Anda di halaman 1dari 84

KKI 04

KAJIAN
KEISLAMAN ILMIAH
Semester 4
ISLAM
PAHAMI,
AMALKAN,
SEBARKAN,
DAN TERAPKAN
Doa Belajar

Ya Allah, sungguh aku memohon pada-


Mu ilmu yang bermanfaat, amal yang
diterima, rizki yang baik. Ya Allah,
sungguh aku berlindung pada-Mu dari
ilmu yang tidak bermanfaat, hati yang
tidak tunduk, doa yang tidak didengar
dan amal yang tidak sampai.
Doa Belajar

Aku rela Allah sebagai tuhanku,


Islam sebagai agamaku,
Muhammad saw sebagai nabi
dan rasulku.
Tuhanku, tambahkan bagiku
ilmu dan limpahkanlah bagiku
kefahaman
KKI 04
KAJIAN
KEISLAMAN ILMIAH
Semester 4

PERTEMUAN 1
SISTEM

ISLAM
SANKSI

AKIDAH
IBADAH

PENDIDIDIKAN

PEMERIN- EKONOMI
TAHAN PERGAULAN

SISTEM
ISLAM
PERGAULAN

SANKSI KELUARGA PENDIDIKAN

SHALAT
KEAMANAN EKONOMI

KHILAFAH

MASYARAKAT

KELOMPOK DAKWAH SISTEM


ISLAM
SISTEM

ISLAM
SISTEM

IBADAH
SHALAT ‫الصالة‬
Shalat secara bahasa : doa
Shalat secara istilah : aktivitas ibadah dengan
gerakan dan bacaan tertentu dari
takbiratul ihram sampai salam
Nabi saw Nabi
Isra’ Mi’raj
menerima Hijrah
610 M
wahyu 610 M 622 M

Shalat Ulama’ : shalat malam,


Shalat 5
diwajibkan shubuh dan Isya’ waktu
wajib

‫أن جبريل أتاه في أول ما أوحي إليه فعلمه‬


‫الوضوء والصالة‬
Artinya, “Jibril datang kepada Rasul ketika menyampaikan wahyu
pertama dan mengajarkan Rasul wudhu’ dan shalat,”
(HR Ahmad dan Ad-Daraquthni).
Kewajiban
Medirikan Shalat
Kewajiban
Medirikan Shalat
‫ش َها َد ِة َأنْ الَ ِإلَهَ ِإالَّ هَّللا ُ َوَأ َّن‬
َ :‫س‬ ٍ ‫سالَ ُم َعلَى َخ ْم‬ ْ ‫بُ ِن َي اِإل‬
،‫ َوِإ ْيتَا ِء ال َّز َكا ِة‬،‫صالَ ِة‬ َّ ‫ َوِإقَ ِام ال‬،‫س ْو ُل هللا‬
ُ ‫ُم َح َّم ًدا َر‬
ِ ‫ َو َح ِّج ا ْلبَ ْي‬،‫ان‬
‫ت‬ َ ‫ض‬َ ‫ص ْو ِم َر َم‬َ ‫َو‬
“Islam dibangun di atas lima (rukun): Syahadat Laa Ilaaha
Illallahu Muhammadur-Rasulullah, menegakkan shalat,
menunaikan zakat, shaum Ramadhan dan berhaji ke Baitullah
(Makkah).” (Muttafaqun ‘Alaihi)

ُ‫ َو َذ ْر َوة‬،ُ‫صالَة‬
َّ ‫ َو َع ُم ْو ُدهُ ال‬، ‫سالَ ُم‬ ُ ‫َرْأ‬
ْ ‫س اَأل ْم ِر اِإل‬
ِ ‫سنَا ِم ِه‬
‫الج َها ُد‬ َ
“Kepala dari seluruh perkara (agama) adalah Islam, tiangnya
adalah shalat, dan puncaknya adalah jihad.” (HR. At Tirmidzi,
dihasankan oleh As Syaikh Al Albani dalam Al Irwa’ 2/138)
Kewajiban
Medirikan Shalat
‫س ِن ْي َن‬ َ ‫صالَ ِة َو ُه ْم َأ ْبنَا ٌء‬
ِ ‫س ْب ُع‬ َّ ‫ُم ُروا َأ ْوالَ َد ُك ْم ِبال‬
‫ش ٌر َوفَ ِّرقُوا فِ ْي‬َ ‫اض ِربُو ُه ْم َعلَ ْي َها َو ُه ْم َأ ْبنَا ٌء َع‬ ْ ‫َو‬
‫اج ِع‬ِ ‫ض‬ َ ‫ ْال َم‬ 
“Perintahlah anak-anak kalian untuk shalat (mulai) pada usia
7 tahun, dan pukullah mereka (yang enggan untuk shalat)
setelah usia 10 tahun, dan pisahkanlah tempat tidur mereka.”
(HR. Ahmad, lihat Irwaul Ghalil 2/7)

‫ستَ ِط ْع فَ َعلَى‬ْ َ‫ستَ ِط ْع فَقَا ِع ًدا فَِإنْ لَ ْم ي‬ ْ َ‫ص ِّل قّاِئ ًما فَِإنْ لَ ْم ي‬
َ
‫ َوِإالَّ فََأ ْو ِم ِإ ْي َما ًء‬: ‫ب َوفَ ْي ِر َوايَ ٍة‬ ٍ ‫َج ْن‬
“Shalatlah dengan berdiri, jika tidak mampu berdiri maka
(shalatlah) dengan duduk, jika tidak mampu duduk maka
(shalatlah) dengan berbaring.” (HR. Al Bukhari, dalam riwayat
Al Baihaqi ada tambahan: “Jika tidak mampu berbaring maka
cukup dengan isyarat.” )
Ancaman
Bagi yang Meninggalkan Shalat

َ ‫صلِّ َين** َما‬


**‫س \لَ َك ُك ْم\ ِف\\\ي‬ ْ ‫َق\\ا\ ُ\لوا لَ\ ْم\ نَ \ ُك ِم َن‬
َ ‫ا\\ل ُم‬
‫س \ َق َر‬
َ
“Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka).
Mereka menjawab: ‘Kami dahulu tidak termasuk orang-orang
yang mengerjakan shalat ...” (Al Muddatstsir: 42-43)
‫صالَةُ فَ َمنْ تَ َر َك َها فَقَ ْد َكفَ َر‬ ْ ‫ال َع ْه ُد الَّ ِذ‬
َّ ‫ي بَ ْينَنَا َو بَ ْينَ ُه ْم ال‬
”Perbedaan antara kami dengan mereka (orang-orang kafir)
adalah shalat, barangsiapa yang meninggalkannya maka ia telah
melakukan kekafiran.”
(HR. At Tirmidzi, lihat Shahih At Targhib no. 564)

َّ ‫ِإ َّن بَ ْي َن ال َّر ُج ِل َوبَ ْي َن َوالش ِّْر ِك َوا ْل ُك ْف ِر تَ ْر ُك ال‬


‫صالَ ِة‬
“Sesungguhnya (pembeda) antara seseorang dengan kekufuran
dan kesyirikan adalah meninggalkan shalat.”
(HR. Muslim no. 82)
Ancaman
Bagi yang Meninggalkan Shalat

‫صاَل ةَ َواتَّبَعُوا‬
َّ ‫ضا ُعوا ال‬ َ ‫ف َأ‬ٌ ‫ف ِم ْن بَ ْع ِد ِه ْم َخ ْل‬ َ َ‫فَ َخل‬
‫اب َوَآ َم َن‬َ َ‫ف يَ ْلقَ ْو َن َغيًّا ****ِإاَّل َم ْن ت‬ َ ‫ت فَ َس ْو‬ ِ ‫ال َّشهَ َوا‬
‫صالِ ًحا‬َ ‫َو َع ِم َل‬
“Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek)
yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa
nafsunya, maka mereka kelak akan menemui al ghoyya,
kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh.”
(QS. Maryam : 59-60)
`Abdullah bin Mas’ud berkata, “Maka mereka kelak akan
menemui ghayyan,” yaitu sebuah danau di neraka Jahannam
yang sangat dalam dan sangat busuk baunya
Ancaman
Bagi yang Meninggalkan Shalat
Umar bin Khottob mengatakan,
َ‫صالَة‬ َ ‫الَ ِإ ْسالَ َم لِ َم ْن تَ َر‬
َّ ‫ك ال‬
“Tidaklah disebut muslim bagi orang yang meninggalkan
shalat.” Saat Umar mengatakan perkataan di atas tatkala
menjelang sakratul maut, tidak ada satu orang sahabat pun
yang mengingkarinya. Oleh karena itu, hukum bahwa
meninggalkan shalat adalah kafir termasuk ijma’
(kesepakatan) sahabat.
Ancaman
Bagi yang Meninggalkan Shalat
Imam Syafi’i : “Barangsiapa yang meninggalkan shalat wajib
bagi orang yang telah masuk Islam (muslim), dikatakan
kepadanya : ‘Mengapa engkau tidak shalat ?’. Jika ia
mengatakan : ‘Kami lupa’, maka kita katakan : ‘Shalatlah jika
engkau mengingatnya’. Jika ia beralasan sakit, kita katakan
kepadanya : ‘Shalatlah semampumu. Apakah berdiri, duduk,
berbaring, atau sekedar isyarat saja’. Apabila ia berkata : ‘Aku
mampu mengerjakan shalat dan membaguskannya, akan
tetapi aku tidak shalat meskipun aku mengakui
kewajibannya’. Maka dikatakan kepadanya : ‘Shalat adalah
kewajiban bagimu yang tidak dapat dikerjakan orang lain
untuk dirimu. Ia mesti dikerjakan oleh dirimu sendiri. Jika
tidak, kami minta engkau untuk bertaubat. Jika engkau
bertaubat (dan kemudian mengerjakan shalat, maka
diterima). Jika tidak, engkau akan kami bunuh. Karena shalat
itu lebih agung daripada zakat” [Al-Umm, 1/281. Disebutkan
juga oleh Al-Baihaqiy dalam Ma’rifatus-Sunan wal-Aatsaar,
3/117].
Ancaman
Bagi yang Meninggalkan Shalat
Ibnu Qayyim Al Jauziyah –rahimahullah- mengatakan, ”Kaum
muslimin bersepakat bahwa meninggalkan shalat lima
waktu dengan sengaja adalah dosa besar yang paling
besar dan dosanya lebih besar dari dosa membunuh,
merampas harta orang lain, berzina, mencuri, dan minum
minuman keras. Orang yang meninggalkannya akan
mendapat hukuman dan kemurkaan Allah serta
mendapatkan kehinaan di dunia dan akhirat.”
(Ash Sholah, hal. 7)

Dinukil oleh Adz Dzahabi dalam Al Kaba’ir, Ibnu Hazm –


rahimahullah- berkata,  “Tidak ada dosa setelah kejelekan
yang paling besar daripada dosa meninggalkan shalat hingga
keluar waktunya dan membunuh seorang mukmin tanpa
alasan yang bisa dibenarkan.” (Al Kaba’ir, hal. 25)
Ancaman
Bagi yang Meninggalkan Shalat
Adz Dzahabi –rahimahullah- juga mengatakan, “Orang yang
mengakhirkan shalat hingga keluar waktunya termasuk
pelaku dosa besar. Dan yang meninggalkan shalat secara
keseluruhan  -yaitu satu shalat saja- dianggap seperti orang
yang berzina dan mencuri. Karena meninggalkan shalat atau
luput darinya termasuk dosa besar. Oleh karena itu, orang
yang meninggalkannya sampai berkali-kali termasuk pelaku
dosa besar sampai dia bertaubat. Sesungguhnya orang yang
meninggalkan shalat termasuk orang yang merugi, celaka dan
termasuk orang mujrim (yang berbuat dosa).”
(Al Kaba’ir, hal. 26-27)
Hukuman
Bagi yang Meninggalkan Shalat
Asy Syaukani -rahimahullah- mengatakan bahwa tidak ada
beda pendapat di antara kaum muslimin tentang kafirnya
orang yang meninggalkan shalat karena mengingkari
kewajibannya.
Orang seperti ini diberi tenggang waktu 3 hari kalau tidak
taubat dibunuh.
Hukuman
Bagi yang Meninggalkan Shalat
Namun apabila meninggalkan shalat karena malas dan tetap
meyakini shalat lima waktu itu wajib -sebagaimana kondisi
sebagian besar kaum muslimin saat ini-, maka dalam hal ini
ada perbedaan pendapat (Lihat Nailul Author, 1/369).

Pendapat pertama mengatakan bahwa orang yang


meninggalkan shalat harus dibunuh karena dianggap telah
murtad (keluar dari Islam). Pendapat ini adalah pendapat
Imam Ahmad, Sa’id bin Jubair, ‘Amir Asy Sya’bi, Ibrohim An
Nakho’i, Abu ‘Amr, Al Auza’i, Ayyub As Sakhtiyani, ‘Abdullah
bin Al Mubarrok, Ishaq bin Rohuwyah, ‘Abdul Malik bin Habib
(ulama Malikiyyah), pendapat sebagian ulama Syafi’iyah,
pendapat Imam Syafi’i (sebagaimana dikatakan oleh Ath
Thohawiy), pendapat Umar bin Al Khothob (sebagaimana
dikatakan oleh Ibnu Hazm), Mu’adz bin Jabal, ‘Abdurrahman
bin ‘Auf, Abu Hurairah, dan sahabat lainnya.
Hukuman
Bagi yang Meninggalkan Shalat
Pendapat kedua mengatakan bahwa orang yang
meninggalkan shalat dibunuh dengan hukuman had, namun
tidak dihukumi kafir. Inilah pendapat Malik, Syafi’i, dan salah
salah satu pendapat Imam Ahmad.

Pendapat ketiga mengatakan bahwa orang yang


meninggalkan shalat karena malas-malasan adalah fasiq
(telah berbuat dosa besar) dan dia harus dipenjara sampai
dia mau menunaikan shalat. Inilah pendapat Hanafiyyah. (Al
Mawsu’ah Al Fiqhiyah Al Kuwaitiyah, 22/186-187)
Shalat yang
Diwajibkan
Shalat Wajib
yang 5 waktu

‫ضتْ َعلَى النَّبِ ّي ص‬ َ ‫ فُ ِر‬:‫س ْب َن َمالِ ٍك رض قَا َل‬ ِ َ‫َعنْ اَن‬


ْ‫صتْ َحتَّى ُج ِعلَت‬ َ ِ‫ ثُ َّم نُق‬،‫س ْي َن‬ ِ ‫ي ِب ِه َخ ْم‬ َ ‫س ِر‬ْ ُ‫صلَ َواتُ لَ ْيلَةَ ا‬ َّ ‫ال‬
َّ ‫ يَا ُم َح َّم ُد اِنَّهُ الَ يُبَ َّد ُل ْالقَ ْو ُل لَ َد‬:‫ي‬
‫ي َو اِ َّن‬ َ ‫ ثُ َّم نُ ْو ِد‬.‫سا‬
ً ‫َخ ْم‬
‫ احمد و النسائى و الترمذى و‬.‫س ْي َن‬ ِ ‫س َخ ْم‬ ِ ‫لخ ْم‬ َ ‫لَ َك ِبه ِذ ِه ْا‬
334 :1 ‫ فى نيل االوطار‬،‫صححه‬
Dari Anas bin Malik RA, ia berkata : Diwajibkan shalat itu pada
Nabi SAW pada malam Isra’, lima puluh kali. Kemudian dikurangi
sehingga menjadi lima kali, kemudian Nabi dipanggil, “Ya
Muhammad, sesungguhnya tidak diganti (diubah) ketetapan itu
di sisi-Ku. Dan sesungguhnya lima kali itu sama dengan lima
puluh kali”. [HR. Ahmad, Nasai dan Tirmidzi. Dan Tirmidzi
menshahihkannya, dalam Nailul Authar juz 1, hal. 334
Shalat Wajib
yang 5 waktu

‫هللا‬
ِ ‫س ْو ِل‬ ُ ‫ط ْل َحةَ ْب ِن ُعبَ ْي ِد هللاِ اَ َّن اَ ْع َرابِيًّا َجا َء اِلَى َر‬
َ ْ‫َعن‬
َ ‫ اَ ْخبِ ْرنِى َما فَ َر‬،‫هللا‬
‫ض‬ ِ ‫س ْو َل‬ ُ ‫ يَا َر‬:‫ فَقَا َل‬،‫س‬ ِ ‫ص ثَاِئ َر ال َّرْأ‬
ْ‫ اِالَّ اَن‬،‫س‬ َ ‫صلَ َواتُ ْا‬
ُ ‫لخ ْم‬ َّ ‫ ال‬:‫صالَ ِة ! قَا َل‬ َّ ‫هللاُ َعلَ َّي ِم َن ال‬
‫ش ْيًئا‬َ ‫تَطَ َّو َع‬.
Dari Thalhah bin ‘Ubaidillah, bahwa seorang Arab gunung
datang kepada Rasulullah SAW dalam keadaan rambutnya
kusut, lalu ia bertanya, “Ya Rasulullah, beritahukanlah kepadaku,
apa yang Allah wajibkan kepadaku dari shalat ?”. Beliau
bersabda, “Shalat-shalat yang lima, kecuali kamu mau
melakukan yang sunnah”…. [HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim,
dalam Nailul Authar juz 1, hal. 335]
‫أوقات الصالة‬
Waktu Shalat
Hadits Jibril
Tentang Waktu Shalat Wajib

Ibnu lshaq menceritakan: Utbah bin Muslim, mantan


budak Bani Taim bercerita kepadaku dari Nafi’ bin
Jubair bin Muth’im, sedangkan Nafi’ meriwayatkan
banyak sekali hadits, dari Ibnu Abbas ia berkata:
“Ketika shaiat ditetapkan kepada Rasulullah Shallalahu
‘alaihi wasallam, Rasulullah didatangi Malaikat Jibril,
lalu dia shalat Zhuhur mengimami beliau ketika
matahari mulai condong ke barat, kemudian Malaikat
Jibril mendirikan shalat Ashar bersamanya saat
bayangan suatu benda sama persis sama dengan
bendanya, lalu Malaikat Jibril mendirikan shaiat
Maghrib ketika matahari telah terbenam, lalu
Malaikat Jibril mendirikan shaiat Isya’ ketika sinar
merah setelah terbenamnya matahari telah hilang,
lalu Malaikat Jibril mendirikan shaiat Shubuh ketika
fajar menyingsing.
Hadits Jibril
Tentang Waktu Shalat Wajib

Keesokan harinya Malaikat Jibril kembali mendatangi


Rasulullah lalu mendirikan shalat Zhuhur mengimami
beliau ketika bayangan sebuah benda persis sama
seperti dirinya, kemudian ia mendirikan shalat Ashar
bersama beliau ketika bayangan seseorang dua kali
lebih panjang, kemudian Malaikat Jibril mendirikan
shaiat Maghrib ketika matahari telah terbenam sama
sebagaimana yang dia lakukan kemarin, kemudian
Malaikat Jibril mendirikan shalat Isya’ bersama beliau
setelah sepertiga malam pertama berlalu, kemudian
Malaikat Jibril mendirikan shalat Shubuh mengimami
beliau ketika sedikit terang namun mentari belum
menyingsing. Setelah itu, Malaikat Jibril berkata:
“Wahai Muhammad, waktu shalat adalah
pertengahan antara shalatmu hari ini dan shalatmu
yang kemarin.”
Zhuhur
Hadits Jabir bin Samuroh, ia berkata,
ُّ ‫صلِّى‬
‫الظ ْه َر ِإ َذا‬ َ ُ‫ ي‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫ان النَّبِ ُّى‬
َ ‫َك‬
ُ‫ت ال َّش ْمس‬
ِ ‫ض‬
َ ‫َد َح‬
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah shalat
Zhuhur ketika matahari telah tergelincir ke barat
(waktu zawal).” (HR. Muslim no. 618).

Hadits Anas bin Malik,


‫ان النَّبِ ُّى – صلى هللا عليه وسلم – ِإ َذا ا ْشتَ َّد ْالبَرْ ُد‬ َ ‫َك‬
‫صالَ ِة‬ َّ ‫ َوِإ َذا ا ْشتَ َّد ْال َحرُّ َأ ْب َر َد بِال‬، ‫صالَ ِة‬
َّ ‫بَ َّك َر بِال‬
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasanya jika
keadaan sangat dingin beliau menyegerakan shalat
dan jika keadaan sangat panas/terik beliau
mengakhirkan shalat” (HR. Bukhari no. 906).
Zhuhur
Shalat zhuhur punya 2 waktu :

1. Seluruh waktu zhuhur adalah waktu ikhtiyar dan


fadhilah: dari waktu zawal (tergelincirnya
matahari ke barat) sampai panjang bayang-bayang
sama dengan benda*.
2. Waktu udzur adalah waktu ashar untuk
pelaksanaan shalat jama’

* Namun kita harus tunduk dengan kesepakatan


masyarakat untuk mendirikan shalat jama’ah di masjid
dan tetap berjama’ah
Kulminasi
‫الظهر‬
Awal Dhuhur
‫صالة‬
BARAT
TIMUR
Kulminasi
‫الظهر‬
Awal Dhuhur
‫صالة‬
BARAT
TIMUR

Akhir Dhuhur

450

Bayangan = benda
Ashar/Wustha
Dalam hadits ketika Jibril mengimami Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam, shalat pada hari pertama pada saat
panjang bayangan sama dengan panjang benda.
Sedangkan esoknya, pada saat panjang bayangan sama
dengan dua kali panjang benda. Lalu dikatakan di akhir
hadits bahwa batasan waktu shalat adalah antara dua
waktu tersebut. Inilah yang disebut dengan
waktu ikhtiyar menurut Syafi’iyah.
(Lihat Al Iqna’, 1: 197)

Dalam hadits Abu Hurairah disebutkan bahwa


Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‫ك ْال َعصْ َر‬
َ ‫ُب ال َّش ْمسُ فَقَ ْد َأ ْد َر‬
َ ‫ك َر ْك َعةً ِم َن ْال َعصْ ِر قَ ْب َل َأ ْن تَ ْغر‬
َ ‫َم ْن َأ ْد َر‬
“Barangsiapa yang mendapati satu raka’at shalat
‘Ashar sebelum matahari tenggelam maka ia telah
mendapatkan shalat ‘Ashar”. (HR. Bukhari no. 579 dan
Muslim no. 608).
Ashar/Wustha
Dalam hadits Anas disebutkan bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‫س َحتَّى ِإ َذا‬ َ ‫ق يَجْ لِسُ يَرْ قُبُ ال َّش ْم‬ ِ ‫صالَةُ ْال ُمنَا ِف‬
َ ‫ك‬ َ ‫تِ ْل‬
َ ‫ان قَا َم فَنَقَ َرهَا َأرْ بَ ًعا الَ يَ ْذ ُك ُر هَّللا‬
ِ ‫ط‬َ ‫ت بَي َْن قَرْ نَ ِى ال َّش ْي‬ْ َ‫َكان‬
ً‫فِيهَا ِإالَّ قَلِيال‬
“Itulah shalat orang munafik. Ia duduk menanti
matahari di antara dua tanduk setan lalu ia berdiri dan
melaksanakan shalat empat raka’at dengan cepat.
Tidaklah ia mengingat Allah kecuali sedikit.”(HR.
Muslim no. 622).
Ashar/Wustha
Dari dalil-dalil di atas disimpulkan oleh ulama
Syafi’iyah bahwa shalat ‘Ashar memiliki empat waktu:

1. Waktu fadhilah (utama) di awal waktu


2. Waktu ikhtiyar (pilihan) yaitu sampai panjang
bayangan sama dengan dua kali panjang benda,
3. Waktu jawaz bi laa karohah (boleh dan tidak
makruh), yaitu mulai ketika panjang bayangan
telah dua kali panjang benda hingga matahari
menguning,
4. Waktu karohah (makruh), yaitu mulai saat
matahari menguning hingga mendekati tenggelam
(saat matahari proses tenggelam),
5. Waktu udzur, waktu zhuhur saat dijama’ dengan
zhuhur
‫صالة العصر‬
BARAT
TIMUR

Awal ‘Asar

450

Bayangan = benda
‫صالة العصر‬
BARAT
TIMUR

Akhir Afdhal ‘Asar

26.570

Bayangan = 2xbenda
‫صالة العصر‬
BARAT
TIMUR

Akhir Afdhal ‘Asar

Shalat Asar Orang Munafiq


‫صالة العصر‬

BARAT

Batas Ufuq

Shalat Asar Orang Munafiq


‫صالة العصر‬
BARAT
TIMUR

Shalat Asar Orang Munafiq =


larangan shalat mutlaq
‫صالة العصر‬
BARAT
TIMUR

Shalat Asar Orang Munafiq =


larangan shalat mutlaq
Maghrib
Malaikat Jibril mendirikan shaiat Maghrib ketika
matahari telah terbenam,… (Hadits Jabir)

HJdits ‘Abdullah bin ‘Amr,


ُ َ‫ب ال َّشف‬
‫ق‬ ِ ‫صالَ ِة ْال َم ْغ ِر‬
ِ ‫ب َما لَ ْم يَ ِغ‬ ُ ‫َو َو ْق‬
َ ‫ت‬
“Waktu shalat Maghrib adalah selama cahaya merah
(saat matahari tenggelam) belum hilang.” (HR. Muslim
no. 612).
Inilah di antara alasan Imam Nawawi dan sebagian
ulama Syafi’iyah lainnya yang lebih cenderung pada
pendapat qodiim (yang lama, saat Imam Syafi’i di Irak)
(Lihat Kifayatul Akhyar, hal. 80 dan Al Iqna’, 199).

Pendapat Jadid Imam Syafi’I yang kurang kuat :


“Waktunya hanya satu, dimulai saat matahari
tenggelam. Lamanya sekadar adzan, berwudhu,
menutup aurat, iqomah dan mengerjakan shalat 5
raka’at.” 
Maghrib
Simpulannya, shalat Maghrib memiliki tiga waktu:

(1) waktu ikhtiyar (pilihan) dan fadhilah (utama), yaitu


di awal waktu,
(2) waktu jawaz (boleh), yaitu sampai cahaya merah
saat matahari tenggelam menghilang,
(3) waktu ‘udzur, yaitu bagi yang menjamak dengan
shalat ‘Isya’

(Lihat Al Iqna’, 1: 198-199).


‫صالة المغرب‬
BARAT
TIMUR

Syafaq (mega
merah)

Awal Maghrib
‫صالة المغرب‬
BARAT
TIMUR

Akhir Maghrib
‫صالة المغرب‬

BARAT
Syafaq (mega
merah)

Batas Ufuq
Shalat Maghrib
Shalat Isya
Isya’ / al-’Atamah
Dalil yang menunjukkan awal waktu shalat ‘Isya’
sebagaimana diterangkan dalam hadits shalat Nabi –
shallallahu ‘alaihi wa sallam– bersama Jibril,
ُ َ‫اب ال َّشف‬
‫ق‬ َ ‫صلَّى بِ َى ْال ِع َشا َء ِح‬
َ ‫ين َغ‬ َ ‫َو‬
“Lalu beliau melaksanakan shalat ‘Isya’ bersamaku ketika
cahaya merah saat matahari tenggelam hilang.”

Disebutkan dalam hadits,


ِ ُ‫صلَّى بِ َى ْال ِع َشا َء ِإلَى ثُل‬
‫ث اللَّي ِْل‬ َ ‫َو‬
“Lalu beliau shalat ‘Isya’ hingga sepertiga malam.” Jika
dikatakan sepertiga malam, maka waktu malam dihitung dari
Maghrib hingga shubuh, sekitar ada 10 jam. Jika maghrib jam
6 sore, maka sepertiga malam sekitar jam setengah sepuluh
malam.

Atamah : benar-benar gelap


Isya’ / al-’Atamah
Sedangkan hadits lain menyebutkan waktu shalat ‘Isya’
hingga pertengahan malam sebagaimana dalam hadits,
‫على أمتي لفرضت عليهم السواك مع‬  ‫لوال أن أشق‬
‫ وألخرت صالة العشاء إلى نصف الليل‬، ‫الوضوء‬
“Seandainya tidak memberatkan umatku, tentu aku akan
mewajibkan bagi mereka untuk bersiwak setiap kali wudhu’
dan aku akan mengakhirkan shalat ‘Isya’ hingga
pertengahan malam.” (HR. Al Hakim dalam Al Mustadrok, 1:
245, dishahihkan oleh Al Hakim).

Pendapat yang memilih shalat ‘Isya berakhir hingga


pertengahan malam dipilih oleh Imam
Nawawi rahimahullah dalam Syarh Muslim. Dalam Al
Majmu’, Imam Nawawi menyebutkan bahwa kebanyakan
ulama berpegang dengan pendapat ini (Lihat Al Iqna’, 1:
200).
Isya’ / al-’Atamah
hadits Abu Qotadah,
‫ْس ِفى النَّ ْو ِم تَ ْف ِريطٌ ِإنَّ َما التَّ ْف ِريطُ َعلَى َم ْن لَ ْم‬َ ‫َأ َما ِإنَّهُ لَي‬
‫صالَ ِة اُأل ْخ َرى‬
َّ ‫ت ال‬ ُ ‫صالَةَ َحتَّى يَ ِجى َء َو ْق‬ َّ ‫ُصلِّ ال‬
َ ‫ي‬
“Orang yang ketiduran tidaklah dikatakan tafrith
(meremehkan). Sesungguhnya yang dinamakan meremehkan
adalah orang yang tidak mengerjakan shalat sampai datang
waktu shalat berikutnya.” (HR. Muslim no. 681).
Isya’ / al-’Atamah

Pembagian waktu shalat Isya’ :

1. Waktu fadhilah di akhir waktu ikhtiyar atau sebelum tidur


2. Waktu ikhtiyar saat mega merah hilang sampai sepertiga
malam (pendapat lain sampai pertengahan malam)
3. Waktu jawaz hingga menjelang fajar shubuh (pendapat
lain sampai tengah malam, pendapat ini Islami hanya
lemah)
4. Waktu udzur : saat dilakukan jama’ dengan maghrib
‫صالة العشاء‬
BARAT
TIMUR

Awal ‘Isya
‫صالة العشاء‬
BARAT
TIMUR

Akhir ‘Isya Awal ‘Isya


‫صالة العشاء‬
BARAT
TIMUR

Akhir ‘Isya Awal ‘Isya


Akhir 1/3 malam
afdhal ‘Isyapertama
Subuh/Fajar/Ghadat
hadits ‘Abdullah bin ‘Amr berikut,
‫وع ْالفَجْ ِر‬
ِ ُ ‫ل‬ُ ‫ط‬ ْ
‫ن‬ ‫م‬
ِ ‫ْح‬
ِ ‫ب‬ ُّ‫الص‬ ‫ة‬
ِ َ ‫ال‬‫ص‬َ ُ
‫ت‬ ْ
‫ق‬ ‫َو َو‬
“Waktu shalat Shubuh adalah mulai terbit fajar (shodiq).”
(HR. Muslim no. 612).

Dalil
yang menunjukkan akhir waktu ikhtiyar adalah hadits
tentang shalat Jibril yang mengimami Nabi –shallallahu
‘alaihi wa sallam– pada hari kedua,
‫صلَّى بِ َى ْالفَجْ َر فََأ ْسفَ َر‬
َ ‫َو‬
“Kemudian ia shalat Shubuh bersamaku setelah itu waktu
isfaar”

Waktu jawaz ini disebutkan dalam hadits ‘Abdullah bin ‘Amr,


ْ َ‫صالَ ِة الصُّ بْح ِم ْن طُلُوع ْالفَجْ ِر َما لَ ْم ت‬
ُ‫طلُ ِع ال َّش ْمس‬ َ
ِ ِ
“Waktu shalat Shubuh adalah mulai terbit fajar (shodiq)
selama matahari belum terbit”
Subuh/Fajar/Ghadat
Waktu taghlis adalah yang utama. Dari ‘Aisyah,
‫ُول هَّللا ِ – صلى هللا‬ ِ ‫ت يَ ْشهَ ْد َن َم َع َرس‬ ِ ‫ُك َّن نِ َسا ُء ْال ُمْؤ ِمنَا‬
‫ ثُ َّم‬، ‫ُوط ِه َّن‬
ِ ‫ت بِ ُمر‬ ٍ ‫صالَةَ ْالفَجْ ِر ُمتَلَفِّ َعا‬َ – ‫عليه وسلم‬
‫ْرفُه َُّن‬
ِ ‫ الَ يَع‬، َ‫صالَة‬
َّ ‫ين ال‬ َ ‫ض‬ ِ ‫ين يَ ْق‬
َ ‫يَ ْنقَلِب َْن ِإلَى بُيُوتِ ِه َّن ِح‬
ِ َ‫َأ َح ٌد ِم َن ْال َغل‬
‫س‬
“Para wanita mukminah dahulu pernah menghadiri shalat
Shubuh berjama’ah di belakang Rasulullah -shallallahu ‘alaihi
wa sallam- dengan mengerudungi kepala dengan kain.
 Kemudian mereka kembali ke rumah masing-masing ketika
shalat telah selesai. Mereka tidak dikenali seorang pun
karena keadaan masih gelap (pagi buta).” (HR. Bukhari no.
578).
Subuh/Fajar/Ghadat
hadits Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‫س َوالَ ِع ْن َد ُغر ُْوبِهَا ؛ فَِإنَّهَا‬ ِ ‫ع ال َّش ْم‬
ِ ‫و‬
ْ ُ ‫ل‬ُ ‫ط‬ ‫د‬
َ ْ
‫ن‬ ‫ع‬
ِ ‫ا‬ ‫و‬
ْ ُّ
‫ل‬ َ ُ‫الَ ت‬
‫ص‬
‫ك َما‬ َ ِ‫صلُّ ْوا بَي َْن َذل‬
َ ‫طلُ ُع َوتَ ْغرُبُ َعلَى قَرْ ِن َش ْيطَا ٍن َو‬ ْ َ‫ت‬
‫ِشْئتُ ْم‬
“Janganlah shalat ketika matahari terbit dan janganlah
shalat ketika matahari tenggelam karena ketika itu matahari
terbit dan tenggelam di atas tanduk setan. Shalatlah di
antara itu semau kamu.” (HR. Abu Ya’la dalam musnadnya,
2/200 dan Al-Bazzar, 1/293/613. Syaikh Al-Albani dalam
Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, no. 314 mengatakan bahwa
sanad hadits ini hasan)
Subuh/Fajar/Ghadat
Waktu shalat shubuh:

1. waktu fadhilah (utama), yaitu di awal waktu.


2. waktu ikhtiyar (pilihan), yaitu waktu awal hingga
waktu isfaar (mulai terang).
3. waktu jawaz bi laa karohah (boleh dan tidak makruh),
yaitu hingga muncul cahaya merah di ufuk (sebelum
matahari terbit).
‫صالة الصبح‬
BARAT
TIMUR

Awal Shubuh

Fajar Shadiq
‫صالة الصبح‬
BARAT
TIMUR

Awal Shubuh

Akhir Afdhal
Shubuh (isfar)
‫صالة الصبح‬
BARAT
TIMUR

Awal Shubuh
Isfar
Akhir Shubuh
=Syuruq =Thulu’
‫صالة الصبح‬

TIMUR
Fajar Shadiq

Isfar
Batas Ufuq

Shalat Shubuh
BARAT
TIMUR

Awal larangan shalat


BARAT
TIMUR

Awal larangan shalat


Akhir larangan shalat
‫صالة الضحى‬
BARAT
TIMUR

Awal shalat dhuha = shalat syuruq

Awal shalat dhuha


Kulminasi
‫صالة الضحى‬
Awal Dhuhur = akhir waktu dhuha BARAT
TIMUR

Awal shalat dhuha = shalat syuruq


Kulminasi

BARAT
TIMUR

Waktu terlarang shalat sunnah mutlaq


Resume Waktu Shalat
  Waktu awal Waktu akhir Waktu Fadhilah Waktu Ikhtiyar Waktu Jawaz Waktu Makruh Waktu Udzur Jama'

Tinggi bayangan
Matahari Di awal waktu Seluruh waktu Sampai waktu Ashr
Zhuhur tergelincir ke Barat
sama dengan
ikhtiyar Zhuhur
- -
berakhir
benda

Bayangan sama Dari awal sampai


Matahari Di awal waktu tinggi bayangan 2 Sampai menjelang Saat matahari proses Saat shalat Zhuhur
Ashar dengan tinggi terbenam ikhtiyar Maghrib tenggelam
benda kali lipat

Saat matahari Mega merah di Sampai menjelang Sampai shalat Isya'


Maghrib terbenam langit hilang Di awal waktu - Isya' - berakhir

Mega merah di Fajar shadiq Di akhir waktu Dari awal Isya'


Isya ikhtiyar, sesaat sampai sepertiga Sampai menjelang - Saat shalat maghrib
langit hilang muncul sebelum tidur malam pertama Shubuh

Dari fajar shadiq


Fajar shadiq Matahari terbit Di awal waktu sampai isfar Sampai terbit
Shubuh muncul (Syuruq) ikhtiyar (remang-remang (syuruq) - -
wajah terlihat)
Perbedaan Ulama tentang Waktu Shalat
Waktu akhir shalat Isya’
1. Ulama 4 madzhab sepakat bahwa mereka yang shalat isya’
setelah pertengahan malam statusnya ada’ (mengerjakan
shalat pada waktunya), dan bukan qadha’ (mengerjakan
shalat di luar waktu).
2. Ulama 4 madzhab sepakat bahwa shalat isya’ setelah
pertengahan malam, shalatnya sah.
3. Mereka berbeda pendapat mengenai status orang yang shalat
isya setelah pertegahan malam. Ada yang menyebut itu
waktu dharurat, sehingga berlaku dalam kondisi darurat. Ada
yang menyebut waktu jawaz (toleransi), sehingga berlaku
untuk yang punya udzur. dan ada yang menyebut boleh
namun makruh, serta ada yang membolehkan tanpa makruh.
4. Untuk alasan kesempurnaan ibadah shalat isya, ditekankan
agar dikerjakan sebelum pertengahan malam atau sepertiga
malam. Dan tidak melebihi waktu pertengahan malam,
kecuali jika ada udzur.
Perbedaan Ulama tentang Waktu Shalat
Waktu akhir shalat zhuhur dan awal ashr

Hanya ulama
Hanafi yang
mengatakan
akhir waktu ashr
adalah saat
bayangan benda
dua kali lipat
panjang benda,
dan waktu ashr
setelahnya. Ini
adalah pendapat
yang lemah.
Perbedaan jam waktu shalat
karena bumi membentuk kemiringan
Perbedaan jam waktu shalat
karena bumi membentuk kemiringan

Kutub utara musim panas (21 Juni)


Tidak ada isya dan matahari ada di tepi

Siang panjang

Siang pendek
Daerah kutub utara
Kulminasi (menjelang dhuhur)

Waktu terlarang shalat sunnah mutlaq


Daerah kutub utara, musim panas
Wilayah yang
tidak ada Shubuh
waktu Isya’,
sampai 5 bln

Isya’
Wilayah yang
tidak ada
waktu Isya’,
Maghrib, dan Maghrib
Shubuh,
sampai 5 bln
Perbedaan jam waktu shalat
karena bumi membentuk kemiringan

Kutub utara musim dingin (21 Desember)

Siang pendek

Siang panjang
Daerah kutub utara
Kulminasi (menjelang dhuhur)

Matahari di bawah ufuq


Daerah kutub utara, musim dingin
Wilayah matahari
tidak sampai muncul
penuh, sampai 5
bulan

Wilayah matahari
tidak terlihat sampai 5
bulan kecuali hanya
mega
Bagaimana
penentuan waktu
shalat di kutub?
Masjid paling utara : Nurd Kamal di Norilsk
Masjid paling utara : Nurd Kamal di Norilsk

Suhu rekor −53.1 derajat celcius.


Kota Norilsk Rusia  ditutupi salju
selama 250 sampai 270 hari
dalam setahun (365 hari). 
jumlah penduduk sebanyak
175,365 jiwa 
60.000-an adalah muslim
Baru ditinggali manusia tahun
1930
« ‫ال‬ َ َ‫ض ؟ ق‬ ِ ْ‫ُول هَّللا ِ َو َما لَ ْبثُهُ ِفى اَألر‬ َ ‫…قُ ْلنَا يَا َرس‬
َ ‫َأرْ بَع‬
‫ُون يَ ْو ًما يَ ْو ٌم َك َسنَ ٍة َويَ ْو ٌم َك َشه ٍْر َويَ ْو ٌم َك ُج ُم َع ٍة‬
.» ‫َو َساِئ ُر َأيَّا ِم ِه َكَأيَّا ِم ُك ْم‬
Kita (para sahabat) bertanya, “Wahai Rasulullah, berapa
lamakah ia (Dajjal) berada di bumi?” Rasulullah
menjawab, “Empat puluh hari, sehari seperti setahun,
dan sehari seperti sebulan, lalu sehari seperti sepekan,
kemudian sisanya seperti hari-hari kalian pada biasanya”
‫ك ْاليَ ْو ُم الَّ ِذى َك َسنَ ٍة َأتَ ْك ِفينَا فِي ِه‬
َ ِ‫قُ ْلنَا يَا َرسُو َل هَّللا ِ فَ َذل‬
…» ُ‫ال « الَ ا ْق ُدرُوا لَهُ قَ ْد َره‬ َ َ‫صالَةُ يَ ْو ٍم ؟ ق‬ َ
Kita (para sahabat) bertanya kembali, “Wahai Rasulullah,
apakah pada hari yang lamanya seperti satu tahun itu
cukup bagi kita mengerjakan shalat –lima waktu– sekali
saja (dalam satu tahun)?” Rasulullah kemudian
menjawab, “Jangan, (shalatlah dan) perkirakanlah
(waktu shalat) seperti ukurannya”.
Cara menentukan waktu shalat di kutub

Diperkirakan waktunya
sehingga tetap shalat 5
kali sehari (24 jam)
Cara menentukan waktu shalat di kutub

shubuh syuruq zhuhur ashar terbenam maghrib isya’


Doa Penutup
Majlis

Anda mungkin juga menyukai