Anda di halaman 1dari 6

Bekal kematian

Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam telah bersabda:

َ ِ‫َأ ْع َما ُر ُأ َّمتِـي َما بَ ْينَ ال ِّستِّ ْينَ ِإلَى ال َّسب ِْع ْينَ َوَأقَلُّهُ ْم َم ْن يَجُو ُز َذل‬
‫ك‬

“Umur-umur umatku antara 60 hingga 70 tahun, dan sedikit orang yg bisa


melampui umur tersebut” (HR. Ibnu Majah: 4236, Syaikh Al Albani
mengatakan: hasan shahih).

“Setiap jiwa akan merasakan mati, dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah
disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan
ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak
lain hanyalah kesenangan yang memperdaya.” (Ali ‘Imran: 185)

‫َريبٌ َأوْ عَابِ ُر َسبِي ٍل‬


ِ ‫ُك ْن فِي ال ُّد ْنيَا َكَأنَّكَ غ‬
“Jadilah engkau di dunia ini seperti orang asing atau yang sedang numpang
lewat.”

“Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan


kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka
itulah orang-orang yang merugi” (QS.al-Munafiqun [63]:9)

“Ada tiga perkara yang mengiringi mayat. Yang dua kembali, sedangkan yang
satu tetap tinggal bersamanya. Mayat diiringi keluarganya,hartanya, dan
amalnya. Keluarganya, hartanya dan amalnya. Keuarga dan hartanya kembali .
sedangkan amalnya tetap mengiringinya.” (HR.al-Bukhori dan Muslim)

‫اريَ ٍة َأوْ ِع ْل ٍم يُ ْنتَفَ ُع بِ ِه َأوْ َولَ ٍد‬ َ ‫ان ا ْنقَطَ َع َع ْنهُ َع َملُهُ ِإاَّل ِم ْن ثَاَل ثَ ٍة ِإاَّل ِم ْن‬
ِ ‫ص َدقَ ٍة َج‬ ُ ‫ِإ َذا َماتَ اِإْل ْن َس‬
ُ‫ح يَ ْد ُعو لَه‬ ٍ ِ‫صال‬ َ
“Jika seorang meninggal, terputus amalannya kecuali tiga: shadaqah yang terus
mengalir pahalanya, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang
mendoakannya.” (HR. Muslim

Allah berfirman :

“Berbekallah!

Dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa dan bertaqwalah kepada-Ku


hai orang-orang yang berakal (QS: Al Baqarah : 197).

Ibnu Abbas r.a, berkata : “Manusia di dunia terbagi tiga : Mukmin, munafik,
dan kafir. Mukmin menyiapkan bekal, munafik berhias dan berpura-pura,
sedang kafir bersenang-senang”.

Hadist dari kitab Qutuful Falihin malam ini.

ُ ‫يُ ْب َع‬
‫ث ُكلُّ َع ْب ٍد َعلَى َما َماتَ َعلَ ْي ِه‬
“Setiap hamba akan dibangkitkan sesuai dengan keadaannya ketika
meninggal.” (HR. Muslim)

Sebuah hadits Anas bin Malik yang diriwayatkan Imam Ahmad yang
menunjukkan tentang khusnul khotimah pada seorang hamba, bahwa
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda;

‫ح قَ ْب َل َموْ تِ ِه‬ َ ‫َذا َأ َرا َد هَّللا ُ بِ َع ْب ٍد خَ ْيرًا ا ْستَ ْع َملَهُ قَالُوا َو َك ْيفَ يَ ْستَ ْع ِملُهُ قَا َل يُ َوفِّقُهُ لِ َع َم ٍل‬
ٍ ِ‫صال‬

“Apabila Allah menghendaki kebaikan kepada seseorang, maka Allah akan


membuatnya beramal.” Para sahabat bertanya; “Bagaimana membuatnya
beramal?” beliau menjawab: “Allah akan memberikan taufiq padanya untuk
melaksanakan amal shalih sebelum dia meninggal.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi)

Mati dalam keadaan khusnul khotimah memiliki tanda-tanda. Diantara tanda-


tanda itu ada yang hanya diketahui oleh orang yang akan meninggal, namun
ada pula tanda-tanda itu bisa diketahui oleh semua orang.

Adapun tanda yang hanya diketahui oleh seseorang yang hendak meninggal
adalah adanya ‘bisyarah’ atau kabar gembira dari Allah bahwa dia telah
mendapat keridhaan Allah dan berhak mendapat kemuliaan dari-Nya sebagai
bentuk keutamaan yang diberikan Allah kepadanya. Allah Subhanahu Wata’ala
berfirman;

‫ِإ َّن الَّ ِذينَ قَالُوا َربُّنَا اللَّـهُ ثُ َّم ا ْستَقَا ُموا تَتَنَ َّز ُل َعلَ ْي ِه ُم ْال َماَل ِئ َكةُ َأاَّل تَ َخافُوا َواَل تَحْ َزنُوا َوَأ ْب ِشرُوا‬
َ‫بِ ْال َجنَّ ِة الَّتِي ُكنتُ ْم تُو َع ُدون‬
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah”
kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun
kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah
merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan
Allah kepadamu.” (QS. Fushshilat:30).

Syeikh Abdurrahman As-Sa’dy dalam tafsirnya mengatakan; Ini adalah tanda


pada seorang mukmin saat menghadapi sakarotul maut. Imam Ahmad juga
meriwayatkan sebuah hadits dari Anas bin Malik Radhiyallohu ‘anhu, bahwa
nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda;

ُ‫َم ْن َأ َحبَّ لِقَا َء هَّللا ِ َأ َحبَّ هَّللا ُ لِقَا َءهُ َو َم ْن َك ِرهَ لِقَا َء هَّللا ِ َك ِرهَ هَّللا ُ لِقَا َءهُ قُ ْلنَا يَا َرسُو َل هَّللا ِ ُكلُّنَا نَ ْك َره‬
‫ض َر َجا َءهُ ْالبَ ِشي ُر ِم ْن هَّللا ِ َع َّز َو َج َّل بِ َما‬ ِ ‫ت َولَ ِك َّن ْال ُمْؤ ِمنَ ِإ َذا ُح‬ ِ ْ‫ك َك َرا ِهيَةَ ْال َمو‬ َ ‫ْس َذا‬ َ ‫ال لَي‬َ َ‫ْال َموْ تَ ق‬
‫ْس َش ْي ٌء َأ َحبَّ ِإلَ ْي ِه ِم ْن َأ ْن يَ ُكونَ قَ ْد لَقِ َي هَّللا َ َع َّز َو َج َّل فََأ َحبَّ هَّللا ُ لِقَا َءهُ َوِإ َّن‬ َ ‫صاِئ ٌر ِإلَ ْي ِه فَلَي‬
َ ‫هُ َو‬
ِ ‫صاِئ ٌر ِإلَ ْي ِه ِم ْن ال َّشرِّ َأوْ َما يَ ْلقَاهُ ِم ْن ال َّش ِّر فَ َك ِرهَ لِقَا َء هَّللا‬ َ ‫ُض َر َجا َءهُ بِ َما هُ َو‬ ِ ‫اج َر َأوْ ْال َكافِ َر ِإ َذا ح‬ ِ َ‫ْالف‬
ُ‫َو َك ِرهَ هَّللا ُ لِقَا َءه‬

“Barangsiapa senang bertemu dengan Allah, maka Allah senang bertemu


dengannya. Dan barangsiapa tidak senang bertemu dengan Allah, maka Allah
tidak senang bertemu dengannya.” Para sahabat bertanya; “Wahai Rasulullah,
kami semua tidak menyukai kematian?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: “Bukan itu yang aku maksud, namun seorang yang beriman apabila
menghadapi sakaratul maut, maka seorang pemberi kabar gembira utusan
Allah datang menghampirinya seraya menunjukkan tempat kembalinya, hingga
tidak ada sesuatu yang lebih dia sukai kecuali bertemu dengan Allah. Lalu Allah
pun suka bertemu dengannya. Adapun orang yang banyak berbuat dosa, atau
orang kafir, apabila telah menghadapi sakaratul maut, maka datang seseorang
dengan menunjukkan tempat kembalinya yang buruk, atau apa yang akan
dijumpainya berupa keburukan. Maka itu membuatnya tidak suka bertemu
Allah, hingga Allah pun tidak suka bertemu dengannya.” (HR. Ahmad)
Ada beberapa khusnul khotimah yang dirinci oleh para ulama berdasar dalil-
dalil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah. Diantaranya;

