KARYA MIRA W
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu
Tugas Mata Kuliah Kajian Prosa Fiksi
Logo
Disusun Oleh.
13211020
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Illahi Robbi, atas karunia-Nya lah saya
dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Kajian Prosa Fiksi. Yakni, membuat kajian
mengenai sebuah karya fiksi dan saya mengambil karya fiksi dari novelis senior, yaitu
Mira Widjaja yang berjudul Birunya Skandal yang merupakan novel yang ke-80 yang
ditulisnya.
Dan tidak lupa shalawat dan sallam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi
besar kita, Muhammad saw, dan semoga sampai kepada keluarganya, sahabat-sahabatnya,
tabi’in-tabi’at, dan kita sebagai umatnya. Karena atas kerja keras beliau lah ajaran yang
paling sempurna, yang paling suci, dan yang paling diridhoi Allah swt. Yakni islam,
dapat tersampaikan kepada kita umat manusia.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Kajian Prosa Fiksi yang
ditugaskan oleh Bpk. Yayat Rasidi, M. Pd.
Saya berharap makalah ini dapat diterima walaupun mungkin masih jauh dari
sempurna. Maka dari itu, kritik dan saran dari pihak-pihak yang kompeten untuk
perbaikan apabila akan ditugaskan kembali tidak akan terjadi hal yang serupa dalam
kekurangan makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang ditulis secara naratif; biasanya
dalam bentuk cerita. Penulis novel disebut novelis. Kata novel berasal dari bahasa
Italia novella yang berarti "sebuah kisah atau sepotong berita".
Novel lebih panjang (setidaknya 40.000 kata) dan lebih kompleks dari
cerpen, dan tidak dibatasi keterbatasan struktural dan metrikal sandiwara atau
sajak. Umumnya sebuah novel bercerita tentang tokoh-tokoh dan kelakuan
mereka dalam kehidupan sehari-hari, dengan menitik beratkan pada sisi-sisi yang
aneh dari narati tersebut.
Novel dalam bahasa Indonesia dibedakan dari roman. Sebuah roman alur
ceritanya lebih kompleks dan jumlah pemeran atau tokoh cerita juga lebih banyak.
B. Rumusan Masalah
1. Keterangan mengenai buku
2. Unsur intrinsik buku
3. Unsur ekstrinsik buku
BAB II
ISI
1. Keterangan Mengenai Buku
Latar Suasana
Romantis :
” ‘Maukah kamu jadi istriku, Tika?’ “ hal 26.
“Tetapi ketika mencicipi keikmatan itu, dia bahkan tidak ingin
berhenti. Dia malah ingin mengulanginya lagi. Dan lagi. Dan lagi.
Sampai Angga menggeram puas dan terkulai letih” hal 42.
“Dia membawa Tika ke restoran tempatnya memberikan cincin
pertunangan. Lalu dia memesan kamar hotel. Dan mereka
menghabiskan malam itu seperti sepasang pengantin baru” hal 53.
“Angga seperti baru tersadar dari pesona yang memukau. Yang
menyihirnya jadi batu. Dia bangkit dengan kaku dari kursinya.
Melangkah seperti zombie menghampiri istrinya. Membungkuk
dan mencium pipi Tika.” Hal 76.
Haru bahagia :
“Ada senyum syahdu di bibir Tika. Senyum yang hanya dapat
terlukis di bibir seorang calon ibu yang bahagia, karena menyadari
sudah ada makhluk kecil di perutnya. Makhluk yang tercipta dari
tetes-tetes cinta ayah-bundanya” hal 77
“Angga tersenyum lebar. Sementara dari tempat tidurnya, Tika
mengawasi suaminya yang sedang menggendong anaknya.
Perasaan apa yang terkandung di hatinya, hanya dia yang tahu” hal
114
“Astri mengecup pipi cucunya dengan lembut. Dan bersyukur
karena Tuhan telah menganugerahkan berkat yang begitu besar
untuk keluarga Angga” hal 118
“Sungguh mengharukan melihat bagaimana Tika menyiapkan
anaknya, bahkan pada saat dia sendiri sedang menghadapinoperasi
berat” hal 192
“Angga langsung memeluk Dian. Mendekapnya erat-erat tanpa
mampu mengucapkan sepatah kata pun. Dadanya membuncah oleh
luapan kasih sayang yang berbaur dengan kerinduan dan
penyesalan” hal 286.
Konflik :
(Konflik batin) “Lama tika merenung di dalam dunia kecilnya
malam itu. Lamaran Anggada kembali terngiang di telinganya” hal
26.
Ketika Meda datang dan mencari Angga “Dunia benar-benar sudah
berubah, pikir Tika jengkel. Gadis ini bukan hanya tidak merasa
bersalah. Dia malah berani menuntut suami orang untuk
bertanggung jawab menjadi ayah anaknya?” hal 103
Masalah Dian yang sakit “Tika menyesal sekali tidak lebih
memperhatikan bayinya. Karena sibuk, dia menyerahkan perawatan
Dian kepada pengasuhnya. Terutama kalau dia sedang praktek” hal
119.
Terbongkarnya mengenai siapa Dian “Dan kemarahan Angga
meledak”, “Dia seorang laki-laki. Tidak ada seorang suami yang
rela istrinya berhubungan dengan lelaki lain. Biarpun Cuma
memadukan sel telur dan sperma mereka di dalam cawan” hal 140.
Kesulitan ekonomi Angga yang berkewajiban mengurus Meda
yang sedang mengandung “Kata siapa cinta di atas segala-galanya?
Ternyata memang tak cukup hanya cinta. Karena tanpa dukungan
uang, cinta pun bisa hambar seperti adonan kurang bumbu.” Hal
205
Sedih :
Ketika Angga kehilangan Guntur yang di bawa Meda “Kenapa
kamu sekejam ini, Meda, rintihnya ketika sedang duduk di lantai
kamar sambil menutup mukanya. Kamu tahu aku tidak bisa
kehilangan Guntur!” hal 258
Astri yang tak kuasa menahan kesedihannya atas tragedi
penikaman terhadap Tika “Astri tidak mampu membuka mulutnya
untuk menjawab. Dia hanya balas merangkul cucunya. Air matanya
mengalir deras ke pipinya. Dian menyeka air mata neneknya
dengan tangan kanannya yang mungil” hal 302. Dan ketika Tika
meninggal “ ‘Selamat jalan, Tika,’ bisiknya sesenggukkan. ‘Jangan
khawatirkan Dian. Mama akan menjaganya sampai helaan napas
Mama yang terakhir’ “. Hal 308
E. Diksi
Gaya bahasa yang digunakan dalam novel Birunya Skandal ini adalah
metafora, adanya ungkapan secara tidak langsung berupa perbandingan
analogis. Contohnya pada kutipan :
“Seberkas cahaya” hal 186, “Tersenyum pahit” hal 192, “Tersenyum
getir” hal 193, “Guyuran cinta” hal 204, “Tetapi hati ayahnya sekeras
batu gunung” hal 202, “Tetapi kesulitan ekonomi mulai mengerogoti
kebahagiaan hidup mereka” hal 204.
Lalu juga ada penggunaan bahasa-bahasa asing yang kebanyakan
digunakan dalam istilah kedokteran seperti :
“frozen embryo” hal 92, “In vitro fertilisation” hal 38, “Scanning” hal
125, “Stents” hal 125. “Butterfly vertebrae” hal 129, “Auto dominant
disorder” hal 129, “Paternity test” hsl 131.
F. Amanat
Amanat dari novel Birunya Skandal ini menurut saya ialah jangan
pernah sekali-kali kita mendekati suatu skandal terutama dalam hal
yang berkaitan dengan percintaan dan keluarga, karena resiko yang
menanti sangatlah besar. Apalagi kita tidak tahu apa yang orang lain
pikirkan tentang kita, baik atau buruk tentang kita. Mungkin menurut
kita apa yang kita lakuan adalah suatu kebaikan, namun jika ada orang
lain yang tahu dan mereka hanya tahu sedikit tentang kebenaran atau
keseluruhan hal yang kita lakukan, itu sangat merugikan kita. Maka
saya simpulkan bahwa novel Birunya Skandal ini mengamanatkan atau
menghimbau kepada kita semua agar buku ini menjadi cerminan bagi
kita agar tidak terjebak dalam skandal-skandal. Sebiru apapun skandal
pasti akan terkuak juga.
G. Sudut Pandang
Menurut saya sudut pandang pada novel Birunya Skandal ini adalah
sudut pandang orang ketiga serba tahu, karena dalam cerita tidak ada
campur tangan si penulis. Lebih banyak menggunakan sebutan nama
orang untuk menceritakan tokoh dalam cerita, tidak menggunakan
“aku”
Fakta mengenai penyebutan nama pada semua tokoh (tokoh primer
dan sekunder :
Tika dalam kutipan “Tetapi Dokter Kartika memang bukan hanya
tersenyum pada Astri” hal 12.
Angga dalam kutipan “Anggada mengulum senyum” hal 11
Astri dalam kutipan “Astri menepuk paha anaknya dengan gemas
menyuruh diam” hal 12
Nurdin dalam kutipan “Nurdin tersenyum membalas kelakar bekas
muridnya” hal 90.
Dian dalam kutipan “Dian begitu manis. Begitu lucu.” Hal 127.
Andromeda dalam kutipan “Andromeda merintih menahan gairah
yang bergelung di dada, ketika tangan lelaki itu menjelajahi
tempat-tempat yang paling peka di tubuhnya” hal 64.
H. Unsur Ekstrinsik
a. Unsur Ekstrinsik
Yaitu mengenai unsur-unsur di luar kebahasaan yang secara tidak
langsung ikut mempengaruhi pada novel Birunya Skandal ini adalah
adanya unsur sosial, unsur agama, dan ekonomi.
Sosial dilihat dari karakter Tika yang sangat berjiwa sosial, ia tidak
membeda-bedakan dalam menangani pasiennya, terdapat pada
kutipan “ ‘Dokter Kartika bukan Cuma pintar,’ kata Astri setelah
dokter wanita itu masuk ke kamar prakteknya. ‘Dia ramah. Dan
tidak pernah membedakan pasien.’ “, “ ‘Pasien-pasiennya yang
bilang begitu! Dia ramah kepada semua pasiennya. Bayar atau
tidak. Pokoknya sikapnya sama. Pemeriksaannya sama. Obatnya
juga sama. Katanya dia malah pernah menegur bagian pendaftaran
rumah sakit yang menempatkan pasien tidak mampu paling
belakang, walaupun mereka datang duluan’ “ hal 13.
Agama dilihat dari beberapa kutipan yang membawa nama tuhan di
dalamnya, diantaranya pada kutipan “Astri mengecup pipi cucunya
dengan lembut. Dan bersyukur karena Tuhan telah
menganugerahkan berkat yang begitu besar untuk keluarga Angga”
hal 118, “Tetapi jika Tuhan sudah mengizinkan Tika
mengambilnya, membesarkannya, merawatnya, mengasuhnya,
mengapa waktunya demikian singkat? atau . . . sebenarnya Tuhan
tidak mengizinkan” hal 180, “ ‘Mama ingin Dian selalu berada
disamping Mama sampai Mama pergi. Jika jadi kehendak Tuhan,
Mama ingin pergi lebih dulu’ “ hal 188
Ekonomi dilihat dari kutipan “Tetapi juga bukan kota yang murah.
Apalagi kalau dihitung dengan rupiah. Padahal Andromeda sangat
membutuhkan duungan dana Angga, lebih-lebih saat dia sedang
hamil. Tentu saja saat itu dia juga belum tahu, Angga tidak punya
uang banyak” hal 202, “Kian hari uangnya kian menipis. Sementara
sisa tabungannya di bank juga mulai mepet” hal 203, “Tetapi
kesulitan ekonomi mulai menggerogoti kebahagiaan hidup mereka”
hal 204.
b. Biografi Pengarang
Kesimpulan