Anda di halaman 1dari 16

FEMINISME DAN CITRA PEREMPUAN DALAM

NOVEL BELENGGU KARYA ARMIJN PANE

Kelompok 3

Luthfi Fadillah 11200130000079

Maulia Assilmy 11200130000080

Maulidya Cahya Prastika 11200130000081


Latar Belakang

Banyak novel yang mengangkat kisah hidup dan perjuangan perempuan dalam
melawan ketidakadilan. Salah satu novel yang mengangkat persoalan tersebut
adalah novel Belenggu karya Armijn Pane yang fenomenal pada masa pujangga
baru. Novel Belenggu karya Armijn Pane pertama kali terbit pada tahun 1940.
Dalam novel ini mengisahkan perempuan-perempuan yang terbelenggu dalam
kisah hidupnya, serta perlawanan perempuan pada ketidakadilan. Dalam
penelitian ini, penulis akan mengungkapkan unsur intrinsik dan feminisme pada
novel Belenggu karya Armijn Pane
Landasan Teori
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), novel adalah karangan prosa yang panjang
yang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseoran dengan orang di sekelilingnya
dengan menonjolkan watak dan sifat prilaku. Novel merupakan cerita dalam entuk prosa
yang agak panjang dan meninjau kehidupan sehari-hari. Novel adalah genre prosa yang
menampilkan unsur-unsur cerita yang paling lengkap, meiliki media yang luas, selain itu
novel juga menyajikan masalah-masalah kemasyarakatan yang paling luas.

Pendekatan objektif adalah pendekatan yang memberi perhatian penuh pada karya sastra
sebagai struktur yang otonom, karena itu tulisan ini mengarah pada analisis karya sastra
secara strukturalisme. Sehingga pendekatan strukturalisme dinamakan juga pendekatan
objektif.pendekatan struktural dinamakan juga pendekatan objektif, pendekatan formal, atau
pendekatan analitik. Strukturalisme berpandangan bahwa untuk menanggapi karya sastra
secara objektif haruslah berdasarkan pemahaman terhadap teks karya sastra itu sendiri.
Biografi Pengarang

Armijn Pane ialah seorang pendiri majalah Pujangga Baru yang lahir di Muara Sipongi Sumatra Utara, 18 Agustus
1908.
Sebelum terbit sebagai buku, karyanya terbit dalam berbagai majalah. Ia banyak menulis drama pada masa sebelum
perang. Armijn banyak mengambil latar belakang kenyataan hidup zamannya. Berdasarkan cerpennya “Barang Tiada
Berharga” ia membuat drama “Lukisan Masa”. Drama yang ditulisnya pada masa Jepang dibukukan dalam Djinak-
Djinak Merpati, berdasarkan roman I Gusti Nyoman Pandji Tisna, ia menghasilkan darama “I Swasta Setahun di
Badahulu”, dan berdasarkan cerita M.A. Salmun dalam bahasa Sunda ia menghasilkan drama “Nyai Lenggang
Kencana” yang mengambil cerita masa silam. Drama “Antara Bumi dan Langit” ditulis sesudah proklamasi
kemerdekan yang mempermasalahkan kedudukan kaum Indo di alam Indonesia merdeka. Selain karya kreatif, Armijn
Pane juga menulis esai tentang sastra yang tersebar di berbagai majalah yang belum dibukukan, di antaranya
“Mengapa Pengarang Modern Suka Mematikan?” dalam Poedjangga Baroe No. 8 Tahun , “Seniman, Pujangga, dan
Masyarakat” dalam Spektra No. 1 Tahun. Dalam bahasa Belanda ia menulis Kort Overzicht van de Moderne
Indonesische Literatuur (1949) dan Sandjak-Sandjak Muda Mr. Mohammad Jamin (1945)
Analisis Unsur Intrinsik Pada Novel Belenggu
1.Tema
Tema adalah dasar dari suatu cerita, sebelum pengarang mulai menulis hendaknya memikirkan tema
cerita terlebih dahulu. Dalam suatu topik cerita terdapat tema dominan atau tema sentral dan tema-
tema kecil lainnya. Tema dalam sebuah karya sastra selalu berkaitan dengan pengalaman kehidupan
memikirkan tema cerita terlebih dahulu. Dalam suatu topik cerita terdapat tema dominan atau tema
sentral dan tema-tema kecil lainnya. Tema dalam sebuah karya sastra selalu berkaitan dengan
pengalaman kehidupan.

Dalam novel Belenggu terbagi menjadi dua, yaitu tema mayor dan tema minor.
Tema mayor dalam cerita novel Belenggu berupa cerita perjuangan hidup perempuan, yakni
mengisahkan perjuangan Tini dan Rohayah dalam menghadapi berbagai permasalahan hidup yang
kompleks. Sedangkan tema minor dalam cerita novel Belenggu yaitu percintaan, perselingkuhan, dan
perceraian. Tema yang diangkat novel ini tergolong tabu. Tokoh-tokoh dalam novel ini tak bisa secara
vulgar membicarakan masalah keretakan kehidupan keluarga mereka dengan orang lain, karena hal
itu masih dipandang sebagai aib pribadi dan keluarga
2. Alur
Alur menurut Luxemburg ialah kontruksi yang dibuat pembaca mengenai sebuah deretan
peristiwa yang secara logik dan kronologik saling berkaitan dan yang diakibatkan atau dialami
oleh para pelaku (Jan Van Luxemburg, 1986:149). Kontuksi alur tidak bisa dibuat tanpa
mengetahui rangkaian persitiwa yang membentuk sebuah cerita atau dikenal sebagai plot. Plot
adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara
sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain
(Nurgiyantoro, 2012:113). Plot dalam penelitian ini dianalisis dengan urutan waktu. Urutan waktu
yang dimaksud adalah waktu terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam karya fiksi
yang bersangkutan (Nurgiyantoro, 2012:153). Jika dilihat dari cara pengarang mengakhiri cerita,
Belenggu termasuk ke dalam plot tertutup karena berakhir dengan sebuah kepastian.
Alur cerita dalam novel Belenggu termasuk alur maju.
3. Latar
Menurut Abrams, latar atau setting disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran pada
pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-
peristiwa yang diceritakan (Nurgiyantoro,2012:216). Latar tersebut terdiri atas: 1) latar
waktu, 2) latar alam/geografi, dan 3) latar sosial (Endah Tri Priyatni,2010:112)

1) Latar Waktu, Latar waktu cerita Belenggu:


a) Malam
Sukartono duduk membaca, lampu meja disebelah kirinya, terang diatas buku itu,
mukanya sendiri gelap. Dul baru keluar, baru minta permisi pulang. Hari sudah
pukul Sembilan malam. (Belenggu, hlm. 26)
b) Pagi
“Yah sudah hampir padanya, sambil menundukkan kepala mengatakan selamat
pagi dalam bahasa Belanda.” (Belenggu, hlm. 130)
2. Latar Tempat
Secara umum cerita Belenggu terjadi di Indonesia. Latar tempat peristiwa-peristiwa yang
terjadi dalam novel Belenggu antara lain Jakarta, dan Bandung

3) Latar Sosial
Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial
masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Latar sosial pada novel
belenggu karya Armijn Pane yaitu Kartono orang yang berpendidikan tinggi (terpelajat)
sehingga Kartono bisa menjadi seorang dokter yang sangat disukai oleh banyak orang,
dan Tini adalah seorang wanita pergerakan (organisasi).
4. Gaya Bahasa

Gaya bahasa adalah pengungkapan ide, gagasan, pikiran-pikiran seorang penulis yang meliputi
hierarki kebahasaan yaitu kata, frasa, klausa, bahkan wacana untuk menghadapi situasi tertentu.
Dalam novel Belenggu ini, peneliti akan melakukan analisis novel yaitu tentang ”penggunaan bahasa”,
sehingga memperlihatkan isi dan kesatuan karya dari unsur-unsurnya. Dalam novel Belenggu ini,
peneliti akan melakukan analisis novel yaitu tentang ”penggunaan bahasa”, sehingga memperlihatkan
isi dan kesatuan karya dari unsur-unsurnya. Konsep teori yang secara spesifik digunakan dalam
melakukan penelitian ini terangkum dalam gaya bahasanya. Dalam novel Belenggu karya Armijn Pane
ini, setelah diselidiki ternyata merupakan penggunaan bahasa Indonesia modern yang pertama kali
dipakai. Dan hal ini yang menyebabkan Belenggu, sedikit susah dipahami oleh pembaca saat ini.
Walaupun tidak sesulit seperti membaca novel-novel angkatan sebelumnya atau angkatan Balai
Pustaka
5. Tokoh dan Penokohan

Dokter Sukartono (Tono)


Sumartini (Tini)
Siti Rohayah (Yah)
Nyonya sutatmo
Nyonya sumarjo
Nyoya Padma
Putri Aminah
Nyonya Rusdio
Karno
Hartono
Mangunsucipto
Abdul Mardani
Puteri Kartini
6. Sudut Pandang

Dalam roman Belenggu, pengarang menggunakan sudut pandang orang ketiga.


Pengarang menggunkan nama orang sebagai pelakunya, tidak menggunakan kata aku
sebagai tokoh. Dalam arti lain, pengarang menceritakan kehidupan tokoh lain, bukan
sebagai dirinya sendiri. Pengarang tidak terlibat baik secara langsung maupun tidak
langsung di dalam cerita itu.
7. Amanat

Amanat yang terdapat dalam cerita novel Belenggu karya Armijn Pane, yaitu
Wanita memiliki hak untuk mengungkapkan pendapatnya dan tidak selalu tunduk
kepada suami. Wanita juga bebas memilih jalan hidupnya sendiri, bukan hanya sebagai pemuas
nafsu para lelaki. Namun, semua amanat yang terkandung dalam novel ini berkontradiksi dengan
budaya masyarakat pada zaman itu.
Nilai Feminisme dan Citra Perempuan

Penelitian ini memusatkan analisis dan perhatian pada perempuan dalam karya sastra. Oleh
karena itu, teori feminisme sastra dianggap paling relevan dengan penelitian ini. Karya sastra,
dalam hal ini novel merupakan sarana pengungkapan ide-ide, gagasan, dan pandangan bagi
sastrawan. Sastrawan sebagai anggota masyarakat terikat oleh tatanan sosial tertentu sehingga
karya sastra merupakan respons sastrawan terhadap situasi dan kondisi sosial budaya.

Fakih (201: 99) berpendapat bahwa feminisme merupakan Gerakan yang berawal dari
pemikiran bahwa kaum perempuan pada dasarnya enggan untuk ditindas dan dieskploitasi.
Perjuangan feminisme hakikatnya untuk kesamaan martabat dan kebebasan hidup bagi
perempuan. 10 Novel Belenggu karya Armijn Pane merupakan salah satu novel yang membicarakan masalah
perempuan. Walaupun novel ini sudah lama terbit, isi ceritanya masih begitu relevan mengenai permasalahan
perempuan yang berkembang sampai dengan saat ini.
Simpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari novel ini kita juga dapat melihat gambaran
bagaimana kalau seorang aktivis ketika sudah menikah hidupnya cukup rumit dan pada novel Belenggu
ini terjawab karena berisi kegelisahan-kegelisahan yang terjadi dalam novel Belenggu tersebut.

Dan tujuan dari Armin Pane dalam novel ini adalah beliau ingin memperlihatkan bagaimana perempuan
bisa menentukan jalan hidupnya sendiri sebagaimana laki-laki yang bisa menentukan jalan hidupnya
sendiri juga, dan hidup yang dijalani tidak mudah sangat rumit dan poin-poin tersebut yang harus
diselesaikan oleh kelompok terpelajar pada masanya.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai