Anda di halaman 1dari 17

A.

Latar Belakang Masalah

Karya sastra merupakan salah satu sarana seni yang bisa digunakan

sebagai suatu hiburan bagi pembaca. Karena dengan membaca karya sastra

kita bisa menikmati dan menemukan hiburan untuk memperoleh kepuasan

tersendiri. ”kesusastraan dalam pandangan tertentu yang secara umum dipakai

adalah pandangan yang mengatakan sastra sebagai karya seni yang

menggunakan mediumnya bahasa” (Susanto, 2012: 11)

”Karya sastra (novel, cerpen, dan puisi) adalah karya imajinatif,

fiksional, dan ungkapan ekspresi pengarang” (Susanto, 2012: 32). Karya

sastra juga merupakan sebuah karya imajinatif yang bahkan dipandang lebih

luas daripada karya fiksi. Novel sebagai salah satu karya sastra yang

penulisannya secara bebas memaparkan imajinasi dan kemampuan-

kemampuan para penulis dalam mengolah kata. Dalam penulisan novel,

penulis dapat dengan bebas membahas mengenai kehidupan manusia dalam

berbagai permasalahan dari aspek-aspek kehidupan yang terjadi dalam sebuah

novel.

Namun, dari sekian banyak penikmat karya sastra (novel) masih

banyak pembaca yang sulit untuk menafsirkan hal-hal yang terjadi dalam

cerita sebuah karya sastra (novel) itu sendiri. Mungkin dikarenakan struktur

novel yang kompleks, unik, atau bahkan tidak memaparkan maknanya secara

langsung sehingga membuat pembaca sulit untuk mengerti dan memaknai apa

yang disampaikan penulis. Oleh karena itu, untuk memahaminya kita


memerlukan adanya analisis, salah satunya dengan menguraikan tanda-tanda

kata yang terdapat di dalam novel.

Karya sastra (novel) merupakan struktur makna atau struktur yang

bermakna. Hal ini mengingat bahwa karya sastra itu merupakan sistem tanda

yang mempunyai makna yang mempergunakan media bahasa. Ilmu tentang

tanda ini disebut semiotik, sesuai dengan pendapat Pradopo (2000: 121)

”bahasa sebagai medium karya sastra sudah merupakan sistem semiotik atau

ketandaan, yaitu sistem ketandaan yang mempunyai arti”

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, sudah jelas bahwa dalam

pengkajian sastra dari segi semiotik adalah pengkajian dari segi lambang-

lambang atau tanda-tanda yang digunakan oleh para pencipta karya sastra

(penulis novel) dengan didukung struktur-strukturnya. Penggunaan lambang-

lambang atau tanda inilah yang menjadi andalan para penulis novel sebagai

daya tarik untuk menarik perhatian para pemburu novel. Seiring

berkembangnya zaman, moderenisasi dari segi tanda bahasa ini terus berubah.

Sehubungan pernyataan tersebut maka peneliti melakukan penelitian ini

untuk menemukan sistem tanda atau lambang yang terdapat di dalam novel

“Dear Nathan” karya Erisca Febriani. Setelah diteliti secara menjelimat,

ternyata dalam novel “Dear Nathan” karya Erisca Febriani ini ditemukan

banyak pemakaian bahasa secara semiotik yakni tanda atau lambang berupa

kata, tanda atau lambang berupa kalimat, berupa teks maupun berupa kode

budaya. Sebab itu penulis tertarik untuk menganalisis sebuah novel best seller

terbitan tahun 2016 yang berjudul “Dear Nathan” karya Erisca Febriani
dengan pendekatan semiotik, untuk mengetahui makna-makna, tanda-tanda

yang terdapat dalam novel tersebut. Penelitian sejenis tidak penulis temukan

terhadap novel sejenis. Novel ini merupakan novel yang cukup diminati dan

diterima oleh masyarakat.

Maka berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti tertarik

untuk mengadakan kajian guna mengetahui kajian semiotik pada Novel ”Dear

Nathan” Karya Erisca Febriani dengan judul: ”Analisis Novel ”Dear Nathan”

Karya Erisca Febriani Dengan Pendekatan Semiotik”

B. Rumusan Masalah

1. Unsur-unsur semiotik apa sajakah yang terdapat dalam novel “Dear

Nathan” karya Erisca Febriani?

2. Apakah makna semiotik yang terdapat dalam novel “Dear Nathan”

karya Erisca Febriani?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui unsur-unsur semiotik apa sajakah yang terdapat

dalam novel “Dear Nathan” karya Erisca Febriani?

2. Untuk mengetahui makna semiotik yang terdapat dalam novel “Dear

Nathan” karya Erisca Febriani?

D. Manfaat Penelitian

Penulis berharap agar penelitian bisa bermanfaat bagi masyarakat

pecinta sastra. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat membuka

wawasan dan menambah informasi mengenai analisis karya sastra melalui


semiotik. Selain itu diharapkan bisa menjadi referensi untuk penelitian

serupa.

E. Anggapan Dasar

Adapun yang menjadi anggapan dasar dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Novel adalah bentuk karya sastra yang berbentuk prosa.

2. Semiotik adalah studi mengenai makna atau tanda.

3. Tanda dalam semiotik adalah satuan-satuan bunyi yang mempunyai

arti oleh konvensi masyarakat.

F. Kajian Teori

1. Karya Sastra (Novel)

Novel atau sering disebut sebagai roman adalah suatu cerita prosa

yang fiktif dalam panjang tertentu, yang melukiskan para tokoh, gerak

serta adegan nyata yang representatif dalam suatu alur atau suatu

keadaan yang agak kacau atau kusut. Novel mempunyai ciri

bergantung pada tokoh, menyajikan lebih dari satu impresi,

menyajikan lebih dari satu efek, menyajikan lebih dari satu emosi.

Nurgiyantoro (2010: 10) ”novel merupakan karya fiksi yang

dibangun oleh unsur-unsur pembangun, yakni unsur intrinsik dan

unsur ekstrinsik”. Novel juga diartikan sebagai suatu karangan

berbentuk prosa yang mengandung rangkaian cerita kehidupan

seseorang dengan orang lain di sekelilingnya dengan menonjolkan

watak dan sifat pelaku.


Novel merupakan jenis karya sastra yang ditulis dalam bentuk

naratif yang mengandung konflik tertentu dalam kisah kehidupan

tokoh-tokoh dalam ceritanya. Biasanya novel kerap disebut sebagai

suatu karya yang hanya menceritakan bagian kehidupan seseorang.

Hal ini didukung oleh pendapat Sumardjo (1988: 65) ”novel sering

diartikan sebagai hanya bercerita tentang bagian kehidupan seseorang

saja, seperti masa menjelang perkawinan setelah mengalami masa

percintaan; atau bagian kehidupan waktu seseorang tokoh mengalami

krisis dalam jiwanya, dan sebagainya”.

Novel ialah suatu karangan prosa yang bersifat cerita yang

menceritakan suatu kejadian yang luar biasa dari kehidupan orang-

orang (tokoh cerita; pen.), luar biasa karena dari kejadian ini terlahir

konflik, suatu pertikaian, yang mengalihkan jurusan nasib mereka.

Berdasarkan beberapa pendapat pakar mengenai pengertian

novel di atas, peneliti mengacu pada pendapat Nurgiyantoro (2010:

10) karena pengertian novel tersebut berkaitan dengan unsur intrinsik

karya fiksi. Hal ini sesuai dengan tujuan penelitian yaitu

mengidentifikasi salah satu unsur intrinsik, yakni perilaku tokoh.

Selain itu, pengertian novel yang dikemukakan oleh Nurgiyantoro

lebih jelas dan mudah dipahami.

a. Unsur Intrinsik Novel

Novel sebagai karya fiksi dibangun oleh sebuah unsur yang

disebut unsur intrinsik. Unsur pembangun sebuah novel tersebut


meliputi tema, alur, latar, tokoh dan penokohan, sudut pandang,

gaya bahasa, dan amanat. Unsur intrinsik sebuah novel adalah

unsur-unsur yang secara langsung ikut serta dalam membangun

cerita. Hal ini didukung oleh pendapat Nurgiyantoro (2010 : 23)

”unsur intrinsik (intrinsic) adalah unsur-unsur yang membangun

karya sastra itu sendiri”. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan

karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur yang secara

faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra. Unsur

intrinsik sebuah novel adalah unsur-unsur yang (secara langsung)

turut serta membangun cerita. Kepaduan antarberbagai unsur

intrinsik inilah yang membuat sebuah novel berwujud. Unsur

intrinsik meliputi alur, penokohan, tema, latar, dan sudut pandang.

b. Unsur Ekstinsik Novel

Unsur ekstinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar

karya sastra, meskipun demikian, unsur ekstrinsik tetap memiliki

pengaruh terhadap isi atau sistem organisme dalam suatu karya

sastra. Unsur ekstrinsik terdiri dari sejumlah unsur, yaitu biografi

penulis, psikologi penulis, keadaan masyarakat disekitar penulis

dan lain-lain.

(1) Biografi Penulis

Biografi penulis adalah sebuah media yang memuat

berbagai informasi mengenai penulis atau pengarang sebuah

karya sastra. Melalui biografi pembaca dapat mempelajari


kehidupan, perkembangan moral, mental dan intelektual

penulis. Selain mempelajari kehidupan penulis, biografi juga

dapat digunakan untuk meneliti karya sastra, karena apa yang

dialami dan apa yang dirasakan oleh penulis sering kali

terekspresikan dalam karya yang ia ciptakan.

(2) Psikologi Penulis

Tidak jauh berbeda dengan biografi penulis, psikologi

penulis pun terkadang mempengaruhi karya sastra yang ia

ciptakan. Namun berbeda halnya dengan biografi penulis yang

memuat berbagai informasi mengenai penulis, psikologi

penulis adalah sebuah faktor dari psikologis yang terdapat

didalam diri penulis. Untuk mengetahui pengaruh psikologis

penulis terhadap sebuah karya sastra, peneliti harus

menggunakan teori psikologi sebagai tinjauan pustaka.

(3) Masyarakat

Sebuah karya sastra juga mempunyai hubungan yang erat

dengan suatu masyarakat. Karena karya sastra juga merupakan

cerminan dari sebuah masyarkat. Terkadang, pengarang

dengan sengaja menjadikan kondisi masyarakat pada masa

tertentu untuk memberikan sebuah gambaran tentang

permasalahan atau fenomena yang terjadi dalam masyarakat

tersebut. untuk melihat pengaruh keadaan masyarakat pada


sebuah karya sastra, peneliti harus memiliki bukti-bukti

tentang kejadian-kejadian yang dialamai masyarakat tersebut.

c. Jenis-jenis Novel

(1) Jenis Novel Berdasarkan Kejadian

(a) Novel Fiksi

(b) Novel Non-fiksi

(2) Jenis Novel Berdasarkan Genre Cerita

(a) Novel Romantis

(b) Novel Horor

(c) Novel Misteri

(d) Novel Komedi

(e) Novel Inspiratif

2. Semiotik

a. Pengertian Semiotik

Ilmu sastra melingkupi bidang luas. Di dalamnya tercakup

teori satra, sejarah sastra dan kritik sastra. Ketiga bagian ilmu

sastra tersebut saling berkaitan. Keterkaitan itu menyebabkan

saling ketergantungan. Sebuah karya sastra tidak dapat dipahami

dan dihayati, apalagi ditafsirkan dan dinilai dengan sempurna tanpa

bantuan ketiga bidang ilmu sastra. Teori sastra tidak akan pernah

sempurna tanpa bantuan sejarah sastra dan kritik sastra. Secara

garis besar teori sastra bergerak pada empat paradigma yaitu

penulisan karya, pembaca, kenyataan dan semesta. Untuk


memenuhi keempat paradigma maka dirumuskan atau diciptakan

teori-teori tentang karya sastra. Salah satu teori tersebut adalah

teori semiotik.

semiotik adalah ilmu yang mengkaji secara sistematis

tentang tanda, lambang ataupun simbol yang menyangkut pada

sebuah karya sastra. Hal tersebut bertitik tolak dari asumsi bahwa

karya sastra, memiliki sistem tanda/lambang bahasa yang

bermakna dengan media bahasa yang estetik. Berdasarkan semiotik

bahasa merupakan salah satu tanda atau lambang dan lambang-

lambang bahasa itu berupa kata, kalimat, dan teks. Sistem tanda

tersebut mempunyai makna atau pengertian tertentu berdasarkan

hasil interpretasi si penerima tanda atau lambang bahasa bahasa

tersebut. Karena sistim lambang atau tanda dalma karya sastra

memiliki banyak intrepretasi. Dalam kajian semiotik analisisnya

tidak terbatas pada pemakaian bahasa dan sistim tanda/lambang

yang terdapat dalam karya sastra saja tetapi juga berhubungan

dengan hal-hal yang berada di luar karya sastra tersebut. Yaitu

kode seperti masalah sosial budaya dan sistim tata nilai yang

mewarnai karya sastra tersebut. Oleh karena itu masalah yang

hendak disoroti dalam kajian semiotik adalah keunikan, kekhasan

suatu karya sastra sehingga penelaah harus jeli melihat lambang-

lambang dan kode sastra yang membentuk sistim dari keseluruhan

isi karya sastra itu sendiri.


b. Bahasa Sebagai Suatu Sistem

Bahasa merupakan sistem semiotik, sistem tanda. Setiap

tanda sebagai unsur bahasa punya arti tertentu, yang secara

konvensi disepakati oleh masyarakat. Misalnya “kursi haruslah

bermakna kursi, tak dapat dinamakan meja”. Sistem tanda dalam

bahasa mengandungdua aspek yaitu :

1) Konsepsi sebagai dasar pemahaman dunia nyata,

mengarahkan sikap dan penafsiran kenyataan serta

dasar komunikasi.

2) Sistem kemaknaan yaitu mempunyai pengertian tertentu

misalnya “mamak” beda dengan “pekde”, “paklik”,

“oom”, dan “paman”. Menurut Teeuw (2015: 96)

”bahasa tanpa pengertian bukan bahasa. Bahasa dan

sastra termasuk dalam semiotik karena mengandung

lambang-lambang”.

c. Budaya dan Lingkungan Pengarang dengan Sistem Tanda

Bahasa sebelum dipakai oleh penulis, sudah merupakan

sistem tanda, sistem semiotik. Setiap tanda unsur bahasa itu

mempunyai arti tertentu, yang secara konvensi disetujui dan dapat

diteriam oleh anggota masyarakat. Misalnya kursi harus berarti

“kursi” dalam bahasa Indonesia, tidak dapat dikatakan/diartikan

dengan meja. Tetapi yang lebih penting lagi di dalam sistem tanda

itu tersedia perlengkapan konseptual yang sukar sekali kita hindari,


sebab perlengkapan itu merupakan dasar pemahaman

dunia terpenting (Teeuw, 2015: 96).

Untuk membantu pemahaman tentang karya sastra, perlu

pengetahuan mengenai kebudayaan yang melatarkanbelakangi

karya sastra tersebut. Oleh karena itu pengarang dalam

menciptakan hasil karya sastranya terlebih dahulu harus

mengetahui bagaimana latar belakang budaya kehidupan tokoh

dalam karangan yang akan diciptakannya.

d. Karya Sastra dalam Model Semiotik

Pembahasan karya sastra dalam model semiotik terdiri dari

enam model tetapi penulis hanya menguraikan dua model yaitu

menurut model De Saussure dan model. Penulis hanya

menguraikan dua model saja karena memang, model tersebut

sesuai dengan apa yang akan diteliti oleh penulis yaitu mengenai

tanda bahasa atau lambang yang mengacu kepada makna.

e. Sastra sebagai Tanda Termasuk Bidang Semiotik oleh De Saussure

Sastra bukanlah komunikasi yang bisa, dan mempunyai

banyak segi yang aneh dan luar biasa kalau dibandingkan kalau

dibandingkan dengan tindak komunikasi lain. Tetapi pemahaman

gejala ini yang sesuai dan tepat tidak mungkin tanpa

memperhatikan aspek komunikatifnya, atau dengan istilah lain

tanpa mendekati sastra sebagai tanda (sign) atau dengan istilah

yang sekarang sangat luas dipakai, sebagai gejala semiotik.


