Anda di halaman 1dari 4

Judul Buku : Jalan Tak Ada Ujung

Pengarang : Mochtar Lubis


Penerbit : Balai Pustaka
Tahun Terbit : 1952
Jumlah Halaman : 167

Ringkasan Cerita:
Guru Isa adalah seorang tamatan HIK yang menjadi guru Sekolah
Rakyat di Tanah Abang. Ia mempunyai seorang istri bernama Fatimah.
Selain dikenal akan kebaikannya, guru Isa juga memiliki sifat lembut. Ia
sangat mencintai musik dan sepak bola.
Penindasan bangsa Jepang yang dilihat olh Guru Isa turut
mempengaruhi kehidupan rumah tangganya. Karena merasa ketakutan yang
terus menerus, Guru Isa menjadi inpoten. Sekalipun telah berusaha berobat,
penyakitnya tak kunjung sembuh.
Sebenarnya, Guru Isa secara tidak sengaja terlibat dalam
pergolakkan revolusi ketika ia diserahi jabatan sebagai pengantar surat dan
senjata yang dibutuhkan dalam perjuangan. Ia kemudian berkenalan dengan
Hazil yang menggebu-gebu meningkatkan gairah semangat Guru Isa dan
membuat melupakan persoalan rumah tangganya. Hubungan Guru Isa
dengan anak muda itu semakin lama semakin erat, sehingga keduanya
menjadi sahabat karib. Keduanya sama-sama berjuang ketika Belanda
datang kembali ke Bumi Pertiwi setelah kekalahan Jepang hazil berjuang
karena panggilan nuraninya dan tekadnya yang sudah bulat. Sedangkan
Guru Isa harus berhadapan dengan orang-orang yang sangat kasar. Ia selalu
dicekam rasa takut apabila menjalankan tugasnya. Ketakutannya yang terus-
menerus menghantui dirinya membuat penyakit malaria yang telah
dideritanya kambuh kembali. Hazil selalu menengok dan terus-menerus
memberi semangat kepada sahabatnya.
Setelah sembuh dari penyakitnya, Guru Isa kembali mengajar.
Sementara itu, hubungan Fatimah dan Hazil semakin erat bahkan keduanya
telah melakukan hubungan terlarang. Suatu hari Guru Isa menemukan pipa
rokok Hazil di bawah bantalnya. Ia menjadi sangat marah, namun ia tidak
dapat bertinadak apa-apa karena istrinya sedang berada di rumah. Ia takut
kepada istrinya sekaligus merasa malu atas ketidakberdayaannyasebagai
suami.
Guru Isa, Hazil, dan Rahmat mendapat tugas melemparkan granat ke
gedung bioskop setelah bioskop bubar. Pekerjaan itu berhasil dilakukan,
namunsalah seorang diantara mereka tertangkap Belanda. Guru Isa
bermaksud untuk segera melarikan diri, namun ia membatalkan niatnya
karena tidak mendapat tempat persembunyian. Ia kemudian ditangkap oleh
Belanda dan dipaksa untuk mengakui semua perbuatannya. Namun, ia
hanya tutup mulut saja.
Suatu hari ia dipertemukan dengan Hazil di kamar tahanannya. Ia
mengetahui bahwa Hazil telah menghianati dirinya hanya karena tidak tahan
menerima siksaan. Kekaguman Guru Isa terhadap anak muda itu kini telah
hilang. Ia bahkan menjadi tidak takut lagi terhadap siksaan yang akan
diterimanya. Ia memulai membiasakan dirinya untuk menghilangkan
ketakutan dalam dirinya. Tekad ini yang ternyata memullihkan penyakitnya.
Ia tidak lagi impoten. Guru Isa kini menjadi orang yang sangat bahagia.

Unsur Intrinsik
Unsur yang membentuk karya sastra dari dalam karya sastra itu
sendiri diantaranya, sebagai berikut.
1. Tema
Seorang guru sekolah yang merasa takut akan kenyataan
hidupnya yang harus berjuang saat revolusi pasca kemerdekaan.
2. Alur
a. Perkenalan
Ketika tembakan pertama di Gang Jaksa itu memecah
kesunyian pagi Guru Isa .... (halaman 8, paragraf 2).
b. Pertikaian
Raja jijik dan takut memuncak dalam dalam hati Isa melihat
tangan serdadu yang kasar ...... (halaman 12, paragraf 1).
c. Konflik
..... ketika dia terpilih menjadi kurir pengantar senjata dan
surat-surat di dalam kota Jakarta. (halaman 39, paragraf 2).
d. Klimaks
Mereka akan melempar granat ke tengah-tengah serdadu
belanda yang berdesak-desak keluar dari bioskop. (halaman 129,
paragraf 4).
e. Peleraian
Hazil berkata kepadanya (Isa) “isa, mengakulah engkau,
mereka akan datang kembali.” (paragraf 3 halaman 161).
f. Akhir Cerita
Tetap bersama dengan dengan itu dia tahu pula, bahwa
baginya jalan baru mulai. (halaman 164, paragraf 4)
3. Setting
a. Waktu
1) Pagi hari : “...... memecah kesunyian pagi Guri Isa ...” (halaman
8, paragraf 3).
2) Senja : “Hujan gerimis menambah senja lekas menggelap.”
(halaman 1, paragraf 1).
3) Malah hari : “Malam itu hujan gerimis menambah senja ....”
b. Tempat
Gang Jaksa, Gang Sirih Wetan, warung pak Darmiah, Kebon Sirih,
Asam Lama, Rumah Mister Kamaruddin, kamar kerja Guru Isa,
kamar mandi, Karawang.
c. Suasana
Menegangkan, menyedihkan, menyesal.
4. Penokohan atau Perwatakkan
Pengenalan watak dari tiap-tiap pelaku sebagai berikut.
a. Guru Isa : penakut, tidak menyukai perkelahian, perasa.
b. Hazil : pembangkang, bertekad kuat, pandai.
c. Fatimah : perhatian, ingin dicintai, pemberani.
d. Tuan Hamidy : dermawan, tempramental, penyayang, tidak
berprikemanusiaan.
5. Sudut Pandang
Sudut pandang menggunakan orang ketiga, karena pengarang
banyak menggunakan nama orang dan kata ganti dia
6. Amanat
Kita harus siap sedia melawan rasa takut untuk mendapat
kemerdekaan.

Unsur-Unsur Ektrinsik
1. Nilai Sosial
a. Rasa tolong-menolong, gotong royong, dan rasa kebersamaan yang
timbul pada masa-masa sulit yaitu pada masa perjuangan
kemerdekaan untuk mengusir penjajah dari tanah air yang
sewenang-wenang terhadap penduduk pribumi yang menentang
penjajah atau serdadu-serdadu.
b. Takut tentu boleh untuk siapa saja, namun hadapilah ketakutan itu
suatu saat nanti, kelak ia akan membuatmu menjadi lebih kuat dan
pribadi yang lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai