Anda di halaman 1dari 12

Nama  

:
1. Anindya Zalfa S. (05)
2. Nawareeza Rahadatul ‘A. (21)
Kelas   : XI MIPA 4

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Novel sebagai Karya Sastra


1. Pengertian Novel
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), novel adalah
karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita
kehidupan seseorang dengan orang di sekelilingnya dengan
menonjolkan watak dan sifat pelaku.
Sementara itu Herman J. Waluyo (2002:36-37) menyatakan
bahwa novel merupakan cerita menengah yang menggambarkan
realitas kehidupan yang masuk akal dengan mengetengahkan tokoh
heroic beserta perubahan nasibnya dan terbagi dalam beberapa
episode kehidupan.
Lebih lanjut Jassin dalam Zulfahnur (1996:67) menyatakan
bahwa novel menceritakan suatu kejadian yang luar biasa dari
tokoh cerita, dimana kejadian-kejadian itu menimbulkan
pergolakan batin yang mengubah perjalanan nasib tokohnya.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan
bahwa novel adalah suatu cerita fiksi yang menggambarkan kisah
hidup tokoh melalui rangkaian peristiwa yang kompleks dan
mengubah nasib tokoh tersebut.
2. Jenis-Jenis Novel
Novel dapat dibedakan berdasarkan isi cerita dan mutu novel.
Berdasarkan isinya Mohtar Lubis dalam Tarigan (1984:165)
mengatakan bahwa novel sama dengan roman. Oleh karena itu,
roman dibagi menjadi roman avontur, roman psikologis, roman
detektif, roman sosial, roman kolektif, dan roman politik.
Sedangkan Burhan Nurgiyantoro (2002: 16-22)
mengklasifikasikan novel menjadi dua jenis, yaitu novel populer
dan novel serius.
Sementara itu Lukas dan Faruk (1994:18-19), menjelaskan
bahwa novel terdiri dari tiga jenis, yaitu novel idealis abstrak, novel
romantisme keputusan, dan novel pendidikan.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa novel
memiliki jenis yang berupa novel avontur, novel psikologis, novel
kolektif, novel politik, novel populer, novel serius, novel idealis
abstrak, novel romantisme keputusan, dan novel pendidikan.
3. Unsur-Unsur Pembangun Novel
Karya sastra adalah sebagai sebuah struktur merupakan
sebuah bangunan yang terdiri atas berbagai unsur yang satu dengan
lainnya saling berkaitan. Teori struktural adalah suatu disiplin yang
memandang karya sastra sebagai suatu struktur yang terdiri atas
beberapa unsur yang saling berkaitan antara yang satu dan yang
lainnya. Teori struktural menekankan pada unsur- unsur yang
membangun karya sastra. Karya sastra dapat dinilai secara
menyeluruh jika terbangun atas unsur-unsur yang membangun
karya sastra (Sangidu, 2004: 16).
Unsur-unsur pembangun karya sastra dikelompokkan
menjadi dua bagian yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik
Nurgiyantoro (2005: 23). Nurgiyantoro mengemukakan bahwa
unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra
itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra
hadir sebagai karya sastra, unsur secara aktual dijumpai saat orang
membaca karya sastra. Unsur tersebut adalah peristiwa cerita atau
plot, penokohan, tema, latar, sudut pandang penceritaan, dan
bahasa atau gaya bahasa. Unsur ekstrinsik adalah unsur yang
membangun karya sastra dari luar karya itu sendiri seperti keadaan
sosial ekonomi, biografi pengarang dan lain sebagainya. Metode
analisis struktural karya sastra bertujuan untuk membongkar dan
memaparkan secermat, seteliti, semendetail, dan semendalam
mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua unsur karya sastra
yang secara 11 bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh
(Teeuw, 1994: 135). Berikut ini merupakan penjelasan unsur
intrinsik novel:
3.1 Tema
Tema adalah ide sebuah cerita yang ingin
disampaikan kepada pembaca, pokok permasalahan yang
ditampilkan dalam suatu karya sastra atau permasalahan
yang merupakan titik tolak pengarang dalam menyusun
karya sastra. Tema novel biasanya bersumber dari
konflik kehidupan manusia seharí-hari, antara lain kisah
cinta, kepahlawanan, peperangan, dan persahabatan.
Menurut Tasrif (dalam Barried, 1985:62), “Cerita
harus mempunyai tema atau dasar.” Dasar inilah yang
paling penting dari seluruh cerita karena suatu cerita
yang tidak mempunyai dasar tidak ada artinya sama
sekali. Dasar ini adalah tujuan cerita. Novel mempunyai
tema yang bekerja sama dengan unsur-unsur lain dalam
penyampaian amanat.
3.2 Karakter atau Penokohan
Penokohan merupakan suatu bagian penting dalam
membangun sebuah cerita. Tokoh-tokoh tersebut tidak
saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga
berperan untuk menyampaikan ide, motif, plot, dan tema.
Semakin berkembangnya ilmu jiwa, terutama
psikoanalisa merupakan pula suatu alasan pentingnya
peranan tokoh cerita sebagai bagian yang ditonjolkan
oleh pengarang. (Jakob Sumardjo dalam Fananie, 2000:
87). Konflik-konflik yang terdapat dalam suatu cerita
yang mendasari terjalinnya suatu plot, pada dasarnya
tidak dapat dilepaskan dari tokoh-tokohnya, baik yang
bersifat protagonis maupun antagonis.
3.3 Latar
Latar atau Setting adalah latar belakang fisik,
tempat dan waktu dalam suatu cerita. Latar atau setting
terbagi atas tiga bagian, yaitu latar tempat, latar waktu,
dan latar suasana. Latar tempat menjelaskan tempat
terjadinya peristiwa dalam novel, latar waktu
mendeskripsikan kapan peristiwa terjadi, dan latar
suasana menjelaskan suasana yang melatarbelakangi
peristiwa.
3.4 Alur
Pengertian alur dalam novel adalah rangkaian
cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan rangkaian
peristiwa sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan
oleh para pelaku dalam suatu cerita. Montage dan
Henshaw ( dalam Aminuddin, 2005:84) menjelaskan
bahwa tahapan peristiwa dalam alur suatu cerita dapat
tersususun dalam beberapa tahapan yaitu:
1. Dalam tahapan exposition, yakni tahap awal
yang berisi penjelasan tentang tempat terjadi
peristiwa serta perkenalan dari setiap pelaku
yang yang mendukung cerita
2. Dalam tahapan inciting force, yakni tahap ketika
timbul kekuatan, kehendak maupun perilaku
yang bertentangan dari pelaku
3. Dalam tahapan rising action, yakni situasi panas
karena pelaku-pelaku dalam cerita mulai
berkonflik
4. Dalam tahapan crisis, yakni situasi sudah
semakin panas dan para pelaku sudah diberi
gambaran oleh pengarangnya
5. Dalam tahapan climax, yakni situasi puncak
ketika konflik berada pada kadar yang paling
tinggi hingga para pelaku itu mendapatkan
kadar nasibnya sendiri-sendiri
6. Dalam tahapan falling action, yakni kadar
konflik sudah menurun sehingga ketegangan
dalam cerita sudah mulai mereda sampai
menuju conclusion atau penyelesaian cerita
3.5 Sudut Pandang
Sudut pandang adalah Bagaimana cara novel
tersebut diceritakan. ada lima macam pencerita dalam
novel yaitu:
a. Sudut pandang orang pertama
Sudut pandang orang pertama biasanya
menggunakan kata ganti “aku” atau “saya” atau
juga “kami” (jamak). Pada saat menggunakan
sudut pandang orang pertama, Anda seakan-
akan menjadi salah satu tokoh dalam cerita yang
sedang dibuat. Si pembaca pun akan merasa
melakoni setiap cerita yang dikisahkan.
1. Sudut Pandang Orang Pertama (Tokoh
Utama)
Si penulis seolah-olah ‘masuk’
