3 Adab-adab Tarbiyah
3. Muhammad bin Sirrin Rahimahullahu Ta’ala, salah seorang tabi’in. Beliau berkata :”Mereka
dahulu (tabi’in dan sahabat) mempelajari adab sebelum mereka mempelajari ilmu”.
Adab tarbiyah
Adab ini perlu untuk kesempurnaan ilmu yang kita terima.
Adab-adab majelis:
1. (memilih majelis)
Kita harus memilih majelis (tidak semua majelis yang dibuat manusia sekarang ini perlu
untuk kita hadiri dan kita semarakkan)
Kita perlu mengajarkan mereka dari awal untuk selektif dalam memilih majelis dan itu telah
dijelaskan sendiri oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Hadits Abu Musa Al Asy’ari yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim
QS. Al Mujadilah
Sehingga infak bisa disebutkan dalam sisi lain namun bukan disebutkan dalam sisi adab.
2. اإلكثار من ذكرهللا (Memperbanyak dzikir kepada Allah)
Adab-adab Tarbiyah
Ini perlu kita lakukan agar majelis kita tidak berubah fungsinya menjadi sekedar pertemuan
melepaskan kerinduan yang akhirnya bahan obrolannya kesana kemari. Sehingga kita perlu
mengkondisikan diri kita dan mutarabbiyah kita untuk senantiasa berdzikir kepada Allah.
Imam Abu Daud, Imam At Tirmidzi dan Ibnu Majah dari Abdullah Bin Umar Radiyallahu
Anhuma berkata
َ ِه َولَ ْم يF ذ ُكرُوا هَّللا َ فِيFْ Fَا لَ ْم يF م َمجْ لِ ًسFٌ ْس قَو
َعلَىFلُّواF ُص ِ ع َْن َأبِي ه َُري َْرةَ َر
َ َ قَا َل َما َجل ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ ع َْن النَّبِ ِّي
)نَبِيِّ ِه ْم ِإاَّل َكانَ َعلَ ْي ِه ْم تِ َرةً فَِإ ْن َشا َء َع َّذبَهُ ْم َوِإ ْن َشا َء َغفَ َر لَهُ ْم (رواه الترمذي
Ayat ini salah satu dalil yang digunakan para fuqaha dalam mewajibkan menutup aurat pada
saat shalat.
Makna ….. yang artinya “tutuplah auratmu” secara bahasa adalah “pakailah perhiasanmu”.
Artinya pakaian yang kita gunakan jangan cuma menutup aurat selama kita bisa memakai
pakaian yang terbaik.
Ayat ini tidak hanya mengkhususkan pada persoalan shalat ketika masuk mesjid walaupun
asalnya untuk perbuatan shalat tetapi diantara hikmah mengapa Allah menyebutkan di masjid
karena di masjid begitu banyak ibadah yang bisa kita kerjakan.
Hadits Jibril alaihis salam (hadits ke 2 dalam hadits Arbain Annawawiyah) ketika beliau
datang mengunjungi para sahabat untuk menjelaskan persoalan bagaimana cara bermajelis
yang baik. Diantaranya penampilan Jibril yang patut untuk menjadi perhatian kita adalah apa
yang disifatkan oleh Umar bin Khattab RA, beliau mengatakan
“ْر ِ اض الثِّيَا
ِ ب َش ِد ْي ُد َس َوا ِد ال َّشع ِ َ َش ِد ْي ُد بَي،”
“Berpenampilan yang terbaik, pakaian yang sangat putih, rambut yang sangat hitam………”
Intinya pembahasan para ulama, Jibril memakai pakaian yang terbaik. Bahkan
sebagian riwayat beliau alaihis salam meminyaki rambutnya.
Dalam buku-buku ulama ada yang sangat detail dalam menyebutkan persoalan ini,
memotong kuku, merapikan janggut dsb pada saat menghadiri majelis ilmu. Tapi tanpa
menjelaskan lebih detail para mutarabbiyah dapat mengambil manfaat atau pelajaran dari
murabbiyahnya. Karena murabbiyah itu adalah contoh yang terbaik bagi mutarabbiyahnya.
4. Penghormatan/ Mengucapkan salam pada saat tiba di masjid dan pada saat pulang
Ucapan salam adalah ucapan yang disyariatkan pada saat menghadiri majelis (masuk dan
pada saat meninggalkannya). Dan ini tidak bertentangan dengan pendapat sebagiannya. Para
ulama memandang tidak mesti mengucapkan salam pada saat memulai majelis dzikir karena
telah mengucapkan salam pada saat memasuki majelis.
