Anda di halaman 1dari 9

BAB I

RESENSI NOVEL

“JALAN TAK ADA UJUNG”

A. IDENTITAS NOVEL

judul buku : jalan tak ada ujung


pengarang : motchar lubis
tebal buku : VI+167 hlm
penerbit : yayasan obor indonesia

1
B. SINOPSIS

Hujan gerimis menambah senja lekas menggelap. Guntur menghempas hempas di ujung
langit, dan cahaya kilat memancar mancar. Terang yang ditimbulkan amat cepat diganti
oleh gelap yang lebih pekat. Jalan jalan kosong dan sepi. Beberapa orang bergegas lari
dari hujan. Dan lari ancaman yang telah lama memeluk seluruh kota.
Sebuah truk penuh berisi serdadu serdadu bermuka keras menderu di atas jalan jalan
yang kosong. Patroli yang membelok ke kanan, terus, ke kiri, ke kanan, terus, dan terus,
terus di jalan jalan yang sunyi, kosong dan sepi. Jalan dalam malam hujan gerimis gelap,
jalan berliku tidak habis habisnya. Jalan tak ada ujung.

Novel tersebut menceritakan tentang kisah seorang guru, Isa namanya, yang ketakutan
ketika masa masa revolusi. Karena Isa adalah seorang guru, oleh karenanya ia sangat di
hormati oleh tetangga tetangganya. Akan tetapi statusnya seperti tidak memihak
kepadanya, keadaan ekonomi keluarganya sangat kekurangan. Istrinya fatimah, harus
kesana kemari meminjam uang untuk keperluan makan. Selain itu, ia pun harus
menerima ketika ia tidak bisa memberikan kepuasan batin kepada istrinya untuk
selamanya. Sehingga keharmonisan keluarganya semakin lama semakin berkurang.
Kehidupannya selalu di landa ketakutan. Setiap hari, setiap malam, dan setiap saat ia
merasa was was ketika mendengar serdadu serdadu inggris menyerbu.
Ketakutannya berawak ketika guru isa sedang menuju ke sekolahnya yang ada di tanah
abang. Ia mendengar tembakan untuk pertamakalinya di gang jaksa yang melepas
kesunyian kala itu.
Guru isa kemudian bergabung dengan sebuah organisasi pemberontakan. Ia diajak oleh
salah satu temannya Hazil yang sangat pintar bermain biola. Dengan sangat terpaksa ia
menuruti apa kata temannya itu. Mereka kemudian bertugas untuk mengambil senjata
dan granat tangan yang di simpan di daerah asam reges, setelah itu di simpan di
manggarai, kemudian di selundupkan ke karawang. Penyelundupan itu berjalan mulus,
meskipun menyisakan ketakutan pada guru isa.
Karena merasa tidak bisa dipuaskan secara batin oleh guru isa, irtrinya kemudian
berselingkuh dengan teman guru isa sendiri, Hazil. Guru isa tahu akan hal itu tetapi ia
memilih untuk diam.

2
Serdadu inggris kemudian meninggalkan indonesia setelah adanya perjanjian linggar jati.
Akan tetapi, kondisi tersebut bukanlah sesuatu yang mengenakkan. Beberapa saat setelah
kepergian serdadu inggris, serdadu belanda kemudian datang kembali ke indonesia.
Puncak pemberontakan mereka terjadi ketika guru isa, hazil, dan rakhmat, temannya
merencanakan untuk menyerang serdadu belanda di sebuah bioskop bernama bioskop
rex. Mereka melemparkan bom tangan di depan pintu masuk bioskop tersebut. Beberapa
serdadu belanda terluka akibat ledakan bom tersbut. Setelah itu mereka bertiga pulang ke
tempat masing masing dan tidak saling memberi kabar untuk selang waktu yang lama.
Hazil kemudian ditangkap oleh polisi militer, ia mengakui perbuatannya dan
menyebutkan siapa saja yang terlibat dalam kasus itu. Tak lama kemudian guru isa
menyusul hazil di tangkap polisi. Mereka berdua disiksa karena mereka tidak mau
mengaku dimana rakhmat bersembunyi.

BAB II

ANALISI UNSUR –UNSUR NOVEL

3
A. UNSUR INTRINSIK

 Tema: perjuangan guru isa pada masa revolusi

 Tokoh
1. Guru isa
2. Pak damrah
3. Hazil
4. Semedi
5. Kamarudin
6. Hazil
7. Salim
8. Hamid
9. Zubair
10. Hamidy
11. Abdulah
12. Rakhmat

 Latar:
di jakarta

 Alur:
alur maju

 Sudut Pandang

Sudut pandang menggunakan sudut pandang orang ketiga, karena


pengarang banyak menggunakan nama orang dan kata ganti Dia .

 Gaya Bahasa

         Personifikasi : Dan lari dari ancaman yang telah lama memeluk seluruh kota.
(halaman 1, paragraf 1)

4
         Hiperbola : dan cahaya kilat memancar – mancar. (halaman 1, paragraf 1)

         Simbolik : Kanak – kanak itu berlompatan seperti monyet turun ke jalan.


(halaman 3, paragraf 2)

         Asosiasi atau Simile : api yang membakar cinta pada tanah airnya, hebat seperti
hembusan taufan. (halaman 33, paragraf 2 dari bawah)

         Pleonasme : … terhempas ke bawah jauh – jauh. (halaman 43, paragraf 4)

         Repetisi : Hazil yang gila. Rencana gila, Markas di luar kota yang gila?
(halaman 131, paragraf 1)

 Amanat

         Kita harus selalu siap sedia melawan rasa takut untuk mendapatkan kemerdekaan.

         Janganlah terlalu banyak memendam perasaan takut, itu akan menyebabkan kita
hanya menerima kekalahan yang bukan kita inginkan dari apa yang ingin kita
menangkan.

         Perjuangan dalam bentuk apapun dapat membentuk kepribadian seseorang menjadi


lebih baik.

         Kita akan jatuh dalam ketakutan yang hebat bila kita tidak mengubah pola pikir kita
akan ketidak mampuan menghadapi cobaan.

         Menghadapi kenyataan dan ketakutan yang berlebih akan membuat mental


seseorang menjadi lebih kuat dan telah belajar bagaimana harus hidup dengan rasa takut

         Kita akan bisa menguasai diri sendiri, bila kita telah berdamai dengan rasa takut.

         Kebahagiaan manusia adalah dalam perkembangan orang seseorang yang sempurna


dan harmonis dengan manusia lain.

5
B. Unsur Ekstrinsik

  Nilai Sosial

         Rasa tolong – menolong, gotong royong, dan rasa kebersamaan yang timbul pada
masa – masa sulit yaitu pada masa perjuangan kemerdekaan untuk mengusir penjajah
dari tanah air yang sewenang – wenang terhadap penduduk pribumi yang menentang
penjajah atau serdadu – serdadu.

         Takut tentu boleh untuk siapa saja, namun hadapilah ketakutan itu suatu saat nanti,
kelak ia akan membuatmu menjadi lebih kuat dan pribadi yang lebih baik.

6
C. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN NOVEL

 KELEBIHAN BUKU
Ceritanya benar benar realis, penggambaran tokoh tidak secara langsung
tetapi sangat jelas perbedaan antar perbedaan antara tokoh satu dengan tokoh
lain. Setingnya dibuat sedetil mungkin.

 KEKURANGAN BUKU
Pemilihan bahasanya sederhana

7
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Novel ini sangat pantas untuk di baca, dengan tema perjuangan seorang guru di
masa revolusi. Ada beberapa kelebihan dalam novel ini terutama dalam setting yang
sangat kuat. Dengan perincian situasi yang sangat mendetail. Selain itu penokohannya
juga terlihat jelas. Hanya kekurangannya adalah pemilihan gaya bahasa yang sederhana.
Mochtar Lubis menggunakan sudut pandang orang pertama dan sudut pandang orang
ketiga dengan alur maju. Amanat dari novel ini adalah untuk tidak menjadi orang yang
penakut, berjuanglah demi kebenaran asal harus berasaskan peri kemanusiaan.

8
DAFTAR ISI

http://putriiilarasati.blogspot.com/2013/01/nama-putrilarasati-kelas-xi-a1-
no.html

Anda mungkin juga menyukai