Anda di halaman 1dari 7

Mengejar Mimpi

 Beranda Tentang saya Artikel Pendidikan Motivasi ▼
Senin, 28 Januari 2013

Nilai-Nilai Pendidikan dalam cerpen

A.    Pengertian Cerpen dan Unsur Intrinsik

Cerpen menurut Marahimin (1999: 112) adalah cerita rekaan pendek, karena pendeknya
biasanya tidak terdapat perkembangan dalam cerita itu, peristiwa singkat saja. Kepribadian tokoh
atau tokoh-tokoh pun tidak berkembang dan tidak menyaksikan perubahan nasib tokoh-. tokoh ini
ketika cerita ini berakhir. Dan ketika konflik yang hanya satu itu terselesaikan, maka kelanjutan
kehidupan tokoh-tokoh dalam cerita itu diketahui

Cerpen Utomo (2009: 16) merupakan sebuah cerita rekaan yang lengkap (didalam bahasa
Inggris disebut Selfcontained) : tidak ada, tidak perlu ada dan harus tidak ada tambahan lain dalam
cerpen, perkembangan karakteristik memang tak seleluasa cerpen. Keterbatasan ruang ekspresi
dalam cerpen tak memungkinkan bagi pengarang untuk melukiskan perkembangan karakter dengan
leluasa, dalam cerita yang singkat, pengarang berkemungkinan menampilkan tokoh yang unik dan
memikat pembaca untuk selalu mengikutinya.
Cerpen adalah cerita rekaan yang memusatkan diri pada satu tokoh dalam satu situasi pada suatu
saat, hingga memberikan kesan tunggal terhadap pertikaian yang mendasar cerita tersebut
(KBBI Online).

Salah satu bentuk karya fiksi adalah cerpen, cerpen bagai sebuah karya fiksi menawarkan
sebuah dunia, dunia yang berisi model kehidupan yang di idealkan, dunia imajinatif yang di bangun
dengan berbagai unsur intrinsiknya seperti imajinatif yang dibangun dengan berbagai unsur
intrinsiknya seperti peristiwa tokoh, latar, plot dan lain-lain yang kesemuanya tentu saja bersifat
imajinatif.

Seperti yang disiratkan namanya, cerpen itu memang pendek, singkat bahkan ada ahli sastra
yang memberiknya batasan sebagai “cerita yang habis dibaca dalam sekali duduk”. Didalam cerita
yang singkat seperti itu, tentu saja tokoh-tokoh yang memegang peranan tidak banyak jumlahnya
hanya seorang, atau sekitar empat orang paling banyak. Itupun tidak seluruh kepribadian tokoh atau
tokoh-tokoh, itu diungkapkan di dalam cerita, fokus atau pusat perhatian hanya satu. Konflik hanya
satu ketika cerita dimulai, konflik itu sudah hadir disitu, tinggal bagaimana menyelesaikannya saja
(Marahimin, 1999: 113).

Unsur Intrinsik
Cerpen adalah salah satu karya sastra yang terbangun oleh unsur-unsur yang secara garis
besar dibagi atas dua bagian, yaitu (1) Unsur intrinsik dan (2) unsur ekstrinsik. Unsur ekstrinsik
adalah unsur dari luar suatu cerpen yang  memengaruhi isi karya sastra tersebut misalnya ekonomi,
politik, sosial dan lain-lain. Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun cerita dari dalam atas dari
dirinya sendiri. Misalnya tokoh, alur, latar dan pusat pengisahan.

Menurut M. Saleh Saad (dalam Noor 2005 : 33 – 34) unsur-unsur intrinsik cerita rekaan (fiksi)
adalah tokoh, latar, alur dan pusat pengisahan, sedang menurut MS Hutagalung, unsur-unsur
intrinsik puisi antara lain, musikalitar, korespondensi dan gaya, sedang unsur-unsur intrinsik drama,
menurut Effendi ialah alur dan konflik yang berwujud dalam gerak dan dialog atau cakapan.