Ferdinand De Saussure, yang secara umum diakui sebagai tokoh

yang meletakkan dasarilmu bahasa modern. Dalam Cours de

Linguistique yang diterbitkan murid-muridnya (1916) setelah De

Saussure meninggal diuraikan dengan panjang lebar bahwa bahasa

adalah sistem tanda ; dan merupakan kesatuan antara dua aspek

yang tak terpisahkan satu sama lain. Signifiant (penanda) dan

signifie (petanda). Signifiant adalah aspek formal atau bunyi pada

tanda itu, padahal signifie adalah aspek kemakmuran atau

konseptual; tetapi signifiant tidak identik dengan bunyi dan signifie

bukanlah denotatum. Jadi hal atau benda dalam kenyataan yang

diacu oleh tanda itu.

De Saussure membiacarakan beberapa aspek tanda yang

khas, tanda adalah arbitrer, konvensional dan sistematik. De

Saussure menjelaskan pula bahwa bahasa bukanlah satu-satunya

yang dipakai dalam masyarakat. Ada berbagai sistem tanda lain,

misalnya dalam masyarakat modern kita memakai sistem tanda lalu

lintas, yang prinsipnya sama dengan tanda bahasa. Tanda lalu

lintas juga bersifat arbitrer (merah sebagai larangan, hijau sebagai

izin). Konvensional (manusia harus belajar sistem tanda itu, sebab

tidak bersifat wajar) dan sistematik. Ada hubungan intrinsik antara

sistem tanda lalu lintas yang berdasarkan oposisi tertentu.

Contoh lain yang umum terdapat tetapi mungkin berbeda

menurut kebudayaan adalah gerak-gerik misalnya tanda geleng


kepala. Cabang antropologi yang secara khusus meneliti sistematik

tanda dalam masyarakat disebut cognitive atau symbolic

anthropology. Semua sistem tanda paling kompleks dan mendasar

untuk komunikasi antar manusia. Dari segi tertentu dapat

dibandingkan dan diteliti bahwa, ilmu pengetahuan yang bertugas

untuk meneliti berbagai sistem tanda, De Saussure menyebutnya

dengan istilah semiologi atau ilmu tanda.

G. Definisi Operasional

1. Analisis adalah memberi pertimbangan ,menguraikan unsur-

unsur yang terdapat dalam suatu karangan. Dalam kritik

sastra dewasa ini,analisis berarti penjelasan. memecahkan unsur-unsur

yang penting dalam suatu karangan sastra.

2. Novel suatu karangan yang menceritakan suatu kejadian yang luar

biasa dari tokoh cerita.dimana kejadian – kejadian itu menimbulkan

pergolakan batin yang mengubah perjalanan nasib tokohnya.

3. Semiotik yang sering disebut dengan istilah semiologi adalah ilmu

yang mengkaji secara sistematis tentang tanda- tanda,lambang –

lambang,proses peneciptaan yang menyangkut karya sastra sebagai

suatu sosok yang memiliki sistim sendiri.

4. Tanda dalam semiotik adalah satuan-satuan bunyi yang mempunyai

arti oleh konvensi masyarakat.

H. Metode dan Teknik Penelitian

1. Metode Penelitian
Penelitian merupakan suatu usaha dalam memecahkan

permasalahan guna mengetahui jawaban terhadap rumusan masalah yang

telah dibuat sebelumnya. Metode merupakan langkah-langkah ilmiah

untuk mengkaji atau menganalisis data. Metode yang relevan dan koheren

dengan penelitian ini adalah metode deskripsi dan studi pustaka. Dengan

metode deskripsi penulis dapat menggambarkan hal yang akan dikaji

dengan jelas, terperinci, dapat dimengerti, serta terstruktur dengan bahasa.

Selain itu dengan metode pustaka penulis jadi bisa lebih terarah dan

terencana dengan membaca berbagai referensi buku dan hasil dari

penelitian lain yang telah dilakukan sebelumnya.

Oleh karena itu penulis akan menggunakan metode deskriptif dan

metode pustaka dalam penelitian terhadap novel “Dear Nathan” karya

Erisca Febriani melalui pendekatan semiotik.

2. Teknik Penelitian

Teknik penelitian adalah langkah yang dilakukan untuk

mengumpulkan data yang sesuai dengan penelitian. Dalam penelitian ini

penulis menggunakan teknik analisis deskriptif. Hal tersebut diterapkan

terhadap novel “Dear Nathan” karya Erisca Febriani dengan analisis

deskriptif melalui pendekatan semiotik. Teknik analisis deskriptif adalah

teknik penggambaran dengan cara menganalisis, memaparkan,

menggambarkan, dan menguraikan hal-hal atau gejala-gejala yang

berhubungan dengan semiotik.


I. Sumber Data dan Data

1. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah novel

“Dear Nathan” karya Erisca Febrian yang berjumlah 520 halaman serta

diterbitkan tahun 2016 oleh Best Media dengan harga Rp99.000.

2. Data

Data dalam penelitian ini adalah bahasa yang terdapat dalam novel

“Dear Nathan” karya Erisca Febriani. Bahasa yang dimaksud

merupakan bahasa yang mengandung tanda dan petanda dalam ruang

lingkup semiotik.

J. Teknik Pengumpulan Data

Dalam upaya memperoleh gambaran secara keseluruhan mengenai

objek penelitian, maka penulis menggunakan teknik dokumentasi. Teknik

dokumentasi merupakan pengumpulan data yang berbentuk dokumen atau

tulisan. Dalam penelitian ini dokumentasi dilakukan pada novel dengan

judul “Dear Nathan” karya Erisca Febriani yang dimaksudkan untuk

mengungkapkan makna-makna yang terkandung dalam tanda dan petanda

dalam novel tersebut

K. Teknik Pengolahan Data

Untuk mengolah data yang telah didapatkan penulis dalam

penelitian ini, penulis menganalisis, mengkaji, dan mendeskripsikan

mengenai tanda dan petanda yang ada dalam novel dengan judul “Dear
Nathan” karya Erisca Febriani. Kegiatan tersebut dilakukan dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

1. Membaca novel “Dear Nathan” karya Erisca Febriani secara

keseluruhan.

2. Membuat sinopsis dari novel tersebut.

3. Menandai, mengidentifikasi, dan mengklasifikasikan data tersebut

berdasarkan indikator tanda dan petanda dalam kajian semiotik.

4. Menentukan makna yang terkandung dari tanda dan petanda dalam

novel tersebut.

L. Jadwal Penelitian

Tahapan Penelitian Januari Februari Maret April

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5

Pengajuan Judul

Pencarian Data Awal

Penyusunan Proposal

Penyerahan Proposal

Seminar Proposal

Bimbingan Skripsi

Penyelesaian Skripsi

M. Daftar Pustaka

Teeuw, A. (2015) Sastra dan Ilmu Sastra. Bandung: Pustaka Jaya.

Susanto, Dwi. (2012). Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Caps.


Pradopo, Rachmat. D. (2000). Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press

Efendi, Yusuf. (2013). Unsur-Unsur Puisi; Struktur Fisik dan Batin.


[online] Tersedia: http://coretan-pena-pemula.blogspot.co.id/2013/07/unsur-
unsur-fisik-dan.html?m=1 [17 Januari 2017]

Nurgiyantoro, Burhan. (2010) Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah


Mada University Press

Sumardjo, J. (1988). Apresiasi Kesusastraan. Bandung: Gramedia


Nazarudin, Kahfie. (2015). Pengantar Semiotika. Yogyakarta: Graha Ilmu

Anda mungkin juga menyukai