Anda di halaman 1dari 10

BUMI MANUSIA

(Karya : Pramoedya Ananta Toer)

A. PENDAHULUAN
Dengan memanjatkkan Puji dan Syukur kehadirat Allah S.W.T Tuhan Yang Maha Esa,
atas berkat serta karunia-Nya, akhirnya penyusun dapat menyusun Identifikasi Makalah
Novel Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer yang merupakan salah satu
persyaratan yang harus dipenuhi oleh peserta didik dalam menyelesaikan tugas pada mata
pelajaran Bahasa Indonesia.

B. PEMBAHASAN
Sastra merupakan wujud gagasan seseorang melalui pandangan terhadap
lingkungan sosial yang berada di sekelilingnya dengan menggunakan bahasa yang indah.
Sastra hadir sebagai hasil perenungan pengarang terhadap fenomena yang ada. Sastra
sebagai karya fiksi berisi pengalaman yang lebih mendalam, bukan hanya sekedar cerita
khayal atau angan dari pengarang saja, melainkan wujud dari kreativitas pengarang dalam
menggali dan mengolah gagasan yang ada dalam pikirannya. Karya sastra diharapkan
mampu memberikan kepuasan estetik dan intelektual bagi masyarakat pembaca. Akan
tetapi, sering terjadi bahwa karya sastra tidak dapat dipahami dan dinikmati sepenuhnya
oleh sebagian besar masyarakat pembaca. Selain itu, karya sastra berbeda dengan teori-
teori, tidak hanya berbicara kepada intelek pembacanya melainkan secara keseluruhan
kepribadiannya. Dalam hal ini, karya sastra dapat dikatakan sebagai bagian integral yang
penting dari proses sosial dan kebudayaan.
Karya sastra merupakan hasil karya manusia dengan mendayungkan imajinasi
yang terdapat dalam diri pengarangnya. Keberadaan karya sastra dalam kehidupan
manusia dapat mengisi “kebahagiaan jiwa” karena membaca karya sastra bukan saja
memberikan hiburan, tetapi juga dapat memberikan pencerahan jiwa. Dengan kata lain,
karya sastra dapat memberikan hiburan dan manfaat. Dengan membaca karya sastra,
nilai-nilai tertentu akan meresap secara tidak langsung dibalik alur atau jalinan cerita
yang secara apik ditampilkan. Selain memberikan hiburan dan pendidikan, karya sastra
juga dapat mempengaruhi pembaca lewat isi dan maknanya. Karya sastra menerima
pengaruh dari masyarakat dan sekaligus mampu memberi pengaruh sosial terhadap
masyarakat.
Karya sastra umumnya berisi tentang permasalahan yang melingkupi kehidupan
pengarang. Permasalahan itu dapat berupa permasalahan yang terjadi pada diri pengarang
ataupun dari luar diri pengarang (realita sosial). Melalui karya sastra pengarang berusaha
memaparkan suka duka kehidupan pengarang yang telah dialami. Selain itu, karya sastra
juga menyuguhkan gambaran kehidupan yang menyangkut persoalan sosial dalam
masyarakat. Karya sastra memiliki makna yang dihasilkan dari pengamatan terhadap
kehidupan yang diciptakan oleh pengarang atau sastrawan itu baik berupa novel, cerpen,
puisi, ataupun drama yang berguna untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh
masyarakat. Novel akan menjadi sangat penting keberadaannya sebagai media penyampai
pesan dan nilai yang terkandung dalam sebuah novel tidak hanya berupa nilai sosial
namun juga memuat nilai pendidikan, nilai religious, dan nilai budaya.
Novel merupakan karangan yang panjang dan berbentuk prosa dan mengandung
rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang lain di sekelilingannya dengan
menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku. “Novel adalah bentuk karya sastra yang di
dalamnya terdapat nilai - nilai budaya”. Dengan demikian kehadiran novel di masyarakat
dirasakan sangat bermanfaat khususnya sebagai sarana informasi dan hiburan. Alasan
penulis memilih mengkaji sebuah novel karena penulis ingin menggali dan ingin
mengetahui lebih jauh tentang isi novel tersebut. Novel dipilih karena merupakan satu
diantara karya sastra yang sebagian objek penceritaannya tentang fenomena kehidupan
masyarakat dalam gambaran sosial yang nyata. Didalam novel juga terdapat konflik yang
tidak hanya satu. Meneliti sebuah novel tidak hanya dilihat dari segi konfliknya saja,
tetapi dapat dilihat dari unsur-unsur lain, salah satunya adalah dapat dilihat dari unsur
kebudayaan serta aspek sosial yang ada didalam novel tersebut. Berikut adalah unsur –
unsur yang berada dalam Novel Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer:
1. Unsur Instrinsik
Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu
sendiri secara langsung. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan sebuah teks dapat
hadir sebagai suatu teks sastra. Keterpaduan antarberbagai unsur intrinsik inilah
yang membuat sebuah novel dapat berwujud. Unsur-unsur yang dimaksud
tersebut adalah tema, alur, latar, penokohan, sudut pandang penceritaan, gaya
bahasa, dan lainnya.
a. Tema
Tema adalah gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya
sastra dan bersifat abstrak yang secara berulang-ulang dimunculkan melalui
unsur-unsur intrinsik alias secara implisit. Untuk menemukan keberadaan
tema dalam sebuah novel, itu harus disimpulkan dari adanya keseluruhan
cerita, tidak hanya pada bagian-bagian tertentu saja. Memang
keberadaannya seolah “disembunyikan” sebab terlalu abstrak untuk
ditemukan. Meskipun tak jarang, kerap ditemukan adanya kalimat atau
paragraf tertentu yang menyatakan tema pokok dari novel tersebut.
Biasanya, tema dapat berupa sosial, sejarah, petualangan, cinta, dan lain-
lain. Tema dalam Novel Bumi Manusia karangan Pramoedya Ananta Toer
yaitu “Tentang kisah percintaan oleh seorang keturunan pribumi Jawa
dengan seorang gadis cantik keturunan Belanda, namun jika ditelaah lebih
dalam lagi Novel ini juga mengangkat isu-isu kebudayaan dan gender.
Pramoedya menggambarkan pertentangan antara tradisi dan modernitas,
serta peran dan konflik sosial yang dihadapi oleh wanita pada masa itu.”