dalam cerita tersebut sebagai tokoh utama
dalam cerita (first person central). Segala
hal yang berkaitan dengan pikiran,
perasaan, tingkah laku, atau kejadian yang
tokoh “aku” lakukan akan digambarkan
pada cerita tersebut. Ia akan menjadi pusat
kesadaran dan pusat dari cerita.
2. Sudut Pandang Orang Pertama (Tokoh
Sampingan)
Tokoh “aku” hadir tidak dalam
peran utama, melainkan peran pendukung
atau tokoh tambahan (first personal
peripheral). Kehadiran tokoh “aku” dalam
cerita berfungsi untuk memberikan
penjelasan tentang cerita kepada pembaca.
Dengan kata lain, tokoh “aku” pada teknik
ini hanya sebagai saksi dari rangkaian
peristiwa yang dialami (dan dilakukan) oleh
tokoh utama.
b. Sudut Pandang Orang Ketiga
Pada teknik sudut pandang orang atau
pihak ketiga. Kata rujukan yang digunakan ialah
“dia” “ia” atau nama tokoh dan juga mereka
(jamak). Kata ganti ini digunakan untuk
menceritakan tokoh utama dalam sebuah cerita.
Pada sudut pandang orang ketiga, si
penulis berada ‘di luar’ isi cerita dan hanya
mengisahkan tokoh “dia” di dalam cerita.
1. Sudut Pandang Orang Ketiga (Serba Tahu)
Pada sudut pandang orang ketiga
serba tahu, si penulis akan menceritakan
apa saja terkait tokoh utama. Ia seakan tahu
benar tentang watak, pikiran, perasaan,
kejadian, bahkan latar belakang yang
mendalangi sebuah kejadian. Ia seperti
seorang yang maha tahu tentang tokoh yang
sedang ia ceritakan. selain menggunakan
kata ganti “ia” atau “dia”, kata ganti yang
biasa digunakan ialah nama dari si tokoh itu
sendiri.
2. Sudut Pandang Orang Ketiga (Pengamat)
Pengetahuan ini diperoleh dari
penangkapan pancaindra yang digunakan,
baik dengan cara mengamati (melihat),
mendengar, mengalami, atau merasakan
suatu kejadian di dalam cerita. Pengamatan
pun dapat diperoleh dari hasil olah pikir si
penulis tentang tokoh “dia” yang sedang ia
ceritakan.
c. Sudut Pandang Campuran
Pada sudut pandang campuran, si penulis
dapat menggabungkan antara sudut pandang
orang pertama dan orang ketiga. Ada kalanya si
penulis ‘masuk’ ke dalam cerita (bukan sebagai
tokoh utama) dan ada kalanya ia berada di luar
cerita menjadi orang yang serba tahu.
4. Ciri-Ciri Novel
Seperti karya sastra pada umumnya, novel memiliki khas atau
identitas yang membedakan novel dengan karya sastra lainnya.
Novel dinyatakan sebagai suatu karya sastra yang kompleks, maka
karena itu ciri-ciri novel dibagi menjadi 3 sub:
4.1 Ciri-Ciri Umum dalam Novel:
a. Jumlah kata dalam novel lebih dari 35.000 kata
b. Terdiri dari setidaknya itu 100 halaman.
c. Durasi membaca novel itu setidaknya 2 jam atau
120 menit.
d. Ceritanya lebih dari satu impresi, efek, serta emosi.
e. Alur cerita cukup kompleks dalam novel.
f. Seleksi cerita dalam karya sastra novel lebih luas.
g. Ceritanya lebih panjang, namun tetapi banyak juga
kalimat yang di ulang-ulang.
h. Novel ditulis dengan narasi kemudian di dukung
dengan deskripsi dalam menggambarkan atau
mengilustrasikan situasi dan kondisi yang ada di
dalamnya.
4.2 Ciri-Ciri Novel Angkatan 20 dan 30-an
a. Mempunyai tema masalah adat.
b. Umumnya berisi kritikan terhadap adat tempo
dulu.
c. Tokoh yang diceritakan dari muda sampai
meninggal dunia.
d. Mempunyai bahasa yang kaku dan kritis.
e. Bahasanya santun.
f. Mempunyai konflik disebabkan oleh perselisihan
dalam memilih nilai kehidupan.
g. Menggunakan kata-kata yang berlebihan.
4.3 Ciri-Ciri Novel Remaja
a. Mayoritas bertemakan tentang persahabatan atau
pertemanan dan percintaan.
b. Bahasa yang digunakan adalah bahasa sehari-hari
yang digunakan oleh remaja pada umumnya.

B. Teori Kebutuhan Bertingkat Abraham Maslow


Abraham Maslow dalam Minderop (2013:28) berasumsi bahwa
manusia sejatinya merupakan makhluk yang baik. Sehingga manusia
memiliki hak untuk merealisasikan jati dirinya agar mencapai aktualisasi
diri. Dalam pandangan Maslow, manusia memiliki perjuangan atau
kecenderungan yang dibawa sejak lahir untuk mengaktualisasikan diri
(Minderop, 2013:279). Manusia didorong oleh kebutuhan-kebutuhan
universal dan yang dibawa sejak lahir, yang tersusun dalam suatu tingkat.
Tingkah laku manusia ditentukan oleh kecenderungan individu untuk
mencapai tujuan agar kehidupan si individu lebih berbahagia dan sekaligus
memuaskan. Maslow (Minderop, 2013:280) menyampaikan teorinya
tentang kebutuhan bertingkat yakni kebutuhan fisiologis, rasa aman, rasa
cinta dan memiliki, harga diri, dan aktualisasi diri. Kebutuhan bertingkat
Abraham Maslow dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Kebutuhan Fisiologi adalah sekelompok kebutuhan yang paling
mendesak pemuasaannya karena terkait kebutuhan biologis
manusia. Kebutuhan fisiologis misalnya kebutuhan terhadap
makanan, air, udara, tidur dan pemuasan terhadap kebutuhan yang
sangat penting untuk kelangsungan hidup. Apabila kebutuhan
fisiologi terpenuhi maka akan didorong oleh kebutuhan rasa
aman.
b. Kebutuhan rasa aman adalah kebutuhan ketika individu ingin
merasakan sebuah jaminan, stabilitas, perlindungan, ketertiban,
bebas dari ketakutan dan kecemasan serta ketentraman dari
lingkungannya. Apabila mencapai suatu tingkat tertentu dari rasa
aman dan jaminan maka akan digerakkan untuk memuaskan
kebutuhan akan rasa memiliki dan cinta.
c. Kebutuhan rasa memiliki dan dicintai adalah suatu kebutuhan
yang mendorong manusia untuk melakukan hubungan efektif atau
hubungan emosional dengan orang lain. Kebutuhan ini dapat
dipenuhi dengan cara menggabungkan diri dengan suatu
kelompok atau perkumpulan, menerima nilai dan sifat-sifat.
d. Kebutuhan rasa penghargaan, menurut Maslow terbagi menjadi
dua yaitu penghargaan yang berasal dari orang orang lain dan
penghargaan terhadap diri sendiri. Penghargaan berasal dari
reputasi, kekaguman, status, popularitas atau keberhasilan dalam
masyarakat.
e. Kebutuhan akan aktualisasi diri sebagai perkembangan yang
paling tinggi dan penggunaan semua bakat, pemenuhan semua
kualitas dan kapasitas yang dimiliki seseorang,
Seseorang harus terlebih dahulu mencapai kebutuhan yang paling
mendasar sebelum mampu mencapai kebutuhan diatasnya. Seseorang tidak
dapat mencapai kebutuhan rasa aman sebelum ia memenuhi kebutuhan
fisiologi, dan seterusnya. Jadi seorang tidak dapat melompati pencapaian
kebutuhan yang berada diatasnya sebelum kebutuhan berada dibawahnya
terpenuhi.

C. Nilai Perjuangan
1. Definisi Nilai
Menurut Patricia Cranton (dalam Fitri, 2012:87) nilai adalah
prinsip sosial, tujuan-tujuan atau standar yang dipakai atau
diterima oleh individu, kelas masyarakat dan lain-lain.
Menurut Mulyana, nilai adalah bagian keyakinan serta
kepercayaan yang menjadi rujukan seseorang untuk melakukan
tindakan sosial kepada orang lain.
Selanjutnya Notonegoro menyatakan bahwa nilai adalah
sekumpulan tindakan manusia yang tersusun secara sistematis
dalam bentuk material atau nonmaterial. Dengan kegunaan sangat
penting untuk kemudian diterapkan dalam berbagai kelompok
sosial yang dilakukan dalam keseharian.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa nilai
adalah sesuatu yang dianggap baik dan tepat berupa pandangan dan
keyakinan yang diimplementasikan oleh seseorang di kehidupan
sosialnya.
2. Definisi Perjuangan
Perjuangan merupakan sebuah usaha yang dilakukan oleh
seseorang dengan sekuat tenaga untuk memperoleh sesuatu yang
sulit diperoleh. Perjuangan yang akan menjadi kajian dalam
proposal penelitian ini adalah perjuangan yang dilakukan oleh para
tokoh dalam novel Game Over dalam masalah yang dihadapi.
Selain terdapat pengertian formal, istilah perjuangan tersebut
juga terdapat makna aktivitas, yang dimaksud ialah aktivitas untuk
mengusahakan sesuatu supaya tercapainya sebuah tujuan dengan
menggunakan pikiran, kemauan yang keras, serta tenaga yang
ekstra.

Melalui penjelasan dari uraian definisi nilai dan perjuangan tersebut


maka dapat disimpulkan bahwa nilai perjuangan merupakan hasil dari
usaha seorang manusia dalam menjalani sebuah tantangan, dan
permasalahan dalam hidup ini. Nilai perjuangan dapat dijadikan sebagai
gambaran betapa besarnya perjuangan seseorang dalam menjalani
kehidupan. Kehidupan manusia tidak dapat lepas dari perjuangan
manusia itu sendiri. Pedoman perjuangan hidup itu berbentuk sebuah
tindakan yang nyata. Sering juga digambarkan dengan suatu cara
melakukan sebuah tindakan atau mengambil aksi untuk menghadapi atau
mengubah suatu kondisi. Yang dimaksud oleh aspek perjuangan dalam
konteks ini adalah jiwa, tindakan atau aksi nyata, dan semangat yang
ditunjukkan oleh para tokoh dalam novel ini, dan nilai perjuangan yang
dilakukan oleh para tokoh tersebut.
Besarnya masalah kehidupan yang dialami oleh para tokoh
membuatnya mengharuskan dirinya melakukan suatu perjuangan yang
besar juga. Para Tokoh menunjukkan nilai perjuangan dalam perbuatan
dan usaha guna melewati masalah kehidupan yang mendatangi dengan
silih berganti.

D. Sinopsis
Game Over mengisahkan tentang dua orang yang sangat berbeda.
Dialah Jeara Nindya Sjah seorang putri dari kedua orang tua yang
terpelajar dan sukses di bidang media. Sayangnya, dalam novel ini ia
ditakdirkan berpasangan dengan Glendy Adijunior. Seorang cowo
berantakan dan otaknya selalu dipenuhi dengan game dota. Dua orang
yang berbeda ini berjuangan untuk menemukan bagian dirinya masing-
masing yang hilang ditengah sulitnya kehidupan.

“Glendy Adijunior adalah seadanya.

Jeara Nindya Sjah adalah seandainya.

Di permainan ini, mereka mencari titik temunya.”

Anda mungkin juga menyukai