Anda di halaman 1dari 4

‫هَّللا‬

ِ ‫ِبسْ ِم ِ الرَّ حْ َم ِن الرَّ ح‬


‫ِيم‬

MULIAKAN MEREKA, ANDA AKAN MULIA


Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri

 SETIAP MUSLIM HARUS MENJADI MASTERPIECE

Setiap muslim harus menjadi seorang masterpiece dalam satu bidang mereka sehingga
dapat mengisi puzzle, maka perhatikanlah bagaimana para sahabat ridhwanallahu
‘alaihim, Ibnu Mas’ud dan Ibnu ‘Abbas seorang pakar hadist, Mu’adz bin Jabal pakar
terhadap halal dan haram, Tsabit seorang khotib nabi, Hasan bin Tsabit seorang penyair
nabi, serta Khalid bin Walid seorang komandan peperangan kaum muslimin.

Syaikh Zeed Abdul Karim Zeed berkata :"Kalau anda ingin memberi manfaat kepada
umat maka anda harus menjadi spesialisasi.”

Allah Ta'ala berfirman :

‫ْ َأ‬ َ ‫ت َأ ْو ِد َي ٌة ِب َق َد ِر َها َفاحْ َت َم َل ال َّس ْي ُل َز َب ًدا َر ِابيًا ۚ َو ِممَّا يُوقِ ُد‬


ْ َ‫ْن َز َل م َِن ال َّس َما ِء َما ًء َف َسال‬
‫اع‬ ِ ‫ون َعلَ ْي ِه فِي ال َّن‬
ٍ ‫ار ا ْب ِت َغ ا َء حِل َي ٍة ْو َم َت‬
‫ض ۚ َك ٰ َذل َِك‬ ِ ْ‫ث فِي اَأْلر‬ َ ‫الز َب ُد َف َي ْذ َهبُ ُج َف ا ًء ۖ َوَأمَّا َم ا َي ْن َف ُع ال َّن‬
ُ ‫اس َف َي ْم ُك‬ َّ ‫ك َيضْ ِربُ هَّللا ُ ْال َح َّق َو ْالبَاطِ َل ۚ َفَأمَّا‬ َ ِ‫َز َب ٌد م ِْثلُ ُه ۚ َك ٰ َذل‬
‫َيضْ ِربُ هَّللا ُ اَأْلمْ َثا َل‬

“Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka mengalirlah air di lembah-lembah
menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih yang mengambang. Dan dari apa
(logam) yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada
(pula) buihnya seperti buih arus itu. Demikianlah Allah membuat perumpamaan (bagi)
yang benar dan yang bathil. Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada
harganya; adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi.
Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan.” (Qs. ar-Ra’ad : 17)
 SEORANG MUSLIM HARUS MEMPERDALAM AGAMANYA

Rasulullah sholallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

‫الى ُي ْبغِضُ ُك َّل َعال ٍِم ِبال ُّد ْن َيا َجاه ٍِل ِباآْل خ َِرة‬
َ ‫هللا َت َع‬
َ َّ‫ِإن‬

“Sesungguhnya Allah ta’ala membenci orang yang pandai dalam urusan dunia namun
bodoh dalam perkara akherat”. (HR. Al-Hakim ,dishahihkan oleh al-Albani)

 KEMULIAAN AHLI ILMU DENGAN DITINGGIKAN DERAJAT MEREKA

Allah Ta'ala berfirman :

َ ‫ش ُزوا َيرْ َف ِع هَّللا ُ الَّذ‬


‫ِين‬ ُ ‫ش ُزوا َفا ْن‬ ُ ‫ِس َفا ْف َسحُوا َي ْف َس ِح هَّللا ُ لَ ُك ْم ۖ َوِإ َذا قِي َل ا ْن‬ َ ‫َيا َأ ُّي َها الَّذ‬
ِ ‫ِين آ َم ُنوا ِإ َذا قِي َل َل ُك ْم َت َف َّسحُوا فِي ْال َم َجال‬
‫ون َخ ِبي ٌر‬َ ُ‫ت ۚ َوهَّللا ُ ِب َما َتعْ َمل‬ ٍ ‫ِين ُأو ُتوا ْالع ِْل َم َد َر َجا‬
َ ‫آ َم ُنوا ِم ْن ُك ْم َوالَّذ‬

“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam


majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan
apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan
beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Qs. al-
Mujadilah : 11)

Diriwayatkan oleh Ibn Abi Hatim dari Muqatil bin Hibban, ia mengatakan bahwa pada
suatu hari yaitu hari Jum’at, Rasulullah sholallahu 'alaihi wa sallam berada di Shuffah
mengadakan pertemuan di suatu tempat yang sempit, dengan maksud menghormati
pahlawan perang Badar yang terdiri dari kaum Muhajirin dan Anshar. Beberapa
pahlawan perang Badar ini terlambat datang, diantaranya Tsabit bin Qais rodhiyallahu
‘anhu, sehingga mereka berdiri diluar ruangan. Mereka mengucapkan salam lalu Nabi
menjawabnya. Mereka pun mengucapkan hal yang sama kepada orang-orang yang
terlebih dahulu datang, dan dijawab pula oleh mereka. Para pahlawan Badar itu tetap
berdiri, menunggu tempat yang disediakan bagi mereka tetapi tak ada yang
memperdulikannya. Melihat keadaan tersebut, Rasulullah menjadi kecewa lalu
menyuruh kepada orang-orang di sekitarnya untuk berdiri. Diantara mereka ada yang
berdiri tetapi rasa keengganan nampak di wajah mereka. Maka orang-orang munafik
memberikan reaksi dengan maksud mencela Nabi, sambil mengatakan “Demi Allah,
Muhammad tidak adil, ada orang yang lebih dahulu datang dengan maksud
memperoleh tempat duduk di dekatnya, tetapi disuruh berdiri untuk diberikan kepada
orang yang terlambat datang”. Lalu turunlah ayat ini.

Ibnu ‘Asyur rohimahullah dalam kitabnya at-Tahrir wat Tanwir berkata : “Ayat ini
mendidik kita untuk senantiasa memuliakan ahli ilmu, sebab salah satu cara memuliakan
ilmu dengan memuliakan ahli-ahlinya.”

 BEBERAPA PELAJARAN MENGENAI MEMULIAKAN ILMU DAN AHLI ILMU


1. Memuliakan Ulama rabbani yang berusaha mengamalkan ilmu merupakan prinsip
ahlussunnah wal jama’ah, sebagaimana ini perkataan Al-Imam at-Tohawi, Al-Imam
As-Sa’di juga Asy-Syaikh Sholih al-Utsaimin.
- Al-Imam at-Tohawi berkata : “Ulama yang terdahulu dari sahabat, tabi’in serta
orang yang baik maupun pakar fiqih tidak boleh dibicarakan kecuali yang baik-
baik saja dan barangsiapa yang membicarakan keburukannya maka dia keluar
dari jalan ahlussunnah wal jama’ah.”
- Rosulullah sholallahu 'alaihi wa sallam bersabda : “Bukan bagian dari kami orang
yang tidak memuliakan orang yang lebih tua dan orang yang tidak menyayangi
yang lebih muda dan tidak mengetahui hak-hak ahli ilmu.” (HR. Ahmad, at-
Tirmidzi)
- Al-Imam Thowus rohimahullah berkata : “Salah satu prinsip ahlussunnah yaitu
memuliakan ahli ilmu.” (Disampaikan oleh Imam Abdurrazaq dalam
mushonnafnya)
- Yahya bin Ja’far rohimahullah berkata : “Kalau aku bisa menambah umurnya
Muhammad bin Ismail (Imam Bukhari) dengan umruku, maka niscaya aku akan
kasih umurku untuknya sebab meninggalnya diriku adalah meninggalnya satu
orang sedangkan meninggalnya Muhammad bin Ismail merupakan hilangnya
ribuan hadist.”
2. Meremehkan, menjatuhkan serta tidak memuliakan ahli ilmu merupakan dosa
besar.
- Imam Ahmad rohimahullah berkata: “Menjatuhkan nama baik ahli ilmu apalagi
yang senior itu diantara dosa besar.” Imam Ibnul Mubarok berkata: “Barangsiapa
yang merendahkan ulama maka ia telah kehilangan akhiratnya.”
3. Melukai atau menyakiti ulama maka sama saja menyakiti Nabi sholallahu ‘alaihi wa
sallam.
- Ibnu ‘Abbas rodhiyallahu ‘anhum dalam al-Majmu’ Syarhul Muhadzdzab
dibawakan oleh Imam an-Nawawi berkata : “Barangsiapa yang menyakiti ulama
maka ia telah menyakiti Rosulullah sholallahu alaihi wa sallam barangsiapa yang
menyakiti Rosulullah maka ia telah menyakiti Allah.”
- Pendalilan Ibnu ‘Abbas berdasarkan hadist Qudsi, ‫ َمنْ َعا َدى لِـيْ َولِ ًّيا‬: ‫هللا َت َعالَـى َقا َل‬
َ َّ‫ِإن‬
َ ‫ َف َق ْد آ َذ ْن ُت ُه ِب ْال‬Allah Ta'ala berfirman : “Barangsiapa memusuhi wali-Ku, sungguh
‫ـحرْ ب‬
Aku mengumumkan perang kepadanya.” (Hadits ini shahih. Diriwayatkan oleh
Imam Bukhâri, no. 6502)
- Al-Imam asy-Syafi’i dan Abu Hanifah rohimahumullah berkata: “Seandainya para
fuqoha dan ulama bukan wali-wali Allah maka siapa lagi wali-wali Allah?”
4. Menjatuhkan Ulama Bisa Menjadi Penyebab su’ul khotimah.
- Imam Ibnu ‘Asyur rohimahullah berkata: “Ketahuilah wahai saudaraku, semoga
Allah memberi taufik kepada kami dan engkau untuk senantiasa mendapatkan
ridho-Nya dan menjadikan kita orang yang taqwa kepada-Nya dengan sebenar-
benarnya taqwa.”

Waallahu a’lam bish-showwab

‫ وآخر دعوانا أن الحمد هلل رب العالمين‬،‫وصلى هللا وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين‬.

Anda mungkin juga menyukai