b. Alur
Alur mengandung unsur jalannya cerita yang berupa peristiwa-
peristiwa yang dialami oleh tokohnya hingga pada proses penyelesaian
konfliknya. Alur lebih tepat disebut dengan rangkaian peristiwa . Berikut Alur
dari Novel Karangan Pramoedya Ananta Toer: Alur cerita dalam novel ini
bersifat campuran yakni terdapat maju dan alur mundur.
Alur yang di tahap awal megisahkan seorang Minke yang mahir
menulis dan bersekolah di HBS yang dikagumi. lalu keadaan Minke yang
dekat dengan keluarga Annelies dan menjadi revolusioner untuk
memberontak kebudayaan Jawa yang membuat dirinya selalu berada di
bawah.
Bagian akhir pengarang menggambarkan bahwa Nyai Ontosoroh
sebagai wanita yang tidak memiliki kesusilaan dan membuatnya menderita
sehingga Nyai berpikir bahwa untuk mengubah kemiskinan hanya dengan
belajar lalu Minke dan Annelies menikah
c. Latar
Latar dalam karya fiksi itu tidak hanya sekadar menunjukkan lokasi
dan waktu tertentu akan terjadinya sebuah peristiwa, melainkan dapat pula
terwujud berupa adat istiadat, kepercayaan, dan nilai-nilai yang berlaku. Latar
tempat dalam novel ini terbagi menjadi 3, yaitu:
1) Latar tempat : Indonesia, Surabaya, Wonokromo
2) Latar waktu : tahun 1889 pada masa pemerintahan belanda
3) latar suasana : Menegangkan dan genting

d. Watak
1) Minke: Tokoh utama, cerdas, berjiwa pribumi, keturunan priyayi, siswa
HBS, baik, penyayang (hlm 33)
2) Annelies : putri dari orang belanda (Herman Mellema) dan pribumi
(NyaiOntosoroh), pendiam, manja, labil.
3) Nyai Ontosoroh : istri simpanan dari Herman Mellema, mandiri, tegas,
bijaksana, pandai, dan tegar.
4) Herman Mellema : kaku dan kasar
5) Robert Mellema : egois, tidak bermoral
6) Ayah Minke : masih berpatokan dengan adat istiadat Jawa, pemarah,
keras dalammendidik Minke.
7) Ibu Minke : bijaksana, penyayang
8) Robert Surhorf : pengecut
9) Jean Marais : penyayang (ayah may marais)
10) May Marais : manja
11) Darsam : seorang Madura yang berwatak keras, patuh kepada tuannya.
12) Ah Tjong : licik
13) Maiko : seorang pelacur dari Jepang, egois dan tidak jujur
14) Amelia Mellema : istri sah Herman Mellema, ambisius
15) Ir. Maurits Mellema : ambisius,
16) Magda Petters : baik
17) Mevrow Telinga : seorang yang penyayang (hal 268) (“mevrow telah
beberapa kali mengomopres kepala ku dengan cuka-bawang merah”)
18) Miriam de la Croix : senior Minke di HBS
19) Sarah de la Croix : senior Minke di HBS
20) Herbert de la Croix : ayah Sarah dan Miriam
e. Tokoh
Tokoh utama adalah yang paling banyak diceritakan, baik sebagai
pelaku kejadian maupun yang dikenai oleh kejadian. Bahkan dalam novel-
novel tertentu, tokoh utama selalu hadir dalam setiap halaman buku novelnya.
Berhubung tokoh utama ini menjadi sosok yang paling banyak diceritakan,
maka itu berarti dirinya juga akan berpengaruh pada perkembangan plot
cerita. Sementara itu, tokoh tambahan adalah tokoh yang membantu tokoh
utama di sepanjang alur cerita, bahkan tak jarang keberadaannya diabaikan
oleh pembaca karena tidak terlalu berpengaruh pada alur.
1) Minke.
2) Annelies.
3) Nyai Ontosoroh.
4) Herman Mellema.
5) Robert Mellema.
6) Ayah Minke.
7) Ibu Minke.
8) Robert Surhorf.
9) Jean Marais.
10) May Marais.
11) Darsam.
12) Ah Tjong.
13) Maiko.
14) Amelia Mellema.
15) Ir. Maurits Mellema.
16) Magda Petters.
17) Mevrow Telinga.
18) Miriam de la Croix.
19) Sarah de la Croix.
20) Herbert de la Croix.
f. Amanat
c Amanat yang terdapat dalam novel ini antara lain, agar pemuda-
pemudi sekarang ini tetap mempunyai semangat itu meskipun sekarang
sudah tidak ada penjajahan kolonial. “Seorang terpelajar harus juga berlaku
adil sudah sejak dalam pikiran, apalagi dalam perbuatan”.
g. Sudut Pandang
Sudut pandang atau point of view adalah cara atau pandangan yang
digunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan sebuah karya fiksi
kepada pembaca. Dengan demikian, sudut pandang ini akan berkenaan
dengan strategi, teknik, dan siasat yang sengaja dipilih oleh pengarang untuk
mengemukakan gagasan dan ceritanya. Sudut pandang yang terdapat dalam
novel Bumi manusia karya Pramudya Anata Toer ini adalah menggunakan
sudut pandang orang pertama. Sebagai pelaku utama karena menggunakan
kata ganti orang ketiga dengan sebutan “Aku”.

h. Gaya Bahasa
Gaya bahasa dalam novel ini biasanya akan menjadikan alur cerita
nampak menarik sebab disampaikan dengan cara yang unik. Bahkan gaya
bahasa ini nyatanya mengalami perkembangan sesuai dengan perkembangan
dari ejaan bahasanya. Pemilihan diksi, struktur kalimat, hingga penggunaan
kohesi juga termasuk dalam gaya bahasa ini. Tidak hanya itu saja,
penggunaan majas juga menjadi bagian dari gaya bahasa. Gaya bahasa yang
digunakan oleh Pramudya Anata Toer dalam novel ini sederhana dan mudah
dipahami oleh pembaca. Kemudian ada gaya bahasa, retoris, sarkasme,
simbolik, personifikasi dan hiperbola.
2. Unsur Ekstrinsik
a. Penulis
Pramoedya Ananta Toer
Pramoedya Ananta Toer adalah sosok penulis dibalik novel “Bumi
Manusia”. Pramoedya Ananta Toer terkenal sebagai pengarang novel tahun
1940-an. Lahir di Blora, Jawa Tengah, 6 Februari 1925 – meninggal di
Jakarta, 30 April 2006 pada umur 81 tahun, Pramoedya Ananta Toer
menamatkan sekolah rendah (sekolah dasar) Institut Boedi Oetomo di Blora
lalu melanjutkan pendidikannya selama satu setengah tahun di sekolah teknik
radio Surabaya (Radiovakschool Surabaya) tahun 1940—1941, Bulan Mei
1942 Pramoedya Ananta Toer meninggalkan Rembang dan Blora untuk pergi
ke Jakarta. Dia bekerja di Kantor Berita Domei. Sambil bekerja, ia mengikuti
pendidikan di Taman Siswa (1942—1943), kursus di Sekolah Stenografi
(1944—1945) lalu menempuh kuliah di Sekolah Tinggi Islam Jakarta (1945)
untuk mata kuliah Filsafat, Sosiologi, dan Sejarah.
Tahun 1958 Pramoedya Ananta Toer masuk anggota Pimpinan Pusat
Lembaga Kesenian Rakyat (Lekra) yang berada di bawah naungan Partai
Komunis Indonesia (PKI). Keterlibatannya dengan Lekra
memperhadapkannya dengan seniman golongan lain yang tidak sealiran,
terutama kelompok seniman penanda tangan Manifesto Kebudayaan
(Manikebu) yang menentang PKI. Tahun 1962 ia menjabat redaktur Lentera.
Dia juga bekerja sebagai dosen di Fakultas Sastra Universitas Res Publika,
Jakarta, sebagai dosen Akademi Jurnalistik Dr. Abdul Rivai.
Meletusnya gerakan 30 September 1965 (Gestapu/PKI) menghadirkan
kenangan pahit dalam kehidupan Pramoedya Ananta Toer. Setelah itu, ia
dipenjarakan di Tangerang, Salemba, Cilacap, dan selama sepuluh tahun ia
hidup dalam pengasingan di Pulau Buru, Pram menghasilkan beberapa buku
yang pada umumnya dilarang oleh Kejaksaan Agung. Namun, di luar negeri
buku-buku itu terbit dan beredar luas. Bahkan, buku-buku tersebut
diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa asing, terutama bahasa Inggris dan
Belanda, dan salah satu buku tersebit adalah novel berjudul “Bumi Manusia”
yang menceritakan perkembangan nasionalisme Indonesia yang diwujudkan
dalam kisah percintaan dan sebagian berasal dari pengalamannya sendiri saat
tumbuh dewasa.

b. Nilai Yang Terkandung


1) Nilai Moral
Melalui novelnya, si penulis menyinggung soal moral-moral tokoh
yang kurang baik namun tidak diketahui orang banyak. Selain itu, penulis
juga menggambarkan anggapan orang-orang pada zaman dahulu bahwa
para pribumi Jawa itu merupakan orang yang kolot, sedangkan kaum
Belanda merupakan orang-orang yang maju dan modern.
2) Nilai Sosial
Novel Bumi Manusia menunjukan dimana kedudukan kaum laki-
laki lebih tinggi daripada wanita dan adanya pertentangan kelas
bangsawan dan rakyat jelata yang mana didalamnya banyak sekali batasan
batasan yang mengatur mereka. Sebab pada awal abad 20, orang Belanda
derajat sosialnya jauh lebih tinggi dan lebih didahulukan kepentingannya
daripada pribumi.
3) Nilai Budaya
Pada Bumi Manusia ini pada kebudayaan jaman dahulu masih
sangat tertinggal. Terutama pada orang-orang pribumi yang masih berada
di bawah jajahan orang Indo Eropa.
4) Nilai Agama
Terdapat perbedaan keyakinan antara Minke dan Annelies. Minke
beragama Islam sedangkan Annelies beragama Kristen Protestan. Tokoh
Minke menganut agama Islam karena digambarkan mengucapkan "Masya
Allah", meskipun tidak dirincikan secara jelas.
5) Nilai Pendidikan
Nilai pendidikan dalam novel ini terdapat tiga macam yaitu :
 Nilai Pendidikan Moral pada novel Bumi Manusia ini nilai pendidikan
moral sangat terlihat saat Nyai Ontosoroh memperboleh kan Annelies
dan Minke tidur satu ranjang bahkan Nyai Ontosoroh menyelimuti
mereka berdua padahal mereka belum terikat pernikahan. Perbedaan
pergaulan yang dilakukan bangsa Eropa dengan pergaulan orang
pribumi sangat jelas yaitu pada bangsa Eropa secara bebas melakukan
hal yang dilarang agama tanpa mendapatkan sangsi hukum.
Sedangkan bangsa pribumi lebih membatasi pergaulannya satu sama
lain antara laki-laki dan perempuan.
 Dalam Novel Bumi Manusia ini nilai pendidikan religius yang dapat
diambil yaitu diajarkan untuk saling bertoleransi kepada sesama
manusia dan menghormati kepercayaan yang dianutnya.
 Nilai pendidikan sosial dalam novel Bumi Manusia ini mengajarkan
untuk bersikap sopan santun terhadap sesama bukan hanya dengan
kalangan menengah keatas namun kepada semuanya. Manusia hidupa
di dunia tidak sendiri dan saling membutuhkan satu dengan yang
lainnya.
c. Penerbit dan Tahun Penerbit
1) Penerbit
Lentera Dipantara
2) Tahun Terbit
Cetakan XVII. Agustus 2011

d. Kelebihan Novel
1) Bahasa yang digunakan mudah dipahami
2) Jalan ceritanya penuh dengan kejutan, sering gagal ditebak pembaca;
3) Pembangun gambaran yang begitu hidup dan emosional melalui
penggunaan kata-kata yang penuh warna dan menggugah.
4) Setiap kalimat terasa bernuansa dan penuh makna, mengundang
pembaca untuk merenung dan terlibat dalam cerita.
e. Kekurangan Novel
1) Beberapa bagian novel ini yang terasa lambat dan berlarut-larut.
2) Beberapa pembaca mungkin merasa agak sulit untuk terhubung
sepenuhnya dengan cerita dan karakter.

C. KESIMPULAN
Novel “Bumi Manusia” secara keseluruhan merupakan karya yang berharga dan
mempengaruhi sastra Indonesia. Kekuatan bahasa dan pesan yang disampaikan oleh
Pramoedya Ananta Toer memperlihatkan keberanian dan keteguhan hati dalam
menghadapi ketidakadilan dan penindasan.
Buku ini nggak hanya menghibur, tapi juga mengajak pembaca untuk berpikir,
merenung, dan menghargai perjuangan yang telah dilakukan oleh para pendahulu kita.
Dalam era yang semakin modern ini, penting bagi kita untuk terus mengenang sejarah
dan belajar dari pengalaman masa lalu.
“Bumi Manusia” adalah salah satu novel yang dapat membantu kita memahami
jalan panjang yang telah dilalui bangsa ini untuk mencapai kemerdekaan. Melalui
keindahan bahasa dan cerita yang kuat, Pramoedya Ananta Toer mengajarkan kita
pentingnya kebebasan, persatuan, dan semangat kebangsaan. Tidak dapat dipungkiri
bahwa “Bumi Manusia” adalah karya sastra yang patut dibaca oleh setiap orang yang
ingin memahami sejarah Indonesia secara lebih mendalam.

D. REFERENSI
Kosasih. 2012. Dasar-dasar Ketrampilan bersastra. Bandung: Yrama Widya
Ananta, Toer, Pramoedya. Bumi Manusia.2016.Jakarta: Lentera Dipantara.
Luxemberg, Jan Van dkk.1992. Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Luxemburg, Weststeijn dan Mieke Bal. 1984. Pengantar Ilmu Sastra (edisi
terjemahan oleh Dick Hartoko). Jakarta: Gramedia

Anda mungkin juga menyukai