Tetapi tidak masalah ketika kita memulai majelis dengan salam, namun perlu diingat
hadits-hadits yang menunjukkan disyariatkannya salam hanya pada saat masuk dan ketika
hendak meninggalkan majelis.
Dari Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
selesai adzan beliau memulao ceramahnya tanpa mengucapkan salam kembali karena
sebelumnya beliau telah salam pada saat masuk majelis. Dan mengakhiri khutbahnya beliau
tidak salam karena memang beliau belum mau pergi (masih di masjid), beliau mengucapkan
salam pada saat mau meninggalkan masjid
Salam kepada hadirin peserta tarbiyah boleh tetapi boleh juga kepada orang-orang
yang didekatnya saja (kalau dikhawatirkan akan mengganggu jika setiap orang yang baru
datang mengucapkan salam). 1 sunnah yang juga perlu diangkat adalah berjabat tangan,
hadits-hadits yang menunjukkan syariat berjabat tangan yang hanya pada saat kita bertemu
dan tidak ada hadits yang tegas pada saat berpisah, hanya ada sebuah hadits saja yaitu:
“ Kesempurnaan ucapan salam adalah berjabat tangan.”
Hadits ini dihasankan oleh sebagian ulama kita, dan syaikh Al Albani berkata hadits
ini sanadnya lemah tapi maknanya benar sehingga beliau memandang tidak mengapa bahkan
baik, beliau anjurkan saat berpisah kita mengucapkan salam.
Faedahnya: eratnya hubungan, menghilangkan dengki dan merupakan salah satu
menambah rasa cinta kepada saudara kita.
5. Dimakruhkannya membangunkan atau menyuruh berdiri seseorang dari majelis tempat
duduknya kemudian ia duduk di tempat temannya tersebut.
ُد ُك ْم َوفِيFا َم َأ َحFFَا َل ِإ َذا قFFَلَّ َم قF صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َس َ ع َْن َأبِي هُ َري َْرةَ َأ َّن َرس
َ ِ ُول هَّللا
) ق بِ ِه (رواه مسلم ُّ ث َأبِي ع ََوانَةَ َم ْن قَا َم ِم ْن َمجْ لِ ِس ِه ثُ َّم َر َج َع ِإلَ ْي ِه فَهُ َو َأ َح
ِ َح ِدي
“ Tidaklah boleh seseorang menyuruh orang lain untuk berdiri lalu ia mengambil tempat
duduknya”
Kalau kita mau maka kita minta dilapangkan tapi kalau sempit maka kita minta
kepada yang paling kecil untuk bergantian duduk. Kecuali jika seseorang memberikan kita
kesempatan sebelumnya kepada kita tanpa kita menyuruh dia.
6. Berlapang-lapang dalam majelis
Sebaik-baik majelis adalah yang paling luas dan paling lapang. Maksudnya pertama
kita berusaha mencari tempat yang paling luas yang dapat memuat para hadirin. Karena
masalah kelapangan majelis mempengaruhi kondisi hati kita. Hanya saja jika tempatnya
memang tidak muat maka pada saat itu kita harus berlapang-lapang dalam majelis(memberi
tempat kepada saudari kita)
Hal yang perlu untuk diingat: ”jika ada seseorang yang bangkit dari tempat duduknya
kemudian dia akan kembali di tempat duduk itu, maka ia lebih berhak untuk duduk di majelis
tersebut.
7. Anjuran untuk berkumpul di dalam sebuah majelis dan tidak berpencar pada saat bermajelis.
ا لِى َأ َرا ُك ْمFFال « َمF َ Fَ فَق-لمFFه وسFFلى هللا عليFFص- ِ خَر َج َعلَ ْينَا َرسُو ُل هَّللا َ َع َْن َجابِ ِر ب ِْن َس ُم َرةَ ق
َ ال
اFFًا َحلَقFFَا فَ َرآنFFَر َج َعلَ ْينF َ Fا َل ثُ َّم َخFFَ ق.» صالَ ِة ٍ َرافِ ِعى َأ ْي ِدي ُك ْم َكَأنَّهَا َأ ْذنَابُ خَ ْي ٍل ُش ْم
َّ س ا ْس ُكنُوا فِى ال
ال « َما لِى َأ َرا ُك ْم ِع ِزينَ » رواه مسلم َ َفَق
Hadits Riwayat Imam Muslim ”Ketika nabi Shallallahu ’alaihi wasallam melihat halaqah
yang banyak Nabi berkata:”Mengapa kalian berpencar pada saat bermajelis?”
Ada riwayat mengatakan bahwa jika sekiranya ada daun jatuh maka daunnya tidak akan jatuh
ke tanah.
" الFF قال دخل رسول هللا صلى هللا عليه و سلم المسجد وهم حلق فق: عن جابر بن سمرة
الFFو داود وقFFد ) رواه أبFFا مختلفين ال يجمعكم مجلس واحFFد فرقFFزين ( يريFFمالي أراكم ع
صحيح: الشيخ األلباني
8. Tidak memisahkan antara keduanya kecuali meminta izin kepada keduanya.
َ ِّرFَ ِل َأ ْن يُفFُ لُّ لِل َّرجFا َل اَل يَ ِحFFَلَّ َم قFصلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َس
َق بَ ْين َ ِ َ ْن َع ْب ِد هَّللا ِ ْب ِن َع ْم ٍرو َأ َّن َرسُو َل هَّللا
)ْاثنَي ِْن ِإاَّل بِِإ ْذنِ ِه َما (رواه الترمذي وأبو داود
Adab-adab Tarbiyah
Hadits dari Abdullah bin Amr bi Ash radi, Nabi Shallallahu ’alaihi wa sallam berkata:”tidak
halal bagi seseorang, memisahkan dua orang kecuali atas izin keduanya. Meskipun ada
tempat yang agak lowong di antar keduanya.” Dengan kata lain kita harus meminta izin
kepada keduanya.
9. Kita duduk ditempat pemberhentian majelis atau akhir dari majelis.
ُ س َأ َح ُدنَا َحي
ْث يَ ْنتَ ِهي َ َصلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َجل َّ ِال ُكنَّا ِإ َذا َأتَ ْينَا النَّب
َ ي َ َع َْن َجابِ ِر ب ِْن َس ُم َرةَ ق
)(رواه الترمذي وأبو داود
Dari Abu Daud berkata:” Kami para sahabat jika kamu mendatangi Rasulullah, salah
seorang diantara kami duduk ditempat perhentiannya.” maka sunnah, barangsiapa yang
datang di awal mengambil posisi di depan.
10. Bolehnya kedepan bagi yang melihat di depannya ada tempat yang lowong tanpa menyakiti
orang lain.
ِج ِدF الِسٌ فِي ْال َم ْسF َو َجF ُا هFFلَّ َم بَ ْينَ َمF ِه َو َسF لَّى هَّللا ُ َعلَ ْيF ص َ ِ و َل هَّللاF َأ َّن َر ُس ٍد اللَّ ْيثِ ِّيF ِع َْن َأبِي َواق
ٌدFاحِ َب َو َ لَّ َم َو َذهF ِه َو َسFلَّى هَّللا ُ َعلَ ْيFص َ ِ ول هَّللا
ِ Fَان ِإلَى َر ُس ِ َوالنَّاسُ َم َعهُ ِإ ْذ َأ ْقبَ َل ثَاَل ثَةُ نَفَ ٍر فََأ ْقبَ َل ْاثن
س ِفيهَا َ َصلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فََأ َّما َأ َح ُدهُ َما فَ َرَأى فُرْ َجةً فِي ْال َح ْلقَ ِة فَ َجل َ ِ ُول هَّللا
ِ قَا َل فَ َوقَفَا َعلَى َرس
لَّ َمF ِه َو َسFلَّى هَّللا ُ َعلَ ْيFص
َ ِ و ُل هَّللاFر َغ َر ُسF َ Fَث فََأ ْدبَ َر َذا ِهبًا فَلَ َّما فُ ِخَلفَهُ ْم َوَأ َّما الثَّال
ْ س َ ََوَأ َّما اآْل خَ ُر فَ َجل
ْ َ ُر فFآ َواهُ هَّللا ُ َوَأ َّما اآْل َخFFََأ َوى ِإلَى هَّللا ِ فF َ ُدهُ ْم فF ِة َأ َّما َأ َحF َر الثَّاَل ثF َ ُأFَق
تَحْ يَاF اس ِ Fَ ُر ُك ْم ع َْن النَّفF ِال َأاَل ْخبF
)ض هَّللا ُ َع ْنهُ (متفق عليه َ ض فََأ ْع َر َ فَا ْستَحْ يَا هَّللا ُ ِم ْنهُ َوَأ َّما اآْل خَ ُر فََأ ْع َر
Dari hadits riwayat Rasulullah Shallallahu ’alaihi wasallam tentang ksaih tiga orang pemuda
yang datang melewati majelis Rasulullah tersebut. Tiga orang tersebut adalah:
1. Melihat tempat/majelis Rasulullah langsung bergabung dan melihat yang kosong maka ia
langsung ke depan. Maka ia nanti
2. Bergabung juga di tempat lowong tapi ia agak malu-malu, maka ia menyelinap di majelis
dengan agak malu-malu .
3. Yang tidak peduli dengan majelis ilmu, dia melihat majelis Rasulullah tapi ia tidak
mempunyai keinginan dan minat dengan majelis tersebut.
Nabi ketika melihat ke tiga orang tersebut mengatakan:
Orang pertma adalah orang yang berlindung kepada Allah, maka Allah melindunginya, orang
yang kedua bergabung dalam majelis tapi malu-malu, maka Allah juga malu terhadapnya,
sedangkan orang yang ketiga ia berpaling maka Allah juga bepaling darinya.
Imam Bukhari ketika menjelaskan hazdits ini memberikan judul bolehnya ke depan jika
melihat ada lowong di depan, tetapi sekali lagi jangan sampai menyakiti orang lain
sebagaimana ketika nabi melihat adanya orang yang mau ke depan, beliau berkata:”Duduk
saja, kamu telah menyakiti banyak orang”.
11. Menjauhkan diri dari duduk yang dilarang
Duduk yang paling bagus adalah duduk iftirasy atau seperti duduknya Jibril alaihis salam
dihadapan rasulullah ketika datang untuk menjelaskan konsep keimanan kepada para sahabat.
Duduk yang dilarang oleh Rasulullah pada saat bermajelis adalah ada dua, yaitu:
1. duduk dimana seseorang meletakkan tangan kirinya ke belakang lalu ia bersandar pada
tangan kirinya tersebut atau bertopang dengannya.
ي َ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َوَأنَا َجالِسٌ هَ َك َذا َوقَ ْد َو
ُ عFض
َ ِدFَْت ي َ ِ ال َم َّر بِي َرسُو ُل هَّللا َ َ ق ع َْن ال َّش ِري ِد ْب ِن ُس َو ْي ٍد
)ب َعلَ ْي ِه ْم (رواه أبو داود وأحمد ِ ال َأتَ ْق ُع ُد قِ ْع َدةَ ْال َم ْغضُو ُ ْاليُس َْرى خَ ْلفَ ظَه ِْري َواتَّ َكْأ
َ َت َعلَى َأ ْليَ ِة يَ ِدي فَق
Hadits Rasulullah dari Sunan Abu Daud dari Syahid bin Fulaid, beliau berkata
”Rasulullah melewati aku dan pada waktu itu aku duduk di sini, saya meletakkan tangan
kiriku di belakang punggungku dan saya bertopang dengannya. Kemudian Rasulullah
Shallallahu ’alaihi wasallam bersabda: ”Apakah kamu mau duduk dengan duduknya
orangyang Allah murkai?”
Adab-adab Tarbiyah
Syaikh Utsaimin mengatakan: Hadits ini menunjukkan bahwa jika kita menggunakan
tangan kanan maka itu tidak mengapa atau kedua-duanya jika kita memiliki hajat namun
tidak untuk dilakukan terus-menerus.
2. Duduk di tempat yang sebagian badannya terkena matahari dan sebagian lainnya
terlindungi.
ُهFص َع ْن
َ َس فَقَل َّ ُد ُك ْم فِيFانَ َأ َحFFلَّ َم ِإ َذا َكF ِه َو َسFلَّى هَّللا ُ َعلَ ْيFص
ِ ْمFالش ِ َال َأبُو ْالق
َ ِمFاس َ َ قال ق َعن َأبي هُ َري َْرة
)ضهُ فِي الظِّ ِّل فَ ْليَقُ ْم (رواه أبو داود وأحمد ُ س َوبَ ْع ِ ضهُ فِي ال َّش ْم َ الظِّلُّ َو
ُ ر بَ ْعFَ صا
Sunan Abu Daud dari Abu Hurairah RA, Abul Qasim Shallallahu ’alaihi wasallam
bersabda: Jika salah seorang diantara kamu berada di matahari dan sebagian lainnya
dinaungi, maka ia harus bangkit darinya.
12. Menutup majelis dengan doa kafaratul majelis.
َلFْا َل قَبFَهُ فَقFُر فِي ِه لَ َغطFَ ُس فَ َكث َ َصلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َم ْن َجل
ٍ ِس فِي َمجْ ل َ ِ ال َرسُو ُل هَّللا َ َ ق َع َْن َأبِي ه َُري َْرة
َ َال ق
ُهFَر لF َ Fك َأ ْشهَ ُد َأ ْن اَل ِإلَهَ ِإاَّل َأ ْنتَ َأ ْستَ ْغفِرُكَ َوَأتُوبُ ِإلَ ْي
َ Fِك ِإاَّل ُغف Fَ ََأ ْن يَقُو َم ِم ْن َمجْ لِ ِس ِه َذلِكَ ُس ْب َحان
Fَ ك اللَّهُ َّم َوبِ َح ْم ِد
) وأحمدFَما َكانَ فِي َمجْ لِ ِس ِه َذلِكَ )رواه الترمذي
Menutup majelis dengan membaca Subhanakallahumma wabihamdika Asyahadu anla ilaha
ilallah wa astagfiruka wa atubu ilaik.
Doa ini merupakan khatam dan penghapus dosa dalam majelis.
Jadi tidak ada hadits yang shahih yang menjelaskan bahwa do penutup majelis adalah
subhanakallahumma Rabbana...karena ini merupakan doa ruku’ dan sujud.
Tidak disyariatkannya pula membaca ”Subhana Rabbika Rabbil izzati amma yasifuun....
ْد ُع َوFَس َحتَّى ي ٍ ِو ُم ِم ْن َمجْ لFFُلَّ َم يَقF ِه َو َسFصلَّى هَّللا ُ َعلَ ْيَ ِ ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ َما قَا َل قَلَّ َما َكانَ َرسُو ُل هَّللا ِ عن ابْن ُع َم َر َر
اFFَا تُبَلِّ ُغنFFك َم
َ ِيك َو ِم ْن طَا َعت Fَ اصِ ك َما يَحُو ُل بَ ْينَنَا َوبَ ْينَ َم َع َ ِت َأِلصْ َحابِ ِه اللَّهُ َّم ا ْق ِس ْم لَنَا ِم ْن خَ ْشيَتِ بِهَُؤاَل ِء ال َّد َع َوا
ُ َوقُ َّوتِنَا َما َأحْ يَ ْيتَنَا َواجْ َع ْلهFارنَا َ اعنَا َوَأب
ِ ْص ِ بَِأ ْس َمFت ال ُّد ْنيَا َو َمتِّ ْعنَا ِ بِ ِه َجنَّتَكَ َو ِم ْن ْاليَقِي ِن َما تُهَ ِّونُ بِ ِه َعلَ ْينَا ُم
ِ صيبَا
ْلFFا َواَل تَجْ َعFFَ فِي ِدينِنFصيبَتَنَا ِ ث ِمنَّا َواجْ َعلْ ثَْأ َرنَا َعلَى َم ْن ظَلَ َمنَا َوا ْنصُرْ نَا َعلَى َم ْن عَادَانَا َواَل تَجْ َعلْ ُم َ ارِ ْال َو
) (رواه الترمذيFط َعلَ ْينَا َم ْن اَل يَرْ َح ُمنَا ْ ِّال ُّد ْنيَا َأ ْكبَ َر هَ ِّمنَا َواَل َم ْبلَ َغ ِع ْل ِمنَا َواَل تُ َسل
Abdullah bin Umar Radiyallahu Anhuma mengatakan bahwa Rasulullah tidak pernah sama
sekali atau jarang berdiri dari majelisnya kecuali membaca doa ” Allahummagfirlana
minkhasyatika...
1. رعاية حرمته
Menjaga kehormatannya
لعالمنا حقهF صغيرنا ويعرفF ليس منا من لم يج َّل كبيرنا ويرحم : F مرفوعا عن عبادة بن الصامت
Dari Ubadah bin Shomit bahwa Rasulullah bersabda, “Tidak termasuk golongan kami
seorang yang tidak menghormati orang yang lebih tua dan menyayangi orang yang lebih
muda serta tidak mengenali hak dari orang alim diantara kami” (HR. Ahmad dan Hakim
serta haditsnya dinyatakan hasan oleh Syaikh Albani dalam Shohih Al Jami’ Ash Shoghir).
Abdullah bin Abbas radhiyallohu anhuma pernah memegang kendali tali kekang
hewan tunggangan Zaid bin Tsabit , ketika Zaid menegurnya karena merasa risih
dengan perbuatan dari sepupu Rasulullah tersebut yang menurutnya agak berlebihan
maka Ibnu Abbas radhiyallohu anhuma menyela, “Beginilah kami diperintahkan
untuk berlaku di hadapan ulama dan orang yang lebih tua dari kami” 1
1
Ath Thobaqatul Kubro (2/360), Tarikh Ad Dimasyq (19/326), Shifatush Shofwah, Siyar A’lamin Nubalaa(2/437), Al
Ishobah,
Adab-adab Tarbiyah
Imam Syu’bah bin Hajjaj (wafat tahun 160 H) berkata, “Jika saya telah mendengar
sebuah hadits dari seseorang maka saya menjadi seperti budaknya selama dia masih
hidup” 2
2
Jami’ Bayan Al Ilmi wa Fadhlihi
Adab-adab Tarbiyah
murabbi. Abdullah bin Wahab (beliau termasuk perawi yang paling tsiqah terhadap Imam
Malik) mengatakan ”yang saya pelajari dari Imam Malik dari adabnya lebih banyak
kemudian ilmunya” Padahal tentu saja begitu banyak ilmu Imam Malik yang bisa diserap
tapi beliau mengatakan saya lebih banyak belajar adabnya daripada ilmunya. Jadi beliau
tidak belajar ilmu saja tetapi juga merekam bagaimana adaba-adab yang diajarkan oleh
guru tersebut. Husain bin Ismail dari bapaknya, beliau menceritakan ”majelis Imam
Ahmad dihadiri oleh sekitar lima ribu lebih orang dan hanya sekitar lima ratus orang yang
menulis ilmu yang disampaikan, dan selebihnya hadir untuk sekedar mempelajari adab
dan perilaku imam Ahmad”. Kadang untuk mengenal adabnya Syeikh Utsaimin kita
melihat siapa muridnya yang terdekat
7.
التأدب فى الجلوس بين يديه
Beradab pada saat duduk di depan murabbi dengan cara mengkonsentrasikan pemikiran kita
kepadanya, menghadirkan seluruh panca indra kita. Hasan bin Ali (cucu Rasulullah) pernah
menasehati anaknya dengan mengatakan wahai anakku jika engkau menghadiri majelis para
ulama maka hendaknya engkau lebih bersemangat mendengar daripada berbicara, jangan
mengambil sikap diam dan jangan engkau memotong pembicaraan seseorang hingga dia
berhenti berbicara”. Jadi hendaknya kita duduk dengan cara yang terbaik yang menunjukkan
perhatian kita terhadap apa yang disampaikan.
8. الصبرعلى جفوته
Bersikap sabar terhadap murabbi dalam segala hal. Termasuk dalam hal penyampaian ilmu
dari murabbi, sebab terkadang ada murabbi yang menahan ilmunya atau menunda
penjelasannya meski tetap akan disampaikan. Ini dicontohkan dengan kesabaran Umar bin
Khattab ketika terjadi peristiwa Jibril. Beliau mengetahui tentang siapa yang datang setelah
tiga hari, padahal sebenarnya beliau sangat ingin mengetahuinya namun beliau bersabar
hingga Rasulullah sendiri yang menyampaikannya.
9.
حسن االستماع وان علمه أوسمعه من قبل
Mendengarkan dengan baik
Satu perkataan dari Atha’ bin Abi Rabah (thabi’in yang hidup di Mekah) beliau mengatakan
”sesungguhnya aku kadang mendengarkan hadits dari seseorang padahal aku lebih
mengetahuinya dari dia, namun aku menampakkan seolah-olah aku tidak mengetahui hadits
tersebut sama sekali”, dalam perkataan yang lain beliau menyampaikan sesungguhny aku
kadang mendengarkan seorang pemuda berbicara tentang suatu hadits lalu saya
memperhatikan perkataannya seakan-akan belum pernah mendengarkan hadits itu
sebelumnya padahal sya telah mendengarkan hadits itu sebelum anak muda itu lahir. Ini perlu
diajarkan kepada mutarabbiyah, kadang dalam tarbniyah murabbiyah menyampaikan sesuatu
yang mungkin sudah pernah ia dengar sebelumnya maka seorang mutarabbi jangan
menunjukkan kesan tidak membutuhkannya lagi. Firman Allah, dan ”berilah peringatan,
sesungguhnya peringatan itu selalu saja dibutuhkan oleh orang yang beriman”.