Anda di halaman 1dari 21

analisis unsur intrinsik

dan ekstrinsik novel Sen


gsara Membawa Nikmat
Karya
Toelis Soetan Sati
unsur intrinsik
 1. tema
 Dilihat dari judul novel tersebut “Sengsara Memba
wa Nikmat” sudah terlihat bahwa tema yang terka
ndug dalam novel tersebut adalah Perjuangan seor
ang tokoh bernama Midun yang berasal dari keluar
ga sederhana di kampung Minangkabau untuk mer
ubah nasibnya yang penuh dengan kesengsaraan d
alam menjalani hidupnya, hingga akhirnya sebuah
kenikmatan didapatkannya.
2. tokoh dan penokahan

1. Midun
Midun merupakan tokoh protagonis yang disukai oleh banyak or
ang, karena sifatnya yang baik, santun, alim, dan penyayang. hal
ini bisa kita lihat pada kutipan berikut ini

“Memang Midun seorang muda yang sangat digemari orang di


kampungnya. Budi pekertinya amat baik, tertib sopan santun ke
pada siapa jua pun. Tertawanya manis, sedap didengar; tutur ka
tanya lemah lembut. Ia gagah berani lagi baik hati, penyayang
dan pengasih”.
2. Kacak
Kacak merupakan tokoh antagonis, dan tidak disukai oleh ora
ng lain, karena sifatnya yang sombong, busuk hati dan suka b
erkata kasar. hal ini bisa kita lihat pada kutipan berikut ini

“karena bersesuaian dengan tingkah lakunya. Ia tinggi hati, s


ombong, dan congkak. Matanya juling, kemerah-merahan wa
rnanya. Alisnya terjorok ke muka, hidungnya panjang dan bu
ngkuk. Hal ini sudah menyatakan, bahwa ia seorang yang bus
uk hati. Di kampung ia sangat dibenci orang, karena sangat a
ngkuhnya”.
3. Halimah
merupakan seorang gadis yang cantik, budi pekertinya baik, s
ederhana, dan manis dipandang mata. Seperti yang tercantum
dalam kutipan berikut ini

”Sungguh cantik gadis ini, tidak ada cacat celanya. Hati siap
a yang tidak gila, iman yang takkan bergoyang memandang y
ang seelok ini. Tingkah lakunya pun bersamaan pula dengan
rupannya. Kulitnya kuning langsat, perawakannya sederhan
a”
4. Pak midun
Berbudi pekerti baik, arif dan penyayang kepada anak anak s
eperti yang tercantum dalam kutipan berikut ini

“karena pak Midun seorang yang tahu dan arif, tiadalah ditin
ggalkannya syarat-syarat aturan berguru”

“Demikianlah hal pak Midun habis hari berganti pecan, habi


s pecan berganti bulan. Ia selalu bercintakan Midun, sedikit p
un tidak hendak luput dari pikirannya”
4. Haji Abbas
budi pekertinya baik, berilmu, dan seorang ulama besar. Seper
ti yang tercantum dalam kutipan

“Haji Abbas adalah seorang ulama besar. Memang menjadi


sifat pada haji Abbas, jika menuntut sesuatu ilmu berpantang
patah di tengah”
tokoh tambahan

Maun, Kadirun, Ibu Juriah, Juriah, Kemenaka


n tuanku Laras, Pendekar Sutan, Pak Inuh, Le
nggang, Jenang, Sapir, dll.
3. Latar
- Latar Tempat
Cerita ini berlangsung diempat tempat yaitu di Minangkabau,
Bukitinggi, Padang, Tanah Jawa.

di Minangkabau ( “Sesudah makan-minum, maka diketengah


kannyalah oleh Pak Midun syarat-syarat berguru ilmu silat, s
ebagaimana yang sudah dilazimkan orang di Minangkaba
u”.)

di Bukittinggi ( “Sebulan lagi ada pacuan kuda dan pasar ma


lam di Bukittinggi” )
di padang ( “Setlah Midun keluar dari kantor Landraad, dice
ritakannyalah kepada ketiga bapaknya, bahwa Ia dihukum ke
Padang lamanya empat bulan”)

di Tanah Jawa (“Sudah padat hatinya hendak mengantarkan


Halimah ke Bogor”)
- Latar Waktu
1. Waktu Asar
Seperti yang tercantum dalam kutipan “Waktu asar sudah tiba”

2. Hari ahad pagi-pagi


seperti yang tercantum dalam kutipan “Hari ahad pagi-pagi, Midun suda
h memikul tongkat pengirik padi ke sawah”

3. Malam hari
seperti yang tercantum dalam kutipan “Sekali peristiwa pada suatu petan
g Midun pergi ke sungai hendak mandi”
- Latar Suasana

1. Tegang Dan Takut


seperti yang tercanum dalam kutipan “Amboi, bunyi yang kami takutkan it
u, kiranya “Cempedak hutan” yang baru jatuh…., mereka itu berjeritan d
an bersiap hendak lari, tetapi kaki mereka itu tak dapat lagi diangkatnya,
sebab sudah kaku karena ketakutan”.
2. Sedih
Sedih, seperti yang tercantum dalam kutipan “Permintaan itu dikabulkan
oleh mereka itu. Pak Midun berkatabdengan air mata berlinang-linang, k
atanya, “baik-baik engkau di negeri orang, Midun! “.
3. Bahagia
seperti yang tercantum dalam kutipan “Mendengar perkataan itu hampir t
idak dapat Midun menjawab, karena sangat girang hatinya mendengar ka
bar itu”.
4. Alur
Alur yang terdapat dalam cerita “Sengsara Me
mbawa Nikmat” menggunakan alur maju atau
progresif.
5. Sudut Pandang
Sudut pandang pengarang dalam novel “Sengsara Membawa
Nikmat” menggunakan sudut pandang pengarang sebagai ora
ng ketiga serba tahu yaitu dengan menggunakan kata “Dia, Ia
dan Nama Orang”, misalnya Midun, Maun, Pak Midun, Hali
mah, dll. Hal ini bisa kita lihat pada kutipan berikut

“Memang Midun seorang muda yang sangat digemari orang


di kampungnya”.

“ia tinggi hati, sombong, dan congkak…. Adat sopan santun


sedikit pun tak ada pada Kacak”.
6. Gaya Bahasa
Pengarang dalam mengungkapkan gagasannya menggunakan
gaya bahasa yang indah, sederhana, dan ada beberapa gagasa
n yang diungkapkan dengan menggunakan bahasa Minangkab
au dan beberapa kalimat yang bermajas serta peribahasa.
7. Pesan Dan Amanat
pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang novel yang ber
judul “Sengsara Membawa Nikmat” ini yaitu ketika kita menj
alani kehidupan pasti ada saatnya dimana kita mendapatkan u
jian atau cobaan dai ALLAH SWT namun ketika mendapat co
baan kita harus bersabar dan menerimanya dengan ikhlas, kar
ena nikmat kehidupan pasti akan kita dapatkan dan tidak bole
h menyerah dengan keadaan kita dan terus berjuang agar kehi
dupan kita enjadi lebih baik lagi, seperti tokoh yang bernama
“Midun” ketika hidup Ia penuh dengan ujian yang bertubi-tub
i, dari sebuah kesengsaraan hingga berujung sebuah kenikmat
an.
Unsur Ekstrinsik
1. Pengarang
Tulis Sutan Sati dilahirkan di Bukittinggi, Padang pada tahun
1898 dan meninggal pada tahun 1942. Karyanya banyak yang
diangkat dari kehidupan sosial masyarakat Minangkabau. Te
ma yang terdapat di dalam karyanya juga menyentuh tentang
masyarakat Minangkabau. Novel-novel yang dikarang oleh be
liau ialah Sengsara Membawa Nikmat(1928). Memutuskan Pe
rtalian(1932),Tidak Membalas Guna(1932), dan Tak Disangk
a(1932). Novel Sengsara Membawa Nikmat dianggap karya y
ang paling bernilai dari karya Tulis Sutan Sati.
2. Pendidikan Pengarang
Riwayat pendidikan pengarang tidak diketahui karena peng
arang kurang diberi penekanan oleh para ahli sastra Indonesi
a, sehingga data-data pengarang kurang terperinci. Semasa hi
dupnya, Tulis Sutan Sati pernah menjadi guru. Kemampuan
mengarangnya kian terasah ketika ia menjadi salah sat redakt
ur di penerbitan, ketika itu milik Belanda, Balai Pustaka.
3. Penerbit
Novel ini pertama kali diterbitkan oleh Balai Pustaka pada tah
un 1928. Walaupun merupakan sastra lama, cerita yang tersaji
begitu memikat para pecinta sastra sehingga tak mengheranka
n jika novel ini mengalami cetak ulang yang kedua puluh pad
a tahun 2010. Novel ini adalah salah satu karya sastra yang m
emperkaya horison sastra Indonesia pada zamannya.
4. Latar Belakang Pengarang

a. Nilai Agama
Pengarang berasal dari keluarga muslim, sehingga pengaran
g menuangkan gagasannya dengan perwatakan/penokohan to
koh seorang Midun dan keluarganya yang sangat alim dan taa
t beragama. Terbukti bahwa “Midun” adalah seorang yang taa
t beragama dan suka mengajar mengaji.
Thank you!

Anda mungkin juga menyukai