Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
A. Identitas
Identitas buku yang dilaporkan terdiri atas judul buku, nama pengarang, tahun
terbit, kota terbit, penerbit, penyunting, cetakan, desain sampul, tebal buku, nomor
ISBN, dan gambaran kulit luar. Berikut identitas buku secara rinci.
1. Judul buku : Kisah Tanah Jawa
2. Pengarang : @kisahtanahjawa
3. Tahun terbit : 2018
4. Kota terbit : Jakarta
5. Penerbit : GagasMedia
6. Penyunting : Ry Azzura
7. Cetakan : ke 11
8. Desain sampul : Rezky Mahangga
9. Tebal buku : 247 halaman
10. Nomor ISBN : 978-979-780-933-1
11. Kulit luar
Novel ini merupakan cetakan ke 11. Novel ini didominasi oleh warna hitam
dan coklat. Pada bagian atas kulit luar terdapat jenis novel dan dibawahnya tertulis
nama penulis, yaitu @kisahtanahjawa. Pada bagian tengah terdapat penggambaran
lampu dan wajah yang menggambarkan seberapa seram cerita dalam novel ini, dan
dibawahnya tertulis judul dari novel ini.

1
BAB II
ULASAN ISI BUKU

Setiap daerah di Indonesia memiliki kisah mistisnya masing-masing. Pulau


Jawa sebagai pulau terpadat di Indonesia pun tentunya memiliki banyak kisah
mistis. Hal inilah yang diulas dalam buku KISAH TANAH JAWA ini. Sejak kecil aku
sering mendengar tentang jembatan yang dibuat dari kepala anak-anak biar kokoh,
Genderuwo, Kolor Ijo, Nyi Roro Kidul, Lawang Sewu, sampai kisah Roro Jonggrang
dan seribu candi yang dibangun dalam semalam. Bagian buku ini terdiri atas 6 bab
Bab satu (Napas Tiang Pancang) berisi tentang pembangunan dengan
tumbal nyawa. Bebepa bangunan yang dibahasa adalah Stasiun Tugu, Jembatan
Kereta Api Sungai Serayu, Jembatan Cirahong, dan bangunan lainnya. Dalam
proses pembangunan biasanya tidak berjalan dengan lancar. Selalu ada kendala
atau selalu timbul masalah karena ada makhluk ghaib yang terganggu. Oleh karena
itu, biasanya tumbal nyawa selalu diminta (disarankan) oleh orang pintar (dukun).
Salah satu yang paling membuatku merinding adalah rombongan pemain lengger
yang dikorbankan dalam pembangunan salah satu tiang pancang jembatan kereta
api sungai Serayu.
Bab dua (Penyedap Komposisi Dosa) berisi tentang kemistisan yang biasa
dilakukan oleh pekerja tiang pancang, alias pegawai kontraktor bangunan yang
biasa memberikan tumbal. Di topik ini diulas berbagai kejadian terkait tumbal.
Dibahas juga mengenai penglaris yang (semuanya) menjijikkan dan bikin mual.
Apalagi ilustrasi yang disertakan semakin menambah rasa mual tersebut. Ada jin
khodam, ada sosok pocongan, ada yang menggunakan kain kafan, rebusan celana
dalam. Selain menjijikkan, bahkan beberapa meminta timbal balik kepada
penggunanya. Untuk apa tumbal tersebut, berbagai cerita tentang tumbal
pembangunan dan lain sebagainya. Tapi lagi-lagi cerita tersebut memang memiliki
kronologis secara fakta sejarah. Memang tidak semua cerita disertakan tahun dan
tempat. Jadi dapat dikatakan setengah mitos namun setengahnya lagi memang
fakta.
Bab tiga (Harta Berujung Petaka) Isi dari bab ini sesuai judulnya, ritual
pesugihan agar kaya dengan cara instan (dan tentu saja mempraktikkan ilmu hitam).
Ada babi ngepet, Pesughan Sate Gagak, Buto Ijo, Nyi Blorong, Gunung Kawi, dan
2
banyak lagi yang lainnya. Beberapa hal (contohnya Pesugihan Gunung Kawi)
sebenarnya bukanlah praktik sesat, namun banyak yang mempelintirnya sehingga
pebuh kesesatan dan dimanfaatkan oleh jin yang senang menyesatkan
manusia.berbagai pesugihan diulas sedemikian rupa sehingga dapat menjelaskan
berbagai pesugihan yang dilakukan masyarakat di pulau Jawa. Sehingga pembaca
buku ini yang biasanya melihat pesugihan hanya sekejap saja, diajak untuk melihat
lebih dalam pesugihan.
Bab empat (Merapal Kata Terlarang) membahas ajian pengasihan dan ilmu
pelet. Setiap ucapan kita adalah mantra, termasuk doa. Mantra dan doa ini dapat
digunakan untuk hal – hal yang baik tetapi bisa juga dirapalkan untuk hal – hal yang
buruk. Contohnya lagu yang berjudul Jaran Goyang mungkin tidak asing lagi kita
dengar, bagi masyarakat umum, judul lagu itu adalah kata yang biasa, tapi ternyata
di balik itu, Jaran Goyang merupakan suatu merupakan suatu ajaran yang terkenal
dan mempunyai filosofi yang mendalam. Akan tetapi, penggunaan ajaran tersebut
ada yang disalahgunakan sehingga orang – orang hanya mengetahui hal – hal buruk
dari suatu ajaran.
Bab lima (Kejawen dan Kedatangan Imprealisme) bagian yang
mengupas sejarah Jawa, membahas tentang ilmu kejawen, yang menjadi
filosofis kehidupan sehari – hari di Jawa. Baik dari hal makanan, bangunan,
konsep bangunan mempunyai makna tersendiri untuk setiap bentuk dan
arah dari bangunan. Konsep rumah joglo, makna dari sesaji atau sesajen,
serta makanan Jawa juga disajikan sehingga kita bisa memahami fisolofi
dari orang Jawa. Bagian kedua dari bab ini adalah membahas tentang
Kedatangan Imperialisme dan jejak – jejak dari imperialisme tersebut.
Perkembangan perdagangan ke Indonesia yang dimulai dari perdagangan
sendiri – sendiri sampai dengan pembentukan VOC yang terkenal.
Kemudian perkembangan pembangunan seperti pembangunan Jalan Pos
Anyer – Panarukan yang dibangun oleh Daendels. Dijabarkan juga,
sebetulnya Daendels adalah orang yang disegani di Perancis, karena
Belanda koloni Perancis, maka Daendels menjadi Gubernur Jenderal di
jajahannya Belanda. Sehingga Daendels sebetulnya Daendels dihormati di
Perancis, tetapi di Belanda tidak disukai, adapaun alasannya bisa dibaca di
3
buku ini. Selain itu, bagaimana penjajah tidak hanya merampok sumber
daya, tetapi juga sejarah Bangsa Indonesia itu sendiri, tercatat ratusan
buku/kita catatan sejarah Kerajaan Yogyakarta yang dirampas dan ditulis
ulang menjadi History Of Java. Masuknya imperialisme, juga membuka
keran masuknya aliran Vrijmetselarij. Aliran ini kontroversial karena sering
dikaitkan dengan aliran tidak beragama dan freemason. Kemudian dalam
pembahasan selanjutnya adalah dampak imperialisme yang
mengakibatkan kemiskinan rakyat yang membuat banyak yang mencari
jalan pintas dengan menggunakan ilmu hitam. Kemudian bab selanjutnya
membahas tentang renungan dan kumpulan kisah misterius lainnya yang
terkenal di masa itu di Pulau Jawa.
Bab Enam (Renungan) di dalam bab ini kita diberikan beberapa
penjelasan dan beberapa hal yang bisa kita renungi dan diambil
hikmahnya. bab renungan ini memiliki beberapa subbab, diantaranya;
Mantra, sesaji, wahyu, merapal doa dann mantra, Vrijmetselarij.

BAB III
KOMENTAR PEMBACA
A. Interpretasi

4
a. Unsur Intrinsik
1) Tema
Tentang kisah percintaan seorang pemuda keturunan priyayi Jawa
dengan seorang gadis keturunan Belanda dan perjuangannya di tengah
pergerakan Indonesia di awal abad ke-20.
2) Alur
Alur cerita ini menggunakan alur keras, yaitu akhir cerita tidak dapat
ditebak. Pada awal dan tengah cerita, mungkin pembaca akan berpikir
cerita akan berakhir bahagia dengan pernikahan Minke dan Annelies,
tetapi cerita ini diakhiri dengan perpisahan Annelies dan Minke. Annelies
harus pergi ke negaranya, Belanda, sedangkan Minke tetap di Hindia
sebagai seorang Pribumi. Secara keseluruhan novel ini menggunakan alur
maju dan mundur.
3) Penokohan
a) Minke : Cerdas, berjiwa pribumi, keturunan priyayi, siswa
HBS, baik, dan penyayang
b) Annelies : Pendiam, manja, labil, mandiri, dan cerdas
c) Nyai Ontosoroh : Mandiri, tegas, bijaksana, pandai, dan tegar
d) Herman Mellema : kaku dan kasar
e) Robert Mellema : Egois
f) Ayah Minke : Masih berpatokan dengan adat istiadat Jawa dan
pemarah
g) Ibu Minke : Bijaksana dan penyayang
h) Robert Surhorf : Pengecut
i) Jean Marais : Penyayang
j) May Marais : Manja
k) Darsam : Patuh kepada tua
l) Ah Tjong : Licik
m) Maiko : Egois dan tidak jujur
n) Amelia Hammers : Ambisius
o) Maurits Mellema : Ambisius
p) Magda Petters : Baik
q) Mevrow Telinga : Penyayang
r) Miriam de la Croix : Sombong
5
s) Sarah de la Croix : Sombong
t) Herbert de la Croix : Ramah
4) Latar
a) Latar tempat : Wonokromo dekat Surabaya di Jawa Timur
b) Latar Waktu : Zaman kolonial Belanda di Indonesia
c) Latar suasana : Tegang
5) Sudut Pandang
Dalam novel Bumi Manusia penulis menggunakan sudut pandang
orang pertama.
6) Amanat
Semua orang mempunyai hak yang sama dan orang lain harus
menghormati hak-hak tersebut tanpa melihat status, jabatan, suku, bangsa,
maupun jenis kelaminnya. Dengan kata lain, semua orang di dunia ini
sama dan tidak ada apa pun yang dapat membedakan mereka. Sebuah
perjuangan tidak hanya dilihat dari hasil akhirnya. Proses perjuangan itu
sendiri juga merupakan penentu keberhasilannya. Kemenangan yang
diraih dengan kecurangan tidak berarti apa-apa jika dibandingkan dengan
kekalahan yang disertai dengan perjuangan terhormat.

b. Unsur Ekstrinsik
Nilai budaya :
Dalam novel ini nilai budaya yang terlihat adalah budaya sungkeman
untuk meminta doa restu pada orang tua. Hal itu terlihat ketika Minke dan
Annelies yang baru saja melaksanakan ijab kabul melakukan sungkeman dan
sujud kepada Nyai Ontosoroh selaku orang tua mempelai perempuan dan
Bunda selaku orang tua mempelai laki-laki, hal tersebut dilakukan sebagai
rasa syukur. “Kami dinikahkan secara Islam. Darsam bertindak sebagai saksi
dan Annelies diwali oleh seorang wali hakim. Itu terjadi pada jam sembilan
pagi tepat. Sesuai dengan kebiasaan, dan seiring dengan perasaan
terimakasih, kami berdua melakukan sembah dan sujud pada Bunda dan
Mama”.

6
B. Kelebihan dan Kekurangan
Setelah membaca novel yang berjudul Bumi Manusia, kami banyak
belajar dari kisah tersebut. Cerita yang disuguhkan dalam novel sangat terasa
seperti nyata. Konflik yang dipaparkan cukup berat, namun masih mudah
dinikmati saat waktu senggang. Karakter setiap tokohnya sangat mendalam.
Bahasa yang digunakan tanpa berbelit-belit dan penulis mampu membius
pembaca untuk masuk dalam cerita ini. Keindahan sebuah tulisan tangan
semasa dibui ini menjadi sebuah santapan empuk bagi para penikmat sastra
dan berbagai kalangan.Dalam novel ini penulis banyak memberi
penggambaran yang jelas tentang masalah yang timbul dalam kehidupan
manusia pada masa kolonialisme. Alur ceritanya begitu menarik untuk diikuti.
Berbagai permasalahan dituliskan dengan jelas hampir tanpa celah.
Namun, novel ini juga memiliki kekurangan. Bahasa yang digunakan
cukup sulit untuk dimengerti. Bahasa yang dipakai terkadang terlalu puitis
sehingga mungkin kurang banyak digemari oleh kalangan remaja.

BAB IV
PENUTUP

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai laporan baca Bumi Manusia yang menjadi pokok bahasan dalam
makalah ini. Meskipun masih memiliki banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan.
Kami berharap pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang dapat membangun agar dapat menulis laporan
bacaan yang lebih baik pada kesempatan berikutnya. Semoga laporan bacaan ini dapat berguna bagi para
pembaca.

Anda mungkin juga menyukai