Anda di halaman 1dari 6

2

Urgensi Tarbiyah Islamiyah

Ust. Qasim Saguni

Tujuan Penyajian Materi :


1. Untuk menumbuhkan motivasi atau dorongan memberikan stimulant pada peserta
tarbiyah agar mau konsisten dalam tarbiyah paling tidak menghadiri pertemuan-
pertemuan pekanan.
2. Untuk menanamkan keyakinan pentingnya tarbiyah islamiyah dalam perjuangan islam

Beberapa Urgensi Tarbiyah Islamiyah :


A. Solusi terhadap problema-problema ummat atau solusi atas compleksitas problematika
ummat islam
Untuk pembahasan problematika ummat kita tidak perlu terlalu membahas lebih dalam
karena akan ada pembahasan tersendiri tentang hal tersebut, jadi kita hanya mengambil garis
besarnya saja bahwa ummat islam hari ini tidak seperti keadaan ummat terdahulu. Kejayaan-
kejayaan yang dicapai ummat terdahulu tidak lagi seperti sekarang, termasuk sifat atau
karasteristik mereka tidak lagi sama dengan kita sekarang ini. Maka inilah yang disebut
dengan problema, akibat problema inilah yang menyebabkan ummat islam sekarang ini tidak
lagi dikatakan sebagi ummat pemimpin, tapi kita berada pada posisi yang dipimpin,
dikendalikan oleh Amerika. Dan betapa banyak Negara-negara islam didunia ini yang
dikuasai oleh Amerika, ini adalah bukti problema, tentu bagi setiap muslim yang komitmen
dengan agamanya tidak akan membiarkan problema ini berlarut-larut begitu saja, dia tidak
akan membiarkan dirinya tertindas, dia harus bangkit, bangkit kembali meraih kejayaan,
bagaimana caranya?. Kita kembali melihat perkataan Imam Malik
“ Tidak akan jaya ummat ini sebelum mereka kembali pada apa yang membuat jaya
ummat terdahulu”
Inilah peranan dari tarbiyah islamiyah, kalau kita kaji/kalau kita telaah apa resep
kemuliaan dan kejayaan ummat terdahulu, dalam kajian kita yang mendalam dan intensif,
kita menemukan bahwa resep kemuliaan dan kejayaan mereka adalah tarbiyah islamiyah.

B. Merupakan Salah satu sarana(wadah) menuntut ilmu


Ilmu yang dimaksud disini adalah ilmu syar’I bukan ilmu-ilmu umum, sekalipun dalam
tarbiyah kita juga akan membahas ilmu-ilmu umum yang mendukung-yang menopang
dakwah tetapi dia hanya sekunder, ilmu-ilmu umum itu hanya sekunder seperti manajemen,
dalam tarbiyah kita juga belajar ilmu=ilmu kepemimpinan/leadership karena ilmu-ilmu ini
sangat mendunkung, sangat menopang dakwah dan perjuangan tapi tarbyah ini adalah wadah
utama dalam mempelajari ilmu syar’I, kenapa kita butuh ilmu syar’i? karena :
a) Kewajiban menuntut ilmu syar’i
Menuntut ilmu syar’I adalah kewajiban. Menurut para ulama hukumnya fardhu
‘ain bukan fardu kifayah, jadi kita butuh wadah atau sarana untuk menuntut ilmu syar’I,
kenapa? Karena hukumnya wajib ‘ain.
Kesadaran menuntut ilmu inilah yang mendorong kita mencari di mana wadahnya
yang mendukung untuk menuntut ilmu syar’I, sebab manusia yang hidup tanpa dituntun
dengan ilmu syar’I sama pola hidupnya dengan binatang, sebagaimana firman Allah
dalam QS. Al-a’raf:179
Artinya;
” dan sungguh, akan kami isi neraka jahannam banyak dari kalangan jin dan manusia.
Mereka memiliki hati tetapi tidak dipergunakannya untu melihat tanda-tanda keuasaan
Allah , dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untu mendengar
(ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah
orang-orang yang lengah”.
Penjelasan ayat: Kenapa dikatakan manusia lebih sesat daripada binatang, karena
binatang tidak akan dituntut nanti dihadapan Allah , binatang adalah makhluk yang tidak
bersyari’at, misalnya merea kawin,makan dan bergaul tidak ada tuntutan syari’atnya,
mereka kawin dengan anak sendiri karena tidak ada larangannya karena Alqur’an ini
diturunkan untuk manusia dan jin tidak berlaku untuk binatang, kalau kita ditanya seperti
itu apakah kita juga menjawab seperti binatang?(Ulaaia humul ghaafilun) karena mereka
itu lalai.
Jadi kita butuh ilmu syar’I sebab ilmu syar’I inilah yang menjaga eksistensi
kemanusiaan kita. Kita bisa jatuh bahkan lebih rendah dari binatang ternak, olehnya itu
dalam surah At-tiin Allah menyebutkan:
“ sesungguhnya Kami menciptkan manusia dengan fisik yang sebaik-baiknya”
Artinya fisik yang terbaik (anatomi tubuh yang terbaik) dari seluruh ciptaan Allah
adalah manusia. Kalau kita masuk dalam kategori “tsumma radadnahu asfala saafilin
=dan kami jatuhan mereka pada derajat yang paling rendah” jadi yang bisa
mempertahankan derajat kita agar tidak jatuh adalah “illalladzina amanuu wa
‘amilusshalihaat”= iman dan amal shalih”. Iman dan amal shalih ini hanya bisa diraih
dengan ilmu syar’I, maka tepatlah kalau para ulama menetapkan bahwa menuntut ilmu
syar’I adalah fardhu ‘ain (tidak bisa diwakilkan) kepada anak kita/teman kita jadi semua
diwajibakan, dimana saja, dia wajib menuntut ilmu syar’I, dan tarbiyah adalah salah
satu wadahnya. Kami datang ke kampus anda, ke sekolah anda agar kewajiban anda bisa
gugur, kapan anda tidak mau maka anda berdosa seumur hidup, kalau tidak ada
alternative-alternatif lain. Jadi diawal tarbiyah itu ada doktrin-doktrin tetapi tetap dalam
batas-batas syari’at tentunya. Kita ingin keyakinan ini tertanam, tertancap dalam diri
mutarabbi kita yang beragam ada yang dari sekolah-seolah, kampus-kampus, karyawan-
karyawan dan pegawai-pegawai.

b) Berilmu sebelum berkata dan beramal


Sebelum segalanya kita lakukan, sebelum mengucapkan, sebelum berbuat,
sebelum bertindak dan sebelum apa saja, kita berilmu dahulu sebagaiman dalam firman
Allah QS.17:36
“Artinya :Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena
pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggung
jawabannya”.
Penjelasan: Jangan kita memindahkan perkataan sebelum mengecek betul satu
perkataan, apalagi sampai pada hukum syari’at, menghukum halal dan haram, mungkin
kita tau tapi agak lupa(jangan), ini menunjukan begitu pentingnya ilmu syar’I dan salah
satu wadahnya adalah tarbiyah, kita tidak mengatakan ini adalah satu-satunya tapi paling
tidak ini adalah wadah alternative, terutama pada mereka yang tidak menuntut ilmu syar’I
pada pendidikan-pendidikan khusus. Sehingga tarbiyah ini selanjutnya memungkinkan
menciptakan seorang alumni Unhas bisa jadi da’I, UNM bisa menjadi da’I, sekolah tinggi
ilmu kesehatan juga bisa menjadi da’I. Apalagi yang khusus menuntut ilmu di tempat-
tempat seperti STIBA atau pendidikan yang serupa mereka dididik dan diarahkan untuk
menjadi da’I, dan mereka harus sadar tentang hal itu, karena mereka dididik bukan untuk
jadi pedagang, sopir atau hal-hal yang membuat tajir lainnya. Kalau ada yang seperti ini,
ini adalah penyimpangan karena setengah mati menuntut ilmu tetapi tidak diamalkan,
begitu pula dengan akhawat yang kuliah di STIBA diarahkan untuk menjadi murabbiyah
atau da’I, jangan keluar dari STIBA hanya menjadi pembantu rumah tangga, paling tidak
ilmu itu dijadikan dasar untuk mendidik anak-anaknya.

