Setiap muslim harus menjadi seorang masterpiece dalam satu bidang mereka sehingga
dapat mengisi puzzle, maka perhatikanlah bagaimana para sahabat ridhwanallahu
‘alaihim, Ibnu Mas’ud dan Ibnu ‘Abbas seorang pakar hadist, Mu’adz bin Jabal pakar
terhadap halal dan haram, Tsabit seorang khotib nabi, Hasan bin Tsabit seorang penyair
nabi, serta Khalid bin Walid seorang komandan peperangan kaum muslimin.
Syaikh Zeed Abdul Karim Zeed berkata :"Kalau anda ingin memberi manfaat kepada
umat maka anda harus menjadi spesialisasi.”
“Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka mengalirlah air di lembah-lembah
menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih yang mengambang. Dan dari apa
(logam) yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada
(pula) buihnya seperti buih arus itu. Demikianlah Allah membuat perumpamaan (bagi)
yang benar dan yang bathil. Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada
harganya; adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi.
Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan.” (Qs. ar-Ra’ad : 17)
SEORANG MUSLIM HARUS MEMPERDALAM AGAMANYA
الى ُي ْبغِضُ ُك َّل َعال ٍِم ِبال ُّد ْن َيا َجاه ٍِل ِباآْل خ َِرة
َ هللا َت َع
َ َِّإن
“Sesungguhnya Allah ta’ala membenci orang yang pandai dalam urusan dunia namun
bodoh dalam perkara akherat”. (HR. Al-Hakim ,dishahihkan oleh al-Albani)
Diriwayatkan oleh Ibn Abi Hatim dari Muqatil bin Hibban, ia mengatakan bahwa pada
suatu hari yaitu hari Jum’at, Rasulullah sholallahu 'alaihi wa sallam berada di Shuffah
mengadakan pertemuan di suatu tempat yang sempit, dengan maksud menghormati
pahlawan perang Badar yang terdiri dari kaum Muhajirin dan Anshar. Beberapa
pahlawan perang Badar ini terlambat datang, diantaranya Tsabit bin Qais rodhiyallahu
‘anhu, sehingga mereka berdiri diluar ruangan. Mereka mengucapkan salam lalu Nabi
menjawabnya. Mereka pun mengucapkan hal yang sama kepada orang-orang yang
terlebih dahulu datang, dan dijawab pula oleh mereka. Para pahlawan Badar itu tetap
berdiri, menunggu tempat yang disediakan bagi mereka tetapi tak ada yang
memperdulikannya. Melihat keadaan tersebut, Rasulullah menjadi kecewa lalu
menyuruh kepada orang-orang di sekitarnya untuk berdiri. Diantara mereka ada yang
berdiri tetapi rasa keengganan nampak di wajah mereka. Maka orang-orang munafik
memberikan reaksi dengan maksud mencela Nabi, sambil mengatakan “Demi Allah,
Muhammad tidak adil, ada orang yang lebih dahulu datang dengan maksud
memperoleh tempat duduk di dekatnya, tetapi disuruh berdiri untuk diberikan kepada
orang yang terlambat datang”. Lalu turunlah ayat ini.
Ibnu ‘Asyur rohimahullah dalam kitabnya at-Tahrir wat Tanwir berkata : “Ayat ini
mendidik kita untuk senantiasa memuliakan ahli ilmu, sebab salah satu cara memuliakan
ilmu dengan memuliakan ahli-ahlinya.”
وآخر دعوانا أن الحمد هلل رب العالمين،وصلى هللا وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين.