Anda di halaman 1dari 6

Adab pulang suami solih setelah bepergian

By: Muh. Muhlis

1. Memberitahu kapan akan pulang


2. Tidak pulang pada waktu malam hari
3. Mengajak berjima’
4. Membawa oleh oleh

1. Memberitahu kapan akan pulang

Setelah suami bepergian ke luarkota dalam beberapa hari tentulah membuahkan kerinduan
kepada istri dan anak anak dirumah, kondisi safar bukan lah kondisi yang nyaman banyak
yang tidak doyan makan, tidak bisa tidur nyenyak atau kelainan lainlah, yang sering disebut
denga homesick. Homesick adalah perasaan yang biasa hinggap pada orang yang bepergian
jauh dan dalam jangka waktu yang panjang. Gelaja homesick ini sering kali membuat
seseorang memiliki perasaan sangat rindu akan kehangatan keluarga di rumah dengan
kebiasaan rutin sehari harinya. Karena itulah jika tugas selama safar telah selesai maka
segeralah untuk kembali ke rumah sebagaimana disabdakan dari Rasulullah shallallahualaih
wasallam: “berpergian itu sebagian dari siksaan, (karena dengan berpergian) salah satu
dari kalian akan terhalang dari makanan, minuman dan tidurnya, jika salah satu dari kalian
telah melaksanakan hajatnya dari berpergian, maka bersegerlah pulang
kekeluarganya”. (H.R Bukhori dan Muslim).

Perlu kita ketahui salah satu kewajiban istri dalam menyambut kedatangan suami adalah
mempersiapkan diri untuk menyambut kedatangan sang suami tercinta, persiapan ini
bukanlah hal yang sepele, mulai dari membersihkan badan, membersihkan rumah,
menyiapkan anak anak serta menyiapkan makanan untuk menyambut sang suami tercinta.
Untuk itu sang istri perlu mengetahui kapan rencana sang suami pulang dan sampai dirumah.
Sebagai suami yang solih dan suami yang baik tentulah akan memberitahukan jadwal
kepulangan kepada istri tercinta di rumah. Zaman dahulu para sahabat memberitahukan
kepulangannya dengan cara mengirimkan utusan kepada keluarganya, namun saat ini
memberitahu jauh lebih mudah karena bisa dengan menggunakan alat komunikasi seperti
handphone yang dipunyai.

Kadang kedatangan kita (suami) dirumah sehabis bepergian atau sepulang kantor tidak
mendapat sambutan yang hangat dari sang istri dan anak anak, setiba nya kita dirumah istri,
anak anak masih sibuk dengan kegiatannya masing masing. Ada baiknya kita menegur
mereka mengucapkan “abi pulang” atau “ umi abi pulang”, atau” anak anak abi pulang ni...”.

Kebiasaan ini justru dilakukan oleh orang orang barat, sedangkan kita jarang melakukannya,
karena itu marilah mencoba, semoga kehangatan rumah tangga tetap terjaga.

2. Tidak pulang pada waktu malam hari


Ibnu Hajar Al Asqalani menceritakan asbabul wurud, dalam kitab Al Ishabah tentang hadist
yang melarang laki-laki atau suami pulang pada malam hari.
Sahabat pergi selama beberapa hari, dan pada waktu malam ia tiba di Madinah yaitu
dirumahnya dan mendapati istrinya telah tidur bersama seorang lelaki dengan tubuh yang
besar. Lalu ia langsung mengeluarkan pedang dan berniat untuk menikam orang tersebut.
Tetapi ia sudah mencolek istrinya tersebut untuk menanyakan “siapa orang ini?”. Lalu sang
istri menjawab “dia merupakan tukang sisir yaitu funalah yang tadi telah meriasku dan karena
ia pulang sudah cukup larut jadi ia bermalam disini”. Setelah itu sahabat pun menarik nafas
lega dan berucap alhamdulillah karena hampir saja dia menghabisi nyawa orang yang ia kira
orang jahat tersebut ternyata seorang tukang sisir. Pada waktu pagi hari sahabat tersebut pun
melaksanakan solat subuh dan menceritakan kisahnya yang semalam kepada Rasulullah
SAW, lalu Rasulullah SAW lantas bersabda:

ً ‫إِ َذا د ََخ ْلتُ ْم لَ ْيالً فَالَ يَأْتِيَنَّ أَ َح ُد ُك ْم أَ ْهلَهُ طُ ُروقا‬


“Jika salah seorang dari kalian lama bepergian, janganlah ia mendatangi istrinya di malam
hari” (HR. Ahmad)

Rasulullah SAW melarang kepada seorang laki-laki atau suami pulang larut malam, dalam
riwayat lain juga telah disebutkan alasannya yaitu:

