Anda di halaman 1dari 5

TUGAS BAHASA INDONESIA ANALISIS NOVEL SEJARAH

“JALAN TAK ADA UJUNG”


KARYA
MOCHTAR LUBIS

Oleh Haula Wafa Kamila XII IPA 4


ANALISIS

Sinopsis
Guru Isa adalah seorang guru sekolah di Tanah Abang yang harus hidup dalam
banyak cobaan kehidupan. Kehidupan keluarganya yang sederhana bersama Fatimah istrinya
dan Salim anak yang dipungutnya bersama Fatimah. Kehidupan bertahan hidup dari
gempuran serdadu – serdadu Nica yang kerap kali merubah hari – hari tenang di kampung
menjadi perasaan was – was untuk sibuk menyelamatkan diri.
Guru Isa merasa takut dan jijik dalam hatinya saat melihat serdadu yang kasar, kejam,
tak berperikemanusiaan menggeledah rumah – rumah warga kampung. Mereka ingin
mengambil beberapa orang untuk dibawa ke markas mereka, tapi … mengapa harus ada yang
mati saat mereka hanya ingin mengambil orang? Orang – orang yang berlari saat ada siap –
siapan langsung ditembak membabi buta.
Di kampung Kebon Sirih dimana Guru Isa tinggal, mengadakan pertemuan untuk
Revolusi Kemerdekaan yang diketuai oleh Hazil. Dia pemuda yang berani, pintar, dan yang
paling bersemangat untuk menggerakan para warga agar mengikuti perjuangannya. Para
pemuda yang berjaga diluar bersenjata golok dan bambu runcing, berpikir bahwa setiap saat
musuh akan menyerbu kapan saja, dan semua orang dalam rapat telah bersumpah berani mati
dan berkorban hanya untuk Kemerdekaan. Kemudian Guru Isa terpilih menjadi kurir
pengantar senjata dan surat – surat dalam kota Jakarta. Guru Isa takut dan terkejut akan
bagaimana dia nanti sebagai anggota penting dalam organisasinya. Dia mencoba menolak,
namun desakan – desakan dari segala pihak membuatnya merasa tenggelam dalam takutnya.
Hazil, Guru Isa, dan Rakhmat teman Hazil yang juga pemuda berani dan haus akan
kemerdekaan Indonesia. Mereka berencana untuk mengobrak – abrikkan serdadu – serdadu
Belanda yang akan keluar dari bioskop, di Kramatplein. Mereka telah membawa granat
tangan dan akan melemparnya bersama – sama, kemudian lari meninggalkan jejak dari
tempat, itulah rencana yang mereka rencanakan. Selama ini mereka hanya bersembunyi saat
ada serdadu – serdadu menggeledah rumah, hanya diam tak berbuat apa – apa, hanya rencana
– rencana saja yang mereka bicarakan tak ada tindakan nyata. Saat inilah yang mereka
akhirnya sadar untuk melakukannya.
Hazil dan Rakhmat sebagai pelempar granat tangan, sedang Guru Isa berada di luar
restoran sebagai pengawas untuk melihat apa yang terjadi setelah mereka melemparkan
granat itu. Bunyi ledakan pertama datang dengan tidak disangka – sangkanya. Disusul
ledakan kedua, yang telah menimbulkan kacau balau saat orang – orang keluar dari bioskop.
Orang menjerit, melolong, berlari kemana – mana, serdadu menembak sana sini dan bunyi
pekik dan jerit orang. Hazil dan yang lain langsung kabur untuk meninggalkan jejak
pengeboman yang mereka lakukan.
Setelah bubar, mereka berkumpul di balok tembok rumah tak dikenal. Mereka
membicarakan tentang kejadian barusan, dan ternyata yang hanya dua orang yang tergeletak
dan dibawa oleh ambulans dan banyak orang luka – luka. Rakhmat tercengang. Akhirnya
mereka memutuskan untuk pulang dan mungkin untuk waktu yang lama tidak ada rapat atau
perkumpulan lagi.
Setelah seminggu berlalu, bunyi berita Koran menuturkan “Seorang dari pelempar
granat tangan tertangkap”. Hal itu mengejutkannya, siapa yang tertangkap ? Hazil ? Ataukah
Rakhmat ? Guru Isa takut, terbayang di pikirannya bahwa sebentar lagi dia juga akan
tertangkap. Tiga hari berlalu, dan polisi mendatangi rumah Guru Isa dan ingin membawa
Guru Isa ke kantor. Tetangga – tetangganya memandang Guru Isa dan mata mereka
mengikuti perginya Guru Isa, tak satupun yang dapat berkata.
Sesampainya di kantor, Guru Isa dimasukkan dalam kamar kecil sendirian. Hingga
dia dipindahkan ke kamar lain guna melakukan intrograsi padanya. Dia ditanya ini itu,
diminta untuk mengaku karena poilisi telah tahu semuanya, namun Guru Isa takut dan ragu
untuk mengakui apa yang telah dilakukannya dan kemudian ia pingsan dengan sendirinya.
Saat ia tersadar dalam kamar, ia mendengar suara yang ia kenal. Hazil. Hazil disiksa oleh
polisi – polisi, dan Hazil menangis terisak – isak dia berpikir bahwa ia bersalah, ia
berkhianat, ia tidak tahan siksaan mereka, ia ingin mati sekarang.
Pintu terbuka dan kapten serta dua orang polisi milter telah datang. Guru Isa ditanyai
ini itu lagi, dan tetap Guru Isa menjadi panik dan takut. Polisi akhirnya tidak sabar akan tidak
maunya mengaku Guru Isa, dan menendang Guru Isa tepat di rongga dadanya, seakan tulang
rusuknya telah remuk dan disusul lagi tendangan kedua. Hazil meminta kepada Guru Isa
untuk mengaku, namun Guru Isa masih belum bisa berkata dan dadanya masih terasa amat
sakit. Polisi itu datang malam esoknya dan esoknya lagi dengan membawa ancaman dan
penuh ketakutan, namun selamanya Guru Isa tidak akan mengaku.
Setelah berulang kali mereka disiksa, Guru Isa sadar bahwa Hazil sudah tiada lagi
bedaya dan Guru Isa sebaliknya, ia merasa telah bangkit, ia sudah tiada lagi merasa takut
yang dideranya selama menjadi anggota revolusi. Dia telah damai dengan takutnya. Telah
belajar bagaimana harus hidup dengan takutnya.
Di ujung kamar, Hazil tidur mengerang dengan mimpi – mimpi ketakutannya. Dan
saat Guru Isa mendengar derap langkah kaki sepatu berat ke kamar mereka, Guru Isa merasa
damai dengan takutnya yang timbul. Dia tahu teror mereka tidak akan bisa menyentuhnya
lagi, teror yang dialaminya saat merasa takut akan kegiatan organisasi mereka yang sembunyi
– sembunyi melawan serdau – serdadu yang berujung dengan ketidak pastian akan
kemerdekaan yang mereka impikan. Guru Isa telah bebas.

I. Unsur Intrinsik
 Penokohan
a. Tokoh utama : Guru Isa, Hazil, Fatimah, Tuan Hamady, Rakhmat, Mr.
Kamaruddin, dan Serdadu atau penjajah.
b. Watak setiap tokoh :
o Guru Isa
1. Penakut : “Tetapi dalam hatinya sendiri dia takut, bahwa keputusan yang
akan diambil, dia sendiri tidak bisa hadapi dan terima.” (halaman 59,
paragraf 3)
2. Tidak menyukai perkelahian : “saya bukan orang berkelahi, bisiknya
kembali … (halaman 130, paragraph 3)
3. Perasa : “ Sampai bisa niat mencuri masuk ke dalam kepalaku,”
pikirnya, malu pada dirinya sendiri. (halaman 24, paragraf 1)
o Hazil
1. Pembangkang : “Ha, rupanya pistol itu masih belum juga engkau
buang ? Bukankah Ayah suruh seminggu yang lalu ? Anak kepala batu!
Engkau mau mati?” (halaman 20, paragraf 1)
2. Bertekad kuat : “Jangan Ayah! Kita perlu senjata untuk kemerdekaan.”
(halaman 20, paragraf 3)
3. Pandai : “Jika kita angkat terang – terang, siang – siang, maka tidak
seorang juga serdadu Inggris yang akan curiga kita membawa mesiu,”
tulis Hazil dalam suratnya. (halaman 72, paragraf 2 dari bawah)

o Fatimah
1. Pandai menahan diri : Barangkali memang perempuan lebih dapat
menahan diri daripada laki – laki dalam keadaan serupa ini, atau
pendidikannya menahannya.(halaman 62, paragraf
2. Perhatian : “Malariamu lagi barangkali,” kata Fatimah. “Minumlah pel.
Masih ada di lemari.” (halaman 110, paragraf 2 dari bawah)
3. Ingin dicintai : Dia adalah seorang perempuan yang seluruh tubuhnya
dan jiwanya memekik minta dikuasai dan direbut. (halaman 63, baris
pertama)

o Tuan Hamidy
1. Dermawan : “Dalam perjuangan kita mesti bantu – membantu bukan?
Kalau beras lepas saya juga mau sumbangkan … “ (halaman 67, paragraf
4)

o Rakhmat
1. Berani : Rakhmat sekarang telah bisa berkawan dengan kekerasan. Dia
paling berani … (halaman 97, paragraf 3)

o Mr. Kamaruddin
1. Tempramental : Dia baru saja marah – marah pada babu, karena kopinya
tiap pagi diberi gula banyak – banyak. (halaman 18, paragraf 4)
2. Penyayang : … tersembunyi perasaan yang lebih besar dari kemarahan.
Perasaan kesayangan seorang ayah pada anak … (halaman 20, paragraf 1
dari bawah)

o Serdadu atau penjajah


1. Tidak berperikemanusiaan : Menggeledah dengan kasar sekali, dan
tangannya terlalu lama berhenti di dada perempuan itu. (halaman 12,
paragraf 1)

 Alur :
1. Perkenalan : Ketika tembakan pertama di Gang Jaksa itu memecah kesunyian pagi
Guru Isa … (halaman 8, paragraf 2)
2. Pertikaian : Rasa jijik dan takut memuncak dalam hati Isa melihat tangan serdadu
yang kasar … (halaman 12, paragraf 1)
3. Konflik : … ketika dia terpilih menjadi kurir – pengantar – senjata dan surat – surat
di dalam kota Jakarta. (halaman 39, paragraf 2)
4. Klimaks : Mereka akan melemparkan granat tangan itu bersama – sama, dan
kemudian lari. Melemparkan granat ke tengah – tengah serdadu – serdadu Belanda
yang berdesak – desak keluar dari bioskop. (halaman 129, paragraf 4)
5. Peleraian : Hazil berkata kepadanya (Isa) “Isa, mengakulah engkau, mereka akan
datang kembali.“ (halaman 161, paragraf 3)
6. Akhir Cerita : Tetapi bersama dengan itu dia tahu pula, bahwa baginya jalan baru
mulai. (halaman 164, paragraf 4)

 Tema : Seorang Guru sekolah yang merasa takut akan kenyataan hidupnya
yang harus berjuang saat masa revolusi pasca kemerdekaan.
 Amanat :

1. Kita harus selalu siap sedia melawan rasa takut untuk mendapatkan
kemerdekaan.
2. Janganlah terlalu banyak memendam perasaan takut, itu akan menyebabkan kita
hanya menerima kekalahan yang bukan kita inginkan dari apa yang ingin kita
menangkan.
3. Perjuangan dalam bentuk apapun dapat membentuk kepribadian seseorang
menjadi lebih baik.
4. Kita akan jatuh dalam ketakutan yang hebat bila kita tidak mengubah pola pikir
kita akan ketidak mampuan menghadapi cobaan.
5. Menghadapi kenyataan dan ketakutan yang berlebih akan membuat mental
seseorang menjadi lebih kuat dan telah belajar bagaimana harus hidup dengan
rasa takut
6. Kita akan bisa menguasai diri sendiri, bila kita telah berdamai dengan rasa takut.
7. Kebahagiaan manusia adalah dalam perkembangan orang seseorang yang
sempurna dan harmonis dengan manusia lain.

I. Unsur Ekstrinsik
Nilai-nilai yang terkandung
a. Nilai sosial
1. Rasa tolong – menolong, gotong royong, dan rasa kebersamaan yang timbul
pada masa – masa sulit yaitu pada masa perjuangan kemerdekaan untuk
mengusir penjajah dari tanah air yang sewenang – wenang terhadap penduduk
pribumi yang menentang penjajah atau serdadu – serdadu.

2. Takut tentu boleh untuk siapa saja, namun hadapilah ketakutan itu suatu saat
nanti, kelak ia akan membuatmu menjadi lebih kuat dan pribadi yang lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai