Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH ADAB

ADAB DUDUK DAN MAJELIS


Dosen Pembimbing: Aris Setyawan, S.Kep., NS

Disusun Oleh:
NAMA : 1. NURUL SUFI
2. NUR HANIFAH
3. NURMALA WIDYA
KELAS : C/KP/II

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURYA GLOBAL
YOGYAKARTA
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami
berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada
waktunya yang berjudul “ADAB DUDUK DAN MAJELIS ”

Makalah ini berisikan tentang informasi tentng adab duduk dalam


majelis atau yang lebih khususnya membahas bagaiamana
seharusnya adab seorang muslim dalam suatu majelis Diharapkan
Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua
tentang Adab duduk dan majelis.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal
sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala
usaha kita. Amin.
Yogyakarta, 10 Mei, 2018
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Bab 1
Pendahuluan
Bab 2
Pembahasan
Bab 3
Hasil Survey
Bab 4
Penutup
Daftar Pustaka
Bab 1
Pendahuluan

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menerangkan tentang


Islam, termasuk di dalamnya masalah adab. Seorang penuntut ilmu harus
menghiasi dirinya dengan adab dan akhlak mulia. Dia harus
mengamalkan ilmunya dengan menerapkan akhlak yang mulia, baik
terhadap dirinya maupun kepada orang lain.

Dari Abu Waqid al-Laitsi berkata, “Rasulullah sedang duduk di


masjid bersama orang banyak (memberikan pengajian), tiba-tiba datang
tiga orang lelaki. Yang dua mendatangi beliau sedang yang seorang lagi
terus pergi begitu saja. Seorang di antara yang berdua mencari-cari
tempat lowongan dalam pertemuan itu, lalu dia duduk di situ. Dan yang
seorang lagi langsung duduk di belakang. Sementara orang yang ketiga
langsung pergi.

Setelah Rasulullah selesai memberikan pengajian beliau bersabda,


‘Perhatikanlah, kuberitahukan kepada anda sekalian tentang orang
yang bertiga itu. Satu diantaranya mencari tempat di sisi Allah, maka
Allah melapangkan tempat padanya. Orang yang kedua malu-malu
maka Allah malu pula kepadanya. Dan orang yang ketiga jelas
berpaling, maka Allah berpaling pula darinya‘.” [1]
Bab 2
Pembahasan
Di antara adab yang sepatutnya diperhatikan seorang muslim
ketika duduk di suatu tempat adalah sebagai berikut:
1. Duduk dengan orang-orang saleh.
Seorang muslim hendaknya memilah-milih dalam mencari teman, ia
pilih orang yang saleh dan bertakwa; orang yang dikenal ketaataannya
kepada Allah dan rajin ibadah. Oleh karena itu, ia tidak menjadikan
temannya orang yang tidak baik agama dan adabnya, karena teman yang
tidak baik dapat mempengaruhi dirinya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda:
ُ ‫علَى ِدي ِْن َخ ِل ْي ِل ِه َف ْل َي ْن‬
‫ظ ْر أ َ َحد ُ ُك ْم َم ْن يُخَا ِل ُل‬ َّ َ ‫ا‬
َ ‫لر ُج ُل‬
“Seseorang mengikuti agama temannya, maka hendaknya ia lihat orang
yang menemaninya.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi, dihasankan oleh
Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami’ no. 3545)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam juga mengumpamakan teman
yang saleh dengan penjual minyak wangi, sedangkan teman yang buruk
seperti tukang besi peniup kir, Beliau bersabda,
ِ ‫ام ُل ْال ِمس‬
‫ْك ِإ َّما أ َ ْن ي ُْح ِذ َي َك َو ِإ َّما أ َ ْن‬ ِ ‫ير َف َح‬ِ ‫ْك َونَا ِفخِ ْال ِك‬ ِ ‫ام ِل ْال ِمس‬ ِ ‫س ْو ِء َك َح‬
َّ ‫صا ِلحِ َوال‬
َّ ‫يس ال‬ ِ ‫َمثَ ُل ْال َج ِل‬
ِ ‫ط ِيبَةً َونَافِ ُخ ْال ِك‬
ً‫ير ِإ َّما أ َ ْن ي ُْح ِرقَ ِثيَابَ َك َو ِإ َّما أ َ ْن تَ ِجدَ ِري ًحا َخ ِبيثَة‬ َ ‫ع ِم ْنهُ َو ِإ َّما أ َ ْن تَ ِجدَ ِم ْنهُ ِري ًحا‬ َ ‫ت َ ْبتَا‬
"Perumpamaan teman yang saleh dengan teman yang buruk seperti
penjual minyak wangi dengan tukang pandai besi, bisa jadi penjual
minyak wangi itu akan menghadiahkan kepadamu atau kamu membeli
darinya atau kamu akan mendapatkan bau wanginya, sedangkan tukang
pandai besi hanya akan membakar bajumu atau kamu akan mendapatkan
bau tidak sedap." (HR. Bukhari dan Muslim)
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam juga menganjurkan untuk duduk
bersama orang-orang saleh dan bertakwa, Beliau bersabda:
َ ‫احبْ ِإ ََّل ُمؤْ ِمنًا َو ََل يَأ ْ ُك ْل‬
‫ط َعا َم َك ِإ ََّل ت َ ِقي‬ ِ ‫ص‬َ ُ ‫ََل ت‬
“Jangan engkau berteman kecuali dengan orang mukmin, dan janganlah
ada yang memakan makananmu kecuali orang yang bertakwa.” (HR.
Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Hibban dan Hakim, dihasankan
oleh Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami’ no. 7341)
2. Menyampaikan salam dan duduk di tempat ia sampai.
Seorang muslim hendaknya menyampaikan salam ketika menemui suatu
kaum, dimana ia ingin duduk bersama mereka. Demikianlah Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan kepada kita, Beliau
bersabda:
‫ت ْاْل ُ ْو َلى‬ َ ُ‫ام َف ْلي‬
َ ‫س ِل ْم َف َل ْي‬
ِ ‫س‬ ْ ‫س َف ْليَ ْج ِل‬
َ ‫س ث ُ َّم ِإذَا َق‬ َ ُ‫ِإذَا ا ْنت َ َهى أَ َحد ُ ُك ْم ِإ َلى ْال َم ْج ِل ِس َف ْلي‬
َ ‫س ِل ْم َفإ ِ ْن بَدَا َلهُ أ َ ْن َي ْج ِل‬
‫أ َ َح ُّق ِمنَ ْاْل ِخ َر ِة‬
“Apabila salah seorang di antara kamu tiba di majlis, maka hendaknya ia
mengucapkan salam. Jika ingin duduk, maka silahkan duduk. Kemudian
apabila dia bangun, maka hendaklah ia mengucapkan salam, karena
salam yang pertama tidaklah lebih berhak daripada salam yang terakhir.”
(HR. Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Hibban dan Hakim dari Abu
Hurairah, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jaami’ no.
400)
Demikian pula hendaknya seorang muslim duduk di tempat ia sampai,
dan tidak membangunkan seseorang dari tempat duduknya agar ia duduk
di situ meskipun ia sebagai orang terhormat. Hal itu, karena manusia
adalah keturunan Adam, sedangkan Adam dari tanah, tidak ada yang
membedakan di antara mereka selain takwanya. Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda:
َّ ‫س ُحوا َوتَ َو‬
‫سعُوا‬ ُ ‫الر ُج َل ِم ْن َم ْقعَ ِد ِه ث ُ َّم َي ْج ِل‬
َّ َ‫س فِي ِه َولَ ِك ْن تَف‬ َّ ‫ََل يُ ِقي ُم‬
َّ ‫الر ُج ُل‬
“Tidak boleh seseorang membangunkan orang lain dari tempat
duduknya, lalu ia duduk di situ. Tetapi (katakanlah), “Geser dan
luaskanlah.” (HR. Ahmad dan Muslim)
3. Tidak duduk di antara kedua orang kecuali dengan izin keduanya.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
‫س َبيْنَ َر ُجلَي ِْن ِإ ََّل ِبإ ِ ْذنِ ِه َما‬
ْ َ‫ََل ي ُْجل‬
“Tidak boleh diduduki (tempat) di antara kedua orang kecuali dengan
izin keduanya.” (HR. Abu Dawud, dan dihasankan oleh Syaikh Al
Albani, lihat Al Misykaat (4704/tahqiq kedua).
4. Duduk dengan baik
Seorang muslim juga ketika duduk hendaknya berlaku sopan, ia tidak
memperhatikan secara tajam orang-orang yang duduk di sekitarnya,
tidak banyak berpindah, tidak melakukan tindakan yang bertentangan
dengan sikap terpuji, tidak berdiri ketika orang-orang duduk, dan tidak
duduk ketika orang-orang berdiri. Demikian pula, hendaknya ia duduk
dengan tenang, sopan dan sikap yang baik.
5. Tidak duduk di pinggir jalan dan di pasar-pasar.
Seorang muslim juga hendaknya menjauhi duduk-duduk di pinggiran
jalan atau yang disebut dengan “nongkrong” agar tidak mengganggu
kaum muslimin. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
‫َّث فِي َها َقا َل َفإ ِذَا أَبَ ْيت ُ ْم ِإ ََّل‬ُ ‫سنَا َنت َ َحد‬ َ ‫ت َف َقالُوا َما َلنَا بُد ِإ َّن َما ِه‬
ُ ‫ي َم َجا ِل‬ ُّ ‫ع َلى‬
ِ ‫الط ُر َقا‬ َ ‫وس‬َ ُ‫ِإيَّا ُك ْم َو ْال ُجل‬
‫س ََل ِم‬َّ ‫ف ْاْلَذَى َو َردُّ ال‬ َ َ‫َض ْالب‬
ُّ ‫ص ِر َو َك‬ ُّ ‫ق قَا َل غ‬ ِ ‫الط ِري‬َّ ‫الط ِريقَ َحقَّ َها قَالُوا َو َما َح ُّق‬َّ ‫طوا‬ ُ ‫س فَأ َ ْع‬َ ‫ْال َم َجا ِل‬
*‫ي َع ِن ْال ُم ْن َك ِر‬ ِ ‫َوأ َ ْم ٌر ِب ْال َم ْع ُر‬
ٌ ‫وف َونَ ْه‬
“Jauhilah oleh kalian duduk-duduk di pinggir jalan,” para
sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, kami tidak dapat tidak harus duduk
untuk berbincang-bincang,” Beliau bersabda, “Jika kalian tetap ingin
duduk-duduk di sana, maka berikanlah hak jalan,” para sahabat
bertanya, “Apa haknya?” Beliau menjawab, “Yaitu menundukkan
pandangan, menghindarkan gangguan, menjawab salam, menyuruh
mengerjakan yang ma’ruf dan mencegah yang mungkar.” (HR. Bukhari-
Muslim)
6. Beretika dalam berbicara
Ia juga hendaknya diam mendengar orang yang sedang berbicara dan
tidak memutuskan pembicaraannya, selama yang ia bicarakan bukan
dosa atau maksiat. Ia juga menghargai pendapat orang lain dan tidak
terlalu lama berbicara agar orang lain tidak bosan. Jika ia berbicara,
maka ucapannya lembut, ia perdengarkan suaranya sekedarnya tanpa
meninggikan suara. Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman,
“Dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah
suara keledai.” (Terj. Luqman: 19)
Ketika ia hendak menyampaikan usulan, maka ia sampaikan dengan
tenang dan jelas agar dipahami orang lain, jika ia perlu mengulangi kata-
katanya agar yang belum paham bisa paham, maka ia ulangi. Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam apabila mengucapkan suatu kalimat, maka
Beliau mengulanginya sebanyak tiga kali agar dipahami oleh orang yang
mendengarnya. Oleh karena itu, Aisyah radhiyallahu 'anha menyifati
perkataan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, bahwa ucapannya
jelas; dapat dipahami oleh orang yang mendengarnya.
7. Berusaha untuk tidak membicarakan sesuatu yang tidak
diketahuinya
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
َ ‫َكفَى ِب ْال َم ْر ِء َك ِذبًا أ َ ْن يُ َحد‬
َ ‫ِث ِب ُك ِل َما‬
‫س ِم َع‬
“Cukuplah seseorang telah berdusta, jika ia menceritakan setiap apa
yang didengarnya.” (HR. Muslim)
8. Tidak berbisik-bisik berdua meninggalkan yang ketiga.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
ُ‫اس أ َ ْج َل أ َ ْن ي ُْح ِزنَه‬ ُ ‫ِإذَا ُك ْنت ُ ْم ث َ ََلثَةً فَ ََل يَتَنَا َجى َر ُج ََل ِن دُونَ ْاْلخ َِر َحتَّى ت َ ْخت َ ِل‬
ِ َّ‫طوا ِبالن‬
“Apabila kamu bertiga, maka janganlah dua orang berbisik-bisik
meninggalkan yang lain sampai kamu kamu bercampur dengan yang
lain, karena yang demikian membuatnya bersedih.” (HR. Bukhari dan
Muslim)
9. Memberikan kelapangan untuk yang baru datang.
Jika suatu jamaah duduk di sebuah majlis, lalu ada orang yang baru
datang sedangkan tempatnya sempit, maka mereka hendaknya
memberikan kelapangan semampunya. Allah Subhaanahu wa Ta'aala
berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman apabila dikatakan kepadamu,
"Berlapang-lapanglah dalam majlis,” maka lapangkanlah niscaya Allah
akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, "Berdirilah
kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang
yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha mengetahui apa yang
kamu kerjakan.” (Terj. Al Mujadilah: 11)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
َ ‫َخي ُْر ْال َم َجا ِل ِس أ َ ْو‬
‫سعُ َها‬
“Sebaik-baik majlis adalah yang paling lapang.” (HR. Ahmad, Abu
Dawud, dll, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami’
no. 3285)
10.Tidak berdiri dengan tujuan mengagungkan.
Hal ini adalah haram, dan lebih haram lagi apabila orang yang dihormati
berdiri itu senang diberlakukan demikian. Rasulullah shallallahu 'alaihi
wa sallam bersabda,
ِ َّ‫الر َجا ُل قِيَا ًما َف ْل َيت َ َب َّوأْ َم ْق َعدَهُ ِمنَ الن‬
‫ار‬ ِ ُ‫َم ْن أ َ َحبَّ أ َ ْن َيت َ َمث َّ َل لَه‬
“Barang siapa yang senang dihormati dengan berdiri, maka hendaknya
ia mengambil tempat duduknya di neraka.” (HR. Ahmad, Abu Dawud
dan Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami’
no. 5957)
Anas radhiyallahu 'anhu berkata, “Tidak ada seorang pun yang paling
dicintai mereka (para sahabat) daripada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam. Tetapi mereka ketika melihat Beliau, tidak berdiri karena mereka
tahu, bahwa Beliau tidak suka demikian.” (Shahih, HR. Tirmidzi)
Namun tidak mengapa berdiri untuk menyambut kedua orang tua,
menyambut tamu, berdiri dengan maksud menyalaminya dan
mengucapkan selamat (lihat keterangannya dalam kitab Minhajul
Firqatin Najiyah oleh Syaikh M. bin Jamil Zainu tentang Al Qiyamul
Mathlub wal Masyru’).
11.Memperhatikan adab ketika bersin, batuk atau riak.
Seorang muslim hendaknya berusaha untuk tidak mengganggu
saudaranya ketika bersin, batuk dan riak. Oleh karena itulah Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam ketika bersin meletakkan tangan atau
kainnya di mulutnya dan merendahkan suaranya (HR. Abu Dawud dan
Tirmidzi, dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi
(2905)).
Ketika ia bersin, hendaknya ia ucapkan “Al Hamdulillah,” lalu yang
mendengarnya mengucapkan, “Yarhamukallah,” kemudian yang bersin
balik menjawab, “Yahdiikumullah wa yushlih baalakum.” (Berdasarkan
hadits Abu Hurairah yang diriwayatkan oleh Bukhari)
12.Mengucapkan salam ketika pulang
Seorang muslim juga ketika hendak pulang meminta izin kepada orang-
orang yang duduk bersamanya dan mengucapkan salam kepada mereka,
lihat dalilnya di adab no. 2)
13.Menutup majlis dengan doa kaffaratul majlis
Seorang muslim selalu melakukan dzikr di majlisnya. Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
ٍ ‫َّللاَ ِفي ِه ِإ ََّل قَا ُموا َع ْن ِمثْ ِل ِجيفَ ِة ِح َم‬
ً ‫ار َو َكانَ لَ ُه ْم َحس َْرة‬ َّ َ‫َما ِم ْن َق ْو ٍم يَقُو ُمونَ ِم ْن َم ْج ِل ٍس ََل يَ ْذ ُك ُرون‬
“Tidak ada suatu kaum yang bangun dari majlis, di mana mereka tidak
berdzikr kepada Allah di dalamnya, kecuali mereka bangun dari tempat
yang semisal dengan bangkai keledai dan hal itu dapat menjadi
penyesalan bagi mereka (di akhirat).” (HR. Abu Dawud, dishahihkan
oleh Syaikh Al Albani dalam Ash Shahiihah (77), Shahih Al Kalimith
Thayyib (179) hal. 78)
Beliau juga bersabda,
ُ ُ ‫ أ َ ْست َ ْغ ِف ُر َك َوأَت‬،ُ‫َّللا‬
‫وب‬ َّ ‫ أ َ ْش َهدُ أ َ ْن َل إِلَهَ إَِل‬،‫ِك‬ ُ :ُ ‫ارة ُ ْال َم ْج ِل ِس أ َ ْن يَقُو َل ْالعَ ْبد‬
َ ‫س ْب َحان ََك اللَّ ُه َّم َو ِب َح ْمد‬ َ َّ‫َكف‬
.‫ِإلَي َْك‬
“Kaffaratul Majlis adalah seorang hamba berkata, “Mahasuci Engkau Ya
Allah dan dengan memuji-Mu. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan
yang berhak disembah kecuali Engkau saja, dan tidak ada sekutu bagi-
Mu. Aku meminta ampun dan bertobat kepada-Mu.” (HR. Thabrani
dalam Al Mu’jamul Kabir, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam
Shahihul Jami’ no. 4487)
14.Menjaga amanah majlis
Seorang muslim menjaga rahasia majlis ketika ia telah pergi
meninggalkannya dan tidak menceritakan hal yang terjadi di dalamnya,
karena hal itu merupakan amanah. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda,
ٌ‫ي أ َ َمانَة‬ َ ‫ث ث ُ َّم ْالت َ َف‬
َ ‫ت َف ِه‬ ِ ‫الر ُج ُل ِب ْال َحدِي‬ َ ‫ِإذَا َحد‬
َّ ‫َّث‬
“Apabila seseorang menyampaikan suatu cerita, lalu ia menoleh (ke
kanan dan ke kiri), maka hal itu adalah amanah.” (HR. Abu Dawud dan
Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Ash Shahiihah
(1089) dan Shahihul Jami’ (486))
Bab 3
Hasil Survey
Setelah dilakukan observasi, ditemukan beberaapa mahasiswa
yang belum mengetahui adab duduk dan majelis, namun beberapa yang
sudah mengetauhi dan telah menerapkan adab duduk dan majelis tapi
ada bebrapa pula yang mengetauhi adab tersebut namun belum
menerapkannya.
Bab 4
Penutup
Kesimpulan :

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menerangkan tentang


Islam, termasuk di dalamnya masalah adab. Seorang penuntut ilmu harus
menghiasi dirinya dengan adab dan akhlak mulia. Dia harus
mengamalkan ilmunya dengan menerapkan akhlak yang mulia, baik
terhadap dirinya maupun kepada orang lain.

Saran
Makalah yang penulis susun bukanlah makalah yang sempurna,
maka penulis senantiasa mengharapkan masukan dan kritikan dari
rekan-rekan pembaca. Mudah-mudahan rekan-rekan bisa
mengetahui cara penaganan demam dengan baik dan benar dan
bisa diterapkan.

Daftar Pustaka
Minhajul Muslim

Anda mungkin juga menyukai