Anda di halaman 1dari 16

[29/4 22:11] EMRIADI 2: Transkrip Khutbah Jumat Singkat Ramadhan: Motivasi Akhir Ramadhan

‫ َو َمنْ يُضْ لِ ْل َفاَل‬،ُ‫ َمنْ َي ْه ِد ِه هللاُ َفاَل مُضِ َّل لَه‬،‫ت َأعْ َمالِ َنا‬
ِ ‫ُور َأ ْنفُسِ َنا َومِنْ َس ِّيَئ ا‬
ِ ‫شر‬ُ ْ‫هلل مِن‬ ُ ‫ َو َنع‬،ُ‫الـح ْم َد هّلِل ِ َنـحْ َم ُدهُ َو َنسْ َت ِع ْي ُن ُه َو َنسْ َت ْغفِ ُره‬
ِ ‫ُوذ ِبا‬ َ َّ‫إن‬
ُ‫ُـحمَّداً َع ْب ُدهُ َو َرسُوله‬ ‫َأ‬ ْ ‫َأ‬
َ ‫ َو ش َه ُد نَّ م‬ ‫ك ل ُه‬َ َ ‫َش ِر ْي‬ ‫اَل‬ َّ َ َّ ‫َأ‬ ْ ‫َأ‬
ُ‫ َو ش َه ُد ن ال ِإل َه ِإال هللا َوحْ َده‬،ُ‫ِي له‬ َ َ ‫َهاد‬
َ ‫ِين آ َم ُنوا ا َّتقُوا هَّللا َ َح َّق ُت َقا ِت ِه َواَل َتمُو ُتنَّ ِإاَّل َوَأ ْن ُت ْم مُسْ لِم‬
‫ُون‬ َ ‫ َيا َأ ُّي َها الَّذ‬،‫قال هللا تعالى فى كتابه الكريم‬
ً ‫ِين آ َم ُنوا ا َّتقُوا هَّللا َ َوقُولُوا َق ْواًل َسد‬
‫ِيدا‬ َ ‫ َيا َأ ُّي َها الَّذ‬ ،‫وقال تعالى‬
َ ‫يُصْ لِحْ لَ ُك ْم َأعْ َمالَ ُك ْم َو َي ْغفِرْ لَ ُك ْم ُذ ُنو َب ُك ْم َو َمنْ يُطِ ِع هَّللا َ َو َرسُولَ ُه َف َق ْد َف‬
‫از َف ْو ًزا َعظِ يمًا‬
‫ُأل‬ َ ‫ َوَأحْ َس َن ْال َه ْديِ َه ْديُ م َُح َّم ٍد‬، ِ ‫ث ِك َتابُ هَّللا‬ َ ‫ فِإنَّ َأ‬،ُ‫َأمَّا َبعْ د‬
ِ ‫ َو َشرَّ ا م‬، ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
، ‫ َو ُك َّل مُحْ َد َث ٍة ِب ْد َع ٌة‬، ‫ُور مُحْ َد َثا ُت َها‬ ِ ‫صدَ قَ ْال َحدِي‬
‫ار‬ َّ
ِ ‫ضالل ٍة فِي الن‬ َ ُ
َ ‫ َوك َّل‬، ‫ضاللة‬ٌ َ ُ
َ ‫َوك َّل ِب ْد َع ٍة‬

Ummatal Islam,

Bulan Ramadhan tinggal beberapa hari lagi. Kata ‘Aisyah Radhiyallahu Anha;

: ‫هللا ص ِا َذا دَ َخ َل ْال َع ْش ُر اَحْ َيا اللَّ ْي َل‬ َ ‫َك‬


ِ ‫ان َرس ُْو ُل‬
‫و اَ ْي َق َظ اَهْ َل ُه َو َش َّد ْال ِمْئ َز َر‬.َ
“Adalah Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam apabila memasuki malam-malam sepuluh (akhir
Ramadhan) beliau menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya, dan mengencangkan
ikat pinggangnya (bersungguh-sungguh beribadah)”. [HR. Bukhari dan Muslim]

Maka tentunya ikhwatal Islam, dengan semakin mendekati akhir Ramadhan semakin kita
bersungguh-sungguh untuk beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, semakin kita
mengencangkan ikat pinggang kita untuk mencari Lailatul Qadar, mencari ampunan Allah Subhanahu
wa Ta’ala. Maka kewajiban kita adalah mengikuti Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam dan para
Sahabatnya. Mengikuti beliau di dalam menghadapi akhir akhir bulan Ramadhan ini.

Karena kita melihat banyak kaum Muslimin yang sibuk untuk berbagai macam hal hal persiapan
menuju hari raya untuk membeli pakaian pakaian baru atau mempersiapkan kue-kue atau
mempersiapkan masakan-masakan. Bukannya tidak boleh akan tetapi yang tidak benar adalah kalau
sampai menjadikan kita lalai dari mempersiapkan diri menuju akhir ramadhan dengan banyak
beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Lihat juga: Kumpulan Ceramah Singkat dan Praktis


Karena kita tidak tahu apakah Ramadhan kali ini kita mendapatkan ampunan dari Allah atau tidak.
Sebagaimana dalam hadits yang sering kita mendengarnya, pernah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam di datangi Malaikat Jibril dan berkata kepada Rasulullah, Yaa Muhammad katakanlah Aamiin…

Maka Jibril berkata, “Celaka seorang hamba yang masuk padanya bulan Ramadhan kemudian ia
keluar dari bulan Ramadhan:

‫َف َل ْم ي ُْغ َفرْ َل ُه‬


“Dalam keadaan dosanya tidak diampuni oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala”

‫ين‬ ُ ‫َفقُ ْل‬


َ ‫ آ ِم‬:‫ت‬
“Maka ku katakan Aamiin.”

Kita tidak ingin di bulan Ramadhan ketika kita keluar darinya ternyata kita tidak mendapatkan
ampunan dari Allah, kita tidak ingin mendapatkan do’a kecelakaan doa kehinaan yang didoakan oleh
malaikat jibril yang diaminkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Maka usaha kita adalah bersungguh-sungguh dan terus bersungguh-sungguh meminta kepada Allah
kekuatan agar dikuatkan beribadah di malam – malam terakhir dari Bulan ramadhan ini untuk
mencari Lailatul Qadar.

Allah berfirman

ِ ‫ر م ِّۡن َأ ۡل‬ٞ ‫َل ۡي َل ُة ۡٱل َق ۡد ِر َخ ۡي‬


‫ف َش ۡه ٖر‬
Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan.-Surat Al-Qadar, Ayat 3.
Artinya kata para ulama bahwa beribadah di malam itu lebih baik daripada beribadah selama 1.000
bulan lamanya. Apabila kita berhasil mendapatkan Lailatul Qadar dan kita beribadah di malam itu,
seakan-akan kita beribadah 1000 bulan. Namun yang celaka adalah orang yang berbuat maksiat di
malam itu, apabila ibadah dilipatgandakan nilainya sama dengan 1.000 bulan, dia pun sama nilainya
sama dengan maksiat 1.000 bulan.

Nauzubillah,, kita berlindung kepada Allah dari hal yang demikian itu.

Di dalam mencari Lailatul Qadar, banyak ibadah yang bisa dilakukan. Di antaranya yang sangat
dianjurkan adalah memperbanyak shalat di waktu malam sebagaimana itu yang dilakukan oleh
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Abu Dzar berkisah dalam riwayat Ibnu khuzaimah bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam
bangun bersama para Sahabatnya shalat di malam 23 sampai sepertiga malam pertama. Di malam
ke 24 tidak keluar, di malam ke 25 beliau kembali shalat bersama para Sahabat sampai pertengahan
malam, setelah selesai shalat Abu Dzar berkata, “Wahai Rasulullah, masih tersisa panjang waktu
malam bagaimana kalau kita lanjut untuk menambahkan shalat kita..?” Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
wa Sallam bersabda;

‫ِﻑ ُﻛﺘِﺐَ َﻟ ُﻪ ِﻗﻴَﺎ ُﻡ َﻟﻴْ َﻠﺔ‬


َ ‫َﻣﻦْ َﻗﺎ َﻡ َﻣ َﻊ ْﺍﻹِ َﻣ ِﺎﻡ َﺣﺘَّﻰ َﻳﻨْﺼَﺮ‬
“Barang siapa salat malam bersama imam sampai ia selesai, maka ditulis untuknya (pahala) shalat
satu malam (penuh).”

HR Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi, Ibn Majah, Nasa’i, dan lain-lain, Disahihkan oleh Al-Albani dalam
Sahih Tirmidzi

Berlanjut di malam ke 26 Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak keluar dari masjid, di malam
ke 27 Rasulullah membangunkan keluarganya kemudian beliau shalat (tahajud atau tarwih)
berjamaah bersama para Sahabatnya dari awal malam sampai akhir malam, sampai-sampai kata Abu
Dzar, “sampai-sampai kami khawatir tidak mendapatkan sahur saking panjangnya sholat Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.”

Ternyata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mencari Lailatul Qadar dengan cara menghabiskan
malam untuk shalat. Tentunya kekuatan kita tidak sama dengan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa
Sallam dan para Sahabatnya. Di zaman ini siapa yang mampu di antara kita yang shalat dari awal
malam sampai akhir malam? Di antara kita tidak ada yang mampu yang hidup di zaman ini.
Tetapi kita bisa lakukan ibadah yang lain selain shalat. Kita bisa banyak membaca Al-Quran, banyak
mentadaburi Al-Qur’an, kita juga bisa beribadah dengan ibadah ibadah yang lainnya. Ibadah-ibadah
yang baik berupa dzikir kepada Allah.

Ikhwatal Islam azzakumullah wa iyyakum.

Lailatul Qadar mempunyai tanda-tanda yang Rasullullah kabarkan kepada kita. Diantaranya
Rasulullah mengatakan cahaya matahari di waktu pagi terlihat warnanya merah dan tidak panas.
Namun ada sebuah kesalahan yang banyak dilakukan oleh kita, yaitu kita berusaha melihat matahari
di setiap pagi untuk memastikan apakah saya dapat Lailatul Qadar atau tidak.

Ini perbuatan yang tidak pernah dilakukan oleh para Sahabat dan juga para Salafus Shalih. Kenapa?
Karena hal seperti itu bisa menyebabkan kita lemah dalam beribadah. Ketika misalnya kita melihat
bahwasanya matahari terlihat redup lalu kita pun merasa kita sudah mendapatkan Lailatul Qadar.
Maka di malam berikutnya pasti kita lemah dalam beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Maka dari itulah tidak dilakukan oleh Salafush Shalih terdahulu. Mereka tidak melakukan perbuatan
itu supaya apa? Yaitu supaya mereka terus bisa berlanjut beribadah setiap malam di malam terakhir
Ramadhan.

Ikhwatal islam azzakumullah wa iyyakum,

Maka inilah kesempatan kita untuk mendapatkan keutamaan dan istimewanya malam Lailatul
Qadar. Karena kita tidak tahu apakah Ramadhan akan datang kita masih hidup atau tidak. Anggap
saja ini Ramadhan terakhir kita. Kita berdo’a semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memberikan
kepada kita kekuatan untuk terus beribadah dan menggunakan malam-malam tersisa ini untuk
beribadah. Semoga kemudian kita pun mendapatkan Lailatul Qadar yang disebutkan oleh Allah
sebagai malam yang turun padanya para malaikat.

Allah berfirman;

ۡ ٓ ٰ
‫َت َن َّز ُل ۡٱل َملِئكة َوٱلرُّ و ُح ِفي َها بِِإذ ِن َرب ِِّهم مِّن ك ِّل‬
ُ ُ َ َ
‫َأ ۡم ٖر‬
“Pada malam itu turun para malaikat dan Ruh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua
urusan.” Surat Al-Qadar, Ayat 4
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda;

ِ ْ‫ْال َمالِئ َك ُة َل ْي َل َة ْال َق ْد ِر ِفي اَألر‬


َ ‫ض َأ ْك َث ُر ِمنْ َعدَ ِد ْال َح‬
‫صى‬

“Para Malaikat pada saat Lailatul Qadar di bumi jumlahnya lebih banyak dari pada jumlah
kerikil/pasir.” (HR. Ibnu Khuzaimah dihasankan Ibnu Hajar dan Al-Albani ).

Jumlah malaikat yang turun di malam itu lebih banyak daripada jumlah kerikil kerikil yang ada di
muka bumi, sangat banyak sekali.

Para malaikat itu turun membawa apa yang di perintahkan oleh Allah, yaitu membawa rahmat dari
Allah Subhanahu wa Ta’ala.

‫أقول قولي هذا واستغفر هللا لي ولكم‬

Transkrip Khutbah Jumat kedua Khutbah Jumat Singkat Ramadhan: Motivasi Akhir Ramadhan

‫ وأشهد‬،‫ وأشهد أن ال إله إال هللا وحده ال شريك له‬،‫ نبينا محمد و آله وصحبه ومن وااله‬،‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا‬
‫أنَّ محمّداً عبده ورسول ُه‬

Ummatal Islam,

Kesungguhan kita dalam beribadah tiada lain adalah merupakan nikmat dari Allah. Karena ibadah
memang berat ikhwatal Islam. Kalaulah bukan karena Allah yang membantu kita, maka kita tidak
akan mampu beribadah.

Oleh karena itu Allah berfirman;

ُ‫ك َن ۡس َت ِعين‬
َ ‫ك َن ۡع ُب ُد َوِإيَّا‬
َ ‫ِإيَّا‬
“Hanya kepada Engkaulah kami beribadah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon
pertolongan.” -Surat Al-Fatihah, Ayat 5.
Syaikh Sholeh Al Utsaimin Rahimahullah berkata; Karena ibadah itu berat maka kita minta
pertolongan kepada Allah supaya Allah membantu kita untuk bersungguh-sungguh dalam beribadah
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Kalau kita melihat sejarah Shalafus Shalih, mereka melewati malam-malam di malam terakhir itu
dengan shalat dan ibadah dan mereka menghidupkan malam-malam mereka seluruhnya ibadah,
(shalat, dzikir, berdoa). Dan adapun di waktu siang mereka banyak beristirahat sebagaimana
disebutkan dalam atsar ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha.

Maka dari itu ketika kita siang banyak beristirahat walaupun kemudian kita banyak menggunakan
juga dengan dzikir. Di waktu malam kita menjadi kuat kembali untuk beribadah, kalau ternyata
istirahat kita di waktu siang tujuannya mempersiapkan ibadah di waktu malam, maka itu adalah
ibadah juga.

Maka dari itu ya akhi, memang ada hadist yang mengatakan bahwasanya puasa atau tidurnya orang
yang berpuasa itu ibadah namun hadits ini lemah, akan tetapi ketika niat kita adalah untuk sesuatu
yang mulia maka perkara yang sifatnya mubah menjadi mulia disisi Allah Subhanahu wa ta’ala.

Ikhwatal Islam azzakumullah wa iyyakum.

Dan jangan lupa untuk zakat fitri di akhir dari pada bulan ramadhan. Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu
‘Anhu, ia berkata:

ُ ْ ْ ‫هَّللا‬
ِ ‫ َز َكا َة الفِط ِر طه َْر ًة لِلص‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ ‫ض َرسُو ُل‬
‫َّاِئم‬ َ ‫َف َر‬
َّ ‫ِين َمنْ َأ َّدا َها َق ْب َل ال‬
ٌ‫صالَ ِة َف ِه َى َز َكاة‬ ُ ‫ث َو‬
‫طعْ َم ًة ل ِْل َم َساك ِـ‬ ِ ‫م َِن اللَّ ْغ ِو َوالرَّ َف‬
‫ت‬ َّ ‫ص َد َق ٌة م َِن ال‬
ِ ‫ص َد َقا‬ َ ‫صالَ ِة َف ِه َى‬ َّ ‫ َم ْقبُو َل ٌة َو َمنْ َأ َّدا َها َبعْ دَ ال‬.

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mewajibkan zakat fitrah untuk menyucikan orang yang
berpuasa dari bersenda gurau dan berkata-kata keji, dan juga untuk memberi makan orang miskin.
Barangsiapa yang menunaikannya sebelum shalat idul fitri maka zakatnya diterima dan barangsiapa
yang menunaikannya setelah shalat maka itu hanya dianggap sebagai sedekah di antara berbagai
sedekah.” (HR. Abu Daud 1609; Ibnu Majah 1827. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad
hadits ini hasan)
Maka dengan zakat fitrah bisa mensucikan puasa kita, dari apa? Dari perbuatan yang sia-sia dan
ucapan-ucapan yang tak berguna. Terkadang ketika kita berpuasa kita mengucapkan kata-kata yang
tidak ada manfaatnya kita melakukan perbuatan yang sia-sia maka dengan zakat fitrah itu, itu bisa
menggugurkan dan mensucikan puasa kita dari perbuatan-perbuatan itu semua.

Ikhwatal Islam azzakumullah wa iyyakum.

Kita mohon kepada Allah agar Allah memberikan kepada kita kekuatan terus beribadah sampai
sampai akhir bulan Ramadhan, kita meminta kepada Allah agar Allah Subhanahu wa Ta’ala
memberikan ampunan di bulan Ramadhan ini.

ٓ
‫صلُّو ْا َعلَ ۡي ِه َو َسلِّمُو ْا َت ۡسلِيمًا‬ َ ‫ون َعلَى ٱل َّن ِب ۚيِّ ٰ َٓيَأ ُّي َها ٱلَّذ‬
َ ‫ِين َءا َم ُنو ْا‬ َ ‫ِإنَّ ٱهَّلل َ َو َم ٰلَِئ َك َتهُۥ ي‬
َ ُّ‫ُصل‬

‫آل م َُح َّم ٍد‬ِ ‫اركْ َعلَى م َُح َّم ٍد َو َعلَى‬ ِ ‫صلَّيْتَ َعلَى ِإب َْرا ِه ْي َم َو َعلَى‬
َ ‫ ِإ َّن‬،‫آل ِإب َْرا ِه ْي َم‬
ِ ‫ َو َب‬.‫ك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‬ َ ‫آل م َُح َّم ٍد َك َما‬ َ ‫اَللَّ ُه َّم‬
ِ ‫ص ِّل َعلَى م َُح َّم ٍد َو َعلَى‬
‫ك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‬ ِ ‫ار ْكتَ َعلَى ِإب َْرا ِه ْي َم َو َعلَى‬
َ ‫ ِإ َّن‬،‫آل ِإب َْرا ِه ْي َم‬ َ ‫َك َما َب‬

ِ ‫ت اَألحْ َيا ِء ِم ْن ُه ْم َواَألمْ َوا‬


‫ت‬ ‫اغفِرْ ل ِْلمُسْ ِل ِمي َْن َوالمسْ ِل َما ِـ‬
ِ ‫ت َوالمْؤ ِم ِني َْن َوالمْؤ ِم َنا‬ ْ ‫الل ُه َّم‬

‫الل ُه َّم اجْ َعل َنا مِن ال َّت َّو ِابين‬


‫الل ُه َّم اجْ َعل َنا مِن الم َّتقِين‬
‫ك اَ ْنتَ ال َّتوابُ الرَّ حِيم‬
َ ‫الل ُه َّم َو ُتبْ َعلَ ْي َنا ِا َّن‬
َ ‫ش ْك ِر‬
َ ‫ك َوحُسْ ِن عِ َبا َد ِت‬
‫ك‬ َ ‫اللَّ ُه َّم َأعِ ِّني َعلَى ِذ ْك ِر‬
ُ ‫ك َو‬

‫عباد هللا‬:

ُ ‫ان َوِإي َتا ِء ذِي ْالقُرْ َب ٰى َو َي ْن َه ٰى َع ِن ْال َفحْ َشا ِء َو ْالمُن َكر َو ْال َب ْغي ۚ َيع‬ ‫ْأ‬
َ ‫ِظ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم َت َذ َّكر‬
٩٠﴿ ‫ُون‬ ِ ِ ِ ‫﴾ِإنَّ اللَّـ َه َي ُم ُر ِب ْال َع ْد ِل َواِإْلحْ َس‬
‫ ولذِك ُر هللا أك َبر‬،‫ َوا ْش ُكرُوهُ َعلَى ِن َع ِم ِه َي ِز ْد ُكم‬،‫ َف ْاذ ُكرُوا هللا ال َعظِ ْي َم َي ْذ ُكرْ ُكم‬.

