Anda di halaman 1dari 11

UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK NOVEL

‘MERANTAU KE DELI’.

Judul : Merantau ke Deli


Pengarang : Prof. Dr. Hamka
Tahun terbit : 1977
Warna cover : Merah
J. halaman : 194 hal
Penerbit : Bulan Bintang

A. Sinopsis
Tanah Deli adalah sebuah kebun karet yang di dalamnya ada kuli laki-laki dan
perempuan. Kuli-kuli di sana senang ketika mereka gajian, karena pada malam itulah mereka
dapat membeli sesuatu di pasar kebun karet itu. Pedagang di sana ada yang berdagang
pakaian dan ada juga membentangkan tikar judi dan masih banyak lagi. Terkadang para kuli
–kuli setelah gajian dalam sekejap bisa langsung habis akibat kalah berjudi. Salah satu
pedagang itu adalah Leman. Leman adalah seorang Minang Kabau dari Padang yang
merantau untuk berdagang ke Deli. Dia berdagang disana bukan hanya sekedar mencari laba,
tetapi juga karena seorang wanita kuli di sana. Suatu ketika Leman dapat bertemu dengan
wanita yang dicarinya itu, namanya Poniem seorang kuli di kebun itu yang berasal dari tanah
Jawa. Poniem adalah istri “piaraan” dari mandor besar. Poniem masih muda dan mempunyai
banyak barang emas.
Leman mengajak Poniem untuk menikah dengannya, sehingga Poniem mau walaupun
sempat ragu-ragu. Mereka ketemuan di Siantar, dan Leman dan Poniem lari ke kota Medan
bersama dengan barang emas yang dimiliki Poniem untuk menikah di rumah tuan Kadhi.
Sebelum mereka pergi, Leman diberi nasehat oleh Bagindo Kayo seorang yang lebih tua di
perantauan itu. Mereka berangkat ke rumah tuan Kadhi pada hari itu juga, dan dinikahkan
dengan shah secara islam.
Mereka telah lama menikah tetapi belum dikaruniai seorang anakpun dan sempat
mengalami krisis ekonomi karena dagangan suaminya telah kurus, sehingga membuat
Poniem merasa kasihan pada suaminya. Poniem menjual barang emasnya yang melekat di
tubuhnya yang tinggal hanyalah sepasang anting yang melakat pada telinganya. Seiring
berjalannya waktu usaha dagangan suaminya semakin maju dan terus maju. Kesejahteraan
sepasang suami istri ini terdengar sampai ke kampung Leman, sehingga banyak orang-orang
dari kampung Leman yang datang ke tempat Leman dan mengaku-ngaku keluarga Leman.
Leman dan Poniem menolong semua orang-orang yang datang ke rumahnya sehingga dapat
berdiri sendiri. Suatu ketika datanglah seorang anak muda bernama Suyono yang mencari
pekerjaan untuk bertahan hidup ke kedai Leman, dan dia dijadikan orang kepercayaan
penjaga kedai oleh Leman karena sifatnya. Suyono berasal dari Jawa, dia lari dari kebun
karena pahitnya pekerjaan di kebun. Leman dan Poniem telah lama menikah tapi belum juga
diberkahi anak.
Datanglah waktunya Leman untuk pulang ke kampungnya dan membawa istrinya, Leman
dan Poniem pulang ke kampung halaman Leman disambut hangat oleh orang kampung
Leman. Poniem disambut hangat oleh perempuan dan orang-orang karena sifatnya yang
lembut tapi sayang bukan orang awak. Dalam suasana di kampung, Leman dapat hasutan
untuk kawin lagi dengan orang sekampungnya yang bernama Mariatun yang masih segar
bugar dan perawan dan lebih muda dari pada Poniem. Setibanya Leman dan Istrinya di rumah
kedainya, Leman menulis surat untuk menerima menikah dengan Mariatun.
Awalnya rumah istri muda dan istri tua berpisah, namun akhirnya digabungkan menjadi
satu. Satu bulan pertama istri-istrinya akur, tapi selanjutnya sering bertengkar, yang membuat
Poniem ditentang dan di talak tiga oleh Leman. Poniem pergi dari rumah kedai itu dan
disusul oleh Suyono. Leman sedih karena kehilangan dua orang keberuntungannya, namun
kesedihan itu terobati oleh hamilnya istri mudanya. Cukupnya bulan, maka lahirlah anak
perempuan. Sawah dan rumah sudah ada di kampung, namun perniagaan bangkrut sehingga
kedai yang lama ditinggalkan dan menyewa rumah petak kecil. Sisa modal dibelikan barang
kelontong untuk dijajakannya dengan sepeda.
Suyono dan Poniem memulai hidup berjualan lagi seprti saudara kandung dan menikah di
Medan. Setelah tabungan mereka cukup mereka membeli rumah di tanah Deli. Suatu ketika
Leman berkunjung ke rumah Suyono dan Poniem untuk meminta maaf. Karena tak sanggup
lagi hidup di tanah Deli maka Leman pulang ke kampungnya bersama anak dan istrinya.
Terakhir kali dua keluarga itu bertemu adalah stasiun.
B. Tema
Tema dalam novel Merantau ke Deli adalah tentang kesengsaraan Poniem sebagai
istri pertama yang dimadu oleh suaminya. Hal ini banyak terlihat ketika Mariatun dengan
semena-mena berkuasa di rumah Leman dan Poniem. Poniem juga kerap mendapat caci maki
dan hinaan dari Mariatun. Tragisnya Leman sama sekali tidak bisa berlaku adil terhadap
Poniem dan Mariatun seperti janji awalnya kepada Poniem. Leman lebih mengutamakan
Mariatun. Hal ini membuat Poniem sakit hati.
C. Alur
Novel Merantau ke Deli menggunakan alur maju, sebab ceritannya terus bergerak maju
dimulai dari pertemuan Leman dengan Poniem menuju kejadian-kejadian di rumah
tangganya, lalu Leman menikahi seorang gadis cantik dan bagaimana penyelesai masalah itu
sehingga Leman dan Poniem berpisah pada akhir ceritanya.
D. Latar
A. Latar tempat
a. Kebun
Dapat dibuktikan dari kutipan “Diantara pedagang-pedagang yang banyak di kebun itu,
adalah seorang anak muda dari Minang kabau, namanya si Leman” (Merantau ke Deli: 5).
b. Sudut jalan ke tanah lapang
Dapat dibuktikan dari tempat Leman dan Poniem janjian yang mana isi percakapannya
Poniem bertannya pada Leman di mana Leman menunggu, lalu Leman menjawab di sudut
jalan ke tanah lapang (Merantau ke Deli: 9).
c. Siantar
Dapat dibuktikan pada saat mereka menentukan tempat ketemuan sebelum pergi ke Medan,
Sehingga mereka bertemu di Siantar dan melanjutkan perjalanan ke Medan (Merantau ke
Deli: 21).
d. Rumah tuan Kadhi
Dapat dibuktikan pada kutipan “Mereka telah berangkat ke Medan pada hari itu juga, dan
terus ke rumah tuan Kadhi. Mereka telah dinikahkan dengan shah, secara islam” (Merantau
ke Deli: 23).
e. Kedai Leman
Dapat dibuktikan dari pertemuan Suyono yang lagi mencari pekerjaan pada kutipan “Setelah
lama berjalan dan hampir putus asa, sampailah dia ke muka kedai Leman” dan terjadilah
percakapan disana (Merantau ke Deli: 37). Di dalam kedai itu juga terjadi pertengkaran
antara Poniem dengan Mariatun (Merantau ke Deli: 97-101).
f. Halaman rumah, di kampung Leman
Dapat dibuktikan pada saat Leman dan Poniem tiba di kampung Leman sehingga banyak
yang datang untuk menyambut Leman dan Poniem. Dapat juga dibuktikan dari kutipan
“bertambah lama halaman itu bertambah ramai” (Merantau ke Deli: 44).
g. Tepian tempat mandi
Dapat dibuktikan dari kutipan perempuan-perempuan yang sedang mandi (Merantau ke Deli:
45-46).
h. Kamar tidur
Dapat dibuktikan disanalah Poniem melepaskan kesedihannya karna Leman mau menikah
lagi, serta di sanalah mereka menyelesaikan masalah pada saat itu (Merantau ke Deli: 68-74).
i. Stasiun
Dapat dibuktikan pada saat Leman dan Poniem menjeput Mariatun ke stasiun, dan juga di
sanalah pertemuan terakhir Leman dan Poniem (Merantau ke Deli: 76-77 dan 156).
j. Kamar di loteng
Dapat dibuktikan pada saat Leman melarai pertengkaran kedua istrinya sehingga Leman
menjatuhkan talak tiga pada Poniem (Merantau ke Deli: 106-107).
k. Rumah Suyono
Dapat dibuktikan pada saat Leman berkunjung ke rumah baru yang di beli Suyono untuk
minta maaf kepada Poniem (Merantau ke Deli: 148-153).
l. Rumah toke Abdullah
Dapat dibuktikan saat Suyono berkunjung ke sana untuk mencari rumah, dan dia melihat
Leman yang sedang menjajakan jualannya dengan sepeda, sehingga terjadilah percakapan
antara toke Abdullah dengan Suyono (Merantau ke Deli: 132-135).
M. Tanjung Priok
“Rupanya setelah sampai di Tanjung Priok barulah saya tahu bahwa suami saya itu bukanlah
seseorang baik-baik” (Merantau Ke Deli:16). Poniem diajak menikah oleh laki-laki yang
mengaku nantinya Poniem akan dibawa meranntau ke Deli. Orang tua Poniem diiming-
imingi uang diawal pertemuan mereka dengan laki-laki yang akan memperistri Poniem.
B. Latar Suasana
A. Ramai
“Ramai dan riuh rendah orang di kebun” (Merantau Ke Deli, 1977:1). Pada tanggal
satu para pekerja mendapatkan upah bulanan. Para bekerja berlarian dari dalam kantor setelah
mereka menerima gaji.
“Bertambah lama halaman itu bertambah ramai” (Merantau Ke Deli, 1977). Setibanya
Leman dan Poniem di kampung halaman Leman, semua sanak seudara Leman menyambut
mereka dengan ramah. Susana kampung halaman Leman menjadi riuh ramai karena
kedatangannya.
B. Senang
“Bila hari telah malam dan kedai ditutup mereka duduk berdua berhadap-hadapan
dengan muka yang penuh riang gembira” (Merantau Ke Deli, 1977). Setelah kedai Leman
tutup, mereka duduk berdua dengan hati yang gembira. Kadang mereka teringat saat
pertemuan pertama mereka.
C. Menegangkan
“Hampir terjadi pergumulan hebat, tapi sebaik hendak bergumul selekas itu pula Suyono
datang memisahkan” (Merantau Ke Deli, 1977). Poniem dan Mariatun beradu mulut. Hampir
saja mereka beradu fisik, namun dengan tanggapnya Suyono segera melerai mereka.
C. Latar Waktu
A. Malam
“Setelah lepas pukul delapan, lenganlah tempat itu, tapi mereka menunggu sampai
pukul 12 atau pukul satu malam” (Merantau Ke Deli, 1977). Dari pukul delapan permainan
judi yang dimainkan oleh kuli-kuli semakin ramai, apalagi pukul sepuluh, gamelan yang
sengaja dibawa dari tanah Jawa dan sudah dapat ijin dari Mandur besar sudah dibunyikan
oleh kuli-kuli tua.
“Bertambah larut hari bertambah asyiklah orang berjudi,... “ (Merantau Ke Deli,
1977). Semakin malam keadaan pasar semakin ramai, banyak kuli yang berjudi. Kuli yang
kalah harus pergi ke tempat orang berjualan yang ada di pasar.
“Apa yang akan abang bicarakan, katakanlah sekarng, hari sudah larut malam, kalau
saya telat kembali kerumah marah Kang Mandur kepadaku” (Merantau Ke Deli, 1977).
Leman sedang berbicara kepada Poniem—kuli kontrak perempuan. Leman ingin berbicara
penting dengan Poniem pada tanggal 18 sore di kedai.
B. Sore
“Tanggal dua puluh dua sore..... Mereka telah bertemu kembali” (Merantau Ke Deli,
1977). Poniem dan Leman bertemu kembali. Leman kembali menanyakan bagaimana
keputusan Poniem atas niat baik Leman untuk menikahinya.
C. Pagi
“Dari Siantar mereka meneruskan perjalanan sepagi itu dengan diam-diam, menuju Medan”
(Merantau Ke Deli, 1977:26). Poniem akhirnya memutuskan untuk menikah dengan Leman.
Mereka kabur dari Kang Mandur pagi-pagi menuju Medan. Poniem kabur membawa semua
harta benda yang telah diberi oleh Kang Mandur.
“Setelah pagi hari, kelihatan benar jernihnya muka Leman” (Merantau Ke Deli, 1977).
Setelah mempercayakan kedainya ke tangan Suyono, Leman langsung meminta maaf kepada
Poniem atas kesalahannya selama ini.

E. Tokoh
1) Tokoh utama
a) Leman
b) Poniem
c) Suyono
d) Mariatun
2) Tokoh sampingan
1) Bagindo Kayo
2) Ibu dari Mariatun
3) Maryam
4) Warjo
5) Ibu kandung Maryam
6) Sutan Panduko
7) Family Leman
8) Pegawai Leman
Penokohan
1) Leman
a) Baik dan penolong
Dibuktikan dari setiap orang yang datang keperantau dari kampungnya selalu dibantu,
walaupun pernah merasa kesal karena banyak yang mengaku-ngaku familynya. Dan tak satu
pun yang disia-siakan (Merantau ke Deli: 36).
b) Cepat marah dan menyesal
Dapat dibuktikan lewat kutipan berikut “Tetapi ada pula tabiatnya yang patut dicela, yaitu
lekas marah kepada anak-anak gajian yang bekerja dengannya, kalau ada sesuatu kesalahan
yang dipandangnya merugikan, marahnya timbul, mulutnya bertaburan saja padahal
kesalahan itu belum diperiksanya, setelah marah ia menyesal” (Merantau ke Deli: 87).
c) Mulut manis
Dibuktikan dari kisahnya yang bisa membuat Poniem mau kawin lari dengannya, padahal
sudah banyak laki-laki yang mengajak Poniem untuk jadi istrinya. Tak hanya itu, mulutnya
juga gampang mengucapkan sumpah (Merantau ke Deli: 9-15).
d) Keras kepala
Dilihat ketika Leman yang telah diberi nasehat oleh Bagindo Kayo efek-efek dari tindakan
yang akan dilakukannya, namun dia terus meneruskan niatnya itu (Merantau ke Deli: 22-23).
2) Poniem
a) Perhatian
Dapat kita lihat ketika Poniem mongobati Leman yang merasa kurang enak badan, padahal
Leman memikirkan masalah hubungannya dengan Mariatun (Merantau ke Deli: 56-57).
b) Pantang kalah
Dapat dibuktikan ketika Mariatun mengambil kain batik halus, Poniem juga mengambilnya,
namun dilarang oleh Leman (Merantau ke Deli: 105).
c) Baik dan penolong
Bisa dilihat ketika Poniem dan Leman yang telah banyak berjasa karena banyak membantu
perantau baik dari Padang maupun dari Jawa (Merantau ke Deli: 36)
d) Penyabar
Dapat kita lihat diwaktu dia rela dimadu namun tetap bersabar, dan sanggup bersabar ketika
serumah dengan istri muda Leman (Merantau ke Deli: 91).
e) Penyayang pada anak-anak
Dapat kita lihat pada kutipan “Oleh karena itu, tidaklah heran jika Poniem penyayang benar
terhadap anak-anak. Anak taoke Cina di sebelah rumahnya sering kali dilarikan ke dalam
kedainya, dibelikannya makanan dan anak-anak biasanya memanggilnya bibi” (Merantau ke
Deli:39).
f) Poniem akur, patuh, tak durhaka, tak penyanggah, menurut saja apa maunya
Leman
Dapat kita lihat pada kutipan “Kalau Poniem keras kepala, pelawan, tentu hal itu mudah saja.
Tetapi ini tidak, Poniem akur, patuh, tak durhaka, tak penyanggah, menurut saja apa maunya
Leman” (Merantau ke Deli: 58).
3) Suyono
a) Baik dan penolong
Dapat kita lihat saat Suyono ingin membantu Leman yang lagi melarat hidupnya dan Leman
juga ingin pulang ke kampung (Merantau ke Deli:153).
b) Bertanggung jawab
Dapat kita lihat ketika Leman kurang giat bekerja, Suyonolah yang lebih giat bekerja di kedai
itu (Merantau ke Deli: 88).
c) Patuh
Bisa kita lihat pada kutipan “Nama kuli itu Suyono. Sangat insaf akan nasibnya, tahu dia
bahwa dia orang menumpang di rumah itu, sekali-kali tidak pernah ia membantah perintah”
(Merantau ke Deli: 38).
4) Mariatun
a) Jahat
Dapat dilihat dari niat Mariatun yang ingin berkuasa atas perniagaan (Merantau ke Deli: 97).
b) Egois
Dapat dilihat di saat dia mementingkan diri sendiri mengambil kain batik halus di kedai
(Merantau Ke Deli: 104-105).
c) Kasar
Kita lihat dari pertengkaran antara Poniem dengan Mariatun yang dalam isi percakapan itu
keluar kata-kata penghinaan dari mulut Mariatun, sehingga Poniem mengeluarkan kata
“Mariatun!........mengapa sudah sampai ke sana kasarnya perkataan kamu?” (Merantau ke
Deli: 96).
d) Penjilat
Mariatun adalah sorang penjilat karena dapat kita lihat pada saat Mariatun menambah
tangisannya supaya Leman marah kepada Poniem (Merantau ke Deli: 106-107).
5) Bagindo Kayo
Bijak sana, setiap kali bertemu leman dia selalu beri nasehat kepada Leman atau perbuatan
yang akan dilakukan Leman (Merantau ke Deli: 21-23 dan 58-64).
6) Ibu dari Mariatun
Penghasut, dia menghasut anaknya dapat dilihat dari bisikannya ke anaknya “Apalagi ibunya
membisikan lebih baik kehendak suaminya itu dituruti, supaya dia pun ikut pula
memperhatukan perniagaan dan berkuasa pula atas harta benda suaminyai” (Merantau ke
Deli: 92).
7) Mandor besar
a) Seraka karena nafsu
Bisa dilihat dari jumlah istrinya yang lebih dari satu, bahkan Poniem dijadikannya istri
piaraan.
b) Pemarah
Bisa dilihat dari kejadian ketika Poniem lari bersama Leman kelihatan Mandor marah karena
Poniem lari bersama barang-barang yang diberikannya (Merantau ke Deli: 20-21).
8) Warjo
Penipu, dibuktikan dari percakapan Poniem “Saya pernah sekali bersuami, seorang kuli
bernama Warjo yang menipu saya, demi setelah bertemu olehnya perempuan yang lebih
cantik, saya pun dibuangnya” (Merantau ke Deli: 10).
9) Ibu dari Maryam
Baik, bisa kita lihat ketika dia mau memberikan anaknya Maryam untuk hidup bersama
Poniem (Merantau ke Deli: 31).
10) Maryam
Penurut, dibuktikan dari sifatnya yang mau hidup bersama Poinen dan tidak keberatan jika
jika nanti berpisah dengan ibu kandungnya.
11) Sutan Panduko dan family Leman di kampung
a) Memaksa
Bisa dilihat lewat isi surat yang isinya memaksa Leman untuk kawin lagi dengan Mariatun
(Merantau ke Deli: 56).
b) Ramah, baik dan memegang teguh adat
Dibuktikan ketika Leman dan Istrinya pulang ke Padang menyambut hangat kedatangan
mereka (Merantau ke Deli: 43-46).
F. Sudut Pandang
Sudut pandang novel ini adalah orang ketiga maha tau. Hamka seperti Tuhan dalam
novel ini, yang mengetahui segala hal tentang semua tokoh, peristiwa, tindakan, termasuk
motif. Hamka juga bebas berpindah dari satu tokoh ke tokoh lain. Bahkan bebas
mengungkapkan apa yang ada dipikiran serta perasaan para tokohnya.
Contonhnya, ““Dari Siantar mereka meneruskan perjalanan sepagi itu dengan diam-diam,
menuju Medan” (Hamka, 1941). Poniem akhirnya memutuskan untuk menikah dengan
Leman. Mereka kabur dari Kang Mandur pagi-pagi menuju Medan. Poniem kabur membawa
semua harta benda yang telah diberi oleh Kang Mandur.
“Setelah pagi hari, kelihatan benar jernihnya muka Leman” (Hamka, 1941). Setelah
mempercayakan kedainya ke tangan Suyono, Leman langsung meminta maaf kepada Poniem
atas kesalahannya selama ini.
G. Amanat
A. Janganlah sia-siakan istri yang sudah sepenuhnya membela suami. Istri yang setia
dan selalu menjaga nama baik suaminya. Istri yang selalu mengerti bagaimana keadaan
suami. Karena jika itu terjadi pasti kita akan sangat menyesal.
B. Jangan dengan mudahnya mengucapkan janji atau sumpah jika tak sanggup
menepatinya.
C) Jangan lupakan orang yang telah berjasa kepadamu.
D) Nafsu buruk hanya akan menyesatkan kamu dalam hidup ini.
E) Orang akan menganggap kamu, ada jika kamu telah sukses.
H. Gaya bahasa
Bahasa yang digunakan dalam novel ini cukup mudah dipahami, karena sudah menggunakan
bahasa Indonesia umum. Tapi masih ada bahasa daerah Minang Kabau yang digunakan
dalam percakapan.

UNSUR EKSTRINSIK
1. Nilai Agama
a. Novel ini mengingatkan kita kepada Allah SWT. Bahwa semua makhluk di dunia
ini sama pada sisi Allah SWT berikut kutipannya “Kau jangan terlalu menghina
diri Poniem, semua makhluk di dunia ini, sama pada sisi Allah”. (Merantau Ke
Deli : 17)
2. Nilai Sosial
a. Sikap tolong menolong terlihat dalam novel ini dimana Leman membantu seorang
kuli yang sedang mencari pekerjaan untuk ia makan akhirnya Leman pun
memberikan pekerjaan untuk menjaga kedai milik Leman. Kutipannya “Ujar
Leman pula, yang mukanya kelihatan berseri-seri karena telah dapat menolong
orang lain”.
3. Nilai Budaya
a. Novel ini mengandung unsur adat jawa sesuai dengan kutipan berikut “Dan kuli-
kuli yang masih teguh memegang adat Jawa pada hari itu mengadakan
‘selametan’ di pondoknya (Merantau Ke Deli : 21)
b. Novel ini juga ada unsur adat Minangkabau dengan kutipan sebagai berikut
“Menurut adat orang minang kabau di dalam negeri sendiri yang memegang
rumah tangga ialah si isteri”. (Merantau Ke Deli : 28)
4. Nilai Moral
a. Nilai moral yang dapat kita ambil dari novel yaitu Poinem yang rela menjual
seluruh harta emasnya demi membantu suaminya (leman) yang sedang bangkrut
dagangannya supaya perdangangan suaminya kembali seperti semula.

Anda mungkin juga menyukai