PENDAHULUAN
A. Identitas
Identitas buku yang dilaporkan terdiri atas judul buku, nama pengarang, tahun
terbit, kota terbit, penerbit, penyunting, cetakan, desain sampul, tebal buku, nomor
ISBN, dan gambaran kulit luar. Berikut identitas buku secara rinci.
1. Judul buku : Kisah Tanah Jawa
2. Pengarang : @kisahtanahjawa
3. Tahun terbit : 2018
4. Kota terbit : Jakarta
5. Penerbit : GagasMedia
6. Penyunting : Ry Azzura
7. Cetakan : ke 11
8. Desain sampul : Rezky Mahangga
9. Tebal buku : 247 halaman
10. Nomor ISBN : 978-979-780-933-1
11. Kulit luar
Novel ini merupakan cetakan ke 11. Novel ini didominasi oleh warna hitam
dan coklat. Pada bagian atas kulit luar terdapat jenis novel dan dibawahnya tertulis
nama penulis, yaitu @kisahtanahjawa. Pada bagian tengah terdapat penggambaran
lampu dan wajah yang menggambarkan seberapa seram cerita dalam novel ini, dan
dibawahnya tertulis judul dari novel ini.
1
BAB II
ULASAN ISI BUKU
BAB III
KOMENTAR PEMBACA
A. Interpretasi
4
a. Unsur Intrinsik
1) Tema
Tentang kisah percintaan seorang pemuda keturunan priyayi Jawa
dengan seorang gadis keturunan Belanda dan perjuangannya di tengah
pergerakan Indonesia di awal abad ke-20.
2) Alur
Alur cerita ini menggunakan alur keras, yaitu akhir cerita tidak dapat
ditebak. Pada awal dan tengah cerita, mungkin pembaca akan berpikir
cerita akan berakhir bahagia dengan pernikahan Minke dan Annelies,
tetapi cerita ini diakhiri dengan perpisahan Annelies dan Minke. Annelies
harus pergi ke negaranya, Belanda, sedangkan Minke tetap di Hindia
sebagai seorang Pribumi. Secara keseluruhan novel ini menggunakan alur
maju dan mundur.
3) Penokohan
a) Minke : Cerdas, berjiwa pribumi, keturunan priyayi, siswa
HBS, baik, dan penyayang
b) Annelies : Pendiam, manja, labil, mandiri, dan cerdas
c) Nyai Ontosoroh : Mandiri, tegas, bijaksana, pandai, dan tegar
d) Herman Mellema : kaku dan kasar
e) Robert Mellema : Egois
f) Ayah Minke : Masih berpatokan dengan adat istiadat Jawa dan
pemarah
g) Ibu Minke : Bijaksana dan penyayang
h) Robert Surhorf : Pengecut
i) Jean Marais : Penyayang
j) May Marais : Manja
k) Darsam : Patuh kepada tua
l) Ah Tjong : Licik
m) Maiko : Egois dan tidak jujur
n) Amelia Hammers : Ambisius
o) Maurits Mellema : Ambisius
p) Magda Petters : Baik
q) Mevrow Telinga : Penyayang
r) Miriam de la Croix : Sombong
5
s) Sarah de la Croix : Sombong
t) Herbert de la Croix : Ramah
4) Latar
a) Latar tempat : Wonokromo dekat Surabaya di Jawa Timur
b) Latar Waktu : Zaman kolonial Belanda di Indonesia
c) Latar suasana : Tegang
5) Sudut Pandang
Dalam novel Bumi Manusia penulis menggunakan sudut pandang
orang pertama.
6) Amanat
Semua orang mempunyai hak yang sama dan orang lain harus
menghormati hak-hak tersebut tanpa melihat status, jabatan, suku, bangsa,
maupun jenis kelaminnya. Dengan kata lain, semua orang di dunia ini
sama dan tidak ada apa pun yang dapat membedakan mereka. Sebuah
perjuangan tidak hanya dilihat dari hasil akhirnya. Proses perjuangan itu
sendiri juga merupakan penentu keberhasilannya. Kemenangan yang
diraih dengan kecurangan tidak berarti apa-apa jika dibandingkan dengan
kekalahan yang disertai dengan perjuangan terhormat.
b. Unsur Ekstrinsik
Nilai budaya :
Dalam novel ini nilai budaya yang terlihat adalah budaya sungkeman
untuk meminta doa restu pada orang tua. Hal itu terlihat ketika Minke dan
Annelies yang baru saja melaksanakan ijab kabul melakukan sungkeman dan
sujud kepada Nyai Ontosoroh selaku orang tua mempelai perempuan dan
Bunda selaku orang tua mempelai laki-laki, hal tersebut dilakukan sebagai
rasa syukur. “Kami dinikahkan secara Islam. Darsam bertindak sebagai saksi
dan Annelies diwali oleh seorang wali hakim. Itu terjadi pada jam sembilan
pagi tepat. Sesuai dengan kebiasaan, dan seiring dengan perasaan
terimakasih, kami berdua melakukan sembah dan sujud pada Bunda dan
Mama”.
6
B. Kelebihan dan Kekurangan
Setelah membaca novel yang berjudul Bumi Manusia, kami banyak
belajar dari kisah tersebut. Cerita yang disuguhkan dalam novel sangat terasa
seperti nyata. Konflik yang dipaparkan cukup berat, namun masih mudah
dinikmati saat waktu senggang. Karakter setiap tokohnya sangat mendalam.
Bahasa yang digunakan tanpa berbelit-belit dan penulis mampu membius
pembaca untuk masuk dalam cerita ini. Keindahan sebuah tulisan tangan
semasa dibui ini menjadi sebuah santapan empuk bagi para penikmat sastra
dan berbagai kalangan.Dalam novel ini penulis banyak memberi
penggambaran yang jelas tentang masalah yang timbul dalam kehidupan
manusia pada masa kolonialisme. Alur ceritanya begitu menarik untuk diikuti.
Berbagai permasalahan dituliskan dengan jelas hampir tanpa celah.
Namun, novel ini juga memiliki kekurangan. Bahasa yang digunakan
cukup sulit untuk dimengerti. Bahasa yang dipakai terkadang terlalu puitis
sehingga mungkin kurang banyak digemari oleh kalangan remaja.
BAB IV
PENUTUP
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai laporan baca Bumi Manusia yang menjadi pokok bahasan dalam
makalah ini. Meskipun masih memiliki banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan.
Kami berharap pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang dapat membangun agar dapat menulis laporan
bacaan yang lebih baik pada kesempatan berikutnya. Semoga laporan bacaan ini dapat berguna bagi para
pembaca.