Unsur instrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur
tersebut yang menyebabkan hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur yang secara faktual akan
dijumpai jika orang membaca karya sastra. Unsur instrinsik sebuah cerpen adalah unsur-unsur yang
secara langsung turut serta membangun cerita kepaduan antar berbagai unsur instrinsik yang
membuat sebuah cerpen yang berwujud. Unsur yang dimaksud, untuk menyebutkan peristiwa,
cerita, plot atau alur tokoh, tema, latar sudut pandang penceritaan bahasa atau gaya bahasa
(Nurgiyantoro, 2002:23).

Dalam penelitian ini hanya akan diuraikan unsur dalam (instrinsik) yang secara langsung
berkaitan dengan penelitian ini antara lain tokoh,,penokohan, dan latar.

1.      Tokoh

Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berkelakukan dalam berbagai
peristiwa dalam cerita (Sudjiman, 1991: 16). Tokoh merupakan unsur penting dalam cerpen. Tanpa
tokoh tidak akan dijumpai peristiwa yang dihadirkan pengarang, karena tokoh merupakan perilaku
suatu peristiwa tertentu dalam cerita. Seorang pengarang harus dapat menuliskan sifat pribadi atau
watak para tokoh dengan sebaikbaiknya.

Tokoh mempunyai arti penting dalam cerita karena tokoh-tokoh tersebut saling
berhubungan sehingga menimbulkan konflik yang akan membawanya pada masalah-masalah yang
menjadi dasar cerita. Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa dengan berkelakukan
dalam berbagai peristiwa dalam tokoh umunnya berwujud manusia, tetapi dapat pula berwujud
binatang atau benda yang diingsankan. Tokoh cerita menurut Abrams (melalui Nurgiyantoro,
2002:165) adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif dan kecenderungan
tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan.

Tokoh cerita menempati posisi strategis sebagai pembawa dan penyampaian pesan, amanat,
moral atau sesuatu yang sengaja ingin disampaikan kepada pembaca. Tokoh cerita seolah-olah
hanya sebagai corong penyampai pesan, bahkan merupakan refleksi pikiran, sikap, pendirian dan
keinginan-keinginan pengarang (Nurgiyantoro, 2002 : 1 68)
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tokoh adalah pelukisan seseorang yang
ditampilkan dalam sebuah cerita dengan melihat karakter atau waktu yang harus diperankan.

2.      Penokohan

Penokohan adalah pelukisan mengenai tokoh cerita baik keadaan lahirinya maupun batinnya
yang dapat berupa pandangan hidup, sikapnya, kekayaannya, adat istiadat dan sebagainya
(Suharianto, 1982 : 31).

Watak tokoh dapat disimpulkan pembaca dari pikiran, cakapan, dan lakuan tokoh yang
disajikan pengarang, bahkan dari penampilan fisiknya serta dari gambaran lingkungan atau tempat
tokoh, cakapa n dan lakuan tokoh demikian pula pikiran tokoh yang dipaparkan oleh pengarang
dapat menyiratkan sifat wataknya (Sujdiman, 1991: 36)

3.      Latar atau setting.

Latar disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan
waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa atau latar, bersama dengan
tokoh dan plot, ke dalam fakta sebab ketiga hal inilah yang akan dihadapi dan dapat diimanjinasi
oleh pembaca secara faktual jika membaca cerita (Nurgiyantoro, 2002 : 216).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa latar menyangkut keterangan-keterangan


mengenai waktu, suasana dan tempat terjadinya peristiwa dalam cerpen tersebut. Unsur latar dapat
dibedakan kedalam tiga unsur pokok, yaitu tempat, waktu dan suasana. Ketiga unsur itu kalau
masing-masing menawarkan permasalahan yang berbeda dan dapat dibicarakan secara sendiri pada
kenyataannya saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya.

a.       Latar tempat

Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah
karya fiksi. untuk tempat yang dipergunakan mungkin berupa tempat-tempat dengan nama
tertentu, inisial tertentu, mungkin lokasi tertentu tanpa nama jelas. Latar tempat dengan namanama
hasuslah mencerminkan, atau paling tidak bertentangan dengan sifat dan keadaan geografis tempat
yang bersangkutan. Masing-masing tempat tertentu memiliki karakteristiknya sendiri yang
membedakannya dengan tempat yang lain (Nurgiyantoro, 2002: 227)

Penyebutan latar tempat yang tidak ditunjukkan secara jelas namanya, mungkin disebabkan
perannya dalam karya yang bersangkutan kurang dominan. Unsur latar sebagai bagian keseluruhan
karya dapat jadi dominan dan koherensif, namun hal tersebut lebih ditentukan oleh unsur latar yang
lain (Nurgiyantoro, 2002:229).
b.      Latar waktu

Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-peristiwa yang


diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Masalah hal tersebut biasanya dihubungkan dengan waktu
faktual, waktu yang ada kaitannya dengan peristiwa sejarah. Pengetahuan dan persepsi pembaca
terhadap waktu sejarah dipergunakan untuk mencoba masuk ke dalam suasana cerita
(Nurgiyantoro, 2002 : 230).

Latar waktu dalam fiksi dapat menjadi dominan dan fungsional jika digarap secara teliti,
terutama jika dihubungkan dengan waktu sejarah. Unsur sejarah ke dalam karya fiksi akan
menyebabkan waktu yang diceritakan menjadi bersifat khas, tipikal, dan dapat menjadi sangat
fungsional sehingga tidak dapat diganti dengan waktu yang lain tanpa mempengaruhi
perkembangan cerita. Latar waktu menjadi amat koheren dengan unsur cerita yang lain. Keipikalan
unsur waktu dapat menyebabkan unsur tempat menjadi kurang penting, khususnya waktu sejarah
yang berskala nasional (Nurgiyantoro, 2002: 231).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa latar menyangkut keterangan-keterangan


mengenai waktu, suasana dan tempat terjadinya peristiwa dalam cerpen tersebut.

B.     Nilai Pendidikan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia  kata nilai berarti sifat-sifat yang penting atau berguna
bagi kemanusiaan (KBBI Online). Sedangkan menurut Daroeso (1986:20 ) nilai adalah sesuatu atau
hal yang dapat digunakan sebagai dasar penentu tingkah laku seseorang, karena sesuatu hal itu
menyenagkan (pleasant), memuaskan (saflying) menarik (interest), berguna (believe). Nilai
mengandung harapan atau sesuatu yang diinginkan oleh manusia. Karena itu nilai bersifat
normative, merupakan keharusan (Dassollen) untuk diwujudkan dalam tingkah laku dalam
kehidupan manusia.

Sementara itu menurut Amienudin (2002 :156), istilah nilai sebagai perangkat keyakinan
atau perasaan yang memberikan corak khusus kepada pola pemikiran, perasaan, keterikatan
maupun perilaku.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud nilai adalah suatu konsepsi
abstrak mengenai baik buruknya perilaku yang selalu menjadi ukuran dalam proses interaksi sosial
masyarakat.

Pendidikan adalah masalah yang sangat penting bagi manusia, karena pendidikan
menyangkut kelangsungan hidup manusia, tidak cukup hanya tumbuh dan berkembang dengan
dorongan instingnya saja. Pendidikan memang perlu bagi manusia karena hanya manusialah yang
memerlukan pendidikan, pendidikan juga menyangkut kelangsungan bangsa apabila pendidikan itu
maju dan diperhatikan betul-betul maka negara cepat berkembang dan semakin maju.

Dalam Dictionary of Education  (melalui Ihsan, 2005:4) pendidikan adalah proses dimana


seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di dalam
masyarakat di kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimum, sedangkan Ihsan (2005:1-
2) berpendapat bahwa pendidikan adalah sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan
mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai
yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan.

Berpangkal dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai pendidikan


adalah suatu yang diyakini kebenarannya dan mendorong orang untuk berbuat positif di dalam
kehidupannya sendiri atau bermasyarakat. Sehingga nilai pendidikan dalam karya sastra disini yang
dimaksud adalah nilai-nilai yang bertujuan mendidik seseorang atau individu agar menjadi manusia
yang baik dalam arti berpendidikan. Menurut Notonegoro (dalam Kaelan, 2004:89) nilai pendidikan
dalam karya sastra dibedakan atas empat macam yaitu: nilai moral, nilai kebenaran, nilai keindahan,
dan nilai religius.

1.      Nilai moral

Moral adalah ajaran tentang baik buruk yang diterima mengenai perbuatan, sikap,
berkewajiban dan sebagainya. Moral dapat pula disebut dengan akhlak budi pekerti dan susila
(KBBI Online).

Menurut Schiller dan Tamera (2002:1) mengatakan bahwa untuk mencapai keutamaan
seorang anak harus memiliki sikap sebagai berikut:

a.        Suka menolong

Suka menolong adalah kebiasaan menolong dan membantu orang lain (Schiller dan Tamera,
2002:52). Kebiasaan menolong ini juga merupakan suatu perilaku yang dapat ditanamkan dengan
selalu siap mengulurkan tangan dan dengan cara aktif mencari kesempatan untuk menyumbang.

b.      Keteguhan hati dan Komitmen

Keteguhan hati dan komitmen adalah pendidikan moral yang baik untuk membentuk mental
yang positif. Komitmen membuat seseorang bertahan dalam mencapai cita-cita, pekerjaan
seseorang dan orang lain. Komitmen merupakan janji yang dipegang teguh terhadap keyakinan dan
memberi dukungan serta setia kepada keluarga dan teman. Keteguhan hati dapat membuat
seseorang menncapai citacitanya (Shiller dan Tamera, 2002:30).
c.       Kerjasama

Menurut Schiller dan Tamera (2002:10) kerjasama adalah menggabungkan tenaga seseorang
dengan tenaga orang lain untuk bekerja demi mencapai tujuan umum. Melalui kerjasama kita dapat
menyelesaikan tugas dengan lebih cepat dan lebih mudah dari pada dikerjakan sendiri, ditambah
pula dengan kegembiraan setiap orang karena bisa berbagi pekerjaan.

d.      Kepedulian dan empati

Kepedulian dan empati didasarkan pada pemahaman perasaan diri sendiri dan memahami
orang lain. Menurut Schiller dan Tamera (2002:2) kepedulian dan empati adalah cara kita
menanggapi perasaan, pikiran, dan pengalaman orang lain karena kita secara alami merasakan
kepedulian terahadap sesama agar berupaya mengenali pribadi orang lain dan keinginan membantu
orang lain yang sedang dalam keadaan susah. Melalui empati, seseorang mengenali rasa
kemanusiaan terhadap diri sendiri ataupun orang lain.

e.       Humor

Menurut Schiller dan Tamera (2002:68) humor adalah kemampuan untuk merasakan dan
menanggapi komedi dalam dunia seseorang dan dalam din kita sendiri. Dengan humor dapat
membuat cerah, senang dalam kehidupan sehari-hari dalam situasi yang menggelikan.

f.       Tanggung jawab

Tanggung jawab adalah perilaku yang menentukan seseorang bereaksi terhadap situasi
setiap hari yang memerlukan beberapa keputusan (Shiller dan Tamera, 2002:131).

2.      Nilai keindahan

Nilai keindahan adalah nilai yang bersumber pada rasa manusia (perasaan, estetis) (Kaelan,
2004:89). Pendidikan keindahan bertujuan agar semua anak mempunyai rasa keharuan terhadap
keindahan, mempunyai selera terhadap keindahan, dan selanjutnya dapat menikmati keindahan
(Ahmadi, 2001 : 21).

3.      Nilai religius

Nilai religius merupakan nilai ke-Tuhanan, kerohanian yang tinggi dan mutlak bersumber dan
keyakinan dan kepercayaan manusia terhadap Tuhannya. Sikap religius ini mencakup segala
pengertian yang bersifat adikodrati (Damono, 1984:93). Nilai religius ini merupakan nilainilai pusat
yang terdapat di masyarakat.

4.      Nilai Kebenaran

Nilai kebenaran adalah nilai yang bersumber pada arah yang baik,benar. Pendidikan
kebenaran selalu mempunyai rasa pembelaan trrhadap arah yang benar. (Ahmadi, 2001: 23).

Unknown di 21.41
Berbagi

Tidak ada komentar:


Posting Komentar


Beranda

Lihat versi web


Mengenai Saya

Unknown

Lihat profil lengkapku

Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai