Anda di halaman 1dari 7

1.

Unsur Intrinsik Cerita Rakyat

Unsur intrinsik dalam cerita rakyat yang penulis gunakan dalam penelitian ini, yakni:

1.1 Tema

Tema merupakan salah satu unsur intrinsik karya sastra. Tema adalah gagasan utama

atau pikiran pokok (Tarigan, 2008: 167). Sedangkan menurut Suharianto (2005: 17) tema

adalah permasalahan yang merupakan titik tolak pengarang dalam menyusun cerita atau

karya sastra tersebut, sekaligus merupakan permasalahan yang ingin dipecahkan pengarang

dengan karyanya itu. Sebagai persoalan, tema merupakan suatu yang netral. Pada

hakekatnya, di dalam tema belum ada sikap, kecenderungan untuk memihak, karena itu

masalah apa saja dapat dijadikan tema pada sebuah karya sastra.

1.2 Latar atau Setting

Menurut Ambrams (dalam Nurgiyantoro, 2010:216), “latar atau setting disebut juga

sebagai landasan tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan

lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan.” Lebih lanjut

Nurgiyantoro (2010:217), “menyatakan bahwa latar memberikan pijakan cerita secara

konkret dan jelas.” Hal ini penting untuk memberikan kesan realitas kepada pembaca

menciptakan suasana tertentu yang seolah-olah sungguh-sungguh ada dan terjadi.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat diakatakan bahwa latar atau setting merupakan

suatu gambaran peristiwa atau kejadian yang terdapat sebuah cerita. Latar dibuat guna

menciptakan suatu kesan bahwa cerita tersebut benar-benar terjadi.

1.2.1 Unsur Latar

Unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu tempat, waktu dan suasana.

Ketiga unsur tersebut walau menawarkan permasalahan yang berbeda dan dapat dibicarakan
secara tersendiri, pada kenyataannya saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu dengan

yang lainnya (Rahmanto, 1993: 54).

1.2.1.1 Latar Tempat

Latar tempat merupakan lokasi terjadi peristiwa yang dibicarakan dalam sebuah

karya fiksi, unsur tempat yang dipergunakan dapat berupa tempat dengan nama tertentu,

misal, atau mungkin lokasi tanpa nama. Untuk dapat mendeskripsikan suatu tempat secara

meyakinkan pengarang perlu menguasai lokasi. Pengarang haruslah menguasai situasi

geografis lokasi yang bersangkutan lengkap dengan karakteristik dan sifat khasnya. Tempat

yang dapat berupa desa, jalan, laut, rumah, dan lain-lain tentu memiliki ciri khas yang

menandainya.

1.2.1.2 Latar waktu

Latar waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa yang

diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Dalam memahami dan menikmati sebuah cerita waktu

merupakan acuan bagi pembaca. Karena adanya persamaan perkembangan dan atau

kesejalanan waktu itulah yang dimanfaatkan pembaca untuk memberikan kesan seolah-

seolah cerita tersebut sungguh-sungguh ada dan terjadi.

1.2.1.3 Latar Suasana

Latar suasana atau latar sosial adalah suatu yang berhubungan dengan prilaku

kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara

kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup

kompleks, seperti kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara

berfikir, bersikap, dan lain-lain. Selain itu, latar suasana juga berhubungan dengan status

sosial tokoh yang bersangkutan, misalnya rendah, menengah, atau atas.


1.3 Penokohan

Penokohan adalah penggambaran tentang seseorang yang terdapat dalam cerita.

Menurut Aminuddin (1987:79), “penokohan adalah cara pengarang menampilkan tokoh

yang mengemban sebagai pelaku dalam sebuah cerita fiksi, sehingga mampu menjalin dan

merangkai sebuah cerita yang indah.” Menurut Jones (dalam Nurgiyantoro, 2010:165),

“penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan

dalam sebuah cerita.”

Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa penokohan adalah cara

pengarang menampilkan karakter tokoh dalam sebuah cerita. Penggambaran karakter pada

tokoh dijalan dan dirangkai dengan indah, sehingga menghasilkan suatu cerita yang

menarik.

1.4 Alur atau Plot

Plot merupakan rangkaian peristiwa yang saling berkaitan antara satu peristiwa

dengan peristiwa lain yang terdapat dalam sebuah cerita guna mempermudah pemahaman

terhadap cerita tersebut. Menurut Stanton (dalam Nurgiyantoro, 2010:113), “plot adalah

cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab

akibat, peristiwa yang satu di sebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain.”

Menurut Nurgiyantoro (2010:113), “plot merupakan sebuah peristiwa-peristiwa yang dibuat

secara kreatif guna membentuk sesuatu yang indah dan menarik.”

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa plot merupakan rangkaian

peristiwa yang terdapat dalam cerita. Peristiwa-peristiwa tersebut dapat berupa sebab akibat

dan dibuat dengan sangat indah dan menarik.


1.1 Amanat

Amanat ialah pemecahan yang diberikan oleh pengarang bagi persoalan di dalam

karya sastra. Amanat biasa disebut makna. Makna dibedakan menjadi makna niatan dan

makna muatan. Makna niatan ialah makna yang diniatkan oleh pengarang bagi karya sastra

yang ditulisnya. Makna muatan adalah makna yang termuat dalam karya sastra tersebut

(Semi, 2003: 82).

2. Unsur Ekstrinsik Cerita Rakyat

Nurgiantoro (2010:23) menyatakan, bahwa unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang

berada di luar karya sastra itu, tetapi seacara tidak langsung mempe-ngaruhi bangunan atau

system organisme. Jadi, unsur ekstrinsik merupakan unsur luar cerita yang turut

mempengaruhi jalannya cerita dan dapat memberikan hal po-sitif yang dapat ditarik oleh

pembaca yang disebut sebagai nilai-nilai.

Menurut Iis Sariska (dalam situs yang diakses Selasa, 17 November 2015)

menyatakan, bahwa unsur ekstrinsik dalam cerita rakyat terdiri dari: 26

2.1 Nilai Sosial

Dalam cerita rakyat nilai sosial yang dimaksud adalah pesan tentang perilaku yang

sebaiknya dimiliki dalam masyarakat, seperti gotong royong, mau mem-bantu teman, dan

menghormati tetangga.

2.2 Nilai Budaya


Nilai budaya mengenai pesan tentang tradisi atau kebiasaan yang berlaku disuatu

masyarakat.

2.3 Nilai Moral

Nilai moral yang dimaksud adalah pesan tentang akhlak yang baik, seperti pen-

tingnya menjaga kejujuran, keikhlasan, dan kesungguhan dalam melakukan se-suatu.

2.4 Nilai agama

Nilai agama berisikan pesan tentang perilaku sebaiknya dimiliki atau dilakukan

berkaitan dengan Allah atau Tuhan kita.

3. Cerita Rakyat dan Folklor

Folklor adalah suatu tradisi yang dimiliki oleh sekelompok masyarakat yang proses

penyebarannya dilakukan secara lisan maupun dari gerak tubuh dan diwariskan secara turun-

temurun. Hal tersebut sesuat dengan pendapat Syam (2010:18), “folklor itu adaah beberapa

tradisi dan kebudayaan pada umumnya yang dimiliki oleh sekelompok masyarakat, yang

tersebar dan diwariskan secara verbal, kinestik, dan turun-temurun dari satu generasi ke

generasi berikutnya, yang eksis dalam berbagai bentuk dan varian.” Sejalan dengan

pendapat tersebut Rafiek (2010:51), ‘mengemukakan folklor adalah sebagian kebudayaan

suatu kolektif, yang tersebar dan diwariskan secara turun-temurun, diantara kolektif macam

apa saja, secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun

contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat (mnemonic

device).”
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa folklor dapat

diartikan sebagai beberapa tradisi dan kebudayaan yang dimiliki suatu kelompok

masyarakat. Folkfor tersebar dan diwariskan secara verbal, kinestik, dan turun-temurun dari

satu generasi ke generasi berikutnya.

Ada beberapa jenis folklor, diantaranya prosa atau cerita rakyat, syair, lagu-lagu

daerah, tarian-tarian daerah, permainan rakyat, dan pepatah. Hal tersebut sesuai dengan

pendapat Syam (2010:18), “tradisi dan kebudayaan pada umumnya itu mrliputi cerita rakyat

(prosa), sajak rakyat (puisi lama), sandiwara tradisional (drama tradisional), nyanyian rakyat

(folksong), sistem kepercayaan (religi/belief), permainan rakyat, tarian, teka-teki tradisional,

hingga pada bahasa atau ujaran rakyat seperti pepatah, peribahasa, atau perumpamaan.”

Prosa yang tersebar di kalangan masyarakat disebut dongeng, Syam (2010:53),

“mengatakan dongeng yakni cerita khayal yang kebanyakkan isinya menceritakan peristiwa

yang serba aneh, tidak akan pernah dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, atau serba ajaib,

dan yang menceritakan pula peristiwa yang serupa dengan kehidupan manusia sehari-hari.”

Menurut Budianta, dkk. (2008:77), “prosa narasi, semua teks/karya rekaan yang tidak

berbentuk dialog, yang isinya dapat merupakan kisah sejarah atau sederetan peristiwa. Ke

dalam kelompok ini dapat dimasukkan roman/novel, cerita pendek, dongeng, catatan harian,

(oto) biografi, anekdot, lelucon, roman dalam bentuk surat-menyurat (epistoler), cerita

fantastik maupun realitik.”

Menurut Sutjipto (dalam Zulfahnur, 1996:43), menyatakan bahwa,


“Dongeng merupakan suatu cerita fantasi yang kejadian-kejadiannya tidak benar
terjadi. Sebagai folklor, dongeng cerita yang hidup di kalangan rakyat yang disajikan
dengan cara bertutur lisan oleh tukang cerita, seperti pelipur lara dan pawang,
termasuk jenis prosa fiksi yang tertua. Munculnya hampir bersamaan dengan adanya
kepercayaan dan kebudayaan suatu bangsa.”
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa prosa merupakn

sebuah hasil pengimajinasian yang berisikan suatu kejadian atau peristiwa serta sejarah yang

serba aneh. Peristiwa-peristiwa tersebut tidak pernah ditemukan dalam kehidupan sehari-hari

yang disajiakan dengan cara bertutur lisan.

Anda mungkin juga menyukai