Anda di halaman 1dari 13

PENOKOHAN DALAM NOVEL DENDANG KARYA DARMAN MOENIR

SUATU ANALISIS STRUKTURAL


Hj. Fatimah, S.Pd*
Abstrak:

A. PENDAHULUAN
Sastra adalah suatu bentuk dari hasil pekerjaan seni kreatif yang obyeknya
adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa atau simbol lain
sebagai medianya. Sebagai seni kreatif yang menampilkan manusia dengan bentuk
kehidupannya, maka ia merupakan suatu media untuk menyampaikan ide, teori, atau
sistem berpikir manusia. Sastra mengangkat berbagai masalah kehidupan manusia
dalam interaksinya dengan lingkungan dan sesama.
Sudjiman (1983: 66) mengungkapkan bahwa salah satu bentuk karya sastra
adalah novel. Novel adalah cerita berbentuk prosa dalam ukuran panjang dan luas.
Nurgiantoro (1995: 2) juga mengemukakan bahwa proses dalam pengertian
kesusastraan juga disebut fiksi. Karya fiksi mengaeu pada pengertian sebagai karya
yang menceritakan suatu yang bersifat rekaan, khayalan, sesuatu yang tidak ada dan
terjadi sungguh-sungguh sehingga tak perlu dicari kebenarannya di dunia nyata.
Tokoh, peristiwa dan tempat bersifat imajiner".
Novel sebagai sebuah karya fiksi menawarkan sebuah dunia, dunia yang
berupa model kehidupan yang diidealkan, dunia imajiner, yang dibangun melalui
berbagai unsur intrinsiknya seperti tokoh, alur, latar, dan sebagainya yang
kesemuanya, bersifat imajiner. Kesemuanya itu bersifat non ekstensial karena dengan
sengaja dikreasikan oleh pengarang, dibuat mmp, dimitasikan atau dianalogikan
dengan dunia nyata lengkap dengan peristiwa-peristiwa dan latar aktualnya sehingga
tampak seperti sungguh-sungguh terjadi dan terlihat berjalan dengan sistem
koherensinya sendiri. Menurut (Nurgiyantoro, 1995: 4) bahwa “kebenaran dalam
karya fiksi tidak harus sama (dan berarti) dan memang tidak perlu disalilakail (dan
artikan) dengan kebenaran yang berlaku di dunia nyata, masing-masing memiliki
sistem hukumnya sendiri".
Korrie (1984: 19) mengemukakan bahwa "sebuah fiksi (novel) harus
mempunyai dasar cerita yang melukiskan eita-eita, ajaran moral, lukisan masyarakat,
dan sebagainya". Sebuah karya fiksi ditulis oleh orang antara lain untuk menawarkan
model kehidupan yang diidealkannya. Fiksi mengandung penerapan moral dalam
sikap dan tingkah laku para tokoh sesuai dengan pandangan tentang moral. Melalui
cerita, sikap dan tingkah laku tokoh-tokoh itu pembaca diharapkan dupat mengambil
hikmah dari pesan-pesan moral yang disampaikan, yang diamanatkan.
Novel merupakan suatu karya kreatif sehingga bebas menciptakan dunia fiksi.
Pengarang bebas memilih atau mengelola bahan apa saja. Tidak terikat pada
kenyataan yang sudah terjadi atan sedang terjadi. Bahkan kenyataan yang tidak
mungkin terjadi dikehidupan ini dapat dituangkan ke dalam sebuah karya sastra
karena kisah semacam itu dapat membuka mata kita terhadap arti tertentu dibalik
kenyataan yang terlihat.
Demikian pula dengan cara menampilkan tokoh-tokoh sesuai dengan
selebelumya, siapa pun orangnya, apapun yang dihadapinya. Singkatnya, pengarang
bebas untuk menampilkan dan memperlakukan tokoh siapapun orangnya walau hal
itu berbeda dengan dunianya sendiri, dunia nyata. Jika kita membaca sebuah novel
(serius) dan ingin memahaminya dengan baik, maka kita perIu berkonsentrasi yang
tinggi dalam pembacaan tersebut.
Pengalaman dan permasalahan yang diungkapkan dalam sebuah novel dapat
sampai keinti hakikat kehidupan yang universal. Novel di sam ping memberikan
hiburan, juga terimplisit tujuan yang memberikan pengalaman yang berharga kepada
pembaca atau paling tidak, mengajaknya untuk meresapi dan merenungkan secara
sungguh-sungguh tentang permasalahan yang dikemukakan.
Berbagai masalah dalam kehidupan manusia banyak diangkat ke dalam karya
fiksi baik pengalaman hidup, cinta terhadap kekasih, cinta terhadap tanah air, atau
tentang perjuangan menegakkan kebenaran, dan lain-lain sebagainya. Dalam novel
Dendang karya Darman Moenir, masalah yang dihadapi oleh tokoh-tokoh cerita
cukup kompleks. Terutama, masalah yang dihadapi oleh "Aku" sebagai tokoh utama.
Misalnya apa yang dilakukan tokoh utama yang kawin dengan wanita tidak
sekampung, padahal adat di daerahnya tidak mengisinkan hal yang demikian. Begitu
pula dengan perjuangan tokoh dalam berumah tangga yang ada kalanya mempunyai
urusan pribadi tetapi sering kebenturan dengan masalah lingkungan sosial, bagaimana
perjuangan tokoh utama dalam berumah tangga yang terus diburu oleh kesulitan
hidup.
Tokoh-tokoh cerita dalam novel Dendang menempati posisi yang strategis
dal1 dominan sebagai pembawa ide, pesan moral atau sesuatu yang lain yang ingin
disampaikan pengarang kepada pembaca. Hal tersebut menjadi alasan penulis
memilih judul Penokohan dalam novel Dendang karya Darmin Moenir, suatu
analisis struktural". Struktur cerita juga menarik untuk dibahas dengan melihat
hubungan penokohan dengan unsur pembangunan cerita yang lain seperti alm, tema,
latar, dan amanat. Analisis struktural melihat karya sastra sebagai suatu totalitas,
terdiri atas.

KERANGKA TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Novel
Dalam istilah novel tercakup pengertian roman, sebab roman hanyalah istilah
yang muncul pada zaman setelah perang dunia ke dua di Indonesia. digunakan istilah
roman waktu itu adalah wajar karena sastrawan Indonesia pada umumnya
berorientasi ke negeri Belanda yang lazim menamakan istilah roman untuk novel.
(Semi, 1988: 32) mengungkapkan bahwa "istilah novel mulai populer setelah zaman
kemerdekaan, yakni setelah sastrawan Indonesia banyak beralih kepada bacaan-
bacaan yang berbahasa Inggris. Novel juga digunakan di Perancis, Rusia, serta
sebagian negara-negara Eropa".
Semi, (1988: 32)jugamengungkapkan bahwa: membedakan novel dan roman
dengan batasan, bahwa novel mengungkapkan suatu konsentrasi kehidupan pada
suatu saat yang menegangkan dan pemusatan kehidupan yang tegas. Sedangkan
roman dan menggambarkan kronik kehidupan yang lebih luas yang biasanya
melukiskan peristiwa dari masa kanak-kanak sampai dewasa dan meninggal dunia.
Selain itu, ada pula yang mengatakan bahwa roman merupakan karya sastra
fiksi yang menggambarkan tentang tokoh dan peristiwa yang hebat-hebat,
mengagumkan, mengerikan atau menyeramkan. Sedangkan novel merupakan karya
fiksi yang mengungkapkan aspek-aspek manusia yang lebih mendalam dan disajikan
dengan halus.
Kata novel berasal dari bahasa Latin novellus yang diturunkan dari kata novies
yang berarti bam. Dikatakan baru, karena jika dibandingkan dengan karya sastra
lainnya seperti puisi, drama dan lain-lain bahwa jenis novel 1111 muncul kemudian.
Roman atau novel menurut Wolf (Musliha, 1994: 11) bahwa "roman atau novel
adalah sebuah ek:splorasi atau suatu kronik kehidupan, merenungkan dan melukiskan
dalam bentuk tertentu, pengaruh, ikatan, hasil, kehancuran atau tercapainya gerak-
gerik manusia, Tarigan (Musliha, 1994: 11) mengungkapkan bahwa "dapat kita
jumpai keterangan, bahwa novel adalah suatu cerita prosa fiktif dengan panjang
tertentu, yang melukiskan para tokoh, gerak serta adegan kehidupan nyata yang
refresentatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang akan kaGau dan kusut", Dari
segi jumlah kata Tarigan (Musliha, 1994: 12) mengatakan bahwa "biasanya suatu
novel mengandung kata yang berkisar antara 35.000 buah sampai tak terbatas
jumlahnya. Dengan kata lain jumlah minimal kata-katanya adalah 35.000 buah".
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa r, )luan dan novel adalah
suatu karya fiksi yang mengungkapkan aspek-aspek kemanusiaan yang lebih
mendalam dan dilukiskan dalam bentuk tei1entu.

2. Unsur-unsur yang membangun roman

Analisis struktur karya sastra yang dalam hal ini fiksi, dapat dilakukan dengan
mengidentifikasikan, mengkaji dan mendeskripsikan misalnya bagaimana keadaan
peristiwa, alur, tokoh dan penokohan, tema, latar dan amanat. Setelah itu dicoba
dijelaskan bagaimana fungsi alur masing-masing dalam menunjang makna
keseluruhannya, dan bagarmana hubungan antar-unsur sehingga secara bersama-sama
memb~ntuk totalitas atau kemaknaan yang padu, misalnya bagaimana hubungan
antara peristiwa yang satu dengan yang lain, kaitannya dengan yang lain, kaitannya
dengan penokohan, dengan latar dan sebagainya.
Nurgiyantoro (1995: 37) mengemukakan bahwa "pada dasarnya analisis
struktural bertujuan memaparkan secermat mungkin fungsi dar. keterkaitan antara
berbagai unsur karya satra yang seear bersama-sama menghasilkan sebuah
keseluruhan".Analisis struktural tidak cukup dilakukan hanya sekedar mendata unsur
tertentu sebuah unsur fiksi, misalnya penokohan, latar atau yang lain. Namun, yang
lebih penting misalnya adalah menunjukkan hubungan antar-unsur itu dan
sumbangan apa yang diberikan terhadap tujuan estetik dan makna keseluruhan yang
ingin dicapai.
Berdasarkan beberapa pendapat tentang kajian struktural di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa analisis struk'iural memandang karya sastra sebagai suatu
totalitas. Analisis struktural harns memperhatikan dengan cennat dan menditail
semua unsur yang membangun keutuhan suatu cerita, seperti penokohan, alur, tema
dan unsur pembangunan yang lain. Setiap unsur tersebut saling berhubungan secara
saling menentukan, yang kesemuanya itu akan menyebabkan karya sastra yang
dianalisis menjadi hidup dan bermakna. Roman sebagai karya sastra (fiksi) dibangun
oleh suatu struktur atau unsur-unsur tertentu. Unsur-unsur itu secara fungsional
berkaitan satu sarna lain dan tidak c1apat dipisahkan dalam sebuah karya sastra.
Semi (1988: 35) mengungkapkan bahwa secara grais besar novel dibangun oleh dua
unsur yaitu; (1) unsur dalam (instrinsik) dan (2) unsur luar (ekstrinsik). Unsur dalam
atau instrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra tersebut seperti
penokohan atau perwatakan, tema, alur (plot), pusat pengisahan, latar dan gaya
bahasa. Sedangkan unsur luar atau ekstrinsik adalah segala macam unsur yang berada
di luar suatu karya sastra tersebut, misalnya faktor ekonomi, faktor kebuclayaan,
faktor sosial politik, keagamaan, dan tata nilai yang dianut masyarakat.
Unsur-unsur ekstrinsik yang membangun sebuah karya sastra menurut Wenek
(1990: 82) dapat dilihat dari berbagai segi, yaitu:
a) Segi biografi pengaran&,rnya. Penyebab pertama lahimya karya sastra adalah
dari segi penciptanya sendiri, karya sastra dapat dinikmati dengan mempelajari
jalan hidup pengarang atau bio&,rrafi pengarang, menelusuri perkembangan
moral, mental dan intelektual yang tentu menarik untuk dipelajari.
a) Dari scgi psikologi, bahwa psikologi membantu mengentalkan kepekaan mereka
pada kenyataan, mempertajam kemampuan pengamatan dan memberi
kesempatan untuk menjejaki pola yang belum terjamah sebelumnya.
b) Dari segi masyarakat, bahwa masalah sastra dan masyrakat dapat diletakkan pada
suatu hubungan yang lebih bersifat simbolik dan bermakna.
c). Dari segi pemikiran, bahwa cara menjabarkan hubungan sastra dengan pemikiran,
sastra sering dilihat sebagai suatu filsafat, atau sebagai pemikiran yang
terbungkus dalam bentuk khusus. Jadi, sastra dianalisis untuk mengungkapkan
pemikiranpemikiran hebat pengarangnya.
Stuktur luar karya sastra (fiksi) jarang dibicarakan. Namun jika dibicarakan
hanya terbatas pada unsur pembangunan sebuah karya fiksi. Sebuah unsur luar
merupakan bagian yang teramat Iuas tentang segi-segi kehidupan dalam segala aspek.
Unsur luar suatu karya fiksi tidak khusus pada karya suatu karya fiksi, artinya suatu
karya fiksi satu dengan lainnya, jika dilihat dari unsur luamya (ekstrinsik) tidak ada
yang sarna tergantung dari interpretasi pengarang tentang kehidupan yang
melatarbelakangi terciptanya karya fiksi itu. Ini akan diuraikan secara ringkas
mengenai unsur instrinsik suatu karya sastra.