C. Mesin pencetak kader


Tarbiyah adalah pencetak kader, mesin pabrik pencetak kader. Jadi kalau kita
menginginkan kader yang banyak harus diadakan tarbiyah. Contoh : Di sebuah daerah
pengurusnya itu-itu saja dari tahun 2005, tidak pernah ada pertambahan dan pasti
tarbiyahlah yang membuat regenerasi kepengurusan mandek, karena :
 Kader adalah unsur pengubah
Kader itu adalah unsur perubah bahkan unsur utama perubahan (kalau kita ditanya
apakah kita mau berubah, khususnya pada akondisi Negara kita, kita pasti menjawab iya).
Perubahan maksudnya kearah yang lebik, baik dari ketidak amanan menjadi aman, dari
merajalelanya kemaksiatan menjadi ketaatan, dari tingginya harga sembako menjadi rendah.
Kita butuh perubahan, kita tidak ingin seperti ini terus, dari tidak berjalannya syariat sampai
pada berjalannya syariat.
Untuk mengubah ini, butuh tenaga, butuh rijal. perubahan ini tidak akan muncul
kalau tidak ada rijal, jadi jangan terlalu banyak berharap akan ada perubahan dalam
negeri ini kalau tidak bermunculan manusia-manusia yang berkualifikasi rijal. Dalam Al
Qur’an kata-kata rijal, Allah sebutkan paling tidak ada empat ayat tentang rijal. Yang
dimaksud rijal adalah sahabat radhiyallahu’anhum.
Dan disini rijal bisa juga akhawaat, rijal disini menunjukan kualitas, bukan hanya
dilihat dari jenis kelamin. Jadi aneh kalau misalnya ada ikhwa yang bukan rijal, salah
satu tanda-tandanya adalah tidak mampu memimpin istrinya. Kalau ada ikhwan yang
tidak mampu memimpin istrinya, maka gantian atau tukar kelamin saja.
 Menjaga kesinambungan dakwah
Mengapa kita membutuhkan mesin pencetak kader ini?? Adalah untuk istimroriah, untuk
menjaga kesinambungan kader. Artinya kalau mesin kader ini mandeg, maka dakwah ini
akan rusak. Jadi kemungkinan besar dakwah islam ini akan berhenti pada tahun 2010 dan
boleh jadi dakwah ini akan berhenti di tahun 2009 kalau mesin ini rusak dan tidak
berjalan, maka kelangsungan dakwah ini tidak akan berlanjut. Karena tarbiyah ini
termasuk tarbiyah dalam rumah tangga, kalau tarbiyah dalam rumah tangga tidak berjalan
maka mungkin ikhwan dan akhwat cukup dipanggil dengan ummi dan abi saja.

D. Mengokohkan keimanan dan meningkatkannya


Urgensi tarbiyah adalah menumbuhkan, meningkatkan, memelihara dan menambah.
Kita mengharapkan tarbiyah ini adalah wadah atau sarana paling tidak memelihara iman
atau paling minimal kondisi iman masih dalam keadaan standar. Contohnya apabila kita
berjumpa dengan murabbiyah kita yang shaleh, atau murabbiyah kita yang shalehah, maka
itu sudah cukup menjadikan kondisi iman kita standar. Ibnu Qayyim berkata
“Saya ini belum mendapatkan nasihat dari guru saya, saya baru melihat wajahnya
keimanan saya kembali standar.”
Ini baru dia lihat wajahnya, belum dia dengar nasehatnya, maka kita mengharapkan
murabbi-murabbi kita itu harus menjadi wadah atau sarana penguatan iman, termasuk
teman-teman tarbiyah kita yang datang dalam tarbiyah. Beberapa alasan mengapa kita perlu
mengokohkan keimanan dan meningkatkannya :
a. Iman ini berpluktuasi
Karena iman ini berpluktuasi, maka dia bisa naik bisa turun, ia naik dengan makin
banyak kita melakukan ketaatan dan ia turun kalau semakin banyak kita melakukan
kemaksiatan. Karena itu kita butuh wadah, kita butuh sarana agar keimanan kita ini bisa
bertambah minimal dalam keadaan yang standar. Dan tidak ada nikmat yang paling besar
dari Allah kecuali nkmat iman. Kalau terpaksa kita harus memilih antara nikmat iman
dan nikmat hidup artinya anda mau pilih hidup atau pilih iman, kalau para salafushaleh
kita, merka memilih iman, mereka tidak memilih hidup, makanya keluarga Yassir
mengorbankan hidup mereka demi mempertahannkan keimannya, Sayyid Qutb rela
mengorbankan hidupnya di tiang gantungan untuk mempertahankan nikmat imannya. Ini
masih kenikmatan hidup, tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan harta, apa gunanya
harta jika kita sakit-sakitan, apa gunanya popularitas jika kita juga sakit-sakitan. Karena
iman ini berpluktuasi maka kita membutuhkan wadah atau sarana yang dapat
menumbuhkan, menambah dan meningkatkan keimanan.
b. Syarat utama untuk meraih kebahagiaan dunia dan akhirat)
Kita butuh iman karena dia merupakan syarat utama untuk meraih kebahagiaan
dunia dan akhirat. Sebagian yang hakiki tidak akan mungkin kita raih, jika kita tidak
punya iman, sekalipun yang lainnya kita miliki kalau iman ini yang tidak ada, maka
kebahagiaan itu tidak akan kita raih, kita sering memgumpamakan iman itu seperti nilai
1, yang lainnya itu bernilai 0, bagaimanapun banyaknya nilai nol yang kita kumpulkan
dan tidak ada nilai/ angka hidup yang berada di samping angka nol-nol itu, maka tidak
ada gunanya. Disitulah pentingnya nilai iman QS. An Nahl : 97
“Barang siapa yang mengerjakan amal shaleh, bai laki-laki maupun perempuan dalam
keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang
baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang
lebih baik dari apa yang telah dikerjakan.”
Salah satu mufassirin menafsirkan ayat ini sebagai Arrohah atau ketenangan.

E. Tarbiyah berfungsi meningkatkan ikatan ukhuwah


Salah satu nuansa yang ada dalam tarbiyah adalah nuansa ukhuwah, makanya dahulu
istilah tarbiyah adalah usrah atau keluarga. Kenapa? Agar suasana dalam tarbiyah itu adalah
suasana kekeluargaan. Kalau kita memandang murabbi kita, selain memandangnya sebagai
seorang murabbi, kita juga memandangnya sebagai seorang ibu, yang lainnya adalah
saudara-saudara kita. Makanya suasana yang terjadi seperti keluarga sendiri, makan
bersama, bercanda bersama, ada yang sakit, kita juga merasakannya. Dan sebagai keluarga
kita juga mengunjunginya. Ada yang merasakan kebahagiaan sebagian juga merasakan
kebahagiaan, dan ini salah satu nikmat yang menarik beberapa pemuda-pemuda islam,
nikmat ini tidak ditemukan di tempat lain, mungkin ada persaudaraan tetapi disana ada
celaan,ada ketidakjujuran. Ada beberapa bentuk pertemanan, seperti gank-gank motor yang
popular di Bandung, ini juga bentuk ukhuwah, tapi ukhuwah yang saling baku pukul.

F. Media untuk melejitkan dan mengarahkan potensi


Tarbiyah ini merupakan wadah untuk meledakkan potensi, menumbuhkan potensi
dan mengarahkan potensi ini juga pada setiap murabbiyah agar rijal-rijal ini bisa diarahkan
dalam perjuangan islam maka kita harus menggali potensi , seorang murabbiyah harus
pandai-pandai melihat dimana latar belakang ilmunya, keterampilannya semuanya harus
digali untuk kemudian diarahkan dalam perjuangan islam yang syaamil/total. Kita
menginginkan syari’at islam ini diseluruh lini kehidupan; kita butuh dokter, kita butuh
tenaga keperawatan, apoteker analis, bagaiman bisa mengolah klinik, rumah sakit bersalin,
rumah sakit islam tidak sekedar namanya saja tapi system yang ada didalam tidak islami.
Banyak di Indonesia Rumah sakit islam tapi di dalamnya bukan syari’at islam yang
dijalankan. Kita menginginkan bagaimana syari’at ada di dalam Rumah sakit, klinik dll,
yang mengelolah nya adalah kader-kader agar system yang berlaku di dalam adalah system
syari’at islam. Kalau dibutuhkan kader, kita harus masuk memperkuat kader kita difakultas-
fakultas kedokteran, sekolah-sekolah tinggi ilmu kesehatan, ikhwa atau akhwat yang ada di
dalam bagaiman harus bekerja keras untuk membuka jaringan, membuka jalan dakwah dan
tarbiyah bisa masuk.
Perjuangan islam ini membutuhkan kader/rijal dan potensi yang beragam, kita
butuh dari berbagai sisi. Kalau misalnya : ada ikhwa tidak bisa jadi ilmuwan atau menjadi
seorang pemimpin kalau misalnya dia hanya punya keterampilan sopir maka jadilah sopir
yang itqon, jangan jadi sopir yang suka menggores mobil dan bikin jalanan baru.
Disinilah murabbi pandai-pandai melihat latar belakang dan harus pandai
melakukan “tafjir” melakukan taujih agar potensi-potensi itu bisa dimanfaatkan untuk
perjuangan islam dan setiap kita harus berniat apa yang bisa kita berikan untuk islam, untuk
kejayaan islam.
Pemanfaatan potensi untuk amal islami untuk perjuangan islam merupakan
konsekwensi syukur nikmat, karena bukan kita yang semata-mata yang memiliki ilmu itu,
yang memiliki potensi itu, anda pandai misalnya dalam satu bidang professional, dalam satu
bidang, jangan lupa yang memberikan itu adalah Allah. Anda bisa berbahasa arab anda
harus bersyukur karena banyak pihak-pihak yang berperan disitu yang pertama adalah Allah
yang kedua adalah guru kita/dosen kita, semuanya harus kita bersyukur padanya, maka ini
adalah bagian dari syukur nikmat, karena itu potensi /keahlian yang kita miliki ini dianggap
kita kufur nikmat, kalau kita tidak manfaatkan untuk perjuangan /tegaknya syari’at islam,
karena ini dimintai pertanggung jawaban.

G. Sarana untuk melatih beramal jama’I


Salah satu sarana melatih amal jama’I, karena itu salah satu unsur yang harus ada
dalam tarbiyah adalah amal jama’I. melatih amal tandzimi bernuansa jama’ah, ada
pemimpin dan ada yang dipimpin, ada aturan/manajemen didalamnya, itulah sesabnya
halaqah-halaqah itu ditunjuk sebagai panitia agar kita terbiasa melakukan amal jama’I. Amal
jam’I yang berhasil membutuhkan profesionalitas.
Misal : seorang pemain bola dikatakan berhasil kalau bisa bermain bola dengan baik
dan untuk bermain bola dengan baik butuh latihan yang serius.

Dampak Tarbiyah yang Tidak Berjalan / Mandek


Ada beberapa dampak jika tarbiyah mandek, yaitu;
1) Tidak akan lahir kader
Jika sebuah tarbiyah mandek, maka kita akan mendapati tidak ada kader, atau stagnan
pengkaderan, atau bahkan bisa jadi kader akan habis.
Ada dua hal yang perlu menjadi perhatian perlunya kaderisasi;
a) Tarbiyah memproduksi kader. Hal ini berarti bahwa tarbiyah yang tidak berjalan maka
bagaimana bisa ada kader
b) Perjuangan islam butuh kader
Sebuah bukti sejarah yang dapat kita saksikan hari ini bahwa kita dapat merasakan
nikmatnya islam. Tentu hal ini tidak bisa terjadi jika dakwah tidak sampai pada kita. Adanya
dakwah yang sampai adalah hasil pengkaderan rasulullah kepada sahabatnya, yang
kemudian terus mengkader para tabi’in, kemudian berlanjut kepada tabi’uttabi’in, kemudian
kepada para ulama, hingga sampai pada zaman kita berada. Inilah sebuah realita bahwa
perjuangan islam butuh kader.
2) Dakwah tidak mengalami perkembangan
Jika sebuah tarbiyah mandek maka dakwah pun tidak mengalami perkembangan, hal ini
karena;
a) Kurangnya kader atau da’i
b) Lemahnya kualitas da’i/kader
3) Lahirnya orang-orang yang isti’jal
Mandeknya tarbiyah akan lebih fatal karena akan melahirkan orang-orang yang isti’jal.
Isti’jal berarti tergesa-gesa tanpa strategi dan ilmu syar’I dalam melakukan sesuatu. Hal ini
terjadi karena;
a) Tarbiyah parsial atau tidak menyeluruh
b) Tarbiyah yang tidak berlanjut
4) Futur
Futur menurut defenisi bahasanya adalah malas. Penyakit futur ini merupakan salah satu
penyakit aktivis dakwah, yang memang hanya berlaku bagi orang-orang yang aktif dalam
perjuangan dakwah, yang dibawa oleh syetan dimanapun kita berada.

Anda mungkin juga menyukai