1.Badriyah Agpriyani
2. Elka Kaolah
3. Lika Komalia
4. Nur Wulanjannah
5. Shella Oktaviani
6. Tri Nurwulandari
Kelas 12 IPA 5
Munculnya periode 70-an karena adanya pergeseran sikap berpikir dan bertindak
dalam menghasilkan wawasan estetik dalam menghasilkan karya sastra bercorak
baru baik di bidang puisi, prosa maupun drama. Pergeseran ini mulai kelihatan
setelah gagalnya kudeta G 30 S/PKI. Abdul Hadi W.M. dan damai Toda menamai
sastra Indonesia modern pada tahun 1970-an dengan sastra periode 70-an. Korrie
Layuan Rampan cenderung menamai Sastra Indonesia sesudah angkatan ‘45
dengan nama angkatan ‘80. Perbedaan esensial antara kedua versi tersebut
hanyalah pemberian nama saja, karena keduanya memiliki persamaan, yaitu:
a. Keduanya tidak mengakui adanya angkatan ‘66 yang dicetuskan oleh HB.
Jassin.
b. Keduanya meyakini adanya pergeseran wawasan estetik sesudah angkatan ’45.
c. Keduanya memiliki persamaan pandangan tentang tokoh-tokoh pembaruan
Sastra Indonesia Modern sesudah angkatan ’45.
Dalam periode 70-an pengarang berusaha melakukan eksperimen untuk
mencoba batas-batas beberapa kemungkinan bentuk, baik prosa, puisi, maupun
drama semakin tidak jelas. Misalnya, prosa dalam bentuk cerpen, pengarang
sudah berani membuat cerpen dengan panjang 1-2 kalimat saja sehingga terlihat
seperti bentuk sajak. Dalam bidang drama mereka mulia menulis dan
mempertunjukkan drama yang absurd atau tidak masuk akal. Sedangkan dalam
bidang puisi mulai ada puisi kontemporer atau puisi selindro.
Periode 70-an telah memperlihatkan pembaharuan dalam berbagai bidang,
antara lain : wawasan estetik, pandangan, sikap hidup, dan orientasi budaya. Para
sastrawan tidak mengabaikan sesuatu yang bersifat tradisional bahkan berusahan
untuk menjadikannya sebagai titik tolak dalam menghasilkan karya sastra modern.
Konsepsi improvisasi dalam karya sastra dipahami oleh Putu Wijaya. Ia
mengatakan bahwa sebuah novel hanyalah cerita pendek yang disambung,
sehingga yang muncul di dalam penulisan suatu karya sastra adalah faktor ketiba-
tibaan. Sebuah novel, drama, atau cerita pendek ditulis dengan tiba-tiba karena
pada saat menulis berbagai ide yang datang dimasukkan ke dalam ide pokok.
Unsur tiba-tiba seperti ini yang disebut dengan uncur improvisasi.
Perkembangan sastra Indonesia periode 70-an maju pesat, karena banyak
penerbitan yang muncul dan bebas menampilkan hasil karyanya dalam berbagai
bentuk. Sutardji menampilkan corak baru dalam kesusastraan Indonesia di bidang
puisi. Alasan tersebut menyebabkaan Sutardji dianggap salah satu tokoh periode
70-an dalam sastra Indonesia. Pada tahun 1979 Sutardji menerima hadiah sastra
dari ASEAN.
Sutardji Calzoum Bachri dalam puisinya cenderung membebaskan kata
dalam membangkitkan kembali wawasan estetik mantra, yakni wawasan estetik
yang sangat menekankan pada magic kata-kata, serta melahirkannya dalam wujud
improvisasi. Hal itu nyata bila diperhatikan sikap puisinya berjudul Kredo Puisi
yang ditulis di Bandung tanggal 30 Maret 1973 dan dimuat di majalah Horison
bulan Desember 1974.
Angkatan 40 istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Dami N. Toda dalam
kertas kerjanya “Peta-Peta Perpuisian Indonesia 1970-an Dalam Sketsa” yang
diajukan dalam diskusi sastra memperingati ulang tahun ke-5 Majalah Tifa Sastra
di Fakultas Sastra UI (25 Mei 1977). Kertas kerja ini kemudian dimuat dalam
Majalah Budaya Jaya (September 1977) dan dalam Satyagraha Hoerip (ed) Semua
Masalah Sastra (1982).
Menurut Dami, angkatan 70 dimulai dengan novel-novel Iwan Simatupang,
yang jelas punya wawasan estetika novel tersendiri; lalu teaternya Rendra serta
puisinya “Khotbah” dan “Nyayian Angsa”, juga semakin nyata dalam wawasan
estetika perpuisian Sutarji Calzoum Bachri, dan cerpen-cerpen dari Danarto,
seperti “Godlob”, “Rintik”, dan sebagainya.