Tema

Istilah tema dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (2001: 164) diartikan bahwa
"sebagai pokok pikiran, dasar cerita (yang dipercayakan, dipakai sebagai dasar
pengarang dalam menyusun cerita)". Tema tidak lain adalah suatu gagasan sentral
yang menjadi dasar tujuan yang hendak dicapai oleh pengarangnya. Jadi, dalam
pengambilan terna itu sudah tercakup persoalan-persoalan dan tujuan atau amanat
yang ingin disampaikan pengarangnya kepada pembaca. (Soewnardjo, 1991: 58)
mengungkapkan bahwa adalah Tema dalam karya sastra, terutama fiksi, harus lebur
dalam setiap jalinan ceritanya. Pengarang hanya menyuguhkan kejadian-kejadian
dalam cerita yang benar-benar perlu dan saling berhubungan sehingga memperjelas
persoalan yang dikemukakannya. Kalau seorang pengarang menggarnbarkan suatu
:cejadian yang ternyata tidak mendukung atau hanya mengulangi saja peroalan yang
sudah jelas, maka gambaran yang demikian mengurangi nilai sastra.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tema adalah
gagasan, ide, pikiran utama yang mendasari suatu karya sastra.

b. Plot atau Alur

Alur dalam kamus besar Bahasa Indonesia (2001: 33) diartikan sebagai "suatu
jalinan peristiwa dalam karya sastra untuk mencapai efek tertentu (pautannya dapat
diwujudkan oleh hubungan temporal atau waktu dan oleh hubungan kausal atau sebab
akibat)". Alur adalah struktur kejadian dalam cerita yang disusun sebuah interpretasi
fungsional yang sekaligus menandai urutan bagia-bagian keseluruhan fiksi. Alur
merupakan suatu jalur tempat lewatnya rentetan peristiaw yang merupakan rangkaian
pola tindak-tanduk yang berusaha memecahkan konflik yang terdapat di dalamnya.

Menurut pendapat Sudjiman (1988: 30) bahwa alur adalah urutan penampilan
peristiwa berdasarkan hubungan sebab akibat. Alur merupakan tulang punggung
cerita. Sebab alur menuntut pembaca menelusuri cerita secara keseluruhan, tidak ada
jalan ceria yang bisa kita tinggalkan apabila kita akan mengetahui jalan cerita secara
utuh.
Dari beberapa pendapat di atas maka, dapat disimpulkan bahwa alur adalah
urutan penampilan peristiwa yang merupakn rangakaian pola tindak-tanduk yang
berusaha memecahkan konflik yang terdapat di dalamnya.

c. Perwatakan atau penokohan

Sudjiman (Muslaha, 1994: 19) mengungkapkan bahwa karakter adalah sifat-


sifat khas tokoh yang diceritakan, bagaimana kualitas nalar, sikap, tingkah laku
pribadi, jiwa yang membedakan antara tokoh laindalam sebuah cerita”. Menurut
Dermayanti (1971: 62) adalah penokohan adalah teknik pelukisan tokoh dan perannya
dalam cerita. Penokohan merupakan corak lahir atau gambaran fisik sang tokoh
misalnya betuk muka, model rambut, tinggi badan, warna kulit dan sebagainya”.
Perwatakan adalah penokohan tetapi terbatas pada pengertian corak kejiwaan yang
tercermin dan sebagainya yang hanya tampak lewat peran yang ditampilkan dalam
cerita.

Berdasarkanbeberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa


penokohan adalah cara pengarang menampilkan tokoh-tokohnya yang jelas, baik
mengenai gambaran gisik (lahir) maupun seorang tokoh mengenai pelikisan watak,
tokoh dalam cerita.

d. Pusat Pengisahan

Pusat pengisahan adalah posisi dan penempatan diri pengarang atau darimana
ia peristiwa-perisiwa yang terdapat dalam ceritanya itu. Ada berbagai jenis pusat
pengisahan atau sudut pandang. Menurut Abrams (Nurgiantoro, 1995: 248)
mengemuakan bahwa sudut pandang menyaran pada sebuah cerita sarana untuk
menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwayg memebntuk cerita dalam
sebuah karya fiksi kepada pembaca”.
Dari pendapat tersebut di atas dapat dimpulkanbahwa sudut pandang adalah cara
seorang pengarang menempatkan dirinya dalam cerita untuk mengemukakan gagasan
dan ceritanya.

e. Latar dan setting

Latar adalah lingkungan tempat peristiwa terjadi, Semi (1988: 46)


mengemukakan bahwa latar adalah latar belakang fiksi, unsur dan ruang dalm suatu
cerita. Dalam konteks latar, segala yang berkaitan dengan tempat, waktu, musim,
periode, kejaidna-kejadian di sekitar peristiwa cerita termsuk latar. Menurut Tarigan
(Musliha, 1994: 21) bahwa latar dapat dipergunakan untuk maksud atau tujuan
tertentu, seperti latar harus mudah dukenali kembali dan juga melukiskan dengan
terang dan jelas serta mudah diingat bahwa latar dapat dipergunakan untuk maksud
untuk memperbesar keyakinan terhadap tokoh dan gerak serta tindakannya, melalui
penerangan langsung, yaitu pengarang langsung membentakan panjang lebar watak
dari tokoh tersebut.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut di atas, maka dapat disimpulkan


bahwa latar adalah keterangan, petunjuk, acuan yang berhubnungan dengan waktu,
ruang dan suasana terjadinya peristiwa dalam sebuah karya sastra.

f. Gaya Bahasa

Menurut Semi (1988: 50) bahwa:

Gaya bahasa yang dipergunakan oleh pengarang merupakan pembawan


pribadi dengan gayanya, ia hendak memberi bentuk terhadap apa yang ingin
dipaparkannya. Sastra dapat mengekalkan pengalaman pengalaman batinyya
yang mampu negelitik dan menyentuh hati pembaca gaya bahas yang
digunakan oleh pengarang amat sukar untuk dijelaskan, tetapi dapat dirasakan
sewaktu membaca karya sastra.
Abrams (Nurgiantoro, 1995: 276) mengemukakan bahwa gaya bahas adalah
cara pengucapan bahas dalam prosa atau bagaimn seorang pengarang
mengungkapkan sesuatu yang akan dikemukakan.

Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa adalah
bagaimana seorang penmgarang menampilkan cara pengucapan bahasa dalam sebuah
cerita.

g. Amanah

Menurut Nurgiyantoro (1995: 323) amanah adlah bahwa pesanm moral karya
sastra yang merupakan gagasan yang mendasari karya sastra untuk mendukung pesan.
Moral yang dalam karya sastra biasanya merupaan pandangan hidup pengarang yang
bersangkutan, pandangan tentang nilai-nilai dan hal itulah yang ingin disampaikan
kepada pembaca karya sastra. Menurut Kenny (Nurgiantoro, 1995: 322)bahwa
amanah atau moral biasanya dimaksudkan sebagai suatu aran yang berhubungan
dengan ajaran moral tertentu yang bersifat praktis yang dapat diambil (dan ditfsirkan
lewat cerita yang bersangkutan oleh pembaca).

Dari pendapat di atas disimpulkan bahwa amanah adalah pesan-pesan moral


yang disampaikan pengarang lewat cerita sehingga dapat mengambil himah dari
pesan moral tersebut.
B. Kerangka pikir
Ada bberap unsur intrinsik yang membnagun sebuah fiksi, antara lain tema
alur, plot, perwatakan, latar atau setting, ttik pengisahan dan amanat. Namun, dalam
penelitian ini akan hany memusatkan penelitna pda unsur perwatakn/ penokohan pada
novel “Dendang” kary DramnMoenir sebgau unsur yang paling domina.
Sifat dari sikap tokoh cerita dapat diketahui dari berbagai kelakukan yang
dilakukan oleh tokoh itu sendiri. Dalam membahas sutu permasalahn dalam sebuah
cerita sebagai peneliti tentu akan melihat unsur apakah yang paling dominan diantara
unsur-unsur yang ada dalam strutur cerita. Berotlak belakang dari urain tesebut ,maka
peneliti akan menfokuskan permasalahan pada unsur tokoh cerota. Khsusunya
melihat siapakah yang paling menonjol sebagai tokoh uatama dan segala
permasalahan yang dihadapinya.
Sehubungan dengan perwatakan yang akan penulis bahas dalam pebnelitinaini
maka penulis akanmelihat bagaiman cara menentukan karakter dalam sebuah cerita.
Adapun cara melihat watak dari tokoh yang mendukung cerita yakni sebagai berikut:
1. Apakah apa yang diperbuatnya, tindakan-tindakannya, terutama seklai
bagaiman ia bersikap dalam situsi ktitis seseorang tidak akan berpura-pura
sehingga akan tercermin sikapnya yang asli.
2. Melalui penggambaran fisik tokoh, dengan memperahtikan deskripsi
mengenai bentuk tubuh dan wajah tokoh-tokohnya yaitu tentang car berpakain
dan sebagainmya.
3. Melalui ucapan-ucapannya, karena dari apa yang diucapkan seorang tokoh
dalam cerita, kita dapat mengetahui apakah ia orang tua, orng yang
berpendidikan rendah atau tinggi, berbuydi halsu atau kasar, pria atau anita
dan sebagainya.

KESIMPULAN
Karya sastra yang diciptakan oleh pengarangmerupakan hasil dari
pengamannya terhadap kehidupan di tambah dengan imajinasi yang ada pada dirinya.
Jadi karya sastra bukanlah semata-mata kejadian yang ada dalam masyarakat yang
dipindahkan dalam bentuk tulisan. Cerita yang ditampilkan pengarang dalam novel
ini merupakan proses perenunagn ari si pengarang terhadap kehidupan yang
dialaminya serta diamatinya sehari-hari.
Kesan yang diperoleh setelah penulis menganalisa novel Dendang ini dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Dlam menampilan peran perwatakan tokoh-tokoh cerita,
pengarang mempunyai kesempatan untuk berkreativitas, bebas
menampilkan tokoh-tokoh cerita, siapa pun orangnay, apaun statsu
sosialnya, bagamian peran dan perwatakannya, dan permsalahan
apapun yang dihadapinya. Yang penting, tokoh-tokoh yang tampil
dpat bertindak dan berpikir seperti manusia, mempunyai
tanggungjawab, dapat berbuat salah, berbeda pendapat dan
sebagainya, yang kesemuanay itu mencerminkan kewajaran
manusia dalam menyikapi hidupnya. Novel ini menampilan
kemiripan dengan kehidupan sesungguhnya.
2. Hubungan tokoh dengan tokoh yang lain erat sekali. Kehdiran
tokoh lain merupakan sarana pengembangan knflik tokoh utama.
Tokoh-tokoh lain ditampilkanm untuk mengembangkan peran dan
perwatakan tokoh utama.keahiran tooh tambahan dalam
mendukung kehadiran tokoh uatama untuk menajdikan cerita lebih
menarik, berkembangan dan hidup.
3. Penokohan dalam n ovekl Dendang memebtuk hubunagn
fungsional dengan unsur cerita lain, seperti alur, latar, tema dan
amant. Unsur tersebut terkait dalam struktur yang padu untuk
mendukung kebutuhan erita.
4. Novel dendang
DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. 1991. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar baru


.
Atmazaki. 1990. Ilmu sastra teori dan Terapan. Padang: Angkasa Raya

Esten Mursal. 1984. Kritik Sastra Indonesia. Padang: Angkasa Raya.

Mahayana, Maman S.dkk/ 1992. Ringkasan dan Ulasan Novel Indonesia Modern.
Jakarta: Gramedia Widisara Indonesia.

Moenir, Darman. 1990. Dendang. Jakarta: Balai Pustaka.


Oemaryati, Boen. 1971. Bentuk-bentuk Lakon dalam sastra Indonesia. Jakarta:
Gramedia.
Semi, Attar. 1988. Anatomi Sastra. Bandung: Angkasa Raya.

Sudjiman, Panuti. 1986. Memahami sastra Rekaan. Jakarta: Pustaka Karya.

Sumardjo, Jakob. 1971. Memahami Kesusatraan. Bandung: Alumni.

Tjpadi, Bambang. 1984. Pengajaran Sasra Indonesia. Semarang: Toha Putra.

Wellek, Rene dan Austin Warren. 1990. Teori Kesusatraan. Jakarta: Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai