Anda di halaman 1dari 10

‫‪Skip to content‬‬

‫‪Pabrik Jam Masjid‬‬

‫‪Khutbah Jumat Tentang Bulan Sya’ban Amalan Sunnah Bulan Syaban‬‬

‫‪Khutbah Jumat: Keutamaan Bulan Sya’ban & Amalan Sunnah di Dalamnya‬‬

‫‪Daftar Isi munculkan‬‬

‫‪Khutbah Pertama‬‬
‫ت َأعْ َمالِ َنا‪َ ،‬منْ َي ْه ِد هللاُ َفالَ مُضِ َّل َل ُه َو َمنْ يُضْ لِ ْل َفالَ‬ ‫شر ُْو ِر َأ ْنفُسِ َنا َومِنْ َس ِّيَئ ا ِ‬ ‫هلل مِنْ ُ‬ ‫ِإنَّ ْال َحمْ دَ هَّلِل ِ َنحْ َم ُدهُ َو َنسْ َت ِع ْي ُن ُه َو َنسْ َت ْغفِ ُرهُ‪َ ،‬و َنع ُ‬
‫ُوذ ِبا ِ‬
‫ك َل ُه َوَأ ْش َه ُد َأنَّ م َُحم ًَّدا َع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُ ُه‬
‫ِي لَهُ‪َ .‬أ ْش َه ُد َأنَّ الَ ِإلَ َه ِإالَّ هللاُ َوحْ َدهُ الَ َش ِر ْي َ‬
‫َهاد َ‬

‫صلَّى ا هللُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َو َعلَى آلِ ِه َوَأصْ َح ِاب ِه َو َمنْ َت ِب َع ُه ْم بِِإحْ َس ٍ‬
‫ان ِإلَى َي ْو ِم ال ِّدي ِ‬
‫ْن‬ ‫ص ِّل َو َسلِّ ْم َعلَى َن ِب ِّي َنا َو َرس ُْولِ َنا م َُح َّم ٍد َ‬
‫اَللَّ ُه َّم َ‬

‫ث ِم ْن ُه َما ِر َجاالً َكثِيراً َون َِسا ً‪9‬ء َوا َّتقُوا هَّللا َ الَّذِي َت َت َسا َءلُ َ‬
‫ون ِب ِه‬ ‫َيا َأ ُّي َها ال َّناسُ ا َّتقُوا َر َّب ُك ْم الَّذِي َخلَ َق ُك ْم مِنْ َن ْف ٍ‬
‫س َواحِدَ ٍة َو َخلَقَ ِم ْن َها َز ْو َج َها َو َب َّ‬
‫ان َعلَ ْي ُك ْم َرقِيبا ً‬ ‫َ‬ ‫هَّللا‬
‫َوا رْ َحا َم ِإنَّ َ ك َ‬ ‫َأل‬

‫ِين َآ َم ُنوا ا َّتقُوا هَّللا َ َح َّق ُت َقا ِت ِه َواَل َتمُو ُتنَّ ِإاَّل َوَأ ْن ُت ْم مُسْ لِم َ‬
‫ُون‬ ‫َيا َأ ُّي َها الَّذ َ‬

‫ِيدا ‪ ،‬يُصْ لِحْ لَ ُك ْم َأعْ َمالَ ُك ْم َو َي ْغفِرْ لَ ُك ْم ُذ ُنو َب ُك ْم َو َمنْ يُطِ ِع هَّللا َ َو َرسُولَ ُه َف َق ْد َف َ‬
‫از َف ْو ًزا َعظِ يمًا‬ ‫َيا َأ ُّي َها الَّذ َ‬
‫ِين َآ َم ُنوا ا َّتقُوا هَّللا َ َوقُولُوا َق ْواًل َسد ً‬

‫َأمَّا َبعْ ُد‬

‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‪َ ،‬و َشرَّ اُألم ُْو ِر م َُح َد َثا ُت َها‪َ ،‬و ُك َّل مُحْ َد َث ٍة ِب ْد َع ٌة َو ُك َّل ِب ْد َع ٍة‬
‫هللا َو َخي َْر ْال َهديِ َه ْديُ م َُح َّم ٍد َ‬ ‫فإنَّ َأصْ دَ قَ ْال َح ِد ْي ِ‬
‫ث ِك َتابُ ِ‬
‫ضالَل ٍة‬ ‫َ‬

‫‪Mukaddimah Pembukaan Khutbah Jumat‬‬

‫‪Mukadimah‬‬

‫‪Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,‬‬

‫‪Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, segala puji kita haturkan ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang‬‬
‫‪telah menganugerahkan nikmat yang tiada terbilang banyaknya kepada kita semuanya. Terutama‬‬
‫‪nikmat hidayah iman dan Islam kemudian juga nikmat keamanan, kesehatan dan kecukupan rezeki.‬‬

‫‪Atas nikmat dan rahmat-Nya semata, kita semua bisa hadir ke masjid ini, untuk melaksanakan salah‬‬
‫‪satu kewajiban dan syiar Islam yang agung, yaitu ibadah shalat Jumat.‬‬
Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpah kepada junjungan kita, Nabi yang mulia,
Muhammad ‫ﷺ‬, keluarganya, para sahabatnya dan siapa saja dari kaum Muslimin yang mengikuti
sunnah beliau ‫ ﷺ‬dengan ikhlas dan sabar hingga akhir zaman.

Kami berwasiat kepada diri kami sendiri dan kepada Jamaah shalat Jumat seluruhnya, marilah kita
senantiasa berusaha untuk bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala semaksimal kemampuan
yang kita miliki, di mana pun kita berada.

Semoga dengan ketakwaan tersebut, Allah Ta’ala berkenan menerima amal shaleh kita,
memudahkan urusan kita, memberikan jalan keluar atas problem dan kesulitan kita, serta
memberikan rezeki kepada kita dari arah yang tidak pernah kita perkirakan sebelumnya.

Keutamaan Bulan Sya’ban

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Saat ini kita sedang berada di bulan Sya’ban, bulan kedelapan dalam sistem kalender hijriah. Bulan
Sya’ban adalah bulan yang utama. Bulan yang memiliki keistimewaan.

Rasulullah ‫ﷺ‬begitu bersemangat dalam memperbanyak puasa pada bulan Sya’ban. Mengapa
demikian? Sebabnya ada dua, yaitu:

Banyak orang melalaikan bulan Sya’ban. Oleh karenanya, Nabi ‫ﷺ‬menghidupkan ibadah di
dalamnya. Ini menunjukkan keutamaan beribadah di saat manusia pada umumnya dalam keadaan
lalai.

Sesungguhnya amalan itu diangkat kepada Allah Ta’ala di bulan Sya’ban. Maka Rasulullah ‫ﷺ‬
menyukai amal shalih diangkat di bulan ini.

Imam An – Nasa’i telah meriwayatkan dari hadits Usamah bin Zaid radhiyallahu ‘anhuma, dia
berkata,’Aku berkata, ”Wahai Rasulullah! Saya tidak melihat Anda berpuasa di satu bulan dari
berbagai bulan yang ada sebagaimana Anda berpuasa di bulan Sya’ban.”

Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

‫ َفُأحِبُّ َأنْ يُرْ َف َع َع َملِي َوَأ َنا صَاِئ ٌم‬،‫ِين‬


َ ‫ َوه َُو َش ْه ٌر ُترْ َف ُع فِي ِه اَأْلعْ َما ُل ِإلَى َربِّ ْال َعالَم‬،‫ان‬
َ ‫ض‬ ٍ ‫َذل َِك َش ْه ٌر َي ْغفُ ُل ال َّناسُ َع ْن ُه َبي َْن َر َج‬
َ ‫ب َو َر َم‬
”Bulan itu adalah bulan di antara bulan Rajab dan bulan Ramadhan yang manusia lalai terhadapnya.
Pada bulan itu amalan diangkat kepada Allah Rabbul ‘Alamin. Maka Aku suka amalku diangkat ketika
aku sedang berpuasa.” [Syaikh Al-Albani menyatakan hadits ini hasan di dalam Shahih Sunan An-
Nasa’i hadits no. 2356]

Amal yang diangkat kepada Allah Rabbul ‘alamin di sini adalah semua amalan manusia yang baik dan
buruk, ketaatan dan kemaksiatan. Oleh karenanya, sudah selayaknya amalan di bulan Sya’ban itu
yang baik.

Rasulullah ‫ ﷺ‬menyukai amalnya diangkat kepada Allah ketika Rasulullah ‫ ﷺ‬dalam keadaan
berpuasa karena puasa termasuk salah satu amalan yang utama. Atau bisa juga karena amalan
shaleh bila diiringi dengan puasa maka nilainya akan meningkat dan lebih kuat kemurniannya untuk
Allah ‘Azza wa Jalla.

Ada juga ulama yang berpendapat bahwa yang dimaksud dengan amalan yang diangkat kepada Allah
pada bulan Sya’ban adalah amalan sunnah. Di dalam Hadits yang di riwayatkan oleh Al-Bukhari dan
Muslim dari hadits Abu Musa Al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu disebutkan,

‫هار َق ْب َل َع َم ِل اللَّي ِْل‬ ِ ‫عز وج َّل يُرْ َف ُع إلَ ْي ِه َع َم ُل اللَّي ِْل َق ْب َل َع َم ِل ال َّن‬
ِ ‫ و َع َم ُل ال َّن‬،‫هار‬ َّ ‫هللا‬
َ َّ‫أن‬

”Amal malam diangkat kepada Allah ‘Azza wa Jalla sebelum amal siang hari dan amal siang hari
sebelum amal malam hari.”

Adapun amal dalam sepekan dihadapkan kepada Allah pada hari Senin dan Kamis sebagaimana
dalam hadits riwayat Abu Dawud dan Nasa’i.

Demikianlah penjelasan yang diberikan oleh Syaikh Alawi bin Abdul Qadir as-Saqqaf terhadap hadits
ini secara ringkas.[i]

Rekomendasi Khutbah Akhir Bulan Rajab Pelajaran Isra’ Mi’raj

Amalan Sunnah Di Bulan Sya’ban

Jamaah Shalat Jumat rahimakumullah,

Setelah kita mengetahui bahwa bulan Sya’ban adalah bulan yang di dalamnya amal shalih dinaikkan
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, lantas amalan apa sajakah yang sebaiknya dilakukan untuk
menghidupkan bulan Sya’ban, bulan yang banyak dilalaikan oleh manusia?
1. Membaca Al-Quran

Syaikh Husain bin Abdul Azis Alu Syaikh mengatakan bahwa para salaf menyebut bulan Sya’ban
dengan nama ‫“ شهر القُرَّ اء‬Syahrul Qurra’ atau bulannya para pembaca Al-Quran, karena banyaknya
mereka mengulang-ulang bacaan al Quran, mereka fokus untuk memperbanyak membaca al-Quran
dan hal itu sebagai persiapan untuk melaksanakan shalat malam di bulan Ramadhan.

2. Puasa Sunnah Nawafil

Syaikh Husain kemudian menambahkan bahwa kaum muslimin perlu untuk benar-benar
memanfaatkan bulan Sya’ban ini dengan berbagai bentuk taqarrub kepada Allah dan seluruh bentuk
nawafil dan ketaatan.

Amalan yang jelas-jelas dicontohkan oleh Nabi ‫ ﷺ‬adalah memperbanyak puasa sunnah. Aisyah
radhiyallahu ‘anha berkata,

َ ‫ َو َما َرَأ ْي ُت ُه َأ ْك َث َر صِ َيامًا ِم ْن ُه فِى َشعْ َب‬، ‫ان‬


‫ان‬ َ ‫ض‬ ُ ‫َف َما َرَأي‬
َ ‫ْت َرسُو َل هَّللا ِ – صلى هللا عليه وسلم – اسْ َت ْك َم َل صِ َيا َم َشه ٍْر ِإالَّ َر َم‬

”Aku tidak pernah melihat Rasulullah ‫ ﷺ‬berpuasa sebulan penuh secara sempurna kecuali pada
bulan Ramadhan. Aku juga tidak pernah melihat beliau lebih banyak berpuasa daripada berpuasa di
bulan Sya’ban.” [Hadits riwayat Al- Bukhari no. 1969 dan Muslim no. 1156]

3. Menjauhi berbagai dosa dan maksiat

Sedangkan anjuran yang diberikan oleh Markazul Fatwa di bawah bimbingan Syaikh Dr. Abdullah Al-
Faqih dalam memanfaatkan momen bulan Sya’ban adalah agar setiap Muslim menghiasi dirinya
dengan berbagai ketaatan agar mendapatkan ampunan Allah yang Maha Pengasih.

Selain itu juga dengan menjauh dari berbagai dosa dan maksiat yang menghalanginya dari
mendapatkan ampunan. Di antara dosa – dosa yang harus dijauhi adalah kesyirikan terhadap Allah.
Sesungguhnya perbuatan tersebut menghalangi segala kebaikan.

4. Bermusuhan dan bertikai dengan sesama Muslim

Dosa lainnya yang harus dijauhi adalah permusuhan dan kedengkian dengan sesama muslim. Hal ini
menghalangi dari ampunan Allah di mayoritas waktu pengampunan dan rahmat. Dalam sebuah
hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dia berkata, ”Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,
‫ َف ُي َقا ُل‬، ‫ت َب ْي َن ُه َو َبي َْن َأخِي ِه َشحْ َنا ُء‬
ْ ‫ ِإاَّل َر ُجاًل َكا َن‬، ‫ك ِباهَّلل ِ َش ْيًئ ا‬ ِ ‫ُت ْف َت ُح َأب َْوابُ ْال َج َّن ِة َي ْو َم اِإْل ْث َني‬
ِ ‫ َو َي ْو َم ْال َخم‬، ‫ْن‬
ُ ‫ َفي ُْغ َف ُر لِ ُك ِّل َع ْب ٍد اَل ُي ْش ِر‬، ‫ِيس‬
‫ْن َح َّتى َيصْ َطل َِحا َح َّد َثنِي ِه‬ِ ‫ َأ ْنظِ رُوا َه َذي‬، ‫ْن َح َّتى َيصْ َطل َِحا‬ ِ ‫ َأ ْنظِ رُوا َه َذي‬، ‫ْن َح َّتى َيصْ َطل َِحا‬ ِ ‫َأ ْنظِ رُوا َه َذي‬

”Pintu-pintu Surga dibuka pada hari Senin dan Kamis. Maka diampunilah dosa-dosa setiap hamba
yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apa pun, kecuali seseorang yang antara dia dan
saudaranya ada permusuhan.

Maka dikatakan, ‘Akhirkanlah pengampunan untuk kedua orang ini sampai keduanya berdamai,
akhirkanlah pengampunan untuk kedua orang ini sampai keduanya berdamai, akhirkanlah
pengampunan untuk kedua orang ini sampai keduanya berdamai.”

[Hadits riwayat Muslim di dalam Shahih Muslim no. 4780]

Tentang Keutamaan Malam Nishfu Sya’ban

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Tema lain yang perlu disampaikan dalam khutbah ini adalah tentang malam nishfu sya’ban. Sering
kita mendengar bahwa malam pertengahan bulan Sya’ban yang dikenal dengan istilah malam nishfu
Sya’ban itu memiliki keutamaan tertentu berdasarkan sejumlah hadits dari Nabi ‫ﷺ‬.

Perlu diketahui bahwa para ulama telah berbeda pendapat tentang status hadits-hadits yang
menerangkan keutamaan malam nishfu Sya’ban. Sebagian ulama menyatakan haditsnya antara
dha’if dan maudhu’.

Imam Ibnu Rajab al-Hanbali rahimahullah menyatakan bahwa mayoritas ulama berpendapat hadits-
hadits tentang keutamaan nishfu Sya’ban adalah hadits dha’if.[ii]

Syaikh Abdul Azis bin Baz rahimahullah berkata, ”Jumhur (mayoritas) ulama telah sepakat bahwa
hadits-hadits yang menerangkan tentang keutamaan malam nishfu Sya’ban seluruhnya dha’if dan
sebagiannya maudhu’ (palsu). Di antara ulama yang memperingatkan tentang masalah ini adalah Al-
Hafizh Ibnu Rajab dalam kitabnya Lathaif Al- Ma’arif.[iii]

Sebagian ulama yang lain mengatakan bahwa hadits-hadits tersebut ada yang sampai ke derajat
hasan dan shahih sehingga bisa dijadikan hujah.[iv]
Prof.Dr. Fahmi Ahmad Abdurrahman Al-Qazzaz – setelah menyebutkan sembilan hadits tentang
keutamaan malam nishfu Sya’ban beserta takhrij hadits – menyatakan, ”Dari takhrij di atas menjadi
jelas bahwa hadits-hadits tentang keutamaan malam nishfu Sya’ban itu sah riwayatnya dengan
keadaan paling minimal adalah hadits hasan lighairihi dengan keseluruhan jalurnya.

Sebagian ulama menyatakan secara terang bahwa hadist-hadits tersebut shahih lighairihi
berdasarkan keseluruhan jalurnya, karena sebagian dari jalur hadits tersebut adalah hasan bidzatihi.
Wallahu a’lam bish-Shawwab.”[v]

Di antara hadits tentang keutamaan malam nishfu Sya’ban yang bisa dijadikan sebagai hujah adalah
hadits yang diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dalam kitab Syu’abul Iman dari Abi Tsa’labah Al-Khusyani
radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, ’Rasulullah ‫ﷺ‬bersabda,

ُ‫ َو َي َد ُع َأهْ َل ْال ِح ْق ِد ِب ِح ْق ِد ِه ْم َح َّتى َي َدعُوه‬،‫ين‬


َ ‫ َو ُي ْملِي ل ِْل َكاف ِِر‬،‫ِنين‬
َ ‫ان؛ َف َي ْغفِ ُر ل ِْلمُْؤ م‬
َ ‫ ِإلَى َخ ْلقِ ِه فِي لَ ْيلَ ِة ال ِّنصْ فِ مِنْ َشعْ َب‬-ُ‫ت قُ ْد َر ُته‬ َ ُ‫َي َّطلِ ُع هللا‬
ْ َّ‫جل‬-

”Allah Ta’ala melihat kepada makhluk-Nya pada malam nishfu Sya’ban lalu mengampuni orang-
orang beriman dan menangguhkan orang-orang kafir dan meninggalkan orang-orang yang di hatinya
ada kedengkian dengan kedengkian mereka, sampai mereka meninggalkan kedengkian tersebut.”

[Ath-Thabrani juga meriwayatkannya dan Syaikh Al-Albani rahimahullah menyatakannya sebagai


hadits hasan di dalam Shahih Al-Jami’ no. 771]

‫ِيع خلقة إال‬ َ ‫ «ِإنَّ هَّللا َ لَ َي َّطلِ ُع في لَ ْيلَ ِة ال ِّنصْ فِ من َشعْ َب‬:‫ قال‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫عن أبي مُو َسى اَأْل ْش َع ِريِّ عن رسول هللا‬
ِ ‫ان َف َي ْغفِ ُر ل َِجم‬
‫لِ ُم ْش ِركٍ أو ُم َشاح ٍِن‬

Hadis berikutnya dari Abu Musa Al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu, dari Rasulullah ‫ﷺ‬, beliau bersabda,
”Sesungguhnya Allah benar-benar memeriksa pada malam nishfu Sya’ban, kemudian Allah
mengampuni seluruh makhluk-Nya kecuali orang musyrik dan orang yang sedang berseteru.”

[Hadits riwayat Ibnu Majah di dalam Sunan Ibni Majah no. 1390 (1/445 ). As-Sindi berkata, ”isnadnya
dha’if karena kedha’ifan Abdullah bin Luhaiah dan Tadlis yang dilakukan Al-Walid bin Muslim. Al-
Albani menyatakan: hadits hasan.][vi]

Atha’ bin Yasar rahimahullah, salah seorang ulama Tabi’in terkemuka, berkata,

‫ إال لمشرك‬،‫ فيغفر لعباده كلهم‬،‫ الدنيا‬9‫ يتنزل هللا تبارك وتعالى إلى السماء‬،‫ما من ليلة بعد ليلة القدر أفضل من ليلة النصف من شعبان‬
‫أو مشاجر أو قاطع رحم‬
”Setelah malam Lailatul Qadar tidak ada malam yang lebih utama dari malam nishfu Sya’ban. Allah
Tabaroka wa Ta’ala turun ke langit dunia kemudian Allah mengampuni para hamba-Nya kecuali
orang musyrik, atau orang yang berseteru.”

Namun tidak ada hadits shahih dari Nabi ‫ ﷺ‬dan tidak pula dari salah seorang dari sahabatnya yang
mengkhususkan malam–malam di bulan Sya’ban dengan shalat tertentu atau doa tertentu.
Munculnya hal itu pertama kali adalah dari sebagian Tabi’in.

Ibnu Hajar Al-Haitami rahimahullah berkata, ”Kesimpulannya, malam nishfu Sya’ban memiliki
keutamaan. Di dalamnya terdapat maghfirah (ampunan) yang khusus dan pengabulan doa yang
khusus.

Oleh karenanya, Imam Asy-Syafi’i radhiyallahu ‘anhu mengatakan, ”Sesungguhnya doa di malam
nishfu Sya’ban akan diijabahi. Perbedaan pendapat yang ada adalah dalam hal shalat yang bersifat
khusus di malam nishfu Sya’ban.

Sungguh aku telah mengetahui bahwa shalat secara khusus di malam Nishfu Sya’ban itu bid’ah yang
buruk dan tercela, yang pelakunya dilarang dari melakukannya.

Meskipun ada riwayat bahwa para Tabi’in dari penduduk negeri Syam seperti Makhul, Khalid bin
Ma’dan, Lukman dan yang lainnya mengagungkan malam nishfu Sya’ban dan bersungguh-sungguh
beribadah di malam tersebut.

Dari merekalah masyarakat manusia mendasarkan perbuatan yang mereka ada-adakan di malam
nishfu Sya’ban, namun mereka tidak memiliki sandaran berupa dalil yang shahih.

Dan dikatakan bahwa mereka bersandar kepada atsar-atsar israiliyat. Oleh karena itu, mayoritas
ulama Hijaz seperti ‘Atha’ dan Ibnu Abi Mulaikah serta para fuqaha Madinah mengingkari hal
tersebut.

Ini juga merupakan pendapat para sahabat Imam Syafi’i, Malik dan selain mereka berdua. Mereka
berkata, ”Semua itu bid’ah karena tidak ada sesuatu pun riwayat yang sah dari Nabi ‫ﷺ‬. [Al-Fatawa
Al-Fiqhiyyah Al-Kubra, 2/80][vii]

ِّ ‫ت َو‬
.‫ َو َت َق َّب َل ِم ِّنيْ َو ِم ْن ُك ْم ِتالَ َو َت ُه ِإ َّن ُه ه َُو ال َّس ِم ْي ُع ْال َعلِ ْي ُم‬,‫الذ ْك ِر ْال َح ِكي ِْم‬ ِ ‫ َو َن َف َعنِيْ َوِإيَّا ُك ْم ِب َما فِ ْي ِه م َِن اآل َيا‬,‫آن ْال َعظِ ي ِْم‬
ِ ْ‫ك هللاُ لِيْ َولَ ُك ْم فِي ْالقُر‬
َ ‫ار‬
َ ‫َب‬
‫ ِإ َّن ُه ه َُو ْال َغفُ ْو ُر الرَّ ِح ْي ُم‬،ُ‫هللا ْال َعظِ ْي َم لِيْ َولَ ُك ْم َفاسْ َت ْغفِر ُْوه‬ َ ‫ر‬ُ ‫ف‬
ِ ْ
‫غ‬ َ
‫ت‬ ْ‫اس‬‫و‬ ‫ا‬
َ َ َ
‫ذ‬ ‫ه‬ ْ‫ِي‬ ‫ل‬ ‫و‬ْ َ
‫ق‬ ‫ل‬
ُ ‫و‬ْ ُ ‫ق‬‫َأ‬
Materi-Khutbah-Jumat-Singkat-147-Lengkap

Khutbah Kedua

‫ أشهد أن ال إله إال هللا وحده ال شريك له تعظيما لشأنه و أشهد أن محمدا‬،‫الحمد هلل على إحسانه و الشكر له على توفيقه و امتنانه‬
‫ اللهم صل و سلم على هذا النبي الكريم و على آله و أصحابه و من تبعهم بإحسان إلى يوم‬.‫عبده و رسوله الداعي إلى رضوانه‬
‫ أما بعد‬.‫الدين‬

Mewaspadai Bid’ah di Bulan Sya’ban

Jamaah Jumat rahimakumullah,

Di banyak negeri kaum muslimin, sering didapati orang-orang yang merayakan malam nishfu Sya’ban
dengan shalat dan ibadah malam, berdzikir dan lain-lain. Mereka meyakini bahwa malam nisfu
Sya’ban itu memiliki keutamaan lebih dibandingkan hari-hari lainnya di bulan Sya’ban.

Ini jelas merupakan kesalahan dan ketidakmengertian serta merupakan sebuah bid’ah dalam agama.
Hadits-hadits shahih yang menunjukkan keutamaan malam nishfu Sya’ban tadi sama sekali bukan
merupakan dalil yang mengkhususkan malam nishfu Sya’ban dengan berbagai ibadah tertentu.

Hadits tadi hanyalah merupakan seruan atau ajakan untuk bersilaturrahim, berbakti kepada orang
tua, menghilangkan permusuhan dari dalam jiwa dan kebencian dari dalam dada, sehingga seorang
Muslim memasuki bulan Ramadhan dalam keadaan hatinya tidak ada kedengkian, ganjalan,
permusuhan dan dendam terhadap muslim lainnya.

Yang diharapkan adalah seorang Muslim memasuki bulan Ramadhan dalam keadaan hubungan
kekerabatannya tersambung dan hatinya kosong kecuali dengan mengingat Allah dan beribadah
kepada-Nya.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,

‫ بدعة‬9‫ لكن االجتماع فيها إلحيائها في المساجد‬،‫ وكان في السلف من يصلي فيها‬،‫وأما ليلة النصف من شعبان ففيها فضل‬

”Adapun malam nishfu Sya’ban itu ada keutamaan di dalamnya. Di masa Salaf dahulu ada orang-
orang yang shalat di malam nishfu Sya’ban. Namun berkumpul-kumpul di dalamnya untuk
menghidupkan malam nishfu Sya’ban di masjid itu bid’ah.” [Mukhtashar Al-fatawa Al-Mishriyyah, 1/
291-292][viii]
‫‪Kumpulan-Materi-Khutbah-Jumat-Singkat-147‬‬

‫‪Doa Penutup‬‬

‫‪Semoga pembahasan khutbah jumat keutamaan bulan sya’ban ini semakin mendekatkan diri kita‬‬
‫‪kepada Allah dan menjauhkan dari hal-hal yang tidak ada dalilnya secara syar’i.‬‬

‫‪Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa memberikan petunjuk kepada kita kepada jalan yang‬‬
‫‪lurus dan menjauhkan diri kita semua dari segala bentuk penyimpangan dan penyelewengan.‬‬

‫صلُّوا َعلَ ْي ِه َو َسلِّمُوا َتسْ لِيما ً‬ ‫ون َعلَى ال َّن ِبيِّ َيا َأ ُّي َها الَّذ َ‬
‫ِين آ َم ُنوا َ‬ ‫ِإنَّ هَّللا َ َو َماَل ِئ َك َت ُه ُي َ‬
‫صلُّ َ‬

‫اركْ َعلَى م َُح َّم ٍد َو َعلَى ِ‬


‫آل م َُح َّم ٍد‬ ‫صلَّيْتَ َعلَى ِإب َْرا ِه ْي َم َو َعلَى ِ‬
‫آل ِإب َْرا ِه ْي َم‪ِ ،‬إ َّن َ‬
‫ك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‪َ .‬و َب ِ‬ ‫آل م َُح َّم ٍد َك َما َ‬ ‫اَللَّ ُه َّم َ‬
‫ص ِّل َعلَى م َُح َّم ٍد َو َعلَى ِ‬
‫ك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْيدٌ‬ ‫َّ‬
‫آل ِإب َْرا ِه ْي َم‪ِ ،‬إن َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫ارك َعلى ِإب َْرا ِه ْي َم َو َعلى ِ‬ ‫تَ‬ ‫ْ‬ ‫ك َما َب َ‬ ‫َ‬

