW dan para shahabat
difardhukan melakukan shalat malam selama 10 tahun lamanya. (Al-Qurthubi, Al-Jami' li
Ahkamil Al-Quran, jilid 12 hal. 348)
Lalu, kapan shalat diwajibkan? Ibadah sholat lima waktu diwajibkan pada umat ini saat Nabi
shallallahu’alaihi wa sallam masih tinggal di Makkah, sebelum hijrah ke Madinah dilakukan.
Tepatnya saat malam isra’ mi’raj. Satu setengah tahun sebelu m hijrah. Sebagaimana
diterangkan oleh Ibnu Katsir rahimahullah,
فرض هللا على رسوله صلى هللا،فلما كان ليلة اإلسراء قبل الهجرة بسنة ونصف
، وفصل شروطها وأركانها وما يتعلق بها بعد ذلك،عليه وسلم الصلوات الخمس
شيئا فشيئا
“Pada malam isra’ mi’raj, tepatnya satu setengah tahun sebelum hijrah, Allah mewajibkan
sholat lima waktu kepada Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam. Kemudian secara
berangsur, Allah terangkan syarat-syaratnya, rukun-rukunnya, serta hal-hal yang berkaitan
dengan sholat” [Tafsir Ibnu Katsir 7/164].
Sebagian ulama lain menerangkan tiga tahun sebelum hijrah. Ada juga yang
menerangkan lima tahun sebelumnya. Intinya, dalam penetuan waktu terjadi isra’ mi’raj,
terjadi silang pendapat yang panjang di kalangan ulama. Sampai As-Suyuti rahimahullah
menerangkan, ada 15 pendapat ulama dalam hal ini [Al ayah al Kubro fi Syarh Qissoh al Isra,
hal. 60-62]
Pada malam mi'raj disyariatkan shalat 5 kali dalam sehari semalam yang asalnya 50
kali. Peristiwa ini dicatat dalam sejarah menurut sebagian ulama terjadi pada tanggal 27 Rajab
tahun ke-5 sebelum peristiwa hijrah Nabi SAW ke Madinah, sebagaimana tertulis dalam hadits
nabawi berikut ini:
Hukum shalat adalah wajib berdasarkan Al-Qur’an, sunnah dan ijma’.9 Shalat
diwajibkan dengan dalil yang qath'i dari AlQuran, As-Sunnah dan Ijma’ umat Islam sepanjang
zaman. Tidak ada yang menolak kewajiban shalat kecuali orang-orang kafir atau zindiq. Sebab
semua dalil yang ada menunjukkan kewajiban shalat secara mutlak untuk semua orang yang
mengaku beragama Islam yang sudah baligh dan berakal. Bahkan anak kecil sekalipun
diperintahkan untuk melakukan shalat ketika berusia 7 tahun. Dan boleh dipukul bila masih
tidak mau shalat usia 10 tahun, meski belum baligh. 10
9
Prof. Dr. Suad Ibrahim Shalih, 2011, Fiqh Ibadah Wanita, Jakarta: Amzah, hlm. 307
10
Ahmad Syarwat, Lc. 2011, Seri Fiqih Kehidupan (3) : Shalat, Jakarta: DU Publishing, hlm.38.
ْ ص ٰلو َة كَان
َت عَلَى الْ ُمؤْ ِمنِيْ َن ِك ٰتبًا َّم ْوقُ ْوتًا َّ اِ َّن ال
“Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang
beriman.” (QS. An-Nisa:103)
Bahkan saking shalat itu wajib dilaksanakan dimanapun dan dalam kondisi apapun,
sebagaimana firman Allah SWT,
ّٰللا كَ َما عَلَّ َمكُ ْم َّما لَ ْم تَكُ ْونُ ْوا تَعْلَ ُم ْو َن
َ فَا ِْن ِخفْت ُ ْم فَ ِر َج ًاَّل اَ ْو ُر ْكبَانًا ْۚ فَاِذَآ اَ ِمنْت ُ ْم فَاذْكُ ُروا ه
“Jika kamu takut (ada bahaya), salatlah sambil berjalan kaki atau berkendaraan. Kemudian
apabila telah aman, maka ingatlah Allah (salatlah), sebagaimana Dia telah mengajarkan
kepadamu apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. Al-Baqarah: 239)
Dan masih banyak lagi perintah di dalam kitabullah yang mewajibkan umat Islam
melalukan shalat. Paling tidak tercatat ada 12 perintah dalam Al-Quran lafaz “aqiimush-
shalata” ( ( أقيموا الصلةyang bermakna "dirikanlah shalat" dengan fi'il Amr (kata perintah)
dengan perintah kepada orang banyak (khithabul jam'i). Di antaranya pada ayat-ayat berikut
ini :
Di dalam sunnah Rasulullah SAW, ada banyak sekali perintah shalat sebagai dalil yang kuat
dan qath'i tentang kewajiban shalat. Diantaranya adalah beberapa hadits berikut ini :
Dengan adanya dalil dari Al-Quran, As-Sunnah dan Ijma' di atas, maka lengkaplah dalil
kewajiban shalat bagi seorang muslim. Mengingkari kewajiban shalat termasuk keyakinan
yang menyimpang dari ajaran Islam, bahkan bisa divonis kafir bila meninggalkan shalat dengan
meyakini tidak adanya kewajiban shalat.
Berdasarkan kepada beberapa firman Allah SWT, dalam al-Qur’an dinyatakan bahwa
setiap muslim yang mukallaf wajib melaksanakan shalat lima waktu dalam sehari semalam.11
1. Beragama Islam: Menurut Mazhab Syafi’i dan Hambali, orang kafir atau non Islam
tidak wajib melakukan shalat, karena shalat yang mereka kerjakan tidak akan sah.
Tetapi di akhirat kelak ia akan dihukum karena tidak mengerjakan shalat, di samping
karena kekafirannya. Sebab ia sanggup mengerjakannya dengan cara masuk Islam
terlebih dahulu. 12 Dalil yang dijadikan rujukan adalah sabda Nabi SAW:
Dari Ibnu ‘Abbâs Radhiyallahu anhu, bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam
ketika mengutus Mu’adz Radhiyallahu anhu ke Yaman Beliau Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
ُ فَلْيَكُ ْن أَ َّو َل َما تَدْعُ ْوهُ ْم ِإلَىْ ِه شَ َهادَةُ أَ ْن ََّل ِإ ٰلـهَ ِإ ََّّل هللا،ي قَ ْو ًما أَ ْه َل ِكتَاب ْ ِِإنَّكَ سَتَأْت
ِإلَى أَ ْن ي َُو ِحدُوا هللاَ – فَ ِإ ْن هُ ْم أَطَاعُ ْوا: – ي ِر َوايَة ْ َِوأَ َّن ُم َح َّمدًا َرسُ ْو ُل هللاِ– َوف
،ي كُ ِل يَ ْوم َولَيْلَة ْ ِصلَ َوات ف َ س َ ض عَلَيْ ِه ْم خَـ ْم َ فَأ َ ْخ ِب ْرهُ ْم أَ َّن هللاَ قَدْ فَ َر، َلَكَ ِب ٰذلِك
صدَقَةً تُؤْ َخذُ ِم ْن َ ض عَلَيْ ِه ْم َ فَأ َ ْخبِ ْرهُ ْم أَ َّن هللاَ قَدْ فَ َر، َفَإِ ْن هُ ْم أَطَاعُ ْوا لَكَ بِ ٰذلِك
، فَإِيَّاكَ َوك ََرائِ َم أَ ْم َوالِ ِه ْم، َ فَإِ ْن هُ ْم أَطَاعُ ْوا لَكَ بِ ٰذلِك،أَ ْغنِيَائِ ِه ْم فَت ُ َردُّ عَلَى فُقَ َرائِ ِه ْم
. ٌْس بَيْنَهُ َوبَيْ َن هللاِ ِح َجاب َ فَإِنَّهُ لَي،ظلُ ْو ِم
ْ ق دَع َْو َة الْـ َم ِ ََّوات
Sesungguhnya engkau akan mendatangi satu kaum Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani),
maka hendaklah pertama kali yang kamu sampaikan kepada mereka ialah syahadat Lâ
Ilâha Illallâh wa anna Muhammadar Rasûlullâh -dalam riwayat lain disebutkan,
‘Sampai mereka mentauhidkan Allâh.’- Jika mereka telah mentaatimu dalam hal itu,
11
Syafrida dan Nurhayati Zein, Fiqh Ibadah, (Pekanbaru: CV. Mutiara Pesisir Sumatra, 2015), cet. ke-
1, hal.76
12
Abu Malik Kamal bin as- Sayyid Salim, 2006, Shahih Fiqih Sunnah: (terjemahan Abu Ihsan Al-
Atsari), Jakarta: Pustaka At- Tazkia, hlm.316
2. Sudah baligh, ini adalah syarat wajib shalat menurut kesepakatan ulama. Karena itu
anak-anak tidak di wajib kan shalat hingga ia mencapai baligh. 13 Hal ini berdasarkan
hadits dari ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
َ َو،ص ِبي ِ َحتَّى َي ْحتَ ِل َم
ع ِن َ َو،َع ِن النَّا ِئ ِم َحتَّى َي ْستَيْ ِقظ
َّ ع ِن ال َ ُر ِف َع الْقَلَ ُم
َ :ع ْن ثَ َلثَة
الْ َم ْجنُو ِن َحتَّى َيعْقِ َل
“Diangkatlah pena (dosa) dari tiga golongan: (1) orang yang tidur hingga ia bangun;
(2) anak kecil hingga dia ihtilaam; (3) dan orang gila hingga dia berakal (sembuh).”
(HR. Abu Dawud 4402, Tirmidzi no. 1423, An-Nasa’i no. 3432, Ibnu Majah no. 2041,
shahih)
3. Berakal, Maka shalat tidak diwajibkan atas orang gila menurut ijma’ ulama. Meskipun
seorang muslim hanya wajib melaksanakan shalat ketika ia telah baligh dan berakal,
akan tetapi sejak dini telah diperintahkan untuk mengerjakannya sebagai proses belajar
dan latihan, sebagaimana hadits dari ‘Abdullah bin ‘Amr Radhiyallahu anhu, ia
berkata, “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
َواض ِْرب ُْوهُ ْم عَلَيْ َها َوهُ ْم أَبْنَا ُء،َص َل ِة َوهُ ْم أَبْنَا ُء سَب ِْع ِسنِيْن
َّ ُم ُر ْوا أَ ْو ََّلدَكُ ْم بِال
اج ِع َ َوفَ ِرقُ ْوا بَيْنَهُ ْم فِي الْ َم،َعَ ْش ِر ِسنِيْن
ِ ض
“Suruhlah anak kalian shalat ketika berumur tujuh tahun. Dan pukullah mereka
ketika berusia sepuluh tahun (jika mereka meninggalkan shalat). Dan pisahkanlah
tempat tidur mereka (antara anak laki-laki dan anak perempuan). (HR. Abu Dawud,
no. 495; Ahmad, II/180, 187; Al-Hakim, I/197; Dan al-Baghawi dalam Syarhus
Sunnah, II/406, no. 505 dengan sanad hasan, dari ‘Amr bin Syu’aib, dari ayahnya, dari
kakeknya. Hadits ini dinyatakan sebagai hadits hasan oleh Imam an -Nawawi
rahimahullah dalam al-Majmû’ dan Riyâdhush Shâlihîn. Syaikh al-Albani
13
Abu Malik Kamal bin as- Sayyid Salim, 2006, Shahih Fiqih Sunnah: (terjemahan Abu Ihsan Al-
Atsari), Jakarta: Pustaka At- Tazkia, hlm.315
Semoga Allah SWT sentiasa membimbing kita semuanya dengan hidayah dan taufiq sehingga
kita semuanya dapat melaksanakan shalat secara istiqomah kapanpun dan dimanapun berada.
Amiin ya Rabbal ‘alamin.
Referensi:
Al-Quranul Kariim
Abu Malik Kamal bin as-Sayyid Salim, Shahih Fikih Sunnah, Penerjemah, Khairul Amru
Harahap dan Faisal Saleh, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007), cet. ke-1.
Abu Malik Kamal bin as- Sayyid Salim, Shahih Fiqih Sunnah: (terjemahan Abu Ihsan Al-
Atsari), Jakarta: Pustaka At- Tazkia, 2006.
Fauzan Akbar Ibnu Muhammad Azri, Shalat Sesuai Tuntunan Nabi SAW, Yogyakarta: Nuha
Litera, 2011.
Kutub At-Tis’ah: Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abu Dawud, Sunan At-Tirmidzi,
Sunan An-Nasai, Sunan Thabrani, Sunan Ibnu Majah, Musnad Imam Ahmad, Al-
Muwattha Imam Malik.
Sentot Haryanto, Psikologi Shalat (Kajian Aspek-aspek Psikologi Ibadah Shalat oleh- oleh
Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW), (Yogyakarta: 2007), cet. ke-5.
Syaikh Muhammad Fadh & Syaikh Abdul Aziz bin Baz, Sifat Wudhu & Shalat Nabi SAW,
Penerjemah: Geis Umar Bawazier, (Jakarta: al-Kautsar, 2011), cet. ke-1.
Syafrida dan Nurhayati Zein, Fiqh Ibadah, (Pekanbaru: CV. Mutiara Pesisir Sumatra, 2015),
cet. ke-1,
Prof. Dr. Suad Ibrahim Shalih, Fiqh Ibadah Wanita, Jakarta: Amzah, 2011.