Anda di halaman 1dari 11

KANDAI

Volume 11 No. 2, November 2015 Halaman 206—216

ANALISIS TIGA TATARAN ASPEK SEMIOTIK TZVETAN TODOROV


PADA CERPEN “PEMINTAL KEGELAPAN” KARYA INTAN
PARAMADITHA
(Analysis of Three Levels of Tzvetan Todorov Semiotic Aspect
on Short Story “Pemintal Kegelapan”, A Works of Intan Paramaditha)

Ery Agus Kurnianto


Balai Bahasa Provinsi Sumatera Selatan
Jalan Senian Amri Yahya, Kompleks Taman Budaya Sriwijaya,
Jakabaring, Palembang, Indonesia
Pos-el: balaibahasasumsel@gmail.com
(Diterima 20 April 2015; Direvisi 21 September 2015; Disetujui 13 Oktober 2015)
Abstract
This paper assessed the structure of short story “Pemintal Kegelapan” by using Tzvetan
Todorov’s structural approach. The theory used to dissect this work was Tzvetan Todorov's
structural theory. Based on the theory of structural, there were three aspects namely the
syntactic aspect, semantic aspect, and verbal aspect. In this analysis, the writer found the
results that “Pemintal Kegelapan” use progressive plot. Semantic aspect was associated with
the element of figure “I” and the characterizations of figure “mother”. Figure “I” have a
curious nature, respect and appreciate the figure of "mother". While the figure of "mother"
has nature of introvert, explosive, and mysterious. In verbal aspects, the author's use the
outsider narrator and the diverted speeches.
Keywords: three aspects of semiotics, Tzvetan Todorov structural theory, “Pemintal
Kegelapan”

Abstrak
Melalui tulisan ini, cerpen “Pemintal Kegelapan” karya Intan Paramaditha dikaji dari
segi struktur karya dengan menggunakan pendekatan struktural Tzvetan Todorov. Teori yang
digunakan untuk membedah karya ini adalah teori struktural Tzvetan Todorov. Dalam teori
tersebut ada tiga hal yang dapat dikaji berdasarkan struktur karya, yaitu aspek sintaksis, aspek
semantik, dan aspek verbal. Dari hasil analisis yang telah dilakukan, ditemukan bahwa dari
segi aspek semantik terlihat bahwa alur cerpen “Pemintal Kegelapan” adalah alur progresif.
Aspek semantik yang dalam hal ini dikaitkan dengan unsur penokohan tokoh aku dan tokoh
Ibu. Tokoh aku memiliki sifat rasa ingin tahu, menghormati, dan menghargai tokoh Ibu.
Sedangkan tokoh Ibu memiliki sifat introver, eksplosif, dan misterius. Dari aspek verbal,
pengarang menggunakan pencerita luar dan wicara yang dialihkan.
Kata-kata kunci: tiga tataran aspek semiotik, teori struktural Tzvetan Todorov, “Pemintal
Kegelapan”

PENDAHULUAN Kurniawan, 2012, hlm. 1) menyatakan


bahwa sastra merupakan karya
Sastra adalah bentuk seni yang imajinatif yang bermediakan bahasa
diungkapkan oleh pikiran dan perasaan dan mempunyai nilai estetika yang
manusia dengan keindahan bahasa, dominan. Imajinasi dan estetika
keaslian gagasan, dan kedalaman pesan merupakan konsep dari seni yang
(Najid, 2009, hlm. 7). Senada dengan sifatnya personal, sedangkan bahasa
hal tersebut Werren dan Wellek (dalam merupakan ciri khas media

206
Ery Agus Kurnianto: Analisis Tiga Tataran Aspek…

penyampaian yang membuat karya di dalam karya sastra. Hal ini dapat
sastra berbeda dengan karya-karya yang terjadi karena di dalam sastra,
lain. Sastra lahir sebagai bentuk nyata kebenaran disampaikan secara tidak
dari manisfestasi jiwa pengarang langsung. Oleh karena itu, perhatian
terhadap pengalaman atau peristiwa pembaca harus tertuju kepada teks,
yang terjadi di lingkungan sosial bukan kepada pengarangnya karena
sekitarnya. Sebagai sebuah bentuk melalui teks itulah pesan disampaikan.
respon dari pengarang terhadap situasi Junus (dalam Siswanto, 2013, hlm.169)
sosial yang terjadi di lingkungan menyatakan bahwa pembicaraan
masyarakat, kehadiran sastra di tengah kesusastraan tidak ada bila tidak ada
peradaban manusia tidak dapat ditolak, karya sastra. Dalam hal ini pada saat
bahkan kehadiran tersebut diterima terjadi pembicaraan tentang
sebagai salah satu realitas sosial kesusastraan, karya sastra menjadi
budaya. Hal tersebut disebabkan karya sesuatu yang inti.
sastra, apa pun genrenya, pasti akan Sastra dibentuk dari berbagai
bersinggungan dengan tekstur dan unsur. Unsur-unsur pembentuk karya
struktur masyarakat. Secara singkat sastra merupakan satu kesatuan yang
dapat dinyatakan bahwa eksistensi tidak dapat dipisahkan antara satu dan
karya sastra, termasuk cerpen, lainnya. Dalam artian, unsur yang satu
merupakan cerminan masyarakat yang memiliki hubungan dan kaitan dengan
menampilkan gambaran hidup dengan unsur yang lainnya, begitu juga
bahan mentah kenyataan sosial yang sebaliknya. Untuk dapat menemukan
terjadi di dalam masyarakat. Damono makna atau arti secara utuh yang
(1979, hlm. 1) mengemukakan bahwa terdapat dalam karya sastra, pembaca
kehidupan mencakup hubungan harus menguraikan satu persatu unsur
antarmasyarakat, antara masyarakat dan yang membentuknya. Unsur tidak
individu, dan antarperistiwa yang memiliki makna atau arti dalam dirinya
terjadi dalam batin seseorang. Dengan sendiri, suatu unsur akan dapat
demikian, segala aspek kehidupan dipahami hanya dalam proses hubugan
manusia dengan budayanya terdapat antar unsur tersebut. Sehubungan
dalam sastra. dengan hal tersebut, Hawkes (1978,
Di dalam karya sastra, sastrawan hlm. 16) menyatakan bahwa dalam
memperlihatkan sikapnya dan kaitannya dengan bagian dari suatu
memberikan kebijakannya tentang bangun, unsur-unsur dalam karya sastra
berbagai aspek kehidupan manusia, tidak memiliki makna sendiri-sendiri.
tidak terkecuali tentang sikap dirinya Makna akan dapat terbentuk dari
sendiri. Secara singkat dapat hubungan antarunsur sebagai suatu satu
dinyatakan bahwa melalui karya sastra kesatuan yang membentuk atau
yang diciptakan, pengarang membangun suatu karya sastra.
menawarkan alternatif subjektif dari Cerita pendek atau yang sering
persoalan yang dimunculkanya. Dalam disebut dengan cerpen adalah satu
hal ini pembaca tidak menjadi sosok genre karya sastra yang berbentuk
yang pasif menerima begitu saja prosa. Cerpen sebagai salah satu jenis
alternatif subjektif yang ditawarkan sastra merupakan alat untuk
oleh pengarang. Akan tetapi, pembaca menyampaikan visi, reaksi, dan opini
sebaiknya harus aktif, bahkan proaktif, pengarang terhadap sesuatu yang
karena pembaca harus memahami dilihat, dirasa, diamati dan
kebenaran-kebenaran yang terkandung dipikirkannya. Oleh karena itu, cerpen

207
Kandai Vol. 11, No. 2, November 2015; 206—216

tidak lahir dari kekosongan makna. Ada untuk mengungkap makna teks secara
persoalan-persoalan dan alternatif keseluruhan. Untuk mengkonkretkan
subjektif pengarang yang ditawarkan makna yang terkandung dalam cerpen
untuk dijadikan solusi dalam tersebut, penulis akan mengkajinya
memecahkan persoalan. Secara singkat dengan menggunakan pendekatan
dapat dinyatakan bahwa cerpen mampu struktural yang dikembangkan oleh
memberikan manfaat bagi masyarakat Tzvetan Todorov. Masalah yang akan
pembacanya. Misalnya, dengan dibahas dalam tulisan ini adalah
persoalan yang ditampilkan dan bagaimana gambaran struktur cerita
alternatif objektif pengarang, cerpen pendek “Pemintal Kegelapan” ditinjau
akan mampu memberikan pengalaman dari pendekatan strutural Tzvetan
pengganti kepada pembacanya. Cerpen Todorov, dengan tujuan memperolah
juga akan dapat mengembangkan gambaran tentang struktur cerita
pengertian tentang perilaku manusia. pendek “Pemintal Kegelapan”
Sebagai suatu karya yang
diciptakan oleh pengarang, cerpen LANDASAN TEORI
merupakan bentuk perwujudan nyata
dari sikap dan penilaian pengarang Teori struktural adalah teori yang
terhadap fenomena sosial yang terjadi memandang teks sastra berdasarkan
di lingkungan masyarakatnya. Melalui unsur-unsur yang ada di dalamnya
cerpen yang diciptakan, pengarang untuk diidentifikasi dan dipahami
akan mampu menginformasikan relasinya sebagai satu kesatuan yang
pemikiran dan ide-ide baru dalam kompleks. Teori ini bermula dari
menyikapi suatu fenomena sosial. pandangan Ferdinand de Saussure yang
Pemikiran dan ide-ide baru inilah yang memandang adanya sistem di dalam
akan menyebabkan munculnya bahasa. Pandangan ini kemudian
perubahan sikap dan perilaku diperluas dengan asumsi bahwa sistem
masyarakat dalam menyikapi keadaan itu juga ada di dalam sastra. Sebuah
sosial yang terjadi di lingkungan struktur, menurut Jean Peaget,
sekitarnya. Udin (1985, hlm. 1) dibangun atas dasar tiga gagasan utama,
berpendapat bahwa permasalahan- yaitu gagasan kemenyeluruhan,
permasalahan yang dimunculkan oleh gagasan ketransformasian, dan gagasan
pengarang melalui cerpen yang kaidah kemandirian (Hawkes, 1978,
diciptakannya bukanlah persoalan- hlm.16).
persoalan yang telah mentradisi di Endraswara (2008, hlm. 49)
lingkungan masyarakat. Akan tetapi, berpendapat bahwa munculnya
cerpen juga mengangkat masalah yang strukturalisme sebagai teori sastra
terjadi sebagai akibat perubahan pola diawali dengan pandangan bahwa karya
pikir masyarakat. sastra merupakan unsur-unsur yang
Dalam kajian ini, penulis kompleks dan bersistem. Unsur-unsur
mengkaji salah satu cerpen Intan yang ada di dalam karya sastra tidak
Paramaditha berjudul “Pemintal dapat dipisahkan satu dengan yang
Kegelapan” yang terdapat dalam lainnya. Hubungan antar unsur itulah
antologi cerpen Intan Paramaditha, yang merupakan kriteria untuk
Sihir Perempuan. Sebagai sebuah karya menentukan baik dan buruknya karya
sastra, cerpen ”Pemintal Kegelapan” sastra. Lebih lanjut, Endraswara (2008,
memuat tanda-tanda yang perlu hlm. 51) menyatakan bahwa penekanan
dimaknai melalui proses konkretisasi strukturalis adalah memandang karya

208
Ery Agus Kurnianto: Analisis Tiga Tataran Aspek…

sastra sebagai teks mandiri. Penelitian yang tidak hadir. Yang dimaksud
dilakukan secara objektif, yaitu dengan unsur-unsur yang tidak hadir
menekankan aspek instrinsik karya adalah unsur-unsur yang hadir dan
sastra. Keindahan teks sastra hidup di dalam pikiran kolektif
bergantung penggunaan bahasa yang pembaca teks. Hal yang menjadi
khas dan relasi antar unsur yang mapan. penekanan dalam aspek ini adalah
Karya sastra dimaknai sebagai makna yang ada di balik tanda. Aspek
sebuah tanda, terlepas dari fungsi ini digunakan untuk meneliti tokoh,
referensial atau mimetiknya. Karya tema, latar tempat, latar waktu. Aspek
sastra menjadi sesuatu yang otonom, sintaksis disebut juga dengan aspek in
yang hubunganya dengan kenyataan presentia atau aspek sintagmatik.
bersifat tidak langsung. Oleh karena Aspek ini mengemukakan hubungan
itulah, tugas peneliti pertama-tama antara unsur-unsur yang ada dalam teks
adalah meneliti struktur karya sastra (Zaimar, 2014, hlm. 34). Hubungan
yang kompleks dan multidimensional antara unsur-unsur yang hadir secara
yang setiap aspek dan unsur berkaitan bersama atau berdampingan dalam teks
dengan aspek dan unsur yang lainya menjadi perhatian utama pendekatan
yang semuanya mendapat makna ini. Sementara itu, yang dimaksud
penuhnya dan fungsinya dalam totalitas dengan aspek verbal adalah hubungan
karya itu. Dalam hal ini konsep komunikasi yang terjadi, yaitu
dominan, ciri menonjol atau utama hubungan komunikasi antara tokoh
dalam suatu karya sastra, misalnya yang satu dengan tokoh yang lainnya
rima, matra, irama, aliterasi, dan (Teeuw, 1985, hlm. 11-12). Secara
asonansi (Teeuw, 1984, hlm. 130-13). singkat, dalam kajian ini aspek sintaksis
Untuk dapat memahami dan digunakan untuk mengkaji alur cerita
menangkap makna karya sastra secara dan pengalurannya, aspek semantis
utuh, pembaca karya sastra, apapun itu digunakan untuk mengkaji tokoh dan
genrenya, harus memiliki pemahaman penokohan, sedangkan aspek
yang memadai tentang tiga hal, yaitu (1) pragmatika digunakan untuk mengkaji
pembaca karya sastra harus mampu komunikasi antartokoh yang terjadi di
memahami aspek sintaksis karya yang dalam cerita.
dibacanya, (2) pembaca karya harus
mampu memahami aspek semantik METODE PENELITIAN
karya yang dibacanya, dan (3) pembaca
karya sastra harus memiliki Metode yang digunakan dalam
pemahaman yang memadai tentang penelitian ini adalah metode dialektif-
aspek verbal karya yang dibacanya. objektif. Analisis dimulai dengan
Dalam buku Tata Sastra batasan-batasan umum yang kemudian
(terjemahan dari Qu’est-ce que le masuk ke dalam cerpen/deduksi
Structuralisme 2. Poetique) Todorov (Suwondo, 2003, hlm. 67). Dengan kata
mengemukakan tiga aspek dalam lain, untuk memahami karya,
penelitian teks naratif, yaitu aspek pemahaman yang digunakan adalah
sintaksis, aspek semantik, dan aspek pemahaman induksi, yaitu data-data
verbal. Aspek semantik disebut juga pendukung yang berkaitan dengan
dengan aspek paradigmatik atau aspek masalah kajian dikonklusikan dari teks
in absentia. Yang menjadi kajian dalam secara objektif. Dari pengongklusian
aspek ini adalah hubungan antara tersebut simpulan sebagai jawaban atas
unsur-unsur yang hadir dan unsur-unsur permasalahan akan dapat dirumuskan.

209
Kandai Vol. 11, No. 2, November 2015; 206—216

Data penelitian ini bersumber dari (1) 6. Tokoh Ibu berusaha berperilaku
sumber data primer berupa karya sastra dan beraktivitas seperti
cerpen “Pemintal Kegelapan” yang biasanya, seperti sebelum
terdapat dalam antologi cerpen adanya perceraian yang
berjudul Sihir Perempuan karya Intan memisahkannya dengan sang
Paramaditha terbitan Kata Kita di suami.
Depok, tahun 2005; (2) sumber data 7. Intensitas pertemuan tokoh aku
sekunder yang berupa dokumen tertulis semakin jarang karena tokoh
yang berupa sejumlah teks, baik yang aku memiliki aktivitas lain di
membahas cerpen “Pemintal luar rumah.
Kegelapan” karya Intan Paramaditha 8. Petualangan kisah cinta tokoh
maupun tulisan lain yang dianggap ibu dengan laki-laki yang
berkaitan dengan penelitian ini. berbeda-beda.
Pengumpulan data dan klasifikasi data 9. Tudingan negatif tetagga
dilakukan dengan teknik pembacaan terhadap tokoh ibu sebagai
aktif. Hasil pembacaan aktif tersebut seorang janda yang menghidupi
kemudian dicatat dan dideskripsikan. dan menafkahi anak.
10. Ingatan tokoh aku tentang sikap,
PEMBAHASAN prilaku, dan usaha tokoh Ibu
yang berusaha menutupi
Aspek Sintaksis kemelut rumah tangga dari
tokoh aku sebagai anaknya.
Cerpen “Pemintal Kegelapan” 11. Tokoh Ibu pensiun, giliran
adalah salah satu cerpen karya Intan tokoh aku yang merawat tokoh
Paramaditha yang terdapat dalam Ibu.
antologi cerpen berjudul Sihir 12. Terkuak misteri, ternyata tokoh
Perempuan. Cerpen ini menjadi bagian ibu menderita penyakit kangker
pertama dari antologi cerpen tersebut. ganas.
Berdasarkan analisis yang dilakukan, 13. Tokoh Ibu mengajak tokoh aku
cerpen “Pemintal Kegelapan” memiliki ke loteng rumah.
24 sekuen. 14. Bayangan tentang loteng yang
menganggu pikiran aku ternyata
1. Rasa penasaran tokoh aku tidak seperti kenyataannya.
ketika masih kanak-kanak 15. Kondisi loteng yang apek dan
terhadap loteng yang ada di hanya berfungsi sebagai tepat
dalam rumahnya. untuk menyimpan barang-
2. Imajinasi tokoh aku tentang isi barang bekas.
loteng yang ada di rumahnya. 16. Terdapat cermin besar di loteng
3. Cerita tokoh ibu kepada tokoh tersebut.
aku tentang penghuni loteng 17. Tokoh Ibu bercermin dan
yang berupa hantu perempuan meminta tokoh aku untuk
bernama pemintal kegelapan. melihat cermin.
4. Perceraian kedua orang tua 18. Tokoh Ibu mengatakan bahwa
tokoh aku. yang ada di bayangan cermin
5. Tokoh aku menilai jika tokoh adalah hantu pemintal
Ibu mulai kehilangan semangat kegelapan.
untuk menjalani kehidupan
rumah tangga tanpa sang suami.

210
Ery Agus Kurnianto: Analisis Tiga Tataran Aspek…

19. Tokoh aku tidak melihatnya, Aspek Semantik


yang dilihatnya adalah
bayangan ibunya. Pada bagian ini pembahasan akan
20. Tokoh Ibu meminta untuk difokuskan pada tokoh, khususnya pada
mengamati secara saksama tokoh utama yang dihadirkan oleh
bayangan yang ada di dalam pengarang dalam cerita, yaitu
cermin. penampilan, sifat dan sikap, pandangan
21. Pengakuan dari sang Ibu bahwa hidup, dan hal-hal lain. Analisis
hantu pemintal kegelapan terhadap tokoh utama dilakukan karena
adalah dirinya. hal ini berkaitan dengan persoalan
22. Tokoh aku merasa merinding pemaknaan yang terdapat di dalam diri
setelah secara saksama tokoh yang diwujudkan melalui teks.
mengamati bayangan tokoh ibu Tokoh aku ditampilkan sebagai
yang ada di dalam cermin. sosok anak yang memiliki sifat rasa
23. Tokoh aku melihat bayangan ingin tahu. Rasa ingin tahu yang ada di
tokoh ibu di dalam cermin dalam diri tokoh aku menyebabkan ia
sebagai sosok perempuan yang sering membayangkan sesuatu sesuai
memendam rasa cinta, mtanya dengan daya imajinasi. Tokoh aku
nyalang, wajahnya penuh selalu ingin mencari tahu apa
guratan pedih, rindu, sakit, sebenarnya isi loteng yang ada di
nafsu amarah, memintal gairah rumahnya. Oleh karena itu, pada saat
pekat tanpa henti, tanpa selesai. ibu tokoh aku menceritakan hal-hal
24. Terpecahnya misteri yang yang menyeramkan tentang loteng yang
selama ini menghantui tokoh ada di rumahnya, tokoh aku selalu
aku. Ternyata tokoh ibu adalah membayangkan jika penghuni loteng
hantu pemital kegelapan. yang ada di rumahnya adalah sosok
hantu perempuan dengan rambut terurai
Dari dua puluh empat sekuen yang duduk di depan alat pemintal. Sifat
utama yang diidentifikasi oleh peneliti, rasa ingin tahu tokoh aku terefleksi dari
kerangka logis cerita pendek “Pemintal pilihan identitas yang dilekatkan dalam
Kegelapan” tergambarkan secara jelas. diri tokoh aku. Hal ini terwakili dengan
Dari sekuen-sekuen cerita yang berhasil pilihan kata yang dipilih oleh penulis,
diidentifikasi terlihat bahwa kerangka yaitu detektif cilik.
cerita pendek cerpen Pemintal
Kegelapan karya Intan Paramaditha Aku selalu menganggap diriku
sangat sederhana. Peristiwa-peristiwa detektif cilik dengan rasa ingin
tersebut menunjukkan bahwa tahu berlebih. Malam hari yang
pengarang menyampaikan cerita kerap diwarnai dengan bunyi-
dengan alur yang sederhana sehingga bunyian gaduh dari arah loteng
cerita ini enak untuk dibaca. Cerita mengundang jiwa penyelidikku.
dihadirkan oleh pengarang dimulai dari Sebenarnya bunyi itu hanyalah
masa kanak-kanak tokoh aku yang tikus yang berlari-larian, namun
penasaran terhadap loteng yang ada di masa kecil membuka ruang
rumahnya sampai tokoh aku menjadi imajinasi tak berujung. Aku
sosok yang dewasa sehingga misteri berkhayal di sana ada harta karun
penghuni loteng yang bernama hantu tersembunyi dalam peti. Untuk
pemintal kegelapan terpecahkan oleh membukanya kita harus terlebih
tokoh aku sendiri. dahulu melawan penjaganya,

211
Kandai Vol. 11, No. 2, November 2015; 206—216

yakni seekor laba-laba raksasa Selain menghormati ibunya,


yang membungkus tubuh tokoh aku adalah sosok yang sangat
korbannya denngan jaring menyayangi ibunya. Bentuk rasa
sebelum menyantapnya. Ruang
sayang tokoh aku terepresentasi dari
itu begitu gelap, namun begitu
menyalakan lilin kau akan kemauannya untuk merawat dan
melihat mayat-mayat manusia menanggung semua biaya hidup ibunya
tergantung kaku. (Paramadhita, ketika sang ibu sudah tua dan tidak
2005, hlm. 9-10) produktif lagi. Keinginan tokoh aku
untuk selalu membuat ibunya bahagia
Tokoh aku juga sosok yang adalah keinginan yang paling mulia
sangat menghormati ibunya. Tokoh aku
dalam diri anak terhadap sang Ibu dan
tidak mau mengusik kehidupan pribadi
ibunya meskipun gosip-gosip tidak inilah wujud nyata kasih sayang
nyaman dari tetangga sering ia dengar. seorang anak kepada orang tuanya.
Penghormatan anak kepada orang tua
adalah hal yang secara alamiah muncul Ibuku akhirnya pensiun dan
dalam diri anak. Ikut campur urusan giliranku membiayai hidup kami
pribadi orang tua dianggap sebagai karena aku sudah bekerja. Kami
sesuatu yang tabu untuk dilakukan oleh sering pergi bersama di akhir
seorang anak. Ketika sang ibu tetap pekan, tetapi aku tahu ada misteri
menjalankan kewajibanya sebagai dlam dirinya yang tidak pernah
seorang ibu, maka tidak akan muncul
masalah dalam diri sang anak. dapat kubongkar. Ia selalu
menyimpan sesuatu, termasuk
“Ibuku bilang ada yang tentang penyakitnya yang
disembunyikan Ibumu,” kata ternyata sudah lama mengerogoti
Nina, setengah berbisik. “Apa tubuhnya.
ibumu benar-benar bisa
Kucoba menghabiskan lebih
menghidupimu hanya dengan
banyak waktu bersamanya. Aku
bekerja di kantor?”
ingin membuatnya bahagia.
Gunjingan tetangga semakin Entah bagaimana caranya, karena
ramai. Ibu dituduh memanfaatkan kurasa aku tak pernah benar-
pacar-pacarnya dengan menguras benar mengenal Ibu.
saku mereka. Sebagian lai (Paramadhita, 2005, hlm.16)
meragukan Ibu benar-benar
Tokoh lain yang memiliki
berpacaran. Ada pula yang
intensitas keterlibatan konflik cukup
mennyear berta bahwa Ibu tinggi dalam cerpen ini adalah tokoh
menggelapkan uang kantor. Inti Ibu. Tokoh ini menjadi sosok yang
dari semua tudingan itu adalah sangat misterius bagi tokoh aku. Ibu
bahwa ibuku berbahaya karena ia yang selalu menutupi semua persoalan
janda. Semuanya berseliweran di hidup yang dialami dan dijalaninya
demi ketentraman hati sang buah hati.
kepalaku, namun tak satu hal pun
Tokoh yang cukup tangguh karena
yang berani kutanyakan pada Ibu. mampu menutupi semua problematika
(Paramadhita, 2005, hlm.15)

212
Ery Agus Kurnianto: Analisis Tiga Tataran Aspek…

hidup dan tetap menjalankan perannya Dalam kutipan ini disebutkan


sebagai sosok Ibu yang ideal bagi sang bahwa yang dipintal hantu perempuan
anak meskipun ia harus mengalami adalah selimut dan selimut tersebut
kegagalan dalam berumah tangga yang tidak dipintal dengan bahan benang,
akhirnya memaksa tokoh ibu melainkan dengan kegelapan. Aktivitas
menyandang status janda. hantu perempuan, memintal selimut,
Tokoh Ibu digambarkan sebagai berkaitan dengan manfaat selimut itu
sosok yang introver dan misterius. sendiri. Selimut dimanfaatkan manusia
Semua persoalan kehidupan selalu untuk menutupi badan pada saat
disimpan oleh tokoh itu sendiri. Bahkan manusia tidur sehingga akan
dengan anaknya pun tokoh Ibu tidak memberikan kehangatan, kenyamanan
mau berbagi persoalan-persoalan yang dan terhindar dari penderitaan karena
dihadapinya. Ketika tokoh Ibu gigitan nyamuk. Dari hal tersebut dapat
menceritakan hal yang dihadapinya, diinterpretasikan bahwa ada sesuatu
tokoh Ibu selalu tidak langsung yang ditutupi oleh tokoh ibu yang
mengacu pada dirinya sendiri, berkaitan dengan masa lalu ibu dan
melainkan dengan mengunakan simbol- masa yang dijalani Ibu yang terungkap
simbol. Misalnya pada saat tokoh Ibu di akhir cerpen.
menceritakan masa lalunya kepada Dengan menutupi masa lalu dan
tokoh aku, tokoh Ibu tidak hanya apa yang telah menimpa dirinya di masa
menceritakan hal-hal yang nyata, yang sekarang, maka kenyamanan dan
dapat ditangkap oleh akal sehat. Ibu keamanan yang akan ibu dapatkan
melakukan pembebasan terhadap cerita dalam menjalani hidupnya di tengah-
masa lalunya dengan sesuatu yang tengah masyarakat yang sarat dengan
penuh tanda tanya dengan norma-norma produk patriarki. Hal
menampilkan simbol-simbol dan tersebut berkaitan dengan posisi ibu
pengalihan. Pengalihan dari sosok ibu sebagai seorang janda yang
ke hantu perempuan yang menyamar tersingkirkan dan tidak lagi memiliki
menjadi perempuan cantik dan posisi terhormat di mata masyarakat.
ditinggalkan oleh kekasihnya karena Dengan demikian, selimut disimbolkan
penyamarannya terbongkar. Kemudian, sebagai sesuatu yang dipakai oleh tokoh
tokoh ibu juga mengidentifikasikan ibu untuk menutupi atau merahasiakan
dirinya dengan hantu perempuan segala sesuatu yang ada dalam dirinya.
penghuni loteng. Hal ini dipahami Kegelapan dipergunakan oleh hantu
sebagai sebuah bentuk pembebasan perempuan sebagai pengganti benang
ekspresi dan perasaan pada saat tokoh untuk memintal selimutnya. Kegelapan
ibu bercerita dengan tokoh aku. Dengan dapat diintepretasikan sebagai simbol
demikian, tokoh aku tidak mengetahui dari sesuatu yang penuh dengan misteri,
bahwa hantu perempuan penghuni menyembunyikan sesuatu keinginan
loteng adalah ibunya sendiri. Ibu tidak yang tidak pernah diketahui oleh
membuat ceritanya berakhir dengan siapapun karena sifatnya yang gelap.
kepastian. Si Ibu yang bertutur soal hantu
“Pekerjaan itu, kata ibuku, tak perempuan sesungguhnya adalah
pernah selesai. Karena si hantu sumber kegelapan itu sendiri. Ia adalah
perempuan tidak menggunakan yang “rambutnya terurai, wajahnya
benang untuk selimutnya. Ia penuh guratan pedih, matanya nyalang
memintal kegelapan”. seperti bola api yang menari-nari
(Paramadhita, 2005, hlm.13) melumatkan siapapun yang menatap.

213
Kandai Vol. 11, No. 2, November 2015; 206—216

Hantu perempuan yang memendam sendirian tanpa laki-laki, melainkan


cinta, rindu, sakit, nafsu, amarah— tokoh Ibu kembali dihadapkan pada
memintal gairah pekat tanpa henti, pengalaman pahit yang pernah ia
tanpa selesai” (Paramadhita, 2005, hlm. rasakan. Terulangnya pengalaman pahit
18). Dari kutipan tersebut dapat dilihat terhadap laki-laki membuat ibu tidak
bahwa di balik penampilan tokoh hantu lagi memiliki gairah hidup. Kalimat
perempuan penunggu loteng yang Matanya kosong dan Ceritanya tidak
memiliki wajah sangat menyeramkan berenergi adalah sebuah ungkapan
tersembunyi ruang gelap sosok untuk seseorang yang motivasi
perempuan. Kalimat memintal gairah hidupnya hilang. Aktivitas tidak
pekat tanpa henti, tanpa selesai dilakukan dengan sepenuh hati,
menunjukkan bahwa ada sesuatu melainkan sebagai sebuah rutinitas
kegiatan atau aktivitas yang penuh yang harus ia lakukan.
dengan misteri yang dilakukan oleh Tokoh Ibu juga memiliki sifat
tokoh Ibu. Misteri yang berkaitan eksplosif. Di akhir cerita, sifat ini
dengan sesuatu yang sangat pribadi, muncul. Tersingkapnya rahasia yang
yang diungkap pada akhir kisah adalah selalu megelitik hati tokoh aku tetang
misteri yang selama ini melingkupi hantu perempuan penunggu loteng
kehidupan tokoh Ibu. rumahnya dan kesadaran tokoh aku
Misteri tersebut diciptakan oleh yang muncul di akhir cerita bahwa
tokoh Ibu karena pada awalnya ia ibunya adalah sosok hantu perempuan
menolak bahwa cerita tersebut penunggu loteng rumahnya dan tokoh
mewakili apa yang telah dialaminya. aku menerima hal tersebut menciptakan
Penolakan tersebut akhirnya terhenti suatu akhir cerita yang simpatik.
pada saat ia mengalami pengalaman Keberanian ibu untuk mengungkapkan
yang serupa untuk kedua kalinya, ibu rahasia terbesar dalam hidupnya kepada
kembali ditinggalkan oleh laki-laki anaknya adalah sebuah bentuk dari
yang sangat dicintainya—suaminya— keberanian yang muncul dalam dirinya
sehingga kegagalan untuk meraih untuk jujur kepada dirinya sendiri dan
kebahagiaan hidup kembali ia rasakan. mengakhiri misteri yang selama ini ia
ciptakan."Ibu telah jujur pada
“Aku berhenti memikirkan Si akhirnya. Tak ada misteri, tak ada teka-
Pemintal Kegelapan ketika Ibu teki. Ibuku. Pemintal Kegelapan"
bercerai dengan Ayah. Sejak (Paramadhita, 2005, hlm.18).
usiaku 13 tahun, aku tinggal Terjadi perubahan pemberian
berdua saja dengan Ibu. Ia masih makna terhadap tokoh hantu perempuan
bercerita, namun entah mengapa, penghuni loteng setelah sang ibu
ceritanya mulai terasa hambar. mengungkapkan rahasia besar dalam
Perkiraanku, ibuku mulai bosan hidupnya. Pada awalnya, hantu
mendongeng. Matanya kosong. perempuan dimaknai sebagai sosok
Ceritanya tidak berenergi.” tokoh hantu yang diciptakan oleh sang
(Paramadhita, 2005, hlm.13) ibu dalam dongeng pengantar tidur
anaknya, yaitu tokoh aku. Hantu
Dari kutipan tersebut dapat dilihat perempuan penghuni loteng pada
bahwa tokoh Ibu kehilangan gairah awalnya hanyalah hantu biasa yang
hidup karena ia telah bercerai dengan muncul dalam dongeng sang ibu.
suaminya. Hilangnya gairah hidup Namun, setelah diceritakan bahwa sang
bukan karena ia merasa takut hidup ibu membuat pengakuan kepada tokoh

214
Ery Agus Kurnianto: Analisis Tiga Tataran Aspek…

aku bahwa dirinyalah hantu perempuan Hasil analisis terhadap cerpen


penghuni loteng yang selama ini “Pemintal Kegelapan” menunjukkan
muncul dalam setiap cerita malamnya, bahwa dari segi kehadiran
cerita yang kerap ia dongengkan kepada pemandangan, cerpen ini lebih banyak
anaknya, keberadaan tokoh hantu menggunakan pencerita luar.
perempuan dalam cerpen “Pemintal Pengarang lebih banyak menggunakan
Kegelapan” tidak lagi tampil sebagai wicara yang diceritakan atau wicara
hantu perempuan biasa. Hantu alihan untuk memunculkan berbagai
perempuan penghuni loteng dapat peristiwa yang terjadi di dalam cerita.
diintepretasikan sebagai strategi teks Dari segi jarak pandang, pengarang
yang digunakan sebagai media untuk lebih banyak menggunakan wicara
mengaktualisasikan diri, kejujuran, dan yang dialihkan untuk memunculkan
ketegaran perempuan karena terepresi peristiwa-peristiwa yang membangun
oleh norma patriarkat. Melalui hantu cerita. Pencerita dalam masih
perempuan penunggu loteng, tokoh ibu ditemukan pada cerpen ini, tetapi tidak
mampu menemukan dan menerima mendominasi. Begitu juga dengan
dirinya di tengah tekanan penolakan wicara yang dilaporkan. Pencerita
dan stigmatisasi negatif atas dirinya dalam wicara yang dilaporkan hanya
sebagai seorang janda yang dikucilkan ditampilkan di beberapa peristiwa
oleh para tetangganya karena seperti dalam kutipan berikut ini.
dikhawatirkan tokoh ibu memiliki
potensi untuk menganggu dan merusak “Untunglah laki-laki itu
rumah tangga orang lain. berhasil menyelamatkan diri.”
Aku berseru sambil mendekap
Aspek Verbal bantalku, takut bercampur lega.
“Kau belum tahu apa yang
Analisis yang dilakukan pada terjadi pada hantu perempuan,”
aspek verbal adalah sudut pandang sela ibuku.
(point of view yang ditopang oleh “Pentingkah?”
kategori modus). Dalam analisis “Hei! Dia tokoh utama kita!”
terhadap cerpen “Pemintal Kegelapan” “O, ya, ya, “ kuanggukkan
analisis sudut pandang lebih bersifat kepalaku. (Paramadhita, 2005,
teknis (kehadiran pemandangan, jarak hlm.12)
pandang). Zaimar (2014, hlm. 72)
menyatakan bahwa kehadiran “Ibuku bilang ada yang
pemandangan menurut kehadiran disembunyikan Ibumu,” kata
pencerita dapat dikategorikan menjadi Nina, setengah berbisik. “Apa
dua, yaitu pencerita dalam dan ibumu benar-benar bisa
pencerita luar. Pencerita dalam yaitu menghidupimu hanya dengan
pencerita hadir di dalam cerita. bekerja di kantor?” (Paramadhita,
Pencerita luar, yaitu pencerita yang 2005, hlm.15)
tidak hadir dalam cerita. Jarak pandang “Aku ingin menunjukkanmu
menurut Genette (dalam Suwondo, sesuatu.”
2003, hlm. 71) terdiri atas tiga bagian, ...
yaitu wicara yang dinarasikan, wicara “Lihatlah. Itulah pemintal
yang dialihkan, dan wicara yang kegelapan.”
dilaporkan. ...

215
Kandai Vol. 11, No. 2, November 2015; 206—216

“Ayo lihat sekali lagi!” desak Endraswara, S. (2008). Metodologi


ibuku. (Paramadhita, 2005, hlm. penelitian sastra. Yogyakarta:
17) Media pressindo.

Dengan menggunakan sudut Hawkes, T. (1978). Structuralism and


pandang akuan, cerpen ini semiotic. London: Methuen &
menggunakan narator tokoh perempuan Co. Ltd.
aku sebagai anak ibu. Terdapat dua
dunia yang diceritakan oleh narator Kurniawan, H. ( 2012). Teori, metode,
yaitu cerita tentang hantu perempuan dan aplikasi sosiologi sastra.
yang sering ia dengarkan dari ibunya Yogyakarta: Graha Ilmu.
menjelang ia tidur dan dunia nyata
tentang kehidupan keluarganya. Orang Najid, M. (2009). Apresiasi prosa
tuanya bercerai. Ibunya yang fiksi. Surabaya: University press.
menyandang gelar dari lingkungan
sosialnya sebagai janda penggoda dan Paramaditha, I. (2005). Pemintal
materialistis, serta rahasia besar Kegelapan. Dalam Sihir
kehidupan ibunya yang di akhir cerita Perempuan (hlm. 9-18). Depok:
diungkapkan oleh ibunya sendiri. Kata Kita.

PENUTUP Siswanto, W. (2013). Pengantar teori


sastra. Yogyakarta: Aditya
Dari analisis yang telah dilakukan Media Publishing.
terhadap cerpen “Pemintal Kegelapan”
dapat diketahui bahwa untuk Suwondo, T. (2003). Studi sastra:
menampilkan peristiwa yang Beberapa alternatif. Yogyakarta:
membangun jalannya cerita, pengarang PT Hanindita Graha Widya.
menggunakan alur yang sederhana dan
mudah untuk dipahami. Alur yang Teeuw, A. (1984). Sastra dan ilmu
digunakan oleh pengarang adalah alur sastra. Jakarta: Pustaka Jaya.
progresif, yaitu menceritakan misteri
tokoh aku tentang penghuni loteng yang Todorov, T. (1985). Tata sastra (Okke
ada di rumahnya sampai miteri tersebut K.S. Zaimar, Absanti D., dan
terpecahkan melalui pengakuan tokoh Talha Bachmid, Penerjemah).
Ibu. Untuk sudut pandang ‘point of Jakarta: Djambatan. (Karya asli
view’, pengarang lebih banyak diterbitkan tahun 1968
menggunakan pencerita luar dan wicara
yang dialihkan. Udin, S., et al. (1985). Memahami
cerpen-cerpen A.A. Navis.
DAFTAR PUSTAKA Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa.
Damono, S.D. (1979). Sosiologi sastra: Departemen Pendidikan
Suatu pengantar ringkas. Jakarta: Nasional.
Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa, Zaimar, O. K. S. (2014). Semiotika
Departemen Pendidikan dan dalam analisis karya sastra.
Kebudayaan. Depok: Komodo Books.

216

Anda mungkin juga menyukai