Seseorang yang mengucap kalimat ‘Laa ilaaha illallah‘, berdasarkan sabda Nabi
Shallallahu ‘alaihi wasallam;

َ‫آخ ُر َكال ِم ِه ال ِإلَهَ ِإال هَّللا ُ َدخَ َل ْال َجنَّة‬


ِ َ‫َم ْن َكان‬

“Barangsiapa yang akhir perkataannya adalah ‘Laa ilaaha illallooh’ maka dia
akan masuk Surga.” (HR. Abu Dawud)

Orang yang meninggal dalam suatu urusan di jalan Allah (Sabilillah) . Seperti
seseorang yang meninggal dalam perjalanan dakwah atau meninggal sewaktu
mengajar ilmu agama atau ketika melakukan amal kebajikan kepada sesama
yang diniatkan ikhlas karena Allah, sebagaimana dijelaskan dalam hadits
riwayat Bukhari diatas. Fisabilillah adalah berjuang di jalan Allah juga dalam
pengertian luas sesuai dengan yang ditetapkan oleh para ulama.

Seorang wanita yang meninggal karena melahirkan anaknya. Rasulullah


Shalallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda;

‫ق َو ْال َمرْ َأةُ يَ ْقتُلُهَا َولَ ُدهَا َج ْم َعا َء‬ ْ َ‫ون َشهَا َدةٌ َو ْالب‬
ُ ‫ط ُن َو ْال َغ َر‬ ُ ‫قَ ْت ُل ْال ُم ْسلِ ِم َشهَا َدةٌ َوالطَّا ُع‬

“Terbunuhnya seorang muslim terhitung syahid, kematian karena wabah thaun


terhitung syahid, kematian karena sakit perut terhitung syahid, kematian
karena tenggelam terhitung syahid dan seorang wanita yang mati karena
melahirkan anaknya terhitung syahid.” (HR. Ahmad)

Orang yang meninggal dalam keadaan mengerjakan kebaikan atau amal


sholeh. Seperti seseorang yang meninggal dalam keadaan sholat,
melaksanakan ibadah haji, bersilaturahmi dan sebagainya. Rasulullah
Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda;

َ ‫ َو َم ْن‬، َ‫ ُختِ َم لَهُ بهَا َدخَ َل ْال َجنَّة‬، ِ ‫ اَل ِإلَهَ ِإاَّل هَّللا ُ ابتِغَا َء َوجْ ِه هَّللا‬: ‫ال‬
ِ ‫صا َم يَوْ ًما ابتِغَا َء َوجْ ِه هَّللا‬ َ َ‫َم ْن ق‬
َ‫ َدخَ َل ْال َجنَّة‬، ‫بص َدقَ ٍة ابتِغَا َء َوجْ ِه هَّللا ِ ُختِ َم لَهُ بهَا‬
َ ‫ق‬ َ َ‫ َو َم ْن ت‬، َ‫ َدخَ َل ْال َجنَّة‬، ‫“ ُختِ َم لَهُ بهَا‬
َ ‫ص َّد‬

“Barangsiapa yang meninggal ketika mengucap ‘Laa ilaaha illallah’ ikhlas


karena maka dia masuk Surga, barangsiapa yang berpuasa pada suatu hari
kemudian meninggal maka dia masuk Surga, dan barangsiapa yang bersedekah
ikhlas karena Allah kemudian dia meninggal maka dia masuk Surga.”

Anda mungkin juga menyukai