Anda di halaman 1dari 3

MATERI TAKLIM HADITS SEMESTER GANJIL 2021-2022

DIVISI KEPESANTRENAN – SMAIT AS-SYIFA BOARDING SCHOOL WANAREJA

KELAS XII - PEKAN I


PEMBUKUAN HADITS

Sebagaimana telah diketahui bahwa penulisan Hadits mulai berkembang pesat pada masa Khalifah
Umar bin Abdul Aziz, yang merupakan cucu dari Khalifah Umar bin Khattab. Kemudian menjadi
Kitab-kitab yang sudah tertulis secara detail dan tersebar ke seluruh penjuru dunia pertengahan
masa Abbasiyah, proses tersebut terjadi pada tahun 200 – 400 Hijiriyah.

Berikut kitab-kitab yang telah tertulis secara baik pada masa tersebut:

1. Jami’; Shohih Bukhari dan Shohih Muslim


Jami’ berarti terkumpul, sesuai namanya kitab ini mengumpulkan semua Hadits dari semua
cabang ilmu agama Islam, mulai dari hadist yang berkaitan dengan Aqidah, Fikih, Fitnah Akhir
Zaman, Tanda-tanda Kiamat, Sejarah, Peperangan, Adab, dan Zuhud.

2. Musnad Imam Ahmad


Kitab ini berisikan Hadits yang disusun sesuai dengan nama para sahabat yang meriwayatkan
nya. Kitab ini memudahkan seseorang untuk menemukan Hadits dari salah seorang sahabat.
Imam Ahmad juga dikenal sebagai Imam Madzhab Fiqih Hanbali.

3. Sunan; Tirmidzi, Abu Dawud, An-Nasa’i


Termuat di dalamnya Hadits-hadits yang disusun sesuai dengan bab Fiqih. Kitab ini
memudahkan seseorang untuk mencari Hadits dalam masalah fiqih tertentu.

4. Muwatho’ Imam Malik


Tertulis di dalamnya kumpulan Hadits Nabi, perkataan sahabat, dan fatwa para tabi’in dan
meletakkannya sesuai dengan tema, ditambah dengan sedikit penjelasan tambahan. Imam
Malik juga dikenal sebagai Imam Madzhab Fiqih Maliki.

5. Mushonaf; Abdurrazzaq dan Ibnu Abi Syaibah


Tertulis juga di dalamnya Hadits dalam bab tertentu, misalnya yang bertemakan tentang wudhu,
mandi, dan air maka dimasukkan ke dalam bab Thaharah, dan seterusnya.

6. Mustadrak Imam Hakim


Memuat Hadits-hadits yang tidak terdapat di kitab kitab lain. Kitab itu memuat Hadits-hadts
yang sesuai syarat dan kriteria di Kitab Shohih Bukhari dan Shohih Muslim yang tidak di termuat
ke dalam dua kitab tersebut.

7. Mustakhrajat
Kitab ini memuat Hadits-hadits yang telah ada di kitab lain, namun dimasukkan Hadits tersebut
ke dalam bukunya dengan jalur sanad yang ia dapatkan. Seperti Kitab Mustakhrajat ‘Ala Shahih
Al Bukhari karya Al Ismaily, kitab ini memuat Hadits yang ada di Kitab Shahih Al Bukhari namun
ia riwayatkan dengan jalur isnad yang ia punya.

Para ulama yang datang setelah abad itu, mereka tinggal membuat syarah (penjelasan) untuk Kitab-
kitab Hadist di atas, ada pula yang membuat ringkasan dari kitab-kitab tersebut dan lain lain. Ilmu
agamapun semakin meluas setelah abad itu.

Jasa Ulama Hadits pada masa tersebut adalah andil terbesar dalam perkembangan Ilmu Hadits,
sehingga Imam Syafi’i pernah mengatakan:

“Jika aku melihat seorang dari ahli hadist, maka aku seakan melihat Sahabat Rasulullah Saw.,
semoga Allah membalas kebaikan mereka, karena mereka telah menjaga untuk kita keaslian Hadits,
maka mereka mempunyai keutamaan yang tinggi.”

