Anda di halaman 1dari 6

2023

TUGAS BAHASA INDONESIA


UNSUR INTRINSIK KARYA SASTRA

FATIH AL BAIHAQI Z.
KELAS 7-5
1/2/2023
Judul buku : Jalan Tak Ada Ujung
Pengarang : Mochtar Lubis
Penerbit : Balai Pustaka
Tahun terbit : 1952
Jumlah halaman : 167

Unsur Intrinsik
Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya sastra dari dalam, unsur ini memiliki
kepaduan antar-berbagai unsur yang terkandung di dalam sebuah karya sastra, sehingga mampu
membangun inti cerita. Berikut unsur intrinsik novel Jalan Tak Ada Ujung.

1. Tema

Ketakutan seorang guru sekolah yang menghadapi kenyataan hidup masa revolusi. Novel ini
menceritakan masa revolusi, masa yang membuat orang-orang merasakan sangat ketakutan, terutama
Guru Isa. Ketakutan Guru Isa sampai membuatnya mengalami ganguan psikologis.

2. Tokoh Dan Perwatakan

A. Guru Isa
 Penakut : “Tetapi dalam hatinya sendiri dia takut, bahwa keputusan yang akan diambil, dia
sendiri tidak bisa hadapi dan terima.” (halaman 59, paragraf 3)
 Tidak suka berkelahi/kekerasan : “saya bukan orang berkelahi, bisiknya kembali … (halaman
130, paragraph 3)
 Sensitif: “ Sampai bisa niat mencuri masuk ke dalam kepalaku,” pikirnya, malu pada dirinya
sendiri. (halaman 24, paragraf 1)

B. Hazil
 Pembangkang/keras kepala : “Ha, rupanya pistol itu masih belum juga engkau buang ?
Bukankah Ayah suruh seminggu yang lalu ? Anak kepala batu! Engkau mau mati?” (halaman 20,
paragraf 1)
 Mempunyai tekad yang kuat: “Jangan Ayah! Kita perlu senjata untuk kemerdekaan.”
(halaman 20, paragraf 3)
 Pintar : “Jika kita angkat terang – terang, siang – siang, maka tidak seorang juga serdadu Inggris
yang akan curiga kita membawa mesiu,” tulis Hazil dalam suratnya. (halaman 72, paragraf 2
dari bawah)
C. Fatimah
 Sabar, pintar menahan diri : Barangkali memang perempuan lebih dapat menahan diri daripada
laki – laki dalam keadaan serupa ini, atau pendidikannya menahannya.
(halaman 62, paragraf )
 Perhatian : “Malariamu lagi barangkali,” kata Fatimah. “Minumlah pel. Masih ada di lemari.”
(halaman 110, paragraf 2 dari bawah)
 Butuh kasih sayang : Dia adalah seorang perempuan yang seluruh tubuhnya dan jiwanya
memekik minta dikuasai dan direbut. (halaman 63, baris pertama)

D. Rakhmat
 Berani : Rakhmat sekarang telah bisa berkawan dengan kekerasan. Dia paling berani …
(halaman 97, paragraf 3)

E. Tuan Hamidy
 Dermawan : “Dalam perjuangan kita mesti bantu – membantu bukan? Kalau beras lepas saya
juga mau sumbangkan … “ (halaman 67, paragraf 4)

F. Mr. Kamaruddin
 Pemarah /Tempramental : Dia baru saja marah – marah pada babu, karena kopinya tiap pagi
diberi gula banyak – banyak. (halaman 18, paragraf 4)
 Penyayang : … tersembunyi perasaan yang lebih besar dari kemarahan. Perasaan kesayangan
seorang ayah pada anak … (halaman 20, paragraf 1 dari bawah)

G. Serdadu – serdadu atau Penjajah


 Kejam, sadis, melecehkan : Menggeledah dengan kasar sekali, dan tangannya terlalu lama
berhenti di dada perempuan itu. (halaman 12, paragraf 1)

3. Latar

A. Waktu
 Pagi hari : “… memecah kesunyian pagi Guru Isa …“ (halaman 8, paragraf 3)
 Senja : “Hujan gerimis menambah senja lekas menggelap.“
(halaman 1, paragraf 1)
 Malam hari : “Malam itu hujan gerimis …“ (halaman 54, paragraf 1)

B. Suasana
 Mencekam, Menegangkan : “Astagfirullah!” Isa berseru dalam hatinya terkejut dan ngeri
ketakutan. Sekilas terbayang dalam kepalanya dia ditembak mati sekarang. (halaman 11,
paragraf 3)
 Ketakutan, Menyedihkan : Perempuan Tionghoa itu mengerang-erang menangis. Tangis
terkejut dan ketakutan. Campuran perasaan – perasaan melihat suaminya berbaring
berlumuran darah dan rasa takut hatinya sendiri.
(halaman 13, paragraf 4)
 Gembira : Guru Isa menahan rasa senangnya, mendengar ini. Dia senang dia tidak perlu pegang
uang organisasi gelap mereka. (halaman 108, paragraf 1)
 Penyesalan : Dia merasa menyesal selalu berkelahi dengan Hazil belakangan ini. (halaman 50,
paragraf 2)
C. Tempat
 Gang Jaksa : “… bermain – main di jalan Gang Jaksa.” (halaman 2, paragraf 1)
 Gang Sirih Wetan : “dari dalam Gang Sirih Wetan “ (halaman 2, paragraf 2) 
 Kebon Sirih : “… dari arah Kebon Sirih …“ (halaman 5, paragraf 1 dari bawah)
 Sekolah : “ Ketika dia tiba di rumah sekolah …“ (halaman 17, paragraf 3)
 Rumah Mr. Kamaruddin : “… di beranda belakang rumahnya …“ (halaman 18, paragraf 4)
 Kamar kerja Guru Isa : “…dan Guru Isa bekerja di kamar kerjanya.” (halaman 54, paragraf 1)
 Rumah Tuan Hamidy : “Di depan rumah Tuan Hamidy .” (halaman 105, paragraf 5)
 Tangsi polisi militer : “ Dia dimasukkan di kamar kecil di tangsi polisi militer di Laan Trivelli.”
(halaman 155, paragraf 1)

4. Alur

A. Perkenalan
Ketika tembakan pertama di Gang Jaksa itu memecah kesunyian pagi Guru Isa sedang
berjalan kaki menuju sekolahnya di Tanah Abang. Selintas masuk kedalam pikirannya rasa was-was
tentang keselamatan istri dan anaknya. Ah, Fatimah akan hati-hati, pikirnya kemudian, telah aku
suruh dia jangan keluar-keluar rumah. (halaman 8, paragraf 2)

B. Permasalahan
Tidak banyak yang diingatnya dari rapat yang penuh bersemangat itu. Semua orang
bersumpah berani mati,dan berani berkoban untuk kemerdekaan. Hazil yang berbicara yang paling
banyak. Membawa bermacam-macam rencana tentang cara-cara mencari senjata. Dan kemudian,
alangkah terkejutnya dia, Ketika dia terpilih menjadi kurir—pengantar – senjata dan surat-surat di
dalam kota Jakarta. Alasan-alasan pemuda-pemuda itu ialah, karena dia guru sekolah, maka orang
tidak akan curiga padanya. (halaman 39, paragraf 2)

C. Klimaks
Mereka akan melemparkan granat tangan itu bersama-sama, dan kemudian lari.
Melemparkan granat ke tengah-tengah serdadu-serdadu belanda yang berdesak-desak keluar dari
bioskop. (halaman 129, paragraf 4)

D. Masalah menurun (Anti-Klimaks)


Dia berbaring demikian, matanya melihat ke luar jendela. Langit masih juga amat biru dan
gumpalan awan-awan putih. Hazil berkata padanya. “Isa mengakulah engkau, mereka akan datang
Kembali”. (halaman 161, paragraf 3)

E. Penyelesaian
Tetapi bersama dengan itu dia tahu pula, bahwa baginya jalan baru mulai. Semua kata-kata
Hazil dahulu itu, yang sekarang teringat olehnya dalam kamar itu adalah buat dia. Dia telah
menguasai dirinya sendiri. Tiada benar dia tidak merasa takut lagi. Tetapi dia telah damai dengan
takutnya. Telah belajar bagaimana harus hidup dengan takutnya. (halaman 164, paragraf 4)
5. Amanat

 Jangan terlalu banyak memendam perasaan takut, karena menyebabkan perasaan was-was dan
menciutkan nyali.
 Kita harus bisa melawan rasa takut dalam berjuang mendapatkan kemerdekaan.
 Perjuangan dalam bentuk apapun dapat membentuk kepribadian seseorang menjadi lebih baik.
 Kita harus dapat mengubah pola pikir agar bisa bertahan walau dalam keadaan yang sulit sehingga
mampu menghadapi cobaan yang Tuhan berikan.

6. Sinopsis

Novel Jalan Tak Ada Ujung menceritakan seorang guru bernama Isa berumur tiga puluh lima
tahun yang ketakutan pada masa-masa revolusi, tidak suka dengan kekerasan. Ia memiliki isteri
bernama Fatimah. Fatimah harus kesana-kemari meminjam uang hanya untuk kebutuhan makan
sehari-hari. Selain itu, Guru Isa pun harus menerima ketika ia tidak bisa memberikan kepuasan
secara batin kepada istrinya untuk selamanya. Sehingga keharmonisan keluarganya semakin lama
semakin berkurang. Oleh sebab itu, isterinya memutuskan untuk mengambil anak pungut yaitu
seorang anak laki-laki kecil bernama Salim.

Kehidupan Guru Isa selalu diwarnai rasa takut. Ketika tembakan pertama di Gang Jaksa itu
memecahkan kesunyian pagi, ia sedang berjalan kaki menuju sekolahnya di Tanah Abang. Ia sangat
ketakutan ketika itu, ia memikirkan tentang keselamatan anak dan isterinya. Bertahan hidup dari
gempuran serdadu – serdadu Nica yang kerap kali merubah hari – hari tenang di kampung menjadi
perasaan was – was untuk sibuk menyelamatkan diri. Guru Isa merasa takut dan jijik dalam hatinya
saat melihat serdadu yang kasar, kejam, tak berperikemanusiaan menggeledah rumah – rumah
warga kampung.

Hazil, Guru Isa, dan Rakhmat teman Hazil yang juga pemuda berani dan haus akan
kemerdekaan Indonesia. Mereka berencana untuk mengobrak – abrikkan serdadu – serdadu
Belanda yang akan keluar dari bioskop, di Kramatplein. Mereka telah membawa granat tangan dan
akan melemparnya bersama – sama, kemudian lari meninggalkan jejak dari tempat, itulah rencana
yang mereka rencanakan. Selama ini mereka hanya bersembunyi saat ada serdadu – serdadu
menggeledah rumah, hanya diam tak berbuat apa – apa, hanya rencana – rencana saja yang
mereka bicarakan tak ada tindakan nyata. Saat inilah yang mereka akhirnya sadar untuk
melakukannya. Setelah tidak ada kabar antara Hazil, Rakhmat, dan Isa. Hazil kemudian dapat
ditangkap oleh polisi militer, ia mengakui apa yang telah ia perbuat dan menyebutkan siapa saja
yang terlibat dalam kasus itu. Tak lama kemudian guru Isa menyusul. Ditangkap polisi. Mereka
berdua disiksa. Karena mereka tetap tidak mau mengaku di mana Rakhmat bersembunyi. Akhirnya,
Isa menemukan sifat kelakian-lakiannya dan arti hidupnya sesungguhnya, dan sebaliknya Hazil yang
bersemangat dan pemberani menjadi penakut akan siksaan-siksaan yang ia dapat dari tentara
Belanda.

Anda mungkin juga menyukai