Anda di halaman 1dari 8

Dari Abū Hurairah radhiyallāhu Ta'ālā 'anhu :

َ‫ َو ِإذَا دَ َعاك‬،‫س ِ ِّل ْم َعلَ ْي ِه‬ ُ ‫ َما ه َُّن يَا َر‬:َ‫ قِ ْيل‬. ٌّ‫علَى ْال ُم ْس ِل ِم ِست‬
َ َ‫ إِذَا لَ ِق ْيتَهُ ف‬:َ‫س ْو َل هللاِ؟ قَال‬ َ ‫ َح ُّق ْال ُم ْس ِل ِم‬: ‫سو ُل اَهللِ صلى هللا عليه وسلم‬
ُ ‫قَا َل َر‬
ُ‫ َو ِإذَا َماتَ فَات َّ ِب ْعه‬،ُ‫ض فَعُدْه‬ َ ‫ َوإِذَا َم ِر‬،ُ‫س ِ ِّمتْه‬ َ َ‫س فَ َح ِمدَ هللاَ ف‬ َ ‫ َو ِإذَا َع‬،ُ‫ص ْح لَه‬
َ ‫ط‬ َ ‫ص َحكَ فَا ْن‬ َ ‫ َو ِإذَا ا ْست َ ْن‬،ُ‫فَأ َ ِج ْبه‬
Dari Abū Hurairah Radhiyallāhu anhu ia berkata: Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam
bersabda:

“Hak seorang muslim terhadap sesama muslim itu ada 6:

⑴ Jika kamu bertemu dengannya maka ucapkanlah salam


⑵ Jika ia mengundangmu maka penuhilah undangannya.
⑶ Jika ia meminta nasihat kepadamu maka berilah ia nasihat.
⑷ Jika ia bersin dan mengucapkan ‘Alhamdulillāh’ maka do‘akanlah ia dengan ‘Yarhamukallāh’
⑸ Jika ia sakit maka jenguklah.
⑹ Jika ia meninggal dunia maka iringilah jenazahnya.”
(HR Imam Muslim nomor 4023, versi Syarh Muslim nomor 2162)

Jama’ah sekalian yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'āla,


Di sini kata Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam, hak muslim seorang atas muslim ada 6.
Tentunya, bilangan 6 ini bukanlah sesuatu yang tanpa batasan.

⇒ Artinya 6 ini hanya menunjukkan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menyebutkan secara
khusus namun bukan berarti tidak ada hak-hak yang lain.

Jadi 6 ini hanya sekedar menunjukkan perhatian Nabi terhadap 6 perkara, bukan berarti
tidak ada hak-hak yang lainnya. Dan maksud hak di sini adalah perkara yang hendaknya tidak
ditinggalkan, bisa berarti perkara yang wajib, bisa perkara mustahab yang sangat ditekankan. Di
dalam hadits ini mengumpulkan 6 hak.

■ HAK PERTAMA

Jika engkau bertemu seorang muslim maka berilah salam kepada dia.
Tentu di antara amalan yang sangat mulia adalah memberi salam. Kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa
sallam :

ُ ‫ش ْيءٍ ِإذَا فَ َع ْلت ُ ُموهُ ت َ َحا َب ْبت ُ ْم أ َ ْف‬


‫شوا الس َََّل َم بَ ْينَ ُك ْم‬ َ ‫الَ تَدْ ُخلُونَ ْال َجنَّةَ َحتَّى تُؤْ ِمنُوا َو َال تُؤْ ِمنُوا َحتَّى ت َ َحابُّوا أ َ َو َال أَدُلُّ ُك ْم َعلَى‬

"Kalian tidak akan masuk surga kecuali kalian beriman dan kalian tidak akan beriman sampai
kalian saling mencintai. Maukah aku tunjukkan kepada kalian tentang suatu perkara jika kalian
melakukannya maka kalian akan saling mencintai ?Yaitu *sebarkanlah salam di antara kalian*".
(HR Muslim nomor 81, versi Syarh Muslim nomor 54)

Oleh karenanya di antaranya afdhalul 'amal (amalan yang paling mulia) kata Nabi shallallāhu
'alayhi wa sallam, yaitu memberi makan kepada fakir miskin, kemudian beri salam kepada orang
yang kau kenal dan orang yang tidak kau kenal.

‫سَلَ َم َعلَى َم ْن‬ َّ ‫ َوتَ ْق َرأ ُ ال‬، ‫ام‬


َ َ‫طع‬ ْ ُ ‫اإل ْسَلَ ِم َخي ٌْر قَا َل « ت‬
َّ ‫ط ِع ُم ال‬ ِ ‫ى‬ ُّ َ ‫ى – صلى هللا عليه وسلم – أ‬
َّ ‫َّللاِ ب ِْن َع ْم ٍرو أ َ َّن َر ُجَلً َسأ َ َل النَّ ِب‬
َّ ‫َع ْن َع ْب ِد‬
‫ف‬ ْ ‫ َو َعلَى َم ْن لَ ْم تَ ْع ِر‬، َ‫َع َر ْفت‬

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr, ada seseorang bertanya pada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam
mengenai islam bagaimana yang baik. Beliau menjawab, “Memberikan makan (pada orang yang
membutuhkan), serta mengucapkan salam pada orang yang dikenal dan yang tidak dikenal.”
(HR. Bukhari no. 5767, versi Fathul Bari no. 6236)

Bahkan disebutkan diantara tanda-tanda hari kiamat yaitu seseorang hanya memberi salam
kepada orang yang dia kenal.
Salam merupakan amalan yang indah, mendo'akan kepada sesama Muslim. Dengan kita
menyebarkan salam maka akan sering timbul cinta diantara kaum muslimin, ukhuwah islamiyah
semakin kuat.
Tentunya salam ada adab-adabnya, akan kita jelaskan pada pertemuan-pertemuan
berikutnya. Namun satu yang menakjubkan dalam hadits Abdullāh bin Sallam, salah seorang
Yahudi yang masuk Islam kemudian menjadi shahābat, dia mengatakan :

ُ ‫اس أ َ ْف‬
‫شوا الس َََّل َم‬ ُ َّ‫ش ْيءٍ ت َ َكلَّ َم ِب ِه أ َ ْن قَا َل أ َ ُّي َها الن‬
َ ‫أ َ َّو ُل‬

"Tatkala Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam di Madinah, pertama kali dia dengar kalimat
Rasūlullāh, Rasūlullāh mengatakan: 'Wahai manusia (masyarakat), sebarkanlah salam diantara
kalian'."(HR Tirmidzi no 2409, versi Maktabatu al Ma'arif Riyadh no 2485. HR Ibnu Majah no
1324, versi Maktabatu al Ma'arif Riyadh no 1334. Lafadz hadits milik Tirmidzi)

Oleh karenanya menyebar salam bukanlah perkara yang sepele melainkan diperhatikan
oleh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, bahkan di awal dakwah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam
dengan menyebarkan salam.

■ HAK KEDUA

Kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam :

ُ‫َو ِإذَا دَ َعاكَ فَأ َ ِج ْبه‬


"Jika dia mengundangmu maka penuhilah undangannya."
Sebagian ulama berpendapat bahwasanya hadits ini umum mencakup segala undangan,
apakah undangan makan, undangan ke rumahnya. Namun jumhur (mayoritas) ulama mengatakan
yang wajib dipenuhi hanyalah undangan walimah, karena dalam hadits disebutkan:

ُ‫سولَه‬ َّ ‫صى‬
ُ ‫َّللاَ َو َر‬ ِ ْ ‫َو َم ْن لَ ْم يَأ‬
َ ‫ت الدَّع َْوة َ فَقَدْ َع‬

“Barangsiapa yang tidak memenuhi undangan (walimah) maka ia telah bermaksiat kepada Allāh
dan Rasul-Nya”(HR Ahmad nomor 6978)

Ini menunjukkan bahwasanya memenuhi undangan walimah pernikahan hukumnya adalah


wajib.

Hanya saja para ulama mengatakan:

◆ Jika ternyata ada udzur atau ada kemungkaran dalam walimah tersebut maka seseorang tidak
wajib untuk hadir.

● Contoh Kemungkaran

⑴ Dalam walimah tersebut ada ikhtilat (campur laki-laki dengan wanita).


Sementara kita tahu seorang wanita (ibu-ibu) tatkala menghadiri acara walimah maka dia
berhias/bersolek dengan seindah-indahnya (secantik-cantiknya) kemudian bercampur baur dengan
laki-laki, akhirnya dilihat oleh lelaki yang lain.

⇒ Bisa jadi dia tidak memakai jilbab (terbuka auratnya) maka dalam kondisi seperti ini, seseorang
tidak wajib untuk menghadiri walimah. Jika dia tahu walimahnya seperti itu, maka dia datang
sebelum walimah atau dia datang setelah walimah agar menyenangkan hati saudaranya yang
mengundang.

⑵ Ada khamr/bir/wine yang disebarkan.


Maka ini juga tidak boleh menghadiri acara seperti ini.

⑶ Menanggap penyanyi dangdut.


Penyanyi dangdut diundang, kemudian joget-joget kemudian menampakkan auratnya dan
keindahan lekukan tubuhnya maka ini juga tidak wajib bagi kita untuk hadir.

⑷ Yang diundang hanyalah orang-orang kaya.


⇒ Orang-orang miskin dan orang-orang sekitar (tetangga) tidak diundang maka ini adalah syarruth
tha'am (makanan yang terburuk). Kita tidak hadir dalam acara seperti ini.
Demikian juga para ulama menyebutkan:
◆ Tidak wajib kita menghadiri walimah jika ternyata untuk ke acara tersebut butuh safar, maka
tidak wajib kita untuk menghadiri walimah tersebut. Namun yang perlu saya ingatkan, jika ternyata
yang mengundang acara walimah tersebut adalah kerabat (sepupu atau keluarga dekat) kita maka:

• Dari sisi walimahnya, kita tidak wajib hadir.

• Tetapi dari sisi dia adalah kerabat, maka kita hendaknya hadir.
⇒ Kita khawatir kalau kita tidak hadir akan membuat dia marah sehingga kita bisa terjerumus
dalam memutuskan silaturahmi. Oleh karenanya, kita melihat acara walimah dari sisi walimahnya
dan juga dari sisi kerabat.
⇒ Kalau kerabat maka kita berusaha menghadiri meskipun harus bersafar.

■ HAK KETIGA

Kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:

َ ‫َو ِإذَا ا ْست َ ْن‬


َ ‫ص َحك فَا ْن‬
‫صحْ ه‬

"Jika dia minta nasihat kepadamu maka nasihatilah dia."


⇒ Seseorang disunnahkan untuk menasihati saudaranya.

Ada seorang shahābat yang mengatakan :

‫صحِ ِل ُك ِِّل ُم ْس ِل ٍم‬ َّ ‫سو َل هللاِ صلى هللا عليه وسلم َعلَى ِإقَامة ال‬
َّ ‫ َو ِإيت َِاء‬،ِ‫صَلَة‬
ْ ُّ‫ َوالن‬،ِ‫الزكَاة‬ ُ ‫بَايَ ْعنَا َر‬
"Kami membai'at Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam berjanji untuk senantiasa shalat, membayar
zakat dan menasihati setiap Muslim."(HR Bukhari nomor 493, versi Fatul Bari nomor 524, HR
Muslim nomor 83, versi Syarh Muslim nomor 56)

Namun kata para ulama:


• Menasihati seorang Muslim secara kita yang mulai maka hukumnya SUNNAH.

• Tetapi jika dia datang minta kepada kita nasihat maka WAJIB bagi kita untuk menasihatinya.

Terkadang seorang Muslim datang kepada kita punya permasalahan dan minta nasihat
maka kita kalau mampu kita nasihati, jangan kita pelit dengan nasihat.
⇒ Kalau kita mampu menasihati, maka kasih pengarahan berdasarkan pengalaman kita dan
berdasarkan dalil. Atau ketika seorang datang pada kita mengatakan : "Ustadz, ada orang ingin
melamar putri saya, bagaimana menurut antum? Antumkan mengenal orang tersebut." Maka kita
berusaha menjelaskan dengan jelas: orang ini bagaimana kebaikannya dan keburukannya,
bagaimana menurut kita bagus atau tidak, seakan-akan kita menjadi posisi sebagai dia.
Ini namanya benar-benar kita seorang nāshih, benar-benar memberi nasihat bagi saudara kita.

Nasihat itu artinya apa?


(Yaitu) ingin memberikan kebaikan bagi saudara kita.

■ HAK KEEMPAT

Kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:

ُ‫س ِِّمتْه‬
َ َ‫َّللاَ ف‬
َّ َ‫س فَ َح ِمد‬ َ ‫َوإِذَا َع‬
َ ‫ط‬
"Jika dia bersin, kemudian dia mengucapkan 'alhamdulillāh' maka jawablah dengan
'yarhamukallāh'."

Dari Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

‫س إِذَا‬ َ ‫فَليَقُل أَ َحدُ ُكم َع‬: ُ ‫هللا اَل َحمد‬, ‫هللا يَر َح ُمكَ أَ ُخوهُ لَهُ َوليَقُل‬, ‫هللا يَر َح ُمكَ لَهُ قَا َل َفإِذَا‬, ‫هللا يَهدِي ُك ُم فَليَقُل‬, ‫أَخ َر َجه ُ( بَالَ ُكم َويُص ِل ُح‬
َ ‫ط‬
‫َاري‬ ِ ‫)اَلبُخ‬
"Jika salah seorang dari kalian bersin maka hendaknya dia mengatakan "Alhamdulillāh" dan
saudaranya yang mendengarnya mengucapkan "Yarhamukallāh".
Jika saudaranya mengucapkan "Yarhamukallāh" maka yang bersin tadi menjawab lagi dengan
mengatakan "Yahdikumullāh wa yushlihu bā lakum" (semoga Allāh memberi petunjuk kepada
kalian dan semoga Allāh meluruskan/memperbaiki urusanmu."(HR Imām Al Bukhāri no 5756,
versi Fathul Bari no 6224)
Hadits ini berkaitan tentang adab bersin dan adab orang yang mendengar bersin.

■ PERTAMA | Berkaitan dengan orang yang bersin.

Orang yang bersin, dia telah mendapatkan nikmat dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla
sehingga tatkala dia bersin keluar kotoran dari tubuhnya. Dan dia merasa lebih ringan daripada dia
bersin tersebut terpendam dalam dirinya maka hendaknya dia mengucapkan "Alhamdulillāh". Dan
sebagian orang menyatakan bahwasanya bersin menunjukkan sehatnya seseorang. Kita tidak
berbicara tentang orang yang bersin melulu menunjukkan dia sakit, tidak! Tapi kita berbicara
tentang yang bersin terkadang yang dialami oleh seseorang.

⇒ Ini adalah nikmat yang menunjukkan tubuhnya sehat sehingga keluar dari tubuhnya hawa
tersebut sehingga dia mengucapkan "Alhamdulillāh". Dan ini peringatan bagi kita, kalau sekedar
bersin (saja) kita dianjurkan untuk mengucapkan Alhamdulillāh (memuji Allāh atas nikmat
tersebut), maka bagaimana lagi dengan nikmat-nikmat yang lain?
Oleh karenanya hendaknya sering kita memuji Allah, tatkala kita berdzikir (mengucapkan)
Alhamdulillāh setelah shalat, benar-benar kita renungkan makna Alhamdulillāh. Bahwasanya
terlalu banyak nikmat yang Allah berikan kepada kita, yang terkadang kita lupa untuk bersyukur
kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla, lupa untuk memuji Allāh Subhānahu wa Ta'āla yang
memudahkan nikmat tersebut kepada kita. Kemudian tatkala dia bersin, hendaknya dia
memperhatikan adab, sebagaimana Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam tatkala Beliau Rasūlullāh
bersin.

Rasūlullāh kalau bersin;


√ Beliau meletakkan tangan beliau di mulutnya atau meletakkan bajunya sehingga tidak tersebar
kemana-mana.
√ Beliau melemahkan suara beliau tatkala bersin.

Oleh karenanya, seseorang tatkala bersin jangan dia menggelegar dengan sekeras-kerasnya,
kemudian lehernya/kepalanya dipalingkan ke kanan dan ke kiri sehingga tersebarlah virus-
virusnya, tidak!

Tapi dia berusaha mengecilkan suaranya dan berusaha menutup mulutnya. Ini adab dalam bersin
sehingga dia tidak mengganggu orang lain.

Karena ada orang yang tatkala bersin sengaja menggelegar, (tetapi) ada orang yang tidak sengaja
(yang) tidak mampu menahan suaranya. Ini mendapat udzur.

⇒ Yang sengaja untuk melepaskan suaranya, ini tidak diperbolehkan.

Kemudian,

■ KEDUA | Adab orang yang mendengar tatkala mendengar seorang bersin.

Maka dia menjawab:

َ‫هللاُ َير َح ُمك‬

"Semoga Allāh memberi rahmat kepada engkau."

⇒ Engkau telah mendapatkan nikmat maka semoga Allāh menambah rahmat kepada engkau.

Kemudian,

■ KETIGA | Setelah kita mengucapkan Yarhamukallā, maka orang yang bersin tadi mengucapkan:
‫ص ِل ُح بَالَ ُك ْم‬
ْ ُ‫ َوي‬,‫يَ ْهدِي ُك ُم هللا‬
"Semoga Allāh memberi hidayah kepadamu dan semoga Allah meluruskan urusanmu."
⇒ Balik mendo'akan orang yang telah mendo'akannya dengan berdo'a.
Sungguh indah adab yang diajarkan oleh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam; saling
mendo'akan di antara sesama Muslim, menghilangkan rasa hasad dan dengki.

Bayangkan jika seorang saling mendo'akan di antara mereka !


⇒ Dan ini mempererat tali ukhuwah di antara kaum muslimin;
✓Sangat dituntut untuk mempererat tali ukhuwah (tali persaudaraan) di antara kaum muslimin.
✓Sangat dituntut untuk menghilangkan segala sebab-sebab yang bisa menumbuhkan perpecahan,
perselisihan, buruk sangka dan yang lain-lainnya.

Terakhir

◆ BAGAIMANA ORANG YANG SAKIT YANG BERSIN BERULANG-ULANG?

Maka yang wajib bagi kita adalah untuk mengucapkan Yarhamukallāh sekali saja. Ada
yang mengatakan sampai 3 kali disunnahkan, lebih dari itu tidak perlu. Disebutkan dalam hadits
Salamah ibnil Akwa radhiyallāhu Ta'ālā 'anhu, bahwasanya dia mendengar Nabi shallallāhu 'alayhi
wa sallam.
Ada seorang yang bersin di sisi Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, maka Nabi mengatakan:
"Yarhamukallāh".

‫ش أ ُ ْخ َر‬ َ ‫ث ُ َّم َع‬


َ ‫ط‬

"Kemudian orang ini bersin lagi."


Kemudian Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan:

‫لر ُج ُل َم ْز ُك ْو ٌم‬
َّ َ‫ا‬
"Si Fulan ini sedang sakit flu."
(HR Muslim no 5309, versi Syarh Shahih Muslim no 2993)

Oleh karenanya ini isyarat dari Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.


Kalau ternyata orang ini bersinnya tidak wajar, namun karena sakit maka kita rubah do'a. Do'anya
bukan lagi Yarhamukallāh tapi kita mendo'akan:

ُ‫شفَاكَ هللا‬
َ
"Semoga Allāh menyembuhkanmu."
Atau do'a-do'a yang berkaitan dengan orang yang sakit.
■ HAK KELIMA

Kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:

َ ‫َو إِذاَ َم ِر‬


ُ‫ض فَعُدْه‬
"Jika dia sakit maka jenguklah dia."

Ini adalah sunnah yang harus kita kerjakan dan hukumnya adalah fardhu kifayah.
⇒ Artinya orang sakit tidak harus semua orang mengunjungi, tidak. Tetapi jika sebagian orang
sudah mengunjungi maka sudah cukup. Kalau ternyata saudara kita ini sakitnya lama, jangan kita
mencukupkan hanya mengunjunginya sekali tapi bisa berkunjung berulang-ulang. Kita kunjungi
dan bercengkrama dengan dia, menghilangkan kesedihannya, bawa oleh-oleh buat dia. Bahkan
para ulama mengatakan bahkan meskipun dia dalam keadaan tidak sadar (pingsan), maka kita
kunjungi dia, tidak jadi masalah. Karena paling tidak kita bisa do'akan dia meskipun dia tidak tahu
tapi Allāh tahu kita sudah mengunjungi dia.

Atau paling tidak setelah dia siuman/tersadar, ada yang cerita:


"Tadi si Fulān mengunjungimu."
⇒ Maka ini akan menyenangkan hatinya.

"Ternyata si Fulān perhatian sama saya."


⇒ Sehingga dia tidak jadi berburuk sangka.

Atau keluarganyapun tahu ternyata kita mengunjungi dia, ini menyenangkan hati keluarganya.

■ HAK KEENAM

ُ‫َو ِإذاَ ماَتَ فاتـْبَ ْعه‬


"Jika dia meninggal maka ikutilah jenazahnya."

Dan kita tahu bahwasanya seorang yang Muslim tatkala meninggal juga dimuliakan oleh Allāh
Subhānahu wa Ta'āla sehingga yang menshalatkannya akan mendapatkan pahala 1qirath.
⇒ 1 qirath seperti gunung Uhud.

Dan orang yang mengikuti jenazah sampai mengkafankannya lalu menguburkannya, maka dia
akan mendapatkan 2 qirath.
⇒ Yaitu masing-masing qirath besarnya seperti gunung Uhud.

Anda mungkin juga menyukai