DAFTAR ISI
COVER
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.1Pengertian ASI Eksklusif
2.2 Pengelompokan ASI Eksklusif
2.3 Manfaat ASI Eksklusif
2.4 Fisiologi Pengeluaran ASI Eksklusif
2.5 Keunggulan ASI dari pada Susu Formula
2.6 Cara Menyimpan ASI yang Benar
2.7 Faktor yang Pengaruhi Ketidakberhasilan ASI Eksklusif
2.8 Cara Pemberian ASI yang Benar
2.9 Cara Memerah ASI Eksklusif
2.10 Cara Pemberian ASI Perah
2.11 Tips pemberian ASI Melalui Cup
2.12 Perbedaan ASI dengan Susu Formula
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN
SARAN
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
1.4 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka rumusan
masalah dalam penulisan ini adalah bagaimana pemberian ASI secara
eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan dan faktor-faktor apa yang mempengaruhi
pemberian ASI Eksklusif.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
1. Pemahaman suami yang berprofesi sebagai tenaga kesehatan tentang
pengertian ASI esksklusif lebih baik bila dibandingkan dengan suami
yang berprofesi bukan tenaga kesehatan. Namun untuk pemahaman
tentang manfaat ASI eksklusif, suami yang berprofesi tenaga
kesehatan dan suami yang berprofesi bukan tenaga kesehatan sama-
sama mempunyai pemahaman yang baik.
2. Peran suami dalam memotivasi istri yaitu melalui dukungan secara
emosional, kata-kata yang memberi semangat istri agar tetap
menyusui. Selain itu suami juga menyarankan istri agar dapat
menyusui secara eksklusif. Kurangnya dukungan suami secara verbal
mempengaruhi kegagalan ASI eksklusif.
3. Peran suami dalam mendukung istri selama menyusui yaitu dengan
dukungan fisik berupa mencari informasi seputar ASI, memperhatikan
asupan makan istri, membantu pekerjaan rumah tangga dan membantu
merawat anak. Dengan adanya bantuan tersebut suami sama halnya
dengan memberi kesempatan kepada istri untuk menyusui.
4. Masalah yang terjadi selama istri meyusui antara lain ASI kurang
lancar, payudara nyeri, putting susu lecet, tidak tahu bagaimana cara
memerah ASI, dan istri yang kembali bekerja sehingga tidak dapat
menyusui. seluruh suami memerikan bantuan secara fisik, namun
sebagian besar suami non tenaga kesehatan yang anaknya gagal
mendapatkan ASI eksklusif kurang memberikan dukungan agar tetap
menyusui dan menyerahkan keputusan kepada istri.
5. Pemberian pengertian kepada anggota keluarga tentang makanan yang
tepat untuk bayi dibawah 6 bulan akan membuat seluruh anggota
keluarga bertanggung jawab dalam proses ASI eksklusif. Selain itu
kurangnya komitmen akan berpengaruh pada anjuran pemberian susu
formula sebelum bayi berusia 6 bulan.
6. Adanya dukungan dari suami, kerjasama suami istri, dan manajemen
memberikan ASI perah yang baik apabila istri bekerja akan
mempengaruhi keberhasilan pemberian ASI secara eksklusif. Apabila
seorang suami tidak mampu melakukan hal tersebut, disaat istri
mengalami masalah menyusui maka keputusan yang diambil adalah
memberikan susu formula. Selain itu tempat kerja harus mendukung
ibu menyusui dengan cara menyediakan fasilitas laktasi yang layak.
B. Saran
1. Perlu adanya sosialisasi tentang ASI eksklusif terutama kepada suami
agar pemahaman suami tentang ASI baik sehingga dapat memberikan
arahan yang baik kepada istri selama menyusui.
2. Suami harus lebih aktif dalam memberikan dukungan emosional yaitu
melalui kata-kata kepada istri untuk selalu menumbuhkan semangat
istri agar tetap menyusui, selain itu suami harus lebih mempunyai
komitmen sehingga dapat menganjurkan pemberian ASI eksklusif saat
istri mengalami masalah selama menyusui. Apabila seorang suami
selalu mendukung istri dengan tindakan fisik saja namun tidak
diimbangi dengan kata-kata penyemangat proses menyusui akan
gagal karena istri menganggap suami tidak mengharuskan istri untuk
menyusui bayi secara eksklusif.
3. Dukungan secara fisik harus tetap diberikan kepada istri selama
menyusui yaitu bisa dengan mencari informasi seputar ASI eksklusif,
memperhatikan asupan makan istri selama menyusui, membantu istri
dalam melakukan pekerjaan rumah tangga dan membantu merawat
anak terutama saat istri menyusui. Dengan adanya dukungan suami
tersebut diharapkan akan melancarkan proses menyusui karena akan
meringankan pekerjaan istri sehari-hari.
4. Perlu adanya tindakan atau keterlibatan yang lebih dari suami saat istri
mengalami masalah selama menyusui sehingga istri merasa tidak
menghadapi masalah tersebut sendirian. Suami harus lebih aktif
bertanya kepada istri untuk mengetahui apa yang sebenarnya
dibutuhkan.
5. Perlu adanya dorongan yang lebih besar dari suami untuk istri yang
menyusui sambil bekerja agar proses menyusui secara eksklusif tidak
gagal, selain membantu istri tetap memberikan ASI saja kepada bayi
suami harus berusaha menyampaikan keinginannya agar bayinya tetap
memperoleh ASI eksklusif sehingga istri merasa lebih bersemangat
dalam menyusui walaupun harus bekerja.
6. Suami harus mampu mengatasi masalah apabila ada anjuran dari
orang lain agar bayinya mendapat susu formula sebelum usia 6 bulan
mungkin dengan memperikan pengertian bahwa makanan yang tepat
untuk bayi dibawah 6 bulan hanya ASI, selain itu suami juga harus
mempunyai komitmen yang tinggi sehingga ditengah proses menyusui
tidak mengikuti anjuran tersebut.
7. Untuk tempat kerja seharusnya menyediakan ruangan atau fasilitas
laktasi yang layak bagi ibu menyusui yang bekerja sehingga
pemberian ASI eksklusif dapat berjalan dengan lancar. Sesuai dengan
Peraturan PERMENKES no. 15 tahun 2013 pasal 9 ayat 3 yaitu, setiap
tempat kerja dan tempat saranan tempat umum harus menyediakan
saranan dan prasana Ruang ASI sesuai dengan standar minimal dan
sesuai kebutuhan.
8. Selain itu seharusnya tempat kerja harus memberi kesempatan kepada
ibu menyusui untuk dapat menyusui atau memerah ASI di tempat
kerja. Sesuai dengan Peraturan PERMENKES no. 15 tahun 2013 pasal
6 ayat 1, setiap pengurus tempat kerja dan penyelenggara tempat
sarana unum harus memberikan kesempatan bagi ibu yang bekerja di
dalam ruangan dan/atau di uar ruanagan untuk menyusui dan/atau
memerah ASI pada waktu kerja di tempat kerja.
9. Untuk penelitian selanjutnya perlu adanya variasi tenaga kerja
misalnya dokter, perawat, apoteker, ahli gizi, sanitarian, penyuluh
kesehatan agar informasi yang didapat lebih heterogen dan
mengetahui apakah semua
tenaga kesehatan melakukan upaya kesehatan dengan baik.