3) Hamid Jabbar
Karangannya:
a. Paco-paco (kumpulan sajak, 1974)
b. Dua Warna (kumpulan sajak Bersama Upita Agustina, 1975)
4) Toen Herarti
Karangannya:
a. Sajak-sajak 33 (kumpulan sajak, 1973)
5) Putu Arya Tirtawirya
Karangannya:
a. Pasir putih pasir laut (kumpulan cerpen, 1973)
b. Nama saya ari ( novel, 1976)
c. Malam pengantin (kumpulan cerpen, 1974)
d. Pan balang tamak (cerita anak-anak, 1972)
6) Linus Suryadi
Karangannya:
a. Langit kelabu (kumpulan sajak, 1976)
b. Perang troya (cerita anak-anak, 1977)
7) Arswendo Atmowiloto
Karangannya:
a. Penantang tuhan (drama, 1972)
b. Bayang-bayang bauri ( drama, 1972)
c. Surat dengan sampul putih (kumpulan cerpen, 1978)
2) Putu Wijaya
Karangannya:
a. Bila malam bertambah malam (novel, 1971)
b. Dadaku adalah perisaiku (kumpulan sajak, 1974)
c. Tak cukup sedih (novel, 1977)
3) Kuntowijoyo
Karangannya:
a. Tidak ada waktu untuk nyonya Fatma, berada dan cartas ( drama,
1972)
b. Isyarat (kumpulan sajak, 1976)
c. Pasar (novel, 1972)
4) Budi darma
Karangannya:
a. Orang-orang bloongminton (kumpulan, cerpen, 1980)
b. Olenka (novel, 1983)
5) Ibrahim Sattah
Karangannya:
a. Daudandit (kumpulan sajak, 1975)
b. Ibrahim (kumpulan sajak, 1980)
6) Adri Darmadji Woko
Karangannya:
a. Boneka mainan ( kumpulan sajak, 1985)
7) Darmanto Jatman
Karangannya:
a. Bangsal (kumpulan sajak, 1975)
8) Yudhistira Ardi Noegraha
Karangannya:
a. Arjuna mencari cinta (novel, 1977)
b. Penjarakan aku dalam hatimu (kumpulan cerpen 1979)
b) Struktur Temantik
a. Protes terhadap kepincangan masyarakat pada awal industrialisasi.
b. Kesadaran bahwa aspek manusia merupakan subjek dan bukan objek
pembangunan.
c. Banyak mengungkapkan kehidupan batin religius dan cenderung
mistis.
d. Cerita dan pelukisnya bersifat alegoris atau parable.
e. Perjuangan hak-hak asasi manusia, kebebasan, persamaan,
pemerataan, dan terhindar dari pencemaran teknologi modern.
f. Kritik sosial terhadap si kuat yang bertindak sewenang-wenang
terhadap mereka yang lemah, dan kritik tentang penyelewengan.
b) Struktur Tematik
1) sosial: politik, kemiskinan, dan lain-lain
2) kejiwaan
3) metafisik.
Pada periode ini tercatat beberapa periswa penting, antara lain seperti
berikut ini:
1. Pada tahun 1970 H.B Jassin diadili. Majalah yang dipimpinnya dituduh
memuat cerita pendek yang menghina agama islam
2. Tahun 1973 penyair Sutarji Calzoum Bachri mngumumkan kredo puisiny. Masih
pada tahun ini muncul itilah “aliran” Rawangan dari M.S. Hutagalung.
3. Pada bulan September tahun 1974 diselenggarakan “Pengadilan” DI Bandung.
Masih pada bulan September diselenggarkan “Jawaban Atas Pengadilan Puisi”
yang dilangsungkan di Jakarta.
4. Pada tahun 1975 diselenggarakan Diskusi Besar Cerita Pendek Indonesia,
diadakan di Bandung.
5. Tahun 1977 munculistilah Angkatan 70, dilontarkan oleh Damin N. Toda.
6. Tahun 1980 novel Bumi Manusia dan Anak Semua Bangsa karangan
Pramoedya Ananta Toer dilarang oleh Pemerintah. Demikian pula untuk
novel-novel lainnya (1985, 1987, 1988).
7. Pada bulan Agustus tahun 1982 diadakan seminar Peranan Sastra dalam
perubahan Masyarakat, diselenggarakan di Jakarta.
8. Pada tahun 1898 muncul masalah “sastra kontekstual” serta jadi topik diskusi.