Menjadi muslim yang baik tidak cukup dengan mengandalkan faktor keturunan,
identitas atau penampilan luar saja, melainkan kita harus memilih, berkomitmen dan
berinteraksi dengan Islam dalam segenap aspek kehidupan.
Adapun sifat-sifat yang harus dimiliki agar menjadi muslim benar dan tulus:
1. MengIslamkan aqidah
Sesuai AL-Quran dan As-sunah, syarat pertama menjadi muslim adalah dengan
mengislamkan aqidah kita. Ada beberapa tuntunan yang harus dilaksanakan
agar menjadi muslim dalam beraqidah :
Mengimani kalimat Tauhid Ilaiyah “ La Illaha illahu “ dalam segenap aspek
kehidupan kita (Al-Anbiya : 22)
Mengimani bahwa Allah Yang Maha Tinggi menciptakan alam raya ini
dengan tujuan yang mustahil dapat kita pahami kecuali dengan Al-Quran
(wahyu yang diterima oleh Rasul-Nya)
Mengimani rasul-rasul dan kitab suci sesuai dengan An-Nahl : 36
Mengimani bahwa keberadaan kita (makhluk ciptaan Allah) di dunia ini
hanya untuk beribadah/bertaqwa kepada Allah Azza Wa Jalla (Adz-
Zariyat: 56-58)
Mengimani surga dan neraka sebagai balasan mukmin yang taat atau
bermaksiat (Asy-Syura:7)
Mengimani bahwa manusia memilliki pilihan dan kehendak untuk berbuat
baik atau buruk (Asy-Syams:7-10)
Mengimani bahwa hukum Allah wajib dijalankan olrh seluruh umat
manusia (Asy-Syura:10)
Mengetahui dan mengimani nama-nama dan sifat-sifat Allah
Memikirkan ciptaan Allah namun jangan berfikir tentang ( Dzat ) Allah
karena keterbatasan kita
Mengikuti pendapat generasi salaf untuk menyelesaikan masalah ta’wil
dan ta’thil
Memotivasi diri untuk menjauhi segala kemungkaran (An-Nur : 52)
Selalu berdzikir kepada Allah (Ar-Ra’d : 28)
Cinta kepada Allah Swt memotivasi diri untuk melakukan amal ma’ruf dan
semangat berjihad di jalan Allah (At-Taubah : 24)
Bertawakal dan berserah diri kepada Allah Swt (Ath-Thalaq : 23)
Bersyukur kepada Allah atas segala nikmat, karunia dan rahmat-Nya (An-
Nahl : 78) (Yasin : 33-35) (Ibrahim :7)
Memohon ampun kepada Allah dengan beristighfar sesering mungkin (An-
Nisa : 110) (Ali-Imran : 135-136)
Selalu merasa diawasi oleh Allah Swt di segala tempat (Al-Mujadilah:7)
2. MengIslamkan Ibadah
Ibadah dalam perspektif islam adalah kepasrahan yang total dan merasakan
keagungan Dzat yang disembah (Allah). Ibadah merupakan suatu hubungan
vertikal atau dikenal Hablumminallah dan berpengaruh terhadap pola
Hablumminnas. Semua sisi kehidupan adalah ibadah dan ketaatan kepada Allah,
sesuai dengan firman Allah (Adz-Dzariyat:56-58) (Al-An’am:162).
3. MengIslamkan Akhlak
Akhlak (moral) mulia adalah tujuan utama dari risalah Islam. Hal ini ditegaskan
dalam Al-Quran (Al-Hajj : 41) (Al-Baqarah : 177) dan (h.r. Ahmad) “
Sesungguhnya, aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia .”
Akhlak adalah implementasi berbagai bentuk ibadah, tanpa akhlak ibadah hanya
menjadi ritual dan tidak memiliki nilai dan manfaat. Akhlak mulia adalah hasil dari
keimanan yang benar. Untuk menjadi muslim sejati dalam berakhlak, maka
sebaiknya kita menjauhi perkara-perkara yang syubhat (perkara-perkara yang
tidak jelas halal atau haramnya), menjaga pandangan dari perkara-perkara yang
diharamkan oleh Allah (An-Nur : 30).
4. MengIslamkan keluarga dan rumah tangga
Sebagai seorang muslim kita berkewajiban dan bertanggung jawab atas diri kita
sendiri, keluarga, rumah dan anak-anaknya. Tidak hanya diri pribadi yang kita
jadikan muslim, namun membentuk masyarakat muslim juga menjadi tanggung
jawab kita, dimulai dari yang terkecil yaitu keluarga (Asy-Syu’ara : 213-215) (At-
Tahrim : 6). Bentuk-bentuk tanggung jawab dalam mengislamkan rumah tangga,
yaitu :
Tanggungjawab atas pernikahan
Di dalam Islam pernikahan harus didasari niat karena Allah. Pernikahan
itu sendiri bertujuan untuk membangun keluarga muslim, melahirkan
keturunan shalih, memperjelas nasab keturunan, dan menjaga
kesinambungan hidayah (Ali-Imran :34). Kita juga harus selalu selektif
dalam memilih wanita untuk dipersunting “ ........... karena asal keturunan
itu bercampur “ (h.r. Ibnu Majah dan Hakim).
Tanggungjawab setelah menikah
Banyak tanggungjawab baru yang harus dijalankan setelah menikah,
antara lain berbuat baik dan mempergauli istri dengan baik agar
terbangun kepercayaan antara keduanya, bekerjasama sebagai satu
kesatuan tim dalam membangun rumah tangga muslim.
Tanggungjawab suami istri dalam mendidik anak
Kesuksesan atau kegagalan dalam membangun rumah tangga yang
Islami sangat berpotensi melahirkan dampak-dampak yang positif atau
negati pada seluruh sendi kehidupan rumah tangga, terutama terhadap
pendidikan anak
5. Mengalahkan Nafsu
(Asy-Syams : 7-10); menegaskan tentang bagaimana kita harus mengalahkan
nafsu kita hingga kiranya dapat menyucikan jiwa kita.
a. Ada 3 kelompok manusia dalam menghadapi nafsu, yaitu :
Kelompok pertama adalah orang-orang mukmin ( orang yang mampu
mengalahkan nafsunya ).
Kelompok kedua adalah orang-orang kafir (orang yang dikuasai hawa
nafsunya) (Al-Jatsiyah : 23)
Kelompok ketiga adalah orang-orang yang berusaha keras melawan
nafsunya, terkadang menang namun terkadang kalah. (Ali-Imran :
135)
b. Ada beberapa faktor yang menunjang keberhasilan dalam melawan nafsu,
yaitu:
Hati, yaitu apabila hati tetap hidup, lembut terhadap saudara, jernih
dalam keyakinan, keras dalam beragama, dan bercahaya.
Akal, yaitu akal yang dapat memandang dengan jernih, paham, dapat
membedakan yang baik dan buruk, mengadopsi ilmu-ilmu untuk lebih
mengenali keagungan dan kekuasaan Allah Swt hingga kiranya dapat
meningkatkan ketakwaan dan lebih mendekatkan diri kepada Allah
Swt.
c. Bentuk-bentuk kekalahan dalam melawan nafsu :
Ketika hati menjadi mati , cahaya akal akan padam maka jalan-jalan
godaan setan kian bertambah banyak. Karena hati dan akal lah sebagai
tameng dari masuknya godaan setan, apalagi godaan setan masuk
mengalir melalui aliran darah manusia. (Al-Mujadilah : 19) (Al-A’raf : 16-
17).
d. Cara-cara membentengi diri dari godaan setan :
Tamak dan berprasangka buruk dilawan dengan qana’ah dan
percaya.
Cinta dunia dan angan-angan dilawan dengan rasa takut akan
kematian yang datang dengan tiba-tiba.
Suka santai dan mencari kesenangan dilawan dengan keyakinan
nikmat akan sirna dan timbangan yang buruk ketika menghadap Allah.
‘Ujub ( membanggakan diri ) dilawan dengan yakin akan anugerah
Allah dan takut akan menerima akibat yang buruk.
Menganggap rendah dan tidak menghormati orang lain dilawan
dengan mengenali hak dan kehormatan mereka.
Hasad ( dengki ) dilawan dengan qana’ah dan ridha akan qada dan
qadar Allah.
Riya’ dilawan dengan ikhlas.
Kikir dilawan dengan keyakinan tak ada yang abadi , kecuali hanya di
sisi Allah.
Sombong dilawan dengan tawadhu’ ( rendah hati ).
Tamak dengan dunia dilawan dengan zuhud.
Perbanyak dzikir di setiap memulai pekerjaan.
Menghindari diri dari kenyang. (Al-A’raf : 31)
Membaca Al-Quran, dzikir kepada Allah dan istighfar (mohon
ampunan kepada Allah ).
Tidak tergesa-gesa dan berhati-hati dalam segala urusan.
Beberapa hal yang harus kita ketahui dan berkomitmen agar hidup kita benar-benar
terarah di jalan Islam, yaitu :
1. Mengerti tujuan hidup yaitu untuk menyembah Allah Swt (Adz-Dzariyat : 56)
(Hud : 7).
2. Mengetahui nilai dunia jika dibandingkan dengan nilai akhirat (At-Taubah : 38).
3. Mengetahui bahwa mati adalah sebuah kepastian dan mau mengambil nasihat
darinya. (Ar-Rahman : 26-27) (Ali-Imran : 185).
4. Mengatahui hakikat Islam dengan berusaha memahami (tafaqqah), belajar
(ta’allim), dan mengerti segenap prinsip aqidah, hukum, hal-hal yang halal dan
haram (Tha haa : 114).
5. Mengetahui hakikat jahiliyah dengan memahami segenap pemikiran aliran dan
strateginya.
Ada beberapa karakteristik manusia yang membingkai kehidupannya dengan nilai-nilai
Islami sebagai wujud pengabdian hidupnya untuk Islam, yaitu :
Harakah Islamiyah
Harakah Islamiyah adalah organisasi global dengan tujuan agar merangkul seluruh
aktivis Islam di berbagai belahan dunia Islam untuk berdakwah atau menyampaikan
dakwah kemasyarakat untuk menyembah Allah (menegakkan kalimah Allah) yang
murni dan jernih (bersih dari bid’ah dan kurafat) sehingga terbangun masyarakat Islami
yang mengadopsi hukum-hukum dan ajaran-ajarannya dari Al-Quran dan sunnah
Rasululllah SAW dalam seluruh aspek kehidupan (Ali-Imran : 85).
Prinsip harakah islamiyah memiliki karakteristik-karakteristik, diantaranya :
Rabbaniyah; harakah memiliki persepsi, hukum, akhlak, adat, dan pemikiran
berasal dari agama Allah (Islam) (Al-An’am : 162).
Independen; harakah berkarakter sebagai kondisi muslim sejati bukan sistem
yang di impor atau sintetis dari sistem timur maupun barat.
Modern dalam meningkatkan emosi, intelektual, dan moral manusia, modern
dalam sains yang terarah dan melahirkan penemuan dari alam raya guna lebih
mengenal keagungan, keindahan, kekuasaan dan kebesaran Allah Swt.
Komperhensih; dakwah tidak terbatas hanya untuk memperbaiki salah satu
aspek kehidupan, namun dakwah diperuntukkan untuk seluruh aspek kehidupan
agar berpijak/berlandaskan kembali pada Al-Quran dan Sunnah Rasulullah Saw.
Menghindari permasalahan-permasalahan Khilafah dalam bidang fiqh. Harakah
lebih mengutamakan upaya mempersatukan umat dalam masalah-masalah yang
termasuk dalam kategori ushul (pokok-pokok agama) dan dasar-dasarnya.
Keimanan yang dalam, kuat dan suci kepada Allah Swt (Ali-Imran : 160).
Keimanan yang mendalam kepada manhaj (Al-Maidah : 15-16).
Keimanan yang mendalam pada ukhuwah (Al-Hujurat : 10).
Keimanan yang mendalam pada balasan (At-Taubah : 120).
Percaya pada diri sendiri.
Jihad termasuk bekal kita (At-Taubah : 24).
Ketika kita bergabung dengan Harakah Islamiyah harus didasari oleh kesadaran dan
pemahan, bukan sekedar sikap spontan dan kecenderungan emosional. Mengetahui
apakah organisasi tersebut mengimplementasikan atau tidak mengimplementasikan
prinsip-prinsip islam yang orisinal atau hanya cenderung pada aspek rohani (kejiwaan)
dan mengabaikan aspek lainnya, seperti pemikiran, politik, jihad, persiapan,
perencanaan dan lain-lain yang menjauhkan dari kancah kehidupan nyata, atau
mengutamakan aspek intelektual dengan meniru pola organisasi yahudi dan nasrani.