Imam Sufyan Ats-Tsauri juga pernah berkata:

‫ض‬ ‫ر‬ْ ‫اس ْاَأل‬ َ ‫اب‬


ُ ‫الح ِد ْي ِث ُح َّر‬ ْ ‫ َوَأ‬،‫الس َم ِاء‬
ُ ‫ص َح‬ ُ ‫اَمْل َاَل ِئ َك ُة ُح َّر‬
َّ ‫اس‬
ِ
“Malaikat adalah para penjaga langit, sedangkan Ahli Hadist adalah para penjaga bumi.”
KELAS XII - PEKAN II
IBADAH, MU’AMALAH, AKHLAQ
ْ ُ َ ‫ َق‬،‫هللا َع ْن َها َق َال ْت‬
ُ ‫عن َعا َش َة َرض َي‬:َ
ِ ‫ال َرسو ُل‬
‫هللا ﷺ‬ ِ ‫ِئ‬
ََّ ْ َ َ ُ َ ْ ‫َأ َ ُّ َأل ْ َ َ َّ َ َ َ َأ‬
‫حب ا عم ِال ِإ لى الل ِه تعالى دومها وِإ ن قل‬
‫َر َواه ُم ْس ِلم‬
Dari Aisyah Ra., Rasulullah Saw. bersabda:
"Amal ibadah yang disukai Allah Swt. adalah yang dilakukan terus menerus meskipun sedikit"
(HR. Muslim)

TUJUAN MANUSIA DICIPTAKAN ADALAH UNTUK BERIBADAH


Allah tidaklah membiarkan manusia begitu saja hidup di dunia. Allah tidak hanya memerintahkan kita untuk
makan, minum, melepas lelah, tidur, mencari sesuap nasi untuk keberlangsungan hidup. Ingatlah, bukan hanya
dengan tujuan seperti ini Allah menciptakan kita. Tetapi ada tujuan besar di balik itu semua yaitu agar setiap
hamba dapat beribadah kepada-Nya.

‫ون‬ ُ ُ ْ َ ‫َ َ َ َ ْ ُ ْ َّ َ ْ َ اَّل‬
ِ ‫وما خلقت ال ِجن واِإْل نس ِإ ِليعبد‬
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.”
(QS. Adz-Dzariyat: 56)

Artinya bahwa ada 2 makhluk yang Allah berikan karunia akal, yaitu jin dan manusia. Sehingga mereka diberikan
kewajiban untuk beribadah dan dibalas nantinya dengan surga maupun neraka.

MANUSIA MEMBUTUHKAN IBADAH


Dengan ibadah, bukan berarti Allah Swt. membutuhkan manusia, justru manusialah yang membutuhkan Allah Swt.
Allah Maha Segalanya, maka tidak membutuhkan apapun dari makhluk-Nya. Dengan berbekal akal, manusia akan
diuji dengan pilihan gemerlap dunia atau indahnya akhirat, disinilah manusia memilih.
‫آْل ُ َ َأ‬ ْ ُّ َ َ َ ْ َ ُ ‫َ ْ ُ ْؤ‬
﴿‫الدن َيا ۞ َوا ِخ َرة خ ْي ٌر َو ْب َق ٰى‬ ‫﴾بل ت ِثرون الحياة‬
"Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan
lebih kekal."
(QS. Al-A'la : 16-17)

BERIBADAH SESUAI KEMAMPUAN


Dari Abu Hurairah Ra.:
َ ْ َ ُ ْ ُ ‫َ َ َأ َ ْ ُ ُ ْ َ ْأ‬
‫اس َتط ْع ُت ْم‬ ‫وما مرتكم ِب ِه ف توا ِمنه ما‬
"Dan apa yang aku perintahkan maka lakukanlah semampu kalian."
HR. Bukhari dan Muslim

Perkara wajib adalah perkara yang harus dilakukan umat Islam secara mutlak, sehingga tidak dapat
meninggalkannya jika tidak ada udzur/halangan yang syar'i. Sementara perkara sunnah adalah perkara yang
bernilai pahala namun tidak sampai derajat wajib, sehingga manusia dapat berlomba-lomba di dalamnya. Pada
kedua perkara ini orang beriman dapat berlomba meraih pahala sesuai dengan kemampuannya masing-masing.

FUNGSI ISTIQOMAH DALAM BERIBADAH


Dalam istilah ilmu sosial, seringkali kita mendengar istilah budaya dan adat istiadat. Darimana budaya dan adat
istiadat itu berasal? Dari perkara atau kegiatan yang kecil, kemudian dibiasakan terus-menerus, sehingga menjadi
budaya dan kebiasaan. Begitu juga dengan ibadah, meskipun bukan dalam perkara yang besar, jika ibadah sunnah
dibiasakan terus-menerus, maka akan menjadi karakter diri. Dan karakter diri tersebut dapat menjadi sarana
seorang hamba menuju surga.

KELAS XII – PEKAN III


KEWAJIBA MEMATUHI PERINTAH DAN LARANGAN ALLAH SWT (ARBAIN-30)

‫ َو َحدَّ ُحد ُْوداً َفاَل‬،‫ض ِّي ُعوهَا‬


َ ‫اِئض َفاَل ُت‬َ ‫ض َف َر‬ َ ‫هللا َف َر‬َ َّ‫ «ِإن‬:َ‫ول هللاِ ﷺ َقال‬ ُ ‫ َعنْ َر‬،ُ‫وم ْب ِن َناشِ ٍر َرضِ َي هللاُ َع ْنه‬
ِ ‫س‬ َ ‫عَنْ َأ ِبي َث ْعلَ َب َة ال ُخ‬
ِ ‫شن ِِّي ُجر ُث‬
َ ْ ُ
ُ‫ارقطن ُِّي َوغ ْي ُره‬ ٌ ُ َ ْ َ ‫اَل‬
َ ‫ » ِح ِد ْيث َحسَنٌ َر َواهُ ال َّد‬،‫اء ف تنت ِهكوهَا‬ َ ْ ‫َأ‬ َ َ
َ ‫ت ْعتدُوهَا َو َح َّر َم ش َي‬.
Dari Abu Tsa’labah Al-Khusyanni Jurtsum bin Nasyir radhiyallahu ‘anhu, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah telah menetapkan beberapa kewajiban maka janganlah
engkau menyepelekannya, dan Dia telah menentukan batasan-batasan maka janganlah engkau
melanggarnya, dan Dia telah pula mengharamkan beberapa hal maka janganlah engkau jatuh ke
dalamnya. Dia juga mendiamkan beberapa hal–karena kasih sayangnya kepada kalian bukannya lupa–,
maka janganlah engkau membahasnya.” (Hadits hasan, HR. Ad-Daruquthni)

Penjelasan Hadits
َ ‫ َف َر‬artinya : mewajibkan secara pasti, sebab diambil dari kata al-faradh yang artinya al-qath’u
Kata ‫ض‬
(memutuskan/memastika). Kemudia dibaca ‫اِئض‬ َ ‫ َف َر‬sebab ini termasuk isim yang tidak boej diberikan
padanya tanwin, karena termasuk bentuk jama’ yang paling akhir. Sabda beliau : ‫اِئض‬ َ ‫ض َف َر‬
َ ‫( َف َر‬telah
mewajibka bayak kewajiban) seperti shalat lima waktu, zakat puasa ramadhan, Haji (bagi yang mampu),
berbakti kepada orangtua, menyambungka tali silaturrahim dan yang lainnya.
َ ‫( َفاَل ُت‬janganlah kalian mengabaikannya) yakni jangan meremehkanya sehingga berakibat kalian
‫ض ِّيعُو َها‬
meninggalkanya, namun jagalah itu semua.
Sabda beliau : ً‫( َو َح َّد ُحد ُْودا‬Allah telah menetapkan batasan-batasan). Al-hadda secaraba bahasa artinya :
batasan atau larangan, seperti batasan tanah, supaya para pemiliknya satu sama lain dapat mencegah
untuk masuk kedalamnya. Adapun pengertian secara istilah, ada yang mengatakan : “yang dimaksud
denganya adalah semua kewajiban dan larangan”. Kewajiba adalah batasan, sebab itu jangan dilanggar
perkara yang haram juga batasan, maka jangan didekati.
Sebagia ulama mengatakan “’yang dimaksud denganya adalah hukum syariat, seperti hukum zina,
pencurian dan selainnya.
Yang benar adalah yang pertama, bah yang dimaksud denga al-hudud yang ada dalam hadits ini adalah
segala yang diberi batasan oleh Allah, baik berupa kewajiba, maupun perkara yag diharamkan. Terhadap
perkara yang wajib kita katakan : Anda jagan melampaui batas dan melanggarnya.” Dan terhadap
perkara yang haram kita katakan : “Janganlah anda mendekatinya.” Demikianlah yang disebutkan dalam
al-Qur’an, tatkala Allah mengharamkan makan dan minum bagi orang yang sedang puasa :
‫ك ُحد ُْو ُد هّٰللا ِ َفاَل َت ْق َرب ُْو َه ۗا‬
َ ‫ت ِْل‬
Itulah larangan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya(QS. Al Baqorah : 187)

Dan tatkala menjelaskan tentang Iddah, apa yang harus dilakukan wanita ketika sedang iddah, Allah
Ta’ala berfirma :
‫ك ُحد ُْو ُد هّٰللا ِ َفاَل َتعْ َتد ُْو َها‬
َ ‫ت ِْل‬
 Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu melanggarnya (QS. Al Baqorah : 229)

‫اء‬ ْ ‫( َو َح َّر َم َأ‬Allah telah mengharamka banyak hal) kat ‫َأ ْش َيا َء‬harakat akhirnya difatahkan tidak dengan dua
َ ‫ش َي‬
fathah, sebab sebelum huruf hamzah ada alif ta’-nis mamdudah. ‫( َفاَل َت ْن َت ِه ُكو َها‬janganlah kalian
melanggarnya). Artinya : jangan kalian melakukannya. Seperti zina, minum khamr, menuduh, dan
banyak lagi yang lainnya.
Sabda beliau : ‫( َو َسكَتَ َعنْ َأ ْش َيا َء َرحْ َم ًة لَ ُك ْم‬dan Allah mendiamkan banyak perkara sebagai rahmat bagi
kalian, buka karena lupa, maka kalian jaga membahasnya). Mendiamkan bayak hal artinya hal-hal yang
tidak dilarang dan tidak pula diwajibkan. Sabda beliau : َ‫( َو َس كَت‬mendiamkannya) artinya tidak
mengatakan apa-apa tentangnya, tidak mewajibkannya, tapi tidak juga mengharamkannya. ‫ان‬ ٍ ‫غَ ي َْر نِسْ َي‬
artinya : Alah ta’ala tidak meninggalkannya kerena lupa, berdasarkan firman-Nya :
‫ُّك َنسِ ًّيا‬ َ ‫َو َما َك‬
َ ‫ان َرب‬
Dan tidaklah Rabb-mu lupa (QS. Maryam :64)
akan tetapi sebagai rahmat bagi makhluk-Nya supaya tidak memberatka mereka. ‫ َفاَل َتب َْح ُثوا َع ْن َها‬artinya :
jangan kalian menanyakannya .

Faedah Hadits :
1. Menetapkan bahwa Allah-lah yang memiliki perintah. Allah-lah yang mengharuskan,
mewajibkan, atau mengharamka. Perintah ada di tangann-Nya, tidak seorangpun mewajibka
apa yang diwajibka Allah, atau mengharamka apa yang tidak diharamkan-Nya.

2. Ajaran agama Islam terbagi kepada : kewajiba dan larangan (diharamkan)


3. Kita harus menjaga hal-hal yang diwajibka Allah
4. Allah Ta’ala telah membuat batasan-batasan, artinya ia telah menjadika perkara yang wajib
jelas, demikian juga perkara yang diharamkan.
5. Perbuatan haram akan melampaui batas Allah
6. Larangan untuk berlebih-lebihan dalam menghukumi orang yang melaggar syari’at Allah
7. Allah Ta’ala mensifati diri-Nya denagn bersikap diam, dan ini termasuk diantara kesempurnaan-
Nya
8. Allah Ta’ala mengharmka manusia untuk melanggar batasan-batasn-Nya
9. Apa yang Allah diamkan berarti ia tidak mewajibkannya tidsk menetapkannya, dan tidak
melarangnya, dan itu berarti halal hukumnya. Akan tetapi hal ini pada selai perbuatan mahdah,
sebab dalam ibadah mahdah Allah Ta’ala telah mengharamkan mausia membuat ibada yang
baru yang tidak mendapat izin dari Allah Ta’ala. Hal ini masuk dalam sabda beliau : “ dan telah
mengharamkan banyak hal, maka jaganlah kalian melaggarnya.”

Orang yang melakukan perbuatan Bid’ah berarti telah menodai kehormatan/keharaman Allah
Siapapun yang membuat perkara baru dalam agam Allah, baik dalam hal aqidah, perkataan, perbuatan,
maupun amalan, berarti ia telah melanggar larangan Allah, dan tidak bisa dikatakan bahwa hal ini
termasuk perkara yang didiamkan Allah. Sebab pada dasarnya hukum ibadah adalah terlarang, kecuali
didapatka dalil yag mendasarinya,. Dan untuk selain ibadah (seperti mu’amalah dan perkara dunia),
maka hukum dasarnya diperbolehkan, dan apa yang Allah diamkan hukumnya mubah.

Anda mungkin juga menyukai