Anda di halaman 1dari 8

Shalat

13 Kedudukan Shalat dalam Islam


 Muhammad Abduh Tuasikal, MSc   • December 11, 2013 1  72,037

 6 minutes read

Shalat itu memiliki kedudukan yang mulia. Dalil-dalil yang diutarakan kali ini
sudah menunjukkan kedudukan dan muliannya ibadah shalat.

1- Shalat adalah tiang Islam. Islam seseorang tidaklah tegak kecuali dengan
shalat.

Dalam hadits Mu’adz disebutkan,

‫َر ْأ ُس اَألْم ِر اِإل ْس َالُم َو َع ُم وُد ُه الَّص َالُة َو ِذ ْر َو ُة َس َن اِم ِه اْلِج َه اُد‬
“Pokok perkara adalah Islam, tiangnya adalah shalat, dan puncak
perkaranya adalah jihad” (HR. Tirmidzi no. 2616. Tirmidzi mengatakan
bahwa hadits ini hasan shahih. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa
hadits ini hasan). Yang namanya tiang suatu bangunan jika ambruk, maka
ambruk pula bangunan tersebut. Sama halnya pula dengan bangunan Islam.

2- Shalat adalah amalan yang pertama kali akan dihisab. Amalan seseorang
bisa dinilai baik buruknya dinilai dari shalatnya.

Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫” ِإ َّن َأ َّو َل َم ا ُي َح اَس ُب ِب ِه الَع ْب ُد َيْو َم الِق َي اَم ِة ِم ْن َع َم ِلِه َص اَل ُت ُه َف ِإ ْن‬
‫َف‬ ‫َف‬ ‫َف‬ ‫َف َأْف َل َأْن‬ ‫َل‬
‫َص َح ْت َق ْد َح َو َج َح َو ِإ ْن َس َد ْت َق ْد َخ اَب َو َخ َس َر ِإ ِن‬
‫ اَنَظ ُر ْو ا َه ْل‬: ‫اْن َت َق َص ِم ْن َف ْي َض ِت ِه َش ْي ٌء َق اَل الَّر ُّب َت َب اَر َك َو َت َع اَلى‬
‫ِر‬
‫ِل َع ْب ِد ي ِم ْن َت َط ُّو ٍع ؟ َف ُي ْكَم ُل ِب َه ا َم ا اْن َت َق َص ِم َن الَف ِر ْي َض ِة ُث َّم َي ُكْو ُن‬
‫ ” ُث َّم الَّز َكاُة ِم ْث ُل َذ ِل َك ُث َّم‬: ‫ َو ِف ي ِر َو اَي ٍة‬. ” ‫َس اِئ ُر َع َم ِلِه َع َلى َذ ِل َك‬
. ” ‫ُتْؤ َخ ُذ اَألْع َم اُل َح َس َب َذ ِل َك‬
“Sesungguhnya amal hamba yang pertama kali akan dihisab pada hari
kiamat adalah shalatnya. Apabila shalatnya baik, dia akan mendapatkan
keberuntungan dan keselamatan. Apabila shalatnya rusak, dia akan
menyesal dan merugi. Jika ada yang kurang dari shalat wajibnya, Allah
Tabaroka wa Ta’ala  mengatakan, ’Lihatlah apakah pada hamba tersebut
memiliki amalan shalat sunnah?’ Maka shalat sunnah tersebut akan
menyempurnakan shalat wajibnya yang kurang. Begitu juga amalan lainnya
seperti itu.”

Dalam riwayat lainnya,


”Kemudian zakat akan
(diperhitungkan) seperti itu.
Kemudian amalan lainnya
akan dihisab seperti itu pula.”
(HR. Abu Daud no. 864,
Ahmad 2: 425, Hakim 1: 262,
Baihaqi, 2: 386. Al Hakim
mengatakan bahwa sanad
hadits ini shahih dan tidak
dikeluarkan oleh Bukhari dan
Muslim, penilaian shahih ini
disepakati oleh Adz Dzahabi)

3- Perkara terakhir yang hilang


dari manusia adalah shalat.