▬▬•◇✿◇•▬▬

 https://ngaji.id/klik/2r
[30/4 22:05] EMRIADI 2: Khutbah Pertama:

َ ‫ت َأعْ َمالِ َنا َمنْ َي ْه ِد ِه هللاُ َفالَ مُضِ َّل َل ُه َو َمنْ يُضْ لِ ْل َفالَ َهاد‬
‫ِي‬ ِ ‫شر ُْو ِر َأ ْنفُسِ َنا َو َس ِّيَئ ا‬ ِ ‫هلل َنحْ َم ُدهُ َو َنسْ َت ِع ْي ُن ُه َو َنسْ َت ْغفِ ُرهُ َو َنع ُْو ُذ ِبا‬
ُ ْ‫هلل مِن‬ ِ َ‫ِإنَّ ْال َحمْد‬
ُ‫ك لَ ُه َوَأ ْش َه ُد َأنَّ م َُحمَّداً َع ْب ُدهُ َو َرس ُْول ُه‬ َّ َ ‫َأ‬ ْ ‫َأ‬
َ ‫ل ُه َو ش َه ُد نْ الَ ِإل َه ِإال هللاُ َوحْ َدهُ الَ َش ِر ْي‬. َ

َ ‫ِين آ َم ُنو ْا ا َّتقُو ْا هّللا َ َح َّق ُت َقا ِت ِه َوالَ َتمُو ُتنَّ ِإالَّ َوَأن ُتم مُّسْ لِم‬
‫ُون‬ َ ‫ َيا َأ ُّي َها الَّذ‬.

َ ُ‫ث ِم ْن ُه َما ِر َجاالً َكثِيراً َو ِن َساءـ َوا َّتقُو ْا هّللا َ الَّذِي َت َساءل‬
‫ون ِب ِه‬ ٍ ‫َيا َأ ُّي َها ال َّناسُ ا َّتقُو ْا َر َّب ُك ُم الَّذِي َخلَ َق ُكم مِّن َّن ْف‬
َّ ‫س َوا ِح َد ٍة َو َخلَقَ ِم ْن َها َز ْو َج َها َو َب‬
ً ‫ان َعلَ ْي ُك ْم َرقِيبا‬ َ ‫هّللا‬
َ ‫َوا رْ َحا َم ِإنَّ َ ك‬ ‫َأل‬

َ ‫ يُصْ لِحْ لَ ُك ْم َأعْ َمالَ ُك ْم َو َي ْغفِرْ لَ ُك ْم ُذ ُنو َب ُك ْم َو َمن يُطِ عْ هَّللا َ َو َرسُولَ ُه َف َق ْد َف‬. ً‫ِين آ َم ُنوا ا َّتقُوا هَّللا َ َوقُولُوا َق ْوالً َسدِيدا‬
ً ‫از َف ْوزاً َعظِ يما‬ َ ‫َيا َأ ُّي َها الَّذ‬

‫أما بعد‬

Ma’syiral muslimin,

Saya menasihati diri saya pribadi dan jamaah sekalian agar bertakwa kepada Allah. Karena hanya
orang yang bertakwa saja yang mendapatkan kesuksesan.

Ummul mukminin Aisyah radhiallahu ‘anha meriwayatkan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan
ini dicatat oleh Ibnu Hibban dalam kitab Sahihnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ِإ َّن َما اَأْلعْ َما ُل ِب ْال َخ َوا ِت ِيم‬.


“Bahwa nilai amal itu ditentukan oleh bagian penutupnya.”

Al-Imam al-Bukhari juga meriwayatkan dalam Shahihnya dari Sahl bin Saad radhiallahu ‘anhu bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam Perang Uhud bersabda,

ُ ُ ْ‫أحـبَّ أن‬
‫فلينظرْ إلى هذا‬ ِ ‫أهل ال َّن‬
‫ار‬ ِ ‫رجل مِن‬
ٍ ‫ينظ َر إلى‬ َ ‫َمن‬
“Siapa yang ingin melihat seseorang dari penghuni neraka, hendaklah ia memperhatikan orang ini.”

Lalu ada seorang sahabat yang mengikuti orang tersebut. Orang sangat hebat dalam bertempur
menghadapi orang-orang musyrik. Banyak dari mereka tewas di tangannya. Sahabat ini pun heran
dengan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tapi ia terus mengikutinya. Sampai akhirnya ia
terluka. Orang tersebut tak sabar menahan rasa sakit lukanya. Lalu ia tegakkan pedangnya dan ia
tindihkan dadanya di atas pedang tersebut hingga menembus punggungnya. Ia pun mati bunuh diri.
Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

َ ‫ِإنَّ َأ َحدَ ُك ْم َل َيعْ َم ُل ِب َع َم ِل َأهْ ِل ْا‬


‫لج َّن ِة ِف ْي َما َي ْب ُد ْو‬
ِ ‫لِل َّن‬.
‫اس‬
“Sesungguhnya ada salah seorang dari kalian benar-benar melakukan amalan ahli surga, dalam apa
yang nampak kepada manusia.”

‫ِإ َّن َما اَأْلعْ َما ُل ِب ْال َخ َوا ِت ِيم‬.


“Bahwa nilai amal itu ditentukan oleh bagian penutupnya.”

Hadits-hadit ini mengajarkan kita agar kita tidak berbangga-bangga dengan amal shaleh yang telah
kita lakukan. Dengan shalat kita. Dengan bacaan Alquran kita. Dengan puasa kita. Dengan amal
kabjikan apapun yang kita lakukan. Karena kita tahu kita bagaimana akhir kehidupan kita. Allah
Ta’ala berfirman,

ٍ ْ‫س ِبَأيِّ َأر‬


ُ ‫ض َتم‬
‫ُوت‬ ٌ ‫َۚ و َما َت ْد ِري َن ْف‬
“Seseorang tidak tahu di belahan bumi mana ia wafat.” [Quran Luqman: 34]

Sebagian ahli tafsir mengatakan, “Ia tidak tahu bagaimana kondisi dia di bagian bumi tersebut saat
wafat. Apakah dalam kondisi baik atau malah dalam kondisi su-ul khotimah.”
Allah Subhanahu wa Ta’ala menggaibkan ini semua. Tidak ada yang mengetahuinya melainkan Allah
Subhanahu wa Ta’ala. Dialah yang mengetahui apakah seseorang termasuk penghuni surge ataukah
penghuni neraka. Hikmah dari Allah sembunyikan hal ini adalah agar seseorang tidak berbangga
dengan apa yang dia lakukan. Karena ia tak tahu bagaimana akhir hayatnya.

Jika seseorang tahu kalau ia akan dimasukkan ke dalam surga, ia akan menjadi sombong dan malas
beramal. Demikian juga apabila seseorang mengetahui kalau ia penghuni neraka, ia akan semakin
kufur dan semakin zalim. Karena ia tahu, ia akan masuk neraka jahannam. Tapi, tatkala hal ini
disembunyikan oleh Allah, seseorang akan berhati-hati dengan perbuatannya. Seseorang tidak akan
berbangga dengan perbuatannya. Ia tidak akan merendahkan orang lain. Tatkala ia melihat pelaku
maksiat di hadapnnya, ia tak akan merendahkannya. Ia sadar bisa saja orang ini taubat. Dan nanti di
akhir hayat husnul khotimah.

Hafsh bin Humaid berkata kepada Abdullah bin al-Mubarak rahimahumallah, “Aku melihat
seseorang membunuh orang lain. Lantas terbetik dalam hatiku, aku lebih baik dari pembunuh
tersebut.” Abdullah bin al-Mubarak menanggapi, “Engkau merasa aman dengan dirimu lebih buruk
dari dosanya.”

Maksudnya, atas dasar apa engkau merasa lebih baik dari dia? Apakah kau merasa kau pasti masuk
surga sementara si pembunuh itu bakal masuk neraka jahannam? Kau tidak tahu bagaimana akhir
hayatmu dan kau juga tidak tahu bagaiman akhir hayat si pembunuh tersebut. Bisa jadi kau ditutup
usiamu dengan keburukan. Sementara pelaku maksiat tersebut ditutup usianya dengan kebaikan.

Dengan demikian, seseorang yang beramal shaleh hendaknya menjaga amalnya. Dan memohon
kepada Allah SUbhanahu wa Ta’ala dianugerahkan husnul khotimah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,

‫ْف َيسْ َتعْ ِملُهُ؟‬


َ ‫ َكي‬:‫ قاَلُوُ ا‬،ُ‫هللاُ ِب َع ْب ِد ِه َخيْرً ا اسْ َتعْ َم َله‬ َ‫ِإ َذا َأ َراد‬

‫ َرواه اإلمام أحمـد‬.‫صالِ ٍح َق ْب َل َم ْو ِت ِه‬ َ ‫ ي َُو ِّفقُ ُه لِ َع َم ٍل‬:‫َقا َل‬


‫والترمذي وصحح الحاكم في المستدرك‬.
“Apabila Allah menghendaki kebaikan pada hambanya, maka Allah mempekerjakannya”. Para
sahabat bertanya, “Bagaimana Allah akan mempekerjakannya?” Rasulullah menjawab, “Allah akan
memberinya taufik untuk beramal shalih sebelum dia meninggal.” [HR Imam Ahmad, Tirmidzi, dan
dishahihkan al Hakim dalam Mustadrak].
َ ‫ َوَأسْ َت ْغفِ ُرهُ ال َعظِ ْي َم‬،‫َأقُ ْو ُل َق ْولِي َه َذا‬
َ ‫ َفاسْ َت ْغفِر ُْوهُ؛ ِإ َّن ُه ه َُو ال َغفُ ْو ُر‬،ٍ‫ َول َِج ِمي ِْع المُسْ لِ ِمي َْن مِنْ ُك ِّل َذ ْنب‬،‫الجلِ ْي َل لِيْ َولَ ُك ْم‬
‫الر ِح ْي ُم‬

Khutbah Kedua:

‫ َوَأ ْش َه ُد َأنْ اَّل ِإلَ َه ِإاَّل هللا َوحْ َدهُ اَل‬،‫ار‬ ‫َأ‬
ِ ‫ َو ْش ُك ُرهُ َعلَى ِن َع ِم ِه الغ َِز‬،‫ار‬
‫الر ِحيْم الغَ َّف َأ‬
ِ ‫ حْ َم ُدهُ َت َعالَى َعلَى َفضْ لِ ِه الم ِْد َر‬،‫ار‬ ِ ِ َ ،‫َّار‬ َ ِ ‫لح ْم ُد هّلِل‬
ِ ‫الوا ِح ِد ال َقه‬ َ َ‫ا‬
‫ َوِإ ْخ َو ِن ِه‬،‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َعلَى آلِ ِه ال َطي ِِّبي َْن اَأل ْط َهار‬ َ ،‫ار‬ َ
‫ت‬ ْ
‫ُخ‬‫م‬ ‫ال‬ ‫ى‬ َ
‫ف‬ َ
‫ط‬ ْ‫ُص‬ ‫م‬ ‫ال‬ ‫ه‬
ُ ُ ‫ل‬ ْ
‫ُو‬‫س‬‫ر‬ ‫و‬ ‫ه‬
ُ
َ َ َ ُ
‫د‬ ْ
‫ب‬ ‫ع‬ ً ‫ا‬ ‫َّد‬
‫م‬ ‫ُح‬
َ ‫م‬ ‫ا‬ َ
‫ن‬ ‫ي‬
َّ ‫ب‬
ِ َ
‫ن‬ َّ‫ن‬‫َأ‬ ُ
‫د‬ ‫ه‬ ْ
‫ش‬
َ َ ‫َأ‬‫و‬ ،ُ
‫ر‬ ‫َّا‬
‫ب‬ ‫الج‬
َ ُ
‫ز‬ ْ
‫ي‬ ‫ز‬ ‫الع‬
ِ َ ‫ه‬
ُ َ ‫ل‬ َ ِ ‫َش‬
‫ك‬ ْ
‫ي‬ ‫ر‬
َّ َ
‫ان َما ت َعاقِبُ الل ْي َل َوالن َهار‬ ُ ٍ ‫ َو َمنْ َت ِب َع ُه ْم بِِإحْ َس‬،‫ار‬ ْ ‫َأل‬ ‫َأ‬ ‫َأل‬
ِ ‫ َو صْ َحا ُب ُه ا خ َي‬،‫ار‬ ِ ‫ا ب َْر‬

Ibadallah,

Di antara hal yang menentukan seseorang meninggal dalam kondisi baik atau dalam kondisi buruk
adalah masalah keikhlasan. Tatkala Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

َ ‫ِإنَّ َأ َحدَ ُك ْم َل َي ْع َمل ُ ِب َع َم ِل َأهْ ِل ْا‬.


ِ ‫لج َّن ِة فِ ْي َما َي ْبد ُْو لِل َّن‬
‫اس‬
“Sesungguhnya ada salah seorang dari kalian benar-benar melakukan amalan ahli surga, dalam apa
yang nampak kepada manusia.”

Artinya apa? Artinya orang ini tidak ikhlas tatkala beramal. Ada penyakit dalam hatinya. Ada riya’.
Ada keinginan ingin disanjung. Ia meremehkan orang lain. Ia meremehkan amalan orang lain.
Sehingga di akhir hayat su-ul khotimah.

Ibadallah,

Keikhlasan adalah perkara yang berat. Terlebih lagi menjaganya. Ia adalah amal yang lebih berat lagi.
Allah memberi pelajaran kepada kita tentang keadaan para sahabat saat Perang Uhud. Saat dimana
keikhlasan mereka diuji. Allah Ta’ala berfirman,

‫صدَ َق ُك ُم هَّللا ُ َوعْ دَ هُ ِإ ْذ َت ُحسُّو َنهُم بِِإ ْذ ِن ِه ۖ َح َّت ٰى ِإ َذا َف ِش ْل ُت ْم‬


َ ‫َو َل َق ْد‬
َ ‫ص ْي ُتم مِّن َبعْ ِد َما َأ َرا ُكم مَّا ُت ِحب‬
‫ُّون ۚ ِمن ُكم‬ َ ‫ازعْ ُت ْم ِفي اَأْلم ِْر َو َع‬ َ ‫َو َت َن‬
‫ص َر َف ُك ْم َع ْن ُه ْم لِ َي ْب َتلِ َي ُك ْم‬َ ‫مَّن ي ُِري ُد ال ُّد ْن َيا َو ِمن ُكم مَّن ي ُِري ُد اآْل ِخ َر َة ۚ ُث َّم‬
َ ‫ۖ َو َل َق ْد َع َفا َعن ُك ْم ۗ َوهَّللا ُ ُذو َفضْ ٍل َع َلى ْالمُْؤ ِم ِن‬
‫ين‬

“Dan sesungguhnya Allah telah memenuhi janji-Nya kepada kamu, ketika kamu membunuh mereka
dengan izin-Nya sampai pada saat kamu lemah dan berselisih dalam urusan itu dan mendurhakai
perintah (Rasul) sesudah Allah memperlihatkan kepadamu apa yang kamu sukai. Di antaramu ada
orang yang menghendaki dunia dan diantara kamu ada orang yang menghendaki akhirat. Kemudian
Allah memalingkan kamu dari mereka untuk menguji kamu, dan sesunguhnya Allah telah
memaafkan kamu. Dan Allah mempunyai karunia (yang dilimpahkan) atas orang orang yang
beriman.” [Quran Ali Imran: 152].

Allah mengisahkan bahwa dalam Perang Uhud, Allah menguji keikhlasan para sahabat dengan
memperlihatkan apa yang mereka sukai. Yaitu harta dunia, bagian dari rampasan perang. Sebagian
dari mereka lalai dan mendurhakai perintah rasul. Namun Allah maafkan mereka dan menjadi
pelajaran bagi kita.

Kata Abdullah bin Mas’ud, “Aku tidak menyangka bahwa para sahabat Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam mengingikan dunia. Sampai Allah turunkan ayat ini.”

Bagaimana tidak? Para sahabat telah berhijrah meninggalkan kampung halaman mereka.
Meninggalkan semua bagian dunia yang mereka miliki. Bukan sebagian, semua! Mereka tinggalkan
rumah, tanah, harta, pekerjaan, keluarga, dll. untuk menyelamatkan agama mereka. Mereka adalah
orang-orang ikhlas yang tidak menginginkan dunia.

Demikianlah saudara-saudara sekalian, para sahabat yang ikhlas dan berusaha di atas keikhlasan
mereka, suatu saat mereka bisa berubah. Namun kemudian mereka tersadar dan kembali teringat
dengan keikhlasan kita. Allah mengisahkan hal ini sebagai pelajaran bagi kita. Bukan mengungkapkan
bahwa para sahabat itu manusia yang buruk. Bukan sama sekali! Allah hendak mengabarkan, kalau
orang-orang dengan kualitas seperti mereka yang telah meninggalkan semua dunia mereka untuk
Allah dan Rasul-Nya saja bisa goyah dalam perjalanannya, apalagi orang-orang seperti kita. Tentu
kita lebih tidak layak lagi untuk berbangga. Kita semakin kuat memohon kepada Allah agar
memberikan kita keteguhan dan istiqomah di atas agama-Nya. Agar kita meraih husnul khotimah di
akhir hayat kita.

‫صلُّوا َعلَ ْي ِه َو َسلِّمُوا َتسْ لِيمًا‬ َ ‫ون َعلَى ال َّن ِبيِّ َيآَأ ُّي َها الَّذ‬
َ ‫ِين َءا َم ُنوا‬ َ ُّ‫صل‬
َ ‫هللا َو َمالَِئ َك َت ُه ُي‬
َ َّ‫ِإن‬

‫ك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‬ ِ ‫ َو َعلَى‬،‫صلَّيْتَ َعلَى ِإب َْرا ِه ْي َم‬


َ ‫ ِإ َّن‬،‫آل ِإب َْرا ِه ْي َم‬ ِ ‫ َو َعلَى‬،ٍ‫ص ِّل َعلَى م َُح َّمد‬
َ ‫ـ َك َما‬،‫آل م َُح َّم ٍد‬ َ ‫اللهم‬
‫ك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‬ ‫ار ْكتَ َعلَى ِإب َْرا ِه ْي َم‪َ ،‬و َعلَى ِ‬
‫آل ِإب َْرا ِه ْي َم‪ِ ،‬إ َّن َ‬ ‫اركْ َعلَى م َُح َّمدٍ‪َ ،‬و َعلَى ِ‬
‫آل م َُح َّمدٍ‪َ ،‬ك َما َب َ‬ ‫اللهم َب ِ‬

‫اغـفِـرْ ل ِْلمُسْ لِ ِمي َْن َو ْالمُسْ لِ َماتِ‪َ ،‬ر َّب َنا َظلَ ْم َنا َأ ْنفُ َس َنا َوِإنْ لَ ْم َت ْغـفِـرْ لَ َنا َو َترْ َح ْم َنا لَ َن ُكو َننَّ م َِن ْال َخاسِ ِري َْن‬
‫اللهم ْ‬

‫ك مِنْ‬‫اف َو ْال ِغ َنى‪ .‬اللهم ِإ َّنا َنع ُْو ُذ ِب َ‬


‫ك ْال ُه َدى َوال ُّت َقى َو ْال َع َف َ‬ ‫ار‪ .‬اللهم ِإ َّنا َنسْ َألُ َ‬ ‫َر َّب َنا آ ِت َنا فِي ال ُّد ْن َيا َح َس َن ًة َوفِي اآْل خ َِر ِة َح َس َن ًة َوقِ َنا َع َذ َ‬
‫اب ال َّن ِ‬
‫ك‪َ .‬وآ ِخ ُر دَ عْ َواناَ‬ ‫َ‬
‫ك َو َج ِمي ِْع َسخطِ َ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬
‫ك َوف َجا َء ِة ِنق َم ِت َ‬ ‫َ‬ ‫ال نِعْ َمت َ‬
‫ِك َوت َح ُّو ِل َعافِ َي ِت َ‬ ‫ز َو ِ‬‫َ‬

‫صحْ ِب ِه َو َسلَّ َم‬ ‫‪َ.‬أ ِن ْال َح ْم ُد هلل َربِّ ْال َعالَ ِمي َْن‪َ .‬و َ‬
‫صلى هللا َعلَى َن ِب ِّي َنا م َُح َّم ٍد َو َعلَى آلِ ِه َو َ‬

‫‪Oleh tim KhotbahJumat.com‬‬


[30/4 22:24] EMRIADI 2: Khutbah I

  ‫ َوَأ ْش َه ُد َأنَّ َسيِّدَ َنا‬،ُ‫ َوَأ ْش َه ُد َأنْ اَّل ِإل َه ِإاَّل هللا‬،ُ‫صحْ ِب ِه َو َمنْ َوااَل ه‬ َّ ‫ َوال‬،ِ‫اَ ْل َح ْم ُد هلل‬
َ ‫ َو َعلَى آ ِل ِه َو‬،ِ‫صاَل ةُ َوال َّساَل ُم َعلَى َس ِّي ِد َنا م َُح َّم ٍد َرس ُْو ِل هللا‬
‫َأ‬
‫ َو َما‬،‫ َو َمنْ َسا َء َف َعلَ ْي َها‬،ِ‫ص ٰـلِحً ا َفلِ َن ْفسِ ه‬
َ ‫ َمنْ َع ِم َل‬:ِ‫اِئل في مُحْ َك ِـم ِك َت ِابه‬ ْ ‫ُأ‬ ‫َأ‬ ُ
ِ ‫ َفِإ ِّني ْوصِ ْي ُك ْم َو َن ْفسِ يْ ِب َت ْق َوى‬،ُ‫ مَّا َبعْ د‬.ُ‫م َُحم ًَّدا َع ْب ُدهُ َو َرس ُْوله‬
ِ ‫هللا ال َق‬
)٤٦ :‫ك ِب َظلَّ ٰـ ٍم لّ ْل َع ِبي ِد (فصلت‬ َ َ‫ب‬
ُّ ‫ر‬

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Mengawali khutbah yang singkat ini, khatib berwasiat kepada
kita semua, terutama kepada diri khatib pribadi untuk senantiasa berusaha meningkatkan
ketakwaan dan keimanan kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan menjalankan semua
kewajiban dan menjauhkan diri dari segala yang dilarang dan diharamkan.

Hadirin yang dirahmati oleh Allah, Waktu berjalan sangat cepat. Seakan baru kemarin Ramadhan
datang menyapa kita. Tanpa terasa, saat ini kita sudah berada di penghujung Ramadhan. Tidak lama
lagi, Ramadhan akan pergi meninggalkan kita.

Kita lepas kepergian Ramadhan dengan kepedihan hati. Mungkin Ramadhan akan kembali pada
tahun depan, akan tetapi Allah belum tentu menakdirkan kita bisa berjumpa kembali dengan
Ramadhan. Mungkin ini Ramadhan terakhir bagi kita.

  Sungguh beruntung orang yang telah berpuasa Ramadhan dengan dilandasi iman dan niat semata
mengharap ridha Allah.

Sungguh berbahagia orang yang menghidupkan malam-malam Ramadhan dengan berbagai ibadah
dengan dilandasi keimanan dan niat semata mengharap ridha Allah.

Sungguh mujur orang yang menghidupkan malam Lailatul Qadar dengan dilandasi keimanan dan niat
semata mengharap ridha Allah.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Hari-hari yang indah bersama Al-Qur’an di bulan Ramadhan,
jangan sekali-kali di luar Ramadhan kita lupakan. Hari-hari yang indah ketika beramal kebaikan di
bulan Ramadhan, maka sehabis Ramadhan jangan dihentikan.

Hari-hari yang indah pada saat kita selalu mendatangi masjid di bulan Ramadhan, maka sehabis
Ramadhan jangan kita tinggalkan.
Hari-hari yang indah sewaktu kita selalu berusaha untuk menghiasi diri dengan akhlakul karimah di
bulan Ramadhan, maka selepas Ramadhan jangan sampai kita nodai dengan keburukan. Sebaik-baik
keberagamaan seseorang adalah apa yang ia istiqamahkan.

Diriwayatkan dari Sayyidah ‘Aisyah radliyallahu ‘anha bahwa Baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:  

)‫ي َو ُم ْسلِ ٌم‬ ِ ‫(ر َواهُ ا ْل ُب َخ‬


ُّ ‫ار‬ َ ‫دَاو َم َع َل ْي ِه‬
َ ‫صا ِح ُب ُه‬ ُّ ‫َكانَ َأ َح‬
َ ‫ب الدِّ ْي ِن ِإ َل ْي ِه َما‬
  Maknanya: “Perilaku keberagamaan seseorang yang paling dicintai oleh Nabi adalah yang
diistiqamahkan dan senantiasa dilestarikan” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Jangan sampai pelajaran-pelajaran berharga yang kita petik dari madrasah Ramadhan tidak terlihat
bekasnya selepas Ramadhan. Jangan sampai kita menjadi seperti perempuan yang memintal benang
kemudian mengurainya kembali.

)٩٢ :‫ت َغ ْز َل َها ِمنْ َبعْ ِد قُ َّو ٍة َأ ْن َك ًاثا (النحل‬ َ ‫َواَل َت ُكو ُنوا َكالَّتِي َن َق‬
ْ ‫ض‬
  Maknanya: “Dan janganlah kalian seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya
setelah dipintal dengan kuat menjadi bercerai-berai kembali” (Q.S. an-Nahl: 92).

Hadirin yang berbahagia, Para ulama mengatakan bahwa salah satu tanda diterimanya amal
kebaikan seseorang adalah melakukan amal kebaikan setelahnya.

Artinya, jika seseorang diberi kemudahan untuk melakukan amal-amal kebaikan setelah bulan
Ramadhan, tetap semangat melakukan berbagai kebaikan meski telah meninggalkan Ramadhan,
maka hal itu pertanda bahwa ibadah puasanya dan berbagai ibadah lainnya selama Ramadhan
diterima oleh Allah subhanahu wa ta’ala.

  Hadirin yang dirahmati Allah, Setelah kita menempa diri di madrasah Ramadhan, maka semestinya
hati kita telah bersih dari penyakit-penyakit hati yang membahayakan, diri kita terbiasa melakukan
berbagai ketaatan dan kebaikan, keimanan kita semakin kokoh tak tergoyahkan.

  Mudah-mudahan madrasah Ramadhan menjadikan dosa-dosa kita diampuni oleh Allah, kebaikan
kita semakin bertambah, derajat kita semakin tinggi, dan kita dibebaskan dari api neraka.

  Jangan lupa untuk menyempurnakan puasa Ramadhan dengan berzakat fitrah bagi yang mampu.
Dan jangan lupa untuk mengiringi puasa Ramadhan dengan berpuasa enam hari di bulan Syawal
‫‪sehingga kita dicatat sebagai orang-orang yang mendapatkan keutamaan seperti berpuasa selama‬‬
‫‪setahun penuh.‬‬

‫‪Hadirin yang dirahmati Allah, Demikian khutbah yang singkat ini. Mudah-mudahan bermanfaat bagi‬‬
‫‪kita semua.‬‬

‫‪َ.‬أقُ ْو ُل َق ْولِيْ ٰه َذا َوَأسْ َت ْغفِ ُر هللاَ لِيْ َولَ ُك ْم‪َ ،‬فاسْ َت ْغفِر ُْوهُ‪ِ ،‬إ َّن ُه ه َُو ْال َغفُ ْو ُر الرَّ ِح ْي ُم ‪ ‬‬

‫‪Khutbah II‬‬

‫صلِّيْ َوُأ َسلِّ ُم َعلَى َس ِّي ِد َنا م َُح َّم ٍد ْالمُصْ َط َفى‪َ ،‬و َعلَى آلِ ِه َوَأصْ َح ِاب ِه َأهْ ِل ْال َو َفا‪َ .‬أمَّا َبعْ دُ‪َ ،‬ف َيا َأ ُّي َها ْالمُسْ لِم ُْو َن‪ُ ،‬أ ْوصِ ْي ُك ْم‬ ‫هلل َو َك َفى‪َ ،‬وُأ َ‬ ‫اَ ْل َحمْ ُد ِ‬
‫اَل‬ ‫هَّللا‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫اَل‬
‫ص ِة َوال َّس ِم َعلى َن ِب ِّي ِه ال َك ِري ِْم َف َقا َل‪ِ :‬إنَّ َ َو َم ِئ َك َت ُه‬ ‫اَل‬ ‫ُ‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬ ‫ُ‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬ ‫َ‬
‫هللا ال َعلِيِّ ال َعظِ ي ِْم َواعْ لم ُْوا نَّ هللاَ َم َرك ْم ِب ْم ٍر َعظِ ي ٍْم‪َ ،‬م َرك ْم ِبال َّ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َو َن ْفسِ يْ ِب َتق َوى ِ‬
‫ْ‬
‫ٰ‬ ‫َأ‬
‫صلَّيْتَ َعلَى‬ ‫آل َس ِّي ِد َنا م َُح َّم ٍد َك َما َ‬ ‫ص ِّل َعلَى َس ِّي ِد َنا م َُح َّم ٍد َو َعلَى ِ‬ ‫صلُّوا َعلَ ْي ِه َو َسلِّمُوا َتسْ لِيمًا‪ ،‬اَللّ ُه َّم َ‬ ‫ِين آ َم ُنوا َ‬ ‫ون َعلَى ال َّن ِبيِّ ‪َ ،‬يا ُّي َها الَّذ َ‬ ‫ُصلُّ َ‬ ‫ي َ‬
‫آل َس ِّي ِدناَ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫ارك َعلى َس ِّي ِدنا ِإب َْرا ِه ْي َم َو َعلى ِ‬ ‫تَ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫آل َس ِّي ِدنا م َُح َّم ٍد ك َما َب َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫اركْ َعلى َس ِّي ِدنا م َُح َّم ٍد َو َعلى ِ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫آل َس ِّي ِدنا ِإب َْرا ِه ْي َم َو َب ِ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫َس ِّي ِدنا ِإب َْرا ِه ْي َم َو َعلى ِ‬
‫ت اَأْلحْ َيا ِء ِم ْن ُه ْم َواَأْل ْم َواتِ‪ ،‬اللهم ْاد َفعْ َع َّنا‬ ‫والمُْؤ ِم ِني َْن َو ْالمُْؤ ِم َنا ِ‬‫ت ْ‬ ‫ك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‪ .‬اَل ٰلّ ُه َّم ْ‬
‫اغفِرْ ل ِْلمُسْ لِ ِمي َْن َو ْالمُسْ لِ َما ِ‬ ‫ِإب َْرا ِه ْي َم‪ ،‬فِيْ ْال َعالَ ِمي َْن ِإ َّن َ‬
‫ف ْالم ُْخ َتلِ َف َة َوال َّشدَ اِئدَ َو ْالم َِح َن‪َ ،‬ما َظ َه َر ِم ْن َها َو َما َب َط َن‪ ،‬مِنْ َبلَ ِد َنا َه َذا َخاص ًَّة‬ ‫ْال َباَل َء َو ْال َغاَل َء َو ْال َو َبا َء َو ْال َفحْ َشا َء َو ْال ُم ْن َك َر َو ْال َب ْغ َي َوال ُّسي ُْو َ‬
‫ْ‬ ‫إْل‬ ‫ْ‬ ‫ْأ‬ ‫دَان ْالمُسْ لِ ِمي َْن َعام ًَّة‪ِ ،‬إ َّن َ‬
‫ْ‬ ‫ُ‬
‫ان َوِإ ْي َتا ِء ذِي القرْ َبى و َين َهى َع ِن ال َفحْ َشا ِـء‬ ‫ك َعلَى ُك ِّل َشيْ ٍء َق ِد ْي ٌر عِ َبادَ هللاِ‪ ،‬إنَّ هللاَ َي ُم ُر ِبال َع ْد ِل َوا حْ َس ِ‬ ‫َومِنْ ب ُْل ِ‬
‫هللا َأ ْك َب ُر‬
‫هللا ْال َعظِ ْي َم َي ْذ ُكرْ ُك ْم َولَ ِذ ْك ُر ِ‬
‫ِظ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم َت َذ َّكر ُْو َن‪َ .‬فاذ ُكرُوا َ‬ ‫َ‪.‬و ْال ُم ْن َكر َوال َب ْغي‪َ ،‬يع ُ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬

‫‪  Ustadz Nur Rohmad, Pemateri/Peneliti di Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur dan Ketua Biro‬‬
‫‪Peribadatan & Hukum, Dewan Masjid Indonesia Kab. Mojokerto‬‬

‫‪Sumber: https://islam.nu.or.id‬‬

Anda mungkin juga menyukai