‫اللهم اغفر للمسلمين و المسلمات و المؤمنين و المؤمنات األحياء منهم و األموات‬

‫اللهم أعز اإلسالم و المسلمين و أهلك الكفرة و المشركين و دمر أعداءك أعداء الدين‬

‫ِش َما َظ َه َر ِم ْن َها َو َما َب َط َن‪،‬‬ ‫ور‪َ ،‬و َج ِّن ْب َنا ْال َف َواح َ‬ ‫وب َنا‪َ ،‬وَأصْ لِحْ َذاتَ َب ْي ِن َنا‪َ ،‬واهْ ِد َنا ُس ُب َل ال َّساَل م‪َ ،‬و َنجِّ َنا م َِن ُّ‬
‫الظلُ َما ِ‬ ‫اللَّ ُه َّم َألِّفْ َبي َْن قُلُ ِ‬
‫ت ِإلَى ال ُّن ِ‬ ‫ِ‬
‫ك ْنتَ ال َّت َّوابُ الرَّ حِي ُم‬‫َأ‬ ‫ُ‬ ‫َأ‬
‫وب َنا‪َ ،‬و ْز َوا ِج َنا‪َ ،‬وذرِّ يَّا ِت َنا‪َ ،‬و ُتبْ َعلَ ْي َنا ِإ َّن َ‬‫ار َنا‪َ ،‬وقُلُ ِ‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬
‫اركْ لَ َنا فِي سْ مَاعِ َنا‪َ ،‬و ب َ‬
‫ْص ِ‬ ‫َو َب ِ‬

‫ش َنا‪َ ،‬وَأصْ لِحْ لَ َنا آخ َِر َت َنا الَّتِيْ ِإلَ ْي َها َم َعا ُد َنا‪َ ،‬واجْ َع ِل ْال َح َيا َة‬
‫اَللَّ ُه َّم َأصْ لِحْ َل َنا ِد ْي َن َنا الَّذِيْ ه َُو عِ صْ َم ُة َأمْ ِر َنا‪َ ،‬وَأصْ لِحْ َل َنا ُد ْن َيا َنا الَّتِيْ فِ ْي َها َم َعا ُ‬
‫اح ًة لَ َنا مِنْ ُك ِّل َشرٍّ‬ ‫ِز َيا َد ًة لَ َنا فِيْ ُك ِّل َخي ٍْر‪َ ،‬واجْ َع ِل ْال َم ْوتَ َر َ‬

‫ربنا هب لنا من أزواجنا و ذرياتنا قرة أعين و احعلنا للمتقين إماما‬

‫ربنا ال تزغ قلوبنا بعد إذ هديتنا و هب لنا من لدنك رحمة إنك أنت الوهاب‬

‫ان َوالَ َتجْ َع ْل فِيْ قُلُ ْو ِب َنا غِ الًّ لِّلَّ ِذي َْن َءا َم ُن ْوا َر َّب َنا ِإ َّن َ‬
‫ك َرء ُْوفٌ رَّ ِح ْي ٌم‪َ .‬ر َّب َنا آ ِت َنا فِي ال ُّد ْن َيا َح َس َن ًة‬ ‫اغفِرْ لَ َنا َوِإل ْخ َوا ِن َنا الَّ ِذي َْن َس َبقُ ْو َنا ِباِْإل ْي َم ِ‬
‫َر َّب َنا ْ‬
‫اب ال َّن ِ‬
‫ار‬ ‫ً‬
‫َوفِي اآلخ َِر ِة َح َس َنة َوقِ َنا َع َذ َ‬

‫ِّك َربِّ ْالع َِّز ِة َعمَّا يَصِ فُ ْو َن‪َ ,‬و َسالَ ٌم َعلَى ْالمُرْ َسلِي َْن‪َ ,‬و ْال َح ْم ُد ِ‬
‫هلل‬ ‫صحْ ِب ِه َأجْ َم ِعي َْن‪ُ .‬سب َْح َ‬
‫ان َرب َ‬ ‫صلَّى هللاُ َعلَى َس ِّي ِد َنا م َُح َّم ٍد َو َعلَى آلِ ِه َو َ‬
‫َو َ‬
‫َربِّ ْال َعالَ ِمي َْن‬

‫‪-‬‬

Anda mungkin juga menyukai