Dari Abu Umamah Al Bahili, ia


berkata, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,

‫َلُي ْن َق َض َّن ُع َر ى اِإل ْس َالِم‬


‫ُع ْر َو ًة ُع ْر َو ًة َف ُكَّلَم ا اْن َت َق َض ْت ُع ْر َو ٌة َت َش َّب َث الَّن اُس ِب اَّلِت ى َت ِل يَه ا‬
‫َو َأ َّو ُلُه َّن َنْق ضًا اْلُح ْكُم َو آِخ ُر ُه َّن الَّص َالُة‬
“Tali ikatan Islam akan putus seutas demi seutas. Setiap kali terputus,
manusia bergantung pada tali berikutnya. Yang paling awal terputus adalah
hukumnya, dan yang terakhir adalah shalat.” (HR. Ahmad 5: 251. Syaikh
Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini jayyid)

Hadits ini jelas menyatakan bahwa ketika tali Islam yang pertama sudah
putus dalam diri seseorang, yaitu ia tidak berhukum pada hukum Islam, ia
masih bisa disebut Islam. Di sini Nabi tidak mengatakan bahwa ketika tali
pertama putus, maka kafirlah ia. Bahkan masih ada tali-tali yang lain hingga
yang terakhir adalah shalatnya.

Dari Zaid bin Tsabit, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫َأ َّو ُل َم ا َي ْر َف ُع ِم َن الَّن اِس اَألَم اَن ُة َو آِخ ُر َم ا َي ْب َق ى ِم ْن ِد ْي ِن ِه ْم‬


‫الَّص َالُة‬
“Yang pertama kali diangkat dari diri seseorang adalah amanat dan yang
terakhir tersisa adalah shalat.” (HR. Al Hakim At Tirmidzi dan disebutkan
oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Al Jami’, 2: 353).

4- Shalat adalah akhir wasiat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha mengatakan bahwa di antara wasiat


terakhir Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

‫الَّص َالَة الَّص َالَة َو َم ا َم َلَكْت َأ ْي َم اُن ُكْم‬


“Jagalah shalat, jagalah shalat dan budak-budak kalian” (HR. Ahmad 6: 290.
Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih dilihat dari
jalur lainnya).

5- Allah memuji orang yang mengerjakan shalat.

Allah Ta’ala berfirman,

‫َو اْذ ُكْر ِف ي اْلِك َت ا ِإْس َم اِع يَل ِإ َّن ُه َكاَن َص اِد َق اْلَو ْع ِد َو َكاَن َر ُس واًل‬
‫ِب‬
‫) َو َكاَن َي ْأ ُم ُر َأ ْه َلُه ِب الَّص اَل ِة َو الَّز َكاِة َو َكاَن ِع ْنَد َر ِّب ِه‬54( ‫َن ِب ًّي ا‬
)55( ‫َم ْر ِض ًّي ا‬
“Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang
tersebut) di dalam Al Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar
janjinya, dan dia adalah seorang rasul dan nabi. Dan ia menyuruh
keluarganya untuk shalat dan menunaikan zakat, dan ia adalah seorang
yang diridhai di sisi Rabbnya. ” (QS. Maryam: 54-55).

6- Allah mencela orang yang melalaikan dan malas-malasan dalam


menunaikan shalat.
Allah Ta’ala berfirman,

‫َف َخ َلَف ِم ْن َبْع ِد ِه ْم َخ ْلٌف َأَض اُع وا الَّص اَل َة َو اَّت َب ُع وا الَّش َه َو اِت‬
‫َف َس ْو َف َي ْلَق ْو َن َغ ًّي ا‬
“Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-
nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak
akan menemui kesesatan.” (QS. Maryam: 59).

Dalam ayat lain disebutkan,

‫ِإ َّن اْلُم َن اِف ِق يَن ُي َخ اِد ُع وَن اَهَّلل َو ُه َو َخ اِد ُع ُه ْم َو ِإ َذ ا َق اُم وا ِإ َلى‬
‫الَّص اَل ِة َق اُم وا ُكَس اَلى ُي َر اُء وَن الَّن اَس َو اَل َي ْذ ُكُر وَن اَهَّلل ِإ اَّل َق ِل ياًل‬
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan
membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka
berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan
manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.” (QS.
An Nisa’: 142).

7- Rukun Islam yang paling utama setelah dua kalimat syahadat adalah
shalat.

Dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi


wa sallam bersabda,

‫ُب ِن َى اِإل ْس َالُم َع َلى َخ ْم ٍس َش َه اَد ِة َأ ْن َال ِإ َلَه ِإ َّال اُهَّلل َو َأ َّن ُم َح َّم ًد ا‬
‫َع ْب ُد ُه َو َر ُس وُلُه َو ِإ َق اِم الَّص َالِة َو ِإ يَت اِء الَّز َكاِة َو َح ِّج اْلَبْي ِت َو َص ْو ِم‬
‫َر َم َض اَن‬
“Islam dibangun atas lima perkara, yaitu : (1) bersaksi bahwa tidak ada
sesembahan yang benar untuk diibadahi kecuali Allah dan bersaksi bahwa
Muhammad adalah utusan-Nya, (2) mendirikan shalat, (3) menunaikan
zakat, (4) naik haji ke Baitullah (bagi yang mampu, -pen), (5) berpuasa di
bulan Ramadhan.”  (HR. Bukhari no. 8 dan Muslim no. 16)

8- Shalat diwajibkan tanpa perantara Jibril ‘alaihis salam. Tetapi Nabi


Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri yang langsung
mendapatkan perintah shalat ketika beliau melakukan Isra’ dan Mi’raj.
9- Awalnya shalat diwajibkan sebanyak 50 shalat. Ini menunjukkan bahwa
Allah amat menyukai ibadah shalat tersebut. Kemudian Allah memperingan
bagi hamba-Nya hingga menjadi 5 waktu dalam sehari semalam. Akan
tetapi, tetap saja shalat tersebut dihitung dalam timbangan sebanyak 50
shalat, walaupun dalam amalan hanyalah 5 waktu. Ini sudah menunjukkan
mulianya kedudukan shalat.

10- Allah membuka amalan seorang muslim dengan shalat dan


mengakhirinya pula dengan shalat. Ini juga yang menunjukkan
ditekankannya amalan shalat.

Allah Ta’ala berfirman,

)2( ‫) اَّلِذ يَن ُه ْم ِف ي َص اَل ِت ِه ْم َخ اِش ُع وَن‬1( ‫َق ْد َأْف َلَح اْلُم ْؤ ِم ُن وَن‬
‫) َو اَّلِذ يَن ُه ْم ِل لَّز َكاِة َف اِع ُلوَن‬3( ‫َو اَّلِذ يَن ُه ْم َع ِن الَّلْغ ِو ُم ْع ِر ُض وَن‬
‫) ِإ اَّل َع َلى َأْز َو اِج ِه ْم َأ ْو‬5( ‫) َو اَّلِذ يَن ُه ْم ِل ُف ُر وِج ِه ْم َح اِف ُظ وَن‬4(
‫) َف َم ِن اْبَت َغ ى َو َر اَء َذ ِل َك‬6( ‫َم ا َم َلَكْت َأ ْي َم اُن ُه ْم َف ِإ َّن ُه ْم َغ ْي ُر َم ُلوِم يَن‬
‫) َو اَّلِذ يَن ُه ْم َأِلَم اَن اِت ِه ْم َو َع ْه ِد ِه ْم َر اُع وَن‬7( ‫َف ُأ وَلِئ َك ُه ُم اْلَع اُد وَن‬
)9( ‫) َو اَّلِذ يَن ُه ْم َع َلى َص َلَو اِت ِه ْم ُي َح اِف ُظ وَن‬8(
“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-
orang yang khusyu’ dalam shalatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri
dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, dan orang-orang yang
menunaikan zakat, dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali
terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; maka
sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada terceIa. Barangsiapa mencari
yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.
Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan
janjinya. Dan orang-orang yang memelihara shalatnya.” (QS. Al Mu’minun: 1-
9).

11- Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa


sallam dan umatnya untuk memerintahkan keluarga mereka supaya
menunaikan shalat.

Allah Ta’ala berfirman,

‫ْأ‬
‫َو ْأ ُم ْر َأ ْه َلَك ِب الَّص اَل ِة َو اْص َط ِب ْر َع َلْي َه ا اَل َن ْس َأ ُلَك ِر ْز ًق ا َن ْح ُن َن ْر ُز ُق َك‬
‫َو اْلَع اِق َب ُة ِل لَّت ْق َو ى‬
“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah
kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezki kepadamu,
Kamilah yang memberi rezki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah
bagi orang yang bertakwa.” (QS. Thaha: 132).

12- Semenjak anak-anak sudah diperintahkan shalat dan boleh dipukul jika
tidak shalat pada waktu berumur 10 tahun. Perintah shalat ini tidak
ditemukan pada amalan lainnya, sekaligus hal ini menunjukkan mulianya
ibadah shalat.

Dari Amr bin Syu’aib, dari bapaknya dari kakeknya radhiyallahu ‘anhu, beliau
meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ُم ُر وا َأ ْو َالَد ُكْم ِب الَّص َالِة َو ُه ْم َأ ْب َن اُء َس ْب ِع ِس ِن يَن َو اْض ِر ُب وُه ْم َع َلْي َه ا‬
‫ْل َض‬ ‫َف ُق‬ ‫َأ‬
‫َو ُه ْم ْب َن اُء َع ْش ِر ِس ِن يَن َو ِّر وا َب ْي َنُه ْم ِف ى ا َم اِج ِع‬
“Perintahkan anak-anak kalian untuk mengerjakan shalat ketika mereka
berumur 7 tahun. Pukul mereka jika tidak mengerjakannya ketika mereka
berumur 10 tahun. Pisahkanlah tempat-tempat tidur mereka“. (HR. Abu
Daud no. 495. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini shahih).

13- Siapa yang tertidur atau lupa dari shalat, maka hendaklah ia
mengqodhonya. Ini sudah menunjukkan kemuliaan shalat lima waktu
karena mesti diganti.

Dari Anas bin Malik, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ َال َكَّف اَر َة َلَه ا ِإ َّال َذ ِل َك‬، ‫َم ْن َن ِس َى َص َالًة َف ْلُي َص ِّل ِإ َذ ا َذ َكَر َه ا‬
“Barangsiapa yang lupa shalat, hendaklah ia shalat ketika ia ingat. Tidak ada
kewajiban baginya selain itu.” (HR. Bukhari no. 597 dan Muslim no. 684).

Dalam riwayat Muslim disebutkan,

‫َم ْن َن ِس َى َص َالًة َأ ْو َن اَم َع ْنَه ا َف َكَّف اَر ُت َه ا َأ ْن ُي َص ِّلَي َه ا ِإ َذ ا َذ َكَر َه ا‬


“Barangsiapa yang lupa shalat atau tertidur, maka tebusannya adalah ia
shalat ketika ia ingat.” (HR. Muslim no. 684). Dimisalkan dengan orang yang
tertidur adalah orang yang pingsan selamat tiga hari atau kurang dari itu,
maka ia mesti mengqodho shalatnya. Namun jika sudah lebih dari tiga hari,
maka tidak ada qodho karena sudah semisal dengan orang gila. Baca artikel
Rumaysho.Com: Shalat bagi Orang yang Pingsan.

Hanya Allah yang memberi taufik.

Referensi:

Shalatul Mu’min, Syaikh Dr. Sa’id bin ‘Abi Wahf Al Qohthoni, terbitan
Maktabah Malik Fahd, cetakan ketiga, tahun 1431 H.

Oleh Akhukum fillah: Muhammad Abduh Tuasikal

Disusun di Warak, Panggang, Gunungkidul, @ Pesantren Darush Sholihin, 8


Safar 1435 H, 12: 03 AM

Ikuti status kami dengan memfollow FB Muhammad Abduh Tuasikal, Fans


Page Mengenal Ajaran Islam Lebih Dekat, Twitter @RumayshoCom

Akan segera terbit buku terbaru karya Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal,
yaitu Buku Mengenal Bid’ah Lebih Dekat (harga: Rp.13.000,-). Bagi yang
ingin melakukan pre order, kirimkan format pemesanan via sms ke no 0852
0017 1222 atau via PIN BB 2AF1727A: Buku Bid’ah#Nama#Alamat#no HP.
Nanti akan diingatkan ketika buku sudah siap untuk dikirim.

#keutamaan shalat
One Comment

Dede Rb
December 28, 2013 at 16:08

Izin salin ustadz …

Reply

Anda mungkin juga menyukai