ُ ‫إِ َذا َق ِد َم أَ َح ُد ُك ْم َل ْيالً َفالَ َيأْ ِت َينَّ أَهْ َل ُه‬


‫طرُو ًقا َح َّتى َتسْ َت ِح َّد ْال ُمغِي َب ُة َو َت ْم َتشِ َط ال َّش ِع َث ُة‬
“Jika salah seorang dari kalian datang pada malam hari maka janganlah ia mendatangi
istrinya. (Berilah kabar terlebih dahulu) agar wanita yang ditinggal suaminya mencukur
bulu-bulu kemaluannya dan menyisir rambutnya” (HR. Muslim)

Ketika sang istri ditinggal bepergian oleh suami dengan jangka waktu yang lama, lalu pada
saat malam hari sang suami baru datang atau pulang kerumah ternyata sang istri tidak bisa
menyambutnya dengan baik. Dan bisa saja sang istri memang belum sempat untuk
membersihkan tubuhnya atau belum siap untuk menyambut sang suami pulang, karena itu
para ulama berpendapat seorang laki-laki atau suami makruh hukumnya jika bepergian dan
pulang di malam hari apalagi jika memang tiba dengan diam-diam tanpa memberi kabar
terlebih dahulu. Jadi jika memang para suami ingin pulang pada malam hari mereka harus
terlebih dahulu memberitahukan kepada sang istri.

Hikmah dilarangnya para suami atau laki-laki ini tiba pada malam hari dirumah yaitu
kemungkinan sang istri tidak tau dan belum sempat berdandan atau membersihkan dirinya
untuk menyambut sang suami pulang, seperti yang dijelaskan dalam Nailul Authar oleh
Imam Asy Syaukani.

Jika memang ingin pulang larut atau malam sebaiknya suami ini memberi kabar kepada sang
istri, agar sang istri pun dapat menyambutnya dengan rapi, bersih dan juga tampil cantik
didepan sang suami. Imam An Nawawi ketika menjelaskan hadits ini dalam Syarah Shahih
Muslim, beliau mengatakan bahwa larangan ini berlaku bagi yang bepergian lama dan datang
mendadak tanpa pemberitahuan. Adapun musafir yang sudah memberitahu sebelumnya,
maka tidak termasuk dalam larangan ini.

“Adapun jika safarnya dekat dan istrinya pun mengharapkan kedatangannya pada malam
hari, ” terang beliau, “maka pulang malam pun boleh. Begitu pula jika telah ada informasi
awal yang memberitahukan kedatangannya kepada istri dan keluarganya, hal ini pun tidak
mengapa.”

3. Mengajak berjima’

Seorang suami hendaknya bersegera mengajak istrinya berhubungan ketika sampai di rumah.
Salah satu hikmah melaksanakan sunnah berhubungan ketika pulang dari bepergian adalah
menghibur hati istri yang selama ditinggal di rumah harus memendam kerinduan, harus
menanggung sepi saat di pembaringan dan gelisah karena menanti serta memikirkan
keselamatan suami di perjalanan. Berhubungan setelah ama tidak bertemu dengan kekasih,
insya-Allah akan membawa berbagai kemaslahatan. Antara lain, ada rasa sayang yang
semakin bertambah.

Hikmah lain menyegerakan hubungan setelah bepergian jauh adalah menghilangkan


kekeruhan hati dan mungkin juga syahwat suami, sehingga tak ada tempat lagi untuk
berkembang. Godaan-godaan syahwat dan benih-benih ketidakbaikan akan segera terkikis
ketika memperoleh kehangatan dari istri terkasih. Kehangatan yang berbeda dengan saat-saat
biasa.

Kadang-kadang masalah seperti ini diabaikan karena benih ketidakbaikan itu begitu kecil.
Barangkali tidak kelihatan. Tetapi benih yang kecil itu dapat tumbuh besar dan
menampakkan bentuknya 10 atau 20 tahun mendatang.

Bisa jadi memang tak ada penyakit hati yang sempat menyentuh suami maupun istri. Tetapi
tak ada jaminan bahwa setiap bepergian selalu aman dari penyakit hati, baik bagi yang
bepergian maupun bagi yang ditinggal. Karena itu, segera melakukan hubungan dengan
penuh keinginan setelah pulang, dapat menjadi usaha preventif. Lebih penting dari itu,
hubungan sesudah bepergian jauh merupakan sunnah Rasulullah Saw.. Di dalamnya pasti ada
kebaikan yang sangat besar. Kebaikan dunia maupun kebaikan akhirat. Sebagaimana kisah
ummu sulaim dalam menyambut suaminya Lihat kisah ini dan gali pelajaran menarik di
dalamnya.

‫ض‬ َ ‫ َفقُ ِب‬، ‫ َف َخ َر َج أَبُو َط ْل َح َة‬، -‫ان ابْنٌ ألَ ِبى َط ْل َح َة َي ْش َت ِكى‬ َ ‫ْن َمالِكٍ – رضى هللا عنه – َقا َل َك‬ ِ ‫سب‬ ِ ‫َعنْ أَ َن‬
‫ت إِلَ ْي ِه ْال َع َشا َء‬ َ ‫ت أ ُ ُّم ُسلَي ٍْم ه َُو أَسْ َكنُ َما َك‬
ْ ‫ َف َقرَّ َب‬. ‫ان‬ ْ َ‫الص َِّبىُّ َفلَمَّا َر َج َع أَبُو َط ْل َح َة َقا َل َما َف َع َل ا ْبنِى َقال‬
‫ َفلَمَّا أَصْ َب َح أَبُو َط ْل َح َة أَ َتى َرسُو َل هَّللا ِ – صلى هللا‬. َّ‫ار الص َِّبى‬ ِ ‫ت َو‬ ْ َ‫ َفلَمَّا َف َر َغ َقال‬، ‫اب ِم ْن َها‬
َ ‫ص‬ َ َ‫ ُث َّم أ‬، -‫َف َت َع َّشى‬
َ َ
‫ت ُغالَمًا َقا َل‬ ِ ‫ َقا َل « اللَّ ُه َّم َب‬. ‫ َقا َل َن َع ْم‬. » ‫عليه وسلم – َفأ ْخ َب َرهُ َف َقا َل « أعْ َرسْ ُت ُم اللَّ ْيلَ َة‬
ْ َ‫ َف َولَد‬. » ‫اركْ لَ ُه َما‬
‫ – َفأ َ َتى ِب ِه ال َّن ِبىَّ – صلى هللا عليه وسلم‬-‫لِى أَبُو َط ْل َح َة احْ َف ْظ ُه َح َّتى َتأْت َِى ِب ِه ال َّن ِبىَّ – صلى هللا عليه وسلم‬
ٌ ‫ َقالُوا َن َع ْم َت َم َر‬. » ‫ َفأ َ َخ َذهُ ال َّن ِبىُّ – صلى هللا عليه وسلم – َف َقا َل « أَ َم َع ُه َشىْ ٌء‬، ‫ت‬
‫ات‬ ٍ ‫ت َم َع ُه ِب َت َم َرا‬ ْ َ‫– َوأَرْ َسل‬
، ‫ َو َح َّن َك ُه ِب ِه‬، ِّ‫ فِى فِى الص َِّبى‬-‫ ُث َّم أَ َخ َذ مِنْ فِي ِه َف َج َعلَ َها‬، ‫ض َغ َها‬
َ ‫ َفأ َ َخ َذ َها ال َّن ِبىُّ – صلى هللا عليه وسلم – َف َم‬.
ِ ‫ َو َسمَّاهُ َعبْدَ هَّللا‬.

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa putera Abu Tholhah sakit. Ketika
itu Abu Tholhah keluar, lalu puteranya tersebut meninggal dunia. Ketika Abu Tholhah
kembali, ia berkata, “Apa yang dilakukan oleh puteraku?” Istrinya (Ummu Sulaim) malah
menjawab, “Ia sedang dalam keadaan tenang.” Ketika itu, Ummu Sulaim pun mengeluarkan
makan malam untuk suaminya, ia pun menyantapnya. Kemudian setelah itu Abu Tholhah
menyetubuhi istrinya. Ketika telah selesai memenuhi hajatnya, istrinya mengatakan kabar
meninggalnya puteranya. Tatkala tiba pagi hari, Abu Tholhah mendatangi Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menceritakan tentang hal itu. Rasulullah pun bertanya,
“Apakah malam kalian tersebut seperti berada di malam pertama?” Abu Tholhah menjawab,
“Iya.” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu mendo’akan, “Allahumma baarik lahumaa, Ya
Allah berkahilah mereka berdua.”

Dari hubungan mereka tersebut lahirlah seorang anak laki-laki. Anas berkata bahwa Abu
Tholhah berkata padanya, “Jagalah dia sampai engkau mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam dengannya.” Anas pun membawa anak tersebut kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Ummu Sulaim juga menitipkan membawa beberapa butir kurma bersama bayi
tersebut. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu mengambil anak tersebut lantas berkata,
“Apakah ada sesuatu yang dibawa dengan bayi ini?” Mereka berkata, “Iya, ada beberapa
butir kurma.” Lantas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengambilnya dan mengunyahnya.
Kemudian beliau ambil hasil kunyahan tersebut dari mulutnya, lalu meletakkannya di mulut
bayi tersebut. Beliau melakukan tahnik dengan meletakkan kunyahan itu di langit-langit
mulut bayi. Beliau pun menamakan anak tersebut dengan ‘Abdullah. (HR. Bukhari no. 5470
dan Muslim no. 2144).

Begitu sebagian hikmah hubungan sesudah bepergian jauh. Barangkali itulah sebabnya –
Wallahu A’lam– maka tugas untuk mempersiapkan hubungan terletak pada keduanya, baik
suami maupun istri. Islam menganjurkan pada seorang istri untuk berhias ketika menyambut
kedatangan suami dan memberi kehangatan seks yang paling sempurna. Ini dilakukan
dengan, antara lain, mencukur rambut kemaluan (masih ingat hikmahnya, bukan?).
Dalam sebuah hadis dinyatakan: Dari Jabir r.a., sesungguhnya Rasulullah Saw. bersabda,
“Jika engkau datang dari bepergian, janganlah kembali kepada istrimu pada malam hari, agar
ia dapat mencukur rambut kemaluannya lebih dulu dan merapikan dandanannya serta
lakukanlah hubungan.” (HR. Khamsah kecuali An-Nasa’i).

Agar istri dapat bersiap-siap, suami sebaiknya memberi tahu terlebih dulu kepulangannya
sebelum ia sampai di rumah.

4. Membawa oleh oleh

Sehabis dari bepergian jauh, baik haji, umroh, studi tugas kantor atau lainnya, seharusnya kita
mengingat bingkisan yang berharga ini. Saling memberi hadiah adalah di antara sunnah yang
dianjurkan karena lebih mempererat ukhuwah, apalagi terhadap anak, istri dan kerabat.

Disunahkan membawa hadiah dan oleh-oleh untuk keluarganya supaya bertambah


kebahagian mereka dengan kedatangannya, Rasulullah bersabdashallallahualaih
wasallam: “jika salah satu dari kalian pulang dari kepergiannya maka berilah hadiah
kepada keluarganya dan berilah mereka oleh-oleh walaupun itu batu”. (H.R Daroqotni).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫َت َهاد َْوا َت َحابُّوا‬


“Hendaklah kalian saling memberi hadiah, karena hal itu akan membuat kalian saling
mencintai.” (HR. Al Baihaqi dalam Sunan Al Kubro 6/169, hasan)

Ketika Rasulullah pulang terlambat, ia pasti membawa oleh oleh untuk istrinya. Pada suatu
hari beliau lupa membawa oleh2, bingung kemudian mengitari rumah sampai tiga kali,dan
menemukan batu yang cantik untuk membuat kejutan istri, Aisyah ra. Beliaupun mengetuk
pintu dengan batu yang tersebut. Aisyah pun menyangka bahwa yang datang bukanlah
suaminya, yang biasa mengetuk pintu hanya dengan jemari kuku.
Setelah membuka pintu, betapa kecewanya Aisyah tadi sudah menggerutu terhadap tamu
yang mengetuk ternyata yang datang adalah sang suami tercinta, kemudian Aisyah meminta
maaf kepada Rasulullah.Tapi rasulullah malah minta maaf "afwan ,ya khumairah 3x
sambil menerima batu itu ibunda Aisyah berkata :
"Terimakasih wahai suamiku ,batu ini lebih berharga, besuk kalau kita telah tiada batu ini
insyaallah masih kekal di bumi ".
Saling memberi hadiah merupakan salah satu faktor yang menumbuhkan rasa saling
mencintai di antara kaum muslimin. Oleh karena itu, seorang penyair Arab menyatakan
dalam sebuah sya’ir:

‫هدايا الناس بعضهم لبعض تولد في قلوبهم الوصال‬


Hadiah yang diberikan oleh sebagian orang kepada yang lain bisa menumbuhkan rasa
saling mencintai di hati mereka.
Di antara hadiah yang istimewa bagi jamaah haji atau umroh adalah air zam-zam. Karena
air zam-zam adalah air yang penuh barokah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ُ ‫ار َك ٌة إِ َّن َها َط َعا ُم‬


‫طعْ ٍم‬ َ ‫إِ َّن َها ُم َب‬
“Sesungguhnya air zam-zam adalah air yang diberkahi, air tersebut adalah makanan yang
mengenyangkan.” (HR. Muslim no. 4520).

Saling berilah hadiah agar semakin memupuk cinta kasih sesama, apalagi sesama anggota
kerabat yang lebih dekat nasab dan tali pernikahan. Wallahu waliyut taufiq.@mm#mei2016

Anda mungkin juga menyukai