Anda di halaman 1dari 7

Nama : Nita Oktaviani

NIM : 10219011
Prodi : PBSI 7
Tugas : Membuat Latar Belakang Penelitian Sastra Bandingan
Mata Kuliah : Sastra Bandingan
Dosen Pengampu : Helmi Seftiani, M. Pd.
Hari/ Tanggal : Jumat, 23 Desember 2022

Kajian Struktural Sasta Bandingan Cerita Rakyat “Bawang Merah dan


Bawang Putih” dari Jawa Tengah dengan Cerita Rakyat “Bawang
dan Kesuna” dari Bali dan Relevansinya Dalam Pembelajaran
Bahasa Indonesia di SMA

Kajian Teori

Pengertian Sastra
Sastra berasal dari Bahasa Sansekerta yang berarti tulisan atau karangan.
Karya sastra dapat diakatakan sebagai segala tulisan atau karangan yang
mengandung nilai-nilai kebaikan dan keindahan yang ditulis dengan bahasa yang
indah. Menurut Sudjiman (2001:6) sastra adalah karya lisan atau tertulis yang
memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorisinalan, keartistikan, keindahan
dalam isi dan ungkapannya. Sejalan dengan itu, Sumardjo (Madi, 2017)
menjelaskan bahwa sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa
pengalaman, pemikiran, perasaan ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk
gambaran konkret yang membangkitkan pesona dengan alat bahasa. Sementara itu
Suhariyanto (2005:14) menjelaskan sastra adalah pengungkapkan hidup dan
kehidupan yang dipadu dengan daya imajinasi dan kreasi seorang pengarang serta
dukungan pengalaman dan pengamatannya atas kehidupan.
Berdsarkan pendapat para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa sastra
adalah bahasa atau tulisan yang memiliki makna yang memberikan rasa pada
penikmatnya. Sastra merupakan wadah komunikatif kreatif dan imajinatif. Sastra
bukan hanya cerita khayal semata tetapi merupakan salah satu media yang
menjembatani hubungan antara realita dan fiksi. Dalam kenyataannya, karya sastra
bukan hanya berdasarkan imajinatif saja. Karya sastra terinspirasi dari kenyataan
dan imajinatif.

Jenis-Jenis Karya Sastra


Secara umum karya sastra dibagi menjadi dua, yaitu fiksi dan nonfiksi.
Karya sastra fiksi adalah jenis karya sastra yang tidak berdasarkan fakta atau
kejadian nyata, melainkan hasil dari imajinasi atau khayalan seorang pengarang.
Jenis karaya sastra fiksi adalah prosa, puisi dan drama. Sedangkan karya sastra
nonfiksi adalah jenis karya sastra yang berdasarkan fakta atau kejadian nyata dan
studi ilmiah. Jenis karya sastra nonfiksi adalah biografi, esai, karya tulis iliah, dan
kritik sastra.
Berdasarkan bentuknya karya sastra dibagi menjadi tiga, yaitu puisi, prosa,
dan drama. Sedangkan berdasarkan periode waktunya karya sastra dibagi menjadi
dua, yaitu karya sastra lama, dan karya sastra baru. Karya sastra lama adalah karya
asatra yang tercipta, tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat lama
dan bersifat turun temurun. Jenis karya sastra lama adalah cerita rakyat, legenda,
mite, sage, dongeng, fabel, hikayat, dan sebagainya. Sedangkan karya sastra baru
adalah karya sastra modern yang tumbuh dan berkembang dalam kehidupan
masyarakat sekarang yang jauh lebih modern. Jenis karya sastra baru adalah cerpen,
novel, roman, dan sebagainya.

Cerita Rakyat
Cerita rakyat atau folklore merupakan salah satu jenis karya sastra yang
masih eksis sampai sekarang, khususnya di Indonesia. Indonesia merupakan negara
yang kaya dengan cerita rakyat yang berkembang di tengah-tengah masyarakatnya.
Cerita rakyat atau folklore merupakan salah satu jenis karya sastra adalah cerita
zaman dahulu yang hidup, tumbuh dan berkembang dalam masyarakat dan
diwariskan secara turun temurun melalui lisan. Putri (2022) menjelaskan bahwa
cerita rakyat adalah suatu bentuk penggambaran nilai-nilai kehidupan yang melekat
di dalam kehidupan masyarakat. Sejalan dengan itu, Sarman (2019) menjelaskan
juga bahwa cerita rakyat adalah seni sastra yang hidup di tengah masyarakat.
Sedangkan Zulfahnur, dkk (2006: 43-44) menjelaskan bahwa cerita rakyat biasa
disebut sebagai dongeng yaitu suatu cerita fantasi yang kejadian-kejadiannya tidak
benar-benar terjadi yang penyebarannya berjalan melalui lisan dari mulut ke mulut.
Berdasakan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa cerita rakyat
adalah cerita zaman dulu yang hidup ditengah-tengah masyarakat dan diwariskan
secara lisan atau bersifat turun temurun.

Pengertian Sastra Bandingan


Suwardi Endaswara (2011: 1) menjelaskan bahwa sastra bandingan berasal
dari kata “bandingan” atau “banding” yang berarti ‘tara/timbangan’ atau
‘imbangan’. Menurut Stallnecht dan Frenz (Sarman, 2019: 2) sastra bandingan
adalah studi luar batasan suatu negara dan studi tentang relasi-relasi antara
kesusastraan di satu pihak serta seni-seni dan ilmu-ilmu lain seperti seni rupa,
musik, lukis, dan filsafat. Sedangkan menurut Rahman (Sarman, 2019: 2) sastra
bandingan adalah kajian perbandingan antara satu kesusastraan dengan
kesusastraan yang lain, atau membandingkan sastra dengan kesusastraan lain.
Wellek dan Warren (Oktavia, 2015) menyebutkan bahwa terdapat tiga
pengertian mengenai sastra bandingan: pertama, penelitian sastra lisan, terutama
tema cerita rakyat dan penyebarannya; kedua, penyelidikan mengenai hubungan
antara dua atau lebih karya sastra yang menjadi bahan dan objek penyelidikannya,
diantaranya soal reputasi dan penetrasi, pengaruh, dan kemasyuran karya berat; dan
ketiga, penelitian sastra dalam keseluruhan sastra dunia, sastra umum, dan sastra
nasional. Wellek dan Warren (Larasati, 2021) juga menjelaskan bahwa kajian sastra
bandingan pertama dimanfaatkan untuk studi sastra bentuk lisan, cerita rakyat dan
perkembangannya, periode dan cara cerita rakyat masuk ke dalam penulisan sastra
yang lebih artistik. Kajian sastra bandingan dalam hal ini, meliputi studi hubungan
antara dua kasusasteraan atau lebih. Sejalan dengan itu, Sarman (Yulianto, 2016)
menjelaskan bahwa untuk memahami karya sastra pada kurun waktu tertentu, perlu
dilakukan perbandingan suatu karya dengan karya yang lain sehingga ditemukan
sifat-sifat yang sama atau berbeda antar karya tersebut dalam kurun waktu tertentu.
Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa sastra bandingan
adalah suatu kajian sastra untuk membandingkan dua karya sastra atau lebih, baik
dari segi persamaan maupun perbedaannya.

Pendekatan Struktural
1. Pengertian pendekatan Struktural
Pendekatan struktural merupakan salah satu pendekatan dalam kritik sastra,
yakni sebuah pendekatan yang menfokuskan pada penilaian internal cerita.
Menurut Abrams (Tuloli, 2000: 41) strukturalisme adalah suatu sistem yang
memandang suatu struktur lengkap dan saling menentukan dalam dirinya,
dimana unsur-unsur saling bertalian secara timbal balik. Pradopo (2005: 118)
menjelaskan bahwa analisis karya sastra menggunakan pendekatan struktural
adalah analisis yang memandang bahwa unsur-unsur karya sastra saling
bertalian erat dan saling menentukan antara unsur yang satu dengan unsur yang
lainnya. Menurut Teeuw (Tuloli, 2000: 43) tujuan dari analisis dengan
pendekatan struktural adalah untuk mengkaji dan menjeaskan secara lebih
detail dan mendalam keterkaitan dan keterjalinan semua unsur dan aspek karya
sastra yang menghasilkan makna keseluruhan karya sastra itu sendiri.
Berdasarkan pendapat para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa pendekatan
struktural adalah suatu pendekatan untuk mengkaji karya sastra yang berfokus
pada struktur internal (unsur instrinsik) karya sastra yang akan diteliti, dimana
unsur-unsur tersebut saling berhubungan erat.
2. Struktur Internal (Unsur Instrinsik)
Struktur Internal atau unsur instrinsik adalah struktur atau unsur-unsur yang
membangun karya sastra itu sendiri. Unsur instrinsik meliputi tema, alur/plot,
tokoh dan penokohan, latar/setting, sudut pandang, gaya bahasa dan amanat.
a. Tema
Tema merupakan gagasan pokok yang terkandung dalam cerita, berupa
konsep dasar suatu cerita yang ingin disampaikan pengarang. Secara
etimologis kata tema dari istilah meaning, yang berhubungan
arti, yaitu sesuatu yang lugas, khusus, dan objektif. Menurut Stanton dan
Kenny (dalam Oktavia, 2015) tema atau theme adalah makna yang
dikandung oleh sebuah cerita.
b. Alur/Plot
Alur atau plot merupakan urutan peristiwa yang ada dalam suatu cerita.
Menurut Aminuddin (Hasan, 2019:113) alur adalah rangkaian cerita yang
dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin suatu cerita
yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita.
c. Tokoh dan Penokohan
Penokohan adalah penggambaran yang jelas tentang seorang tokoh yang ada
di dalam cerita. Karakter tokoh dalam cerita juga tergantung dalam peranan
tokoh pada cerita itu sendiri. Menurut Abrams (Oktavia, 2015) tokoh cerita
adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya, yang
kemudian ditafsirkan oleh para pembaca mengenai kualitas moral dan apa
yang diekspresikan dalam ucapan dan dilakukan dalam tindakan.
d. Latar/Setting
Latar adalah semua yang berkaitan dengan waktu, ruang dan suasana yang
menunjukkan alur dan memberikan keterangan pada cerita. Menurut
Aminuddin (Hasan, 2019: 114) latar merupakan tempat, waktu maupun
peristiwa yang memiliki fungsi fisikal dan fungsi psikologis. Latar dibagi
menjadi tiga unsur pokok yaitu (1) latar tempat, yaitu berhubungan
mengenai lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam cerita; (2) latar
waktu, yaitu mengacu dengan kapan terjadinya peristiwa yang diceritakan
dalam cerita; (3) latar sosial, yaitu berhubungan mengenai penggambaran
ke dalam masyarakat.
e. Sudut pandang
Sudut pandang merupakan arah pandang seorang pengarang dalam
menyampaikan cerita sehingga cerita menjadi lebih hidup dan bisa
disampaikan dengan baik kepada pembaca atau pendengarnya. Ada tiga
macam sudut pandang yang biasa digunakan oleh seorang pengarang, yaitu
sudut pandang orang pertama, sudut pandang orang kedua dan sudut
pandang orang ketiga.
f. Gaya Bahasa
Gaya bahasa adalah gaya seorang pengarang dalam menyampaikan pesan
dalam ceritanya menggunakan kata-kata atau ungkapan yang imajinatif,
berupa kata-kata kiasan.
g. Amanat
Amanat adalah ajaran moral atau makna yang ingin disampaikan oleh
pengarang melalui karyanya.
Daftar Pustaka

Abidin, Hasan, Nita Handayani. (2019). Cerita Rakyat “Buaya Learissa


Kayeli” dan “Buaya Tembaga, Pakuela, Sang Penguasa Baguala” (Suatu
Kajian Sastra Bandingan). Arbitrer, (1) (2), 109-124.
Endaswara, Suwardi. (2011). Metodologi Penelitian Sastra Bandingan. Jakarta:
Bukupop.
Larasati, M. M. B., dan Sareng, A. N. (2021). Kajian Struktural Sastra Bandingan
Cerita Jaka Tarub Dan Cerita Watu Wari Labu Dan Implikasinya Bagi
Pendidikan Anak. Retorika: Jurnal Pembelajaran Bahasa Dan Sastra
Indonesia, (2) (1), 14-26.
Madi, Nasrullah La. (2017). Sastra Lama Sebagai Wahana Pembelajaran Moral Dan
Karakter Bangsa. Prosiding SENASBASA, Edisi 1, 248-253.
Oktavia, Lukiana Wati. (2015). Analisis Bandingan Unsur Intrinsik Legenda “Asal-
Usul Danau Toba” dan Mukashi Banashi “Tsuru No Hanashi”. Japanese
Literature.
Pradopo, Rahmat Djoko. (2005). Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Putri, F. N., dan Kartikasari, R. D. (2022). Analisis Kajian Struktural Sastra
Bandingan Cerita Rakyat Batu Bagga dan Malin Kundang. Wistara. (5)
(1), 2-7.
Sarman. (2019). Cerita Batu Bagga dan Batu Balai: Sebuah Kajian Struktural Sastra
Bandingan. Sirok Basta, (7) (1), 1-8.
Sudjiman, Panuti. 2001. Kamus Sastra. Jakarta: Gramedia.
Suharyanto, Herlin. 2005. Sastra, Kajian Teori dan Praktik. Jakarta: Gramedia.
Tuloli, Nani. (2000). Teori Fiksi. Gorontalo: BMT.
Yulianto, Agus. (2016). Legenda Telaga Bidadari Dan Legenda Jaka Tarub Sebuah
Kajian Struktural Sastra Bandingan. Jurnal Undas, (12) (2), 79-90.
Zulfahnur, dkk. (2006). Teori Sastra. Yogyakarta: Media Press.

Anda mungkin juga menyukai