Anda di halaman 1dari 38

DI SUSUN OLEH :

DAFTAR ISI

COVER
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.1Pengertian ASI Eksklusif
2.2 Pengelompokan ASI Eksklusif
2.3 Manfaat ASI Eksklusif
2.4 Fisiologi Pengeluaran ASI Eksklusif
2.5 Keunggulan ASI dari pada Susu Formula
2.6 Cara Menyimpan ASI yang Benar
2.7 Faktor yang Pengaruhi Ketidakberhasilan ASI Eksklusif
2.8 Cara Pemberian ASI yang Benar
2.9 Cara Memerah ASI Eksklusif
2.10 Cara Pemberian ASI Perah
2.11 Tips pemberian ASI Melalui Cup
2.12 Perbedaan ASI dengan Susu Formula
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN
SARAN
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pertumbuhan dan perkembangan bayi sebagian besar ditentukan oleh
jumlah ASI yang diperoleh termasuk energi dan zat gizi lainnya yang
terkandung di dalam ASI. Namun, banyak ibu yang mengganti ASI dengan
susu formula. Padahal hal itu sangatlah tidak baik untuk seorang bayi. Bayi
umumnya diberikan ASI hingga berusia enam bulan, setelah itu ASI hanya
berfungsi sebagai sumber protein, vitamin, dan mineral yang utama bagi bayi.
Air susu ibu (ASI) adalah makanan terbaik bagi bayi sampai usia 6 bulan.
World Health Organization (WHO) mengeluarkan rekomendasi tentang
pemberian ASI eksklusif (bayi hanya diberikan ASI tanpa cairan atau
makanan lain, kecuali suplemen vitamin, mineral, dan atau obat-obatan untuk
keperluan medis) sampai bayi berusia 6 bulan, dan dilanjutkan pemberian
ASI sampai dua tahun pertama kehidupannya.
Hasil rapid assesment Kementerian Kesehatan Tahun 2011, menemukan
banyak rumah sakit pemerintah dan swasta yang menerima sponsor dan
hadiah dari perusahaan susu formula, hal ini tentunya melemahkan upaya
peningkatan cakupan keberhasilan ASI eksklusif di Indonesia. Keberhasilan
pemberian ASI eksklusif secara nasional hanya 33,6%, dan 35% menurut
WHO Global Data Bank 2012, sehingga peran aktif dari seluruh lapisan
masyarakat mutlak diperlukan untuk meningkatkan keberhasilan promosi ASI
eksklusif di Indonesia.
Di Asia Tenggara capaian ASI eksklusif menunjukan angka yang tidak
banyak perbedaan. Sebagai perbandingan, cakupan ASI Eksklusif di India
sudah mencapai 46%, di Philippines 34%, di Vietnam 27% dan di Myanmar
24% Secara nasional cakupan pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif 0–
bulan di Indonesia berfluktuasi dalam empat tahun terakhir, menurut data
Susenas cakupan ASI Eksklusif sebesar 34,3% pada tahun 2009 , tahun2010
menunjukkan bahwa baru 33,6% bayi kita mendapatkan ASI, tahun 2011
angka itu naik menjadi 42%. Dari data Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia Tahun 2012 (SDKI 2012) menunjukkan bahwa sebanyak 27 % bayi
di Indonesia mendapatkan ASI eksklusif sampai dengan umur 4-5 bulan.
Sedangkan Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013 (Riskesdas 2013)
mendapatkan 30,2% bayi 0-6 bulan mendapatkan ASI saja pada 24 jam
terakhir.
Setelah diteliti lebih mendalam ternyata faktor penyebab utama terjadinya
kematian pada bayi baru lahir dan balita adalah penurunan angka pemberian
inisiasi menyusui dini dan ASI eksklusif . Di Jakarta, durasi rata-rata
pemberian ASI eksklusif hanya berlangsung selama 18 hari. Di Jakarta utara
hanya sekitar 17,9 % bayi baru lahir yang diberi IMD dalam 1 jam pertama
persalinan dan hanya sekitar 28% bayi dibawah 6 bulan yang diberi ASI
eksklusif (Wahana, 2007).

1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
1.4 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka rumusan
masalah dalam penulisan ini adalah bagaimana pemberian ASI secara
eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan dan faktor-faktor apa yang mempengaruhi
pemberian ASI Eksklusif.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian ASI Eksklusif


Asi Eklusif Adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman
pendamping (termasuk air jeruk, madu, air, gula), yang dimulai sejak bayi
baru lahir sampai dengan usia 6 bulan (Sulityawati:2009)
Sedangkan menurut (Dwi Sunar Prasetyono:2009) sesungguhnya yang
dimaksud dengan pemberian ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI
selama 6 bulan tanpa tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk,
madu, air teh, dan air putih, serta tanpa tambahan makanan padat, seperti
pisang, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan nasi tim, kecuali vitamin,
mineral, dan obat.
ASI eksklusif atau lebih tepat pemberian ASI secara eksklusif adalah
bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula,
jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti
pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim (Roesli U, 2005).

2.2 Pengelompokan Asi


1. ASI stadium I
ASI stadium I adalah kolostrum. Kolostrum merupakan cairan
yang pertama disekresi oleh kelenjar payudara dari hari ke 1 sampai
hari ke 4. Kolostrum berwarna kuning keemasan disebabkan oleh
tingginya komposisi lemak dan sel-sel hidup. Kolostrum merupakan
p encahar (pembersih usus bayi) yang membersihkan mekonium
sehingga mukosa usus bayi yang baru lahir segera bersih dan siap
menerima ASI.
2. ASI stadium II
ASI stadium II adalah ASI peralihan. ASI ini diproduksi pada hari
ke 4 sampai hari ke 10. Komposisi protein makin rendah, sedangkan
lemak dan hidrat arang makin tinggi dan jumlah volume ASI
semakin meningkat.
3. ASI stadium III
ASI stadium III adalah ASI matur. ASI yang disekresi dari hari ke
10 sampai seterusnya. ASI matur merupakan nutrisi bayi yang terus
berubah disesuaikan dengan perkembangan bayi sampai berumur 6
bulan (Purwanti: 2004)

2.3 Manfaat ASI Eksklusif


 Manfaat ASI untuk bayi :
1. Pemberian ASI merupakan metode pemberian makan bayi yang
terbaik, terutama pada bayi umur kurang dari 6 bulan, selain juga
bermanfaat bagi ibu. ASI mengandung semua zat gizi dan cairan yang
dibutuhkan untuk memenuhi seluruh gizi bayi pada 6 bulan pertama
kehidupannya.
2. Pada umur 6 sampai 12 bulan, ASI masih merupakan makanan utama
bayi, karena mengandung lebih dari 60% kebutuhan bayi. Guna
memenuhi semua kebutuhan bayi, perlu ditambah dengan Makanan
Pendamping ASI (MP-ASI).
3. Setelah umur 1 tahun, meskipun ASI hanya bisa memenuhi 30% dari
kebutuhan bayi, akan tetapi pemberian ASI tetap dianjurkan karena
masih memberikan manfaat.
4. ASI disesuaikan secara unik bagi bayi manusia, seperti halnya susu
sapi adalah yang terbaik untuk sapi
5. Komposisi ASI ideal untuk bayi
6. Dokter sepakat bahwa ASI mengurangi resiko infeksi lambung-usus,
sembelit, dan alergi.
7. Bayi ASI memiliki kekebalan lebih tinggi terhadap penyakit.
Contohnya, ketika si ibu tertular penyakit (misalnya melalui makanan
seperti gastroentretis atau polio), antibodi sang ibu terhadap penyakit
tersebut diteruskan kepada bayi melalui ASI
8. Bayi ASI lebih bisa menghadapi efek kuning (jaundice). Level
bilirubin dalam darah bayi banyak berkurang seiring dengan
diberikannya kolostrum dan mengatasi kekuningan, asalkan bayi
tersebut disusui sesering mungkin dan tanpa pengganti ASI.
9. ASI selalu siap sedia setiap saat bayi menginginkannya, selalu dalam
keadaan steril dan suhu susu yang pas .
10. Dengan adanya kontak mata dan badan, pemberian ASI juga
memberikan kedekatan antara ibu dan anak. Bayi merasa aman,
nyaman dan terlindungi, dan ini mempengaruhi kemapanan emosi si
anak di masa depan.
11. Apabila bayi sakit, ASI adalah makanan yang terbaik untuk diberikan
karena sangat mudah dicerna. Bayi akan lebih cepat sembuh.
12. Bayi prematur lebih cepat tumbuh apabila mereka diberikan ASI
perah. Komposisi ASI akan teradaptasi sesuai dengan kebutuhan bayi,
dan ASI bermanfaat untuk menaikkan berat badan dan menumbuhkan
sel otak pada bayi prematur.
13. Beberapa penyakin lebih jarang muncul pada bayi ASI, di antaranya:
kolik, SIDS (kematian mendadak pada bayi), eksim, Chron’s disease,
dan Ulcerative Colitis.
14. IQ pada bayi ASI lebih tinggi 7-9 point daripada IQ bayi non-ASI.
Menurut penelitian pada tahun 1997, kepandaian anak yang minum
ASI pada usia 9 1/2 tahun mencapai 12,9 poin lebih tinggi daripada
anak-anak yang minum susu formula.
Menyusui bukanlah sekadar memberi makan, tapi juga mendidik anak.
Sambil menyusui, eluslah si bayi dan dekaplah dengan hangat. Tindakan
ini sudah dapat menimbulkan rasa aman pada bayi, sehingga kelak ia akan
memiliki tingkat emosi dan spiritual yang tinggi. Ini menjadi dasar bagi
pertumbuhan manusia menuju sumber daya manusia yang baik dan lebih
mudah untuk menyayangi orang lain.
Ketika bayi berusia 0-6 bulan, ASI bertindak sebagai makanan utama
bayi, karena mengandung lebih dari 60% kebutuhan bayi, ASI memang
terbaik untuk bayi manusia sebagaimana susu sapi yang terbaik untuk bayi
sapi, ASI merupakan komposisi makanan ideal untuk bayi, pemberian ASI
dapat mengurangi resiko infeksi lambung dan usus, sembelit serta alergi,
bayi yang diberi ASI lebih kebal terhadap penyakit dari pada bayi yang
tidak mendapatkan ASI, bayi yang diberi ASI lebih mampu menghadapi
efek penyakit kuning, pemberian ASI dapat semakin mendekatkan
hubungan ibu dengan bayinya.
Hal ini akan berpengaruh terhadap kemapanan emosinya di masa
depan, apabila bayi sakit, ASI merupakan makanan yang tepat bagi bayi
karena mudah dicerna dan dapat mempercepat penyembuhan, pada bayi
prematur, ASI dapat menaikkan berat badan secara cepat dan mempercepat
pertumbuhan sel otak, tingkat kecerdasan bayi yang diberi ASI lebih tinggi
7-9 poin dibandingkan bayi yang tidak diberi ASI ( Roesli, 2000 )

 Manfaat ASI Eksklusif untuk Ibu menyusui


1. Hisapan bayi membantu rahim menciut, mempercepat kondisi ibu
untuk kembali ke masa pra-kehamilan dan mengurangi risiko
perdarahan .
2. Lemak di sekitar panggul dan paha yang ditimbun pada masa
kehamilan pindah ke dalam ASI, sehingga ibu lebih cepat langsing
kembali .
3. Penelitian menunjukkan bahwa ibu yang menyusui memiliki resiko
lebih rendah terhadap kanker rahim dan kanker payudara.
4. ASI lebih hemat waktu karena tidak usah menyiapkan dan
mensterilkan botol susu, dot.
5. ASI lebih praktis karena ibu bisa jalan-jalan ke luar rumah tanpa harus
membawa banyak perlengkapan seperti botol, kaleng susu formula, air
panas.
6. ASI lebih murah, karena tidak usah selalu membeli susu kaleng dan
perlengkapannya
7. ASI selalu bebas kuman, sementara campuran susu formula belum
tentu steril.
8. Penelitian medis juga menunjukkan bahwa wanita yang menyusui
bayinya mendapat manfaat fisik dan manfaat emosional.
9. ASI tak bakalan basi. ASI selalu diproduksi oleh pabriknya di wilayah
payudara. Bila gudang ASI telah kosong. ASI yang tidak dikeluarkan
akan diserap kembali oleh tubuh ibu. Jadi, ASI dalam payudara tak
pernah basi dan ibu tak perlu memerah dan membuang ASI-nya
sebelum menyusui.
Isapan bayi dapat membuat rahim menciut, mempercepat kondisi ibu
untuk kembali ke masa prakehamilan, serta mengurangi resiko
perdarahan, lemak yang ditimbun di sekitar panggul dan paha pada masa
kehamilan akan berpindah ke dalam ASI, sehingga ibu lebih cepat
langsing kembali, resiko terkena kanker rahim dan kanker payudara pada
ibu yang menyusui bayi lebih rendah dari pada ibu yang tidak menyusui,
menyusui bayi lebih menghemat waktu, karena ibu tidak perlu
menyiapkan botol dan mensterilkannya.
ASI lebih praktis lantaran ibu bisa berjalan-jalan tanpa membawa
perlengkapan lain, ASI lebih murah dari pada susu formula, ASI selalu
steril dan bebas kuman sehingga aman untuk ibu dan bayinya, ibu dapat
memperoleh manfaat fisik dan emotional ( Dwi Sunar, 2009 ).

 Manfaat ASI Eksklusif untuk Keluarga dan Negara Untuk


Keluarga :
1. Tidak perlu uang untuk membeli susu formula, botol susu kayu bakar
atau minyak untuk merebus air, susu atau peralatan.
2. Bayi sehat berarti keluarga mengeluarkan biaya lebih sedikit (hemat)
dalam perawatan kesehatan dan berkurangnya kekhawatiran bayi akan
sakit.
3. Penjarangan kelahiran karena efek kontrasepsi LAM dari ASI
eksklusif.
4. Menghemat waktu keluarga bila bayi lebih sehat.
5. Memberikan ASI pada bayi (meneteki) berarti hemat tenaga bagi
keluarga sebab ASI selalu siap tersedia.
6. Lebih praktis saat akan bepergian, tidak perlu membawa botol, susu,
air panas, dll.
Tidak perlu menghabiskan banyak uang untuk membeli susu formula,
botol susu, serta peralatan lainnya, jika bayi sehat, berarti keluarga
mengeluarkan lebih sedikit biaya guna perawatan kesehatan, penjarangan
kelahiran lantaran efek kontrasepsi dari ASI eksklusif, jika bayi sehat
berarti menghemat waktu keluarga, menghemat tenaga keluarga karena
ASI selalu tersedia setiap saat, keluarga tidak perlu repot membawa
berbagai peralatan susu ketika bepergian ( Roesli, 2005 ).

 Untuk Masyarakat dan Negara :


1. Menghemat devisa negara karena tidak perlu mengimpor susu formula
dan peralatan lain untuk persiapannya.
2. Bayi sehat membuat negara lebih sehat.
3. Terjadi penghematan pada sektor kesehatan karena jumlah bayi sakit
lebih sedikit.
4. Memperbaiki kelangsungan hidup anak dengan menurunkan
kematian.
5. Melindungi lingkungan karena tak ada pohon yang digunakan sebagai
kayu bakar untuk merebus air, susu dan peralatannya.
ASI adalah sumber daya yang terus menerus diproduksi dan baru.
Menghemat devisa negara karena tidak perlu mengimpor susu formula dan
peralatan lainnya, bayi sehat membuat negara lebih sehat, penghematan
pada sektor kesehatan, karena jumlah bayi yang sakit hanya sedikit,
memperbaiki kelangsungan hidup anak karena dapat menurunkan angka
kematian, ASI merupakan sumber daya yang terus-menerus di produksi
(Dwi Sunar, 2009 )
2.4 Fisiologi Pengeluaran Asi Eksklusif
Setelah persalinan, plasenta terlepas. Dengan terlepasnya plasenta,
maka produksi hormon esterogen dan progesteron ber-kurang. Pada hari
kedua atau ketiga setelah persalinan, kadar esterogen dan progesteron turun
drastis sedangkan kadar prolaktin tetap tinggi sehingga mulai terjadi sekresi
ASI. Saat bayi mulai menyusu, rangsangan isapan bayi pada puting susu
menyebabkan prolaktin dikeluarkan dari hipofise sehingga sekresi ASI
semakin lancar.
Pada masa laktasi terdapat refleks pada ibu dan refleks pada bayi.
Refleks yang terjadi pada ibu adalah:
1. Refleks prolaktin
Rangsangan dan isapan bayi melalui serabut syaraf memicu
kelenjar hipofise bagian depan untuk mengeluarkan hormon
proaktin ke dalam peredaran darah yang menye-babkan sel
kelenjar mengeluarkan ASI. Semakin sering bayi menghisap
semakin banyak hormon prolaktin dikeluarkan oleh kelenjar
hipofise. Akibatnya makin banyak ASI dipro-duksi oleh sel
kelenjar. Sebaliknya berkurangnya isapan bayi menyebabkan
produksi ASI berkurang, mekanisme ini disebut supply and
demand.
2. Refleks oksitosin (let down reflex)
Rangsangan isapan bayi melalui serabut saraf, memacu
hipofise bagian belakang untuk mensekresi hormon oksitosin ke
dalam darah. Oksitosin ini menyebabkan sel – sel myopytel
yang mengelilingi alveoli dan duktuli berkon-traksi, sehingga
ASI mengalir dari alveoli ke duktuli menuju sinus dan puting.
Dengan demikian sering menyusu baik dan penting untuk
pengosongan payudara agar tidak terjadi engorgement
(pembengkakan payudara), tetapi sebaliknya memperlancar
pengeluaran ASI.
Oksitosin juga merangsang otot rahim berkontraksi
sehingga mempercepat terlepasnya plasenta dari dinding rahim
dan mengurangi perdarahan setelah persalinan. Let down reflex
dipengaruhi oleh emosi ibu, rasa khawatir, rasa sakit dan kurang
percaya diri.
Sedangkan untuk refleks pada bayi adalah:
a. Refleks mencari puting (rooting reflex)
Bila pipi atau bibir bayi disentuh, maka bayi akan
menoleh ke arah sentuhan, membuka mulutnya dan beru-
saha untuk mencari puting untuk menyusu. Lidah keluar
dan melengkung mengangkap puting dan areola.
b. Refleks menghisap (sucking reflex)
Refleks terjadi karena rangsangan puting susu pada
palatum durum bayi bila areola masuk ke dalam mulut bayi.
Gusi bayi menekan areola, lidah dan langit – langit
sehingga menekan sinus laktiferus yang berada di bawah
areola. Kemudian terjadi gerakan peristaltik yang
mengeluarkan ASI dari payudara masuk ke dalam mulut
bayi.
c. Refleks menelan (swallowing reflex)
ASI dalam mulut bayi menyebabkan gerakan otot
menelan.
2.5 Keunggulan ASI dari pada Susu Formula
PERBEDAAN ASI SUSU FORMULA
Komposisi ASI mengandung zat-zat gizi, Tidak seluruh zat gizi yang terkandung
antara lain:faktor pembentuk di dalamnya dapat diserap oleh tubuh
sel-sel otak, terutama DHA, bayi. Misalnya, protein susu sapi tidak
dalam kadar tinggi. ASI juga mudah diserap karena mengandung lebih
mengandung whey (protein banyak casein. Perbandingan whey:
utama dari susu yang berbentuk casein susu sapi adalah 20:80
cair) lebih banyak daripada
kasein (protein utama dari susu
yang berbentuk gumpalan)
dengan perbandingan 65:35
Nutrisi Mengandung imunoglobulin Protein yang dikandung oleh susu
dan kaya akan DHA (asam formula berguna bagi bayi lembu tapi
lemak tidak polar yang berikat kegunaan bagi manusia sangat terbatas
banyak) yang dapat membantu lagipula immunoglobulin dan gizi yang
bayi menahan infeksi serta ditambah di susu formula yang telah
membantu perkembangan otak disterilkan bisa berkurang ataupun
dan selaput mata. hilang.
Pencernaan Protein ASI adalah sejenis Tidak mudah dicerna: serangkaian proses
protein yang lebih mudah produksi di pabrik mengakibatkan
dicerna selain itu ada sejenis enzim-enzim pencernaan tidak berfungsi.
unsur lemak ASI yang mudah Akibatnya lebih banyak sisa pencernaan
diserap dan digunakan oleh yang dihasilkan dari proses metabolisme
bayi. Unsur elektronik dan zat yang membuat ginjal bayi harus bekerja
besi yang dikandung ASI lebih keras. Susu formula tidak mengandung
rendah dari susu formula tetapi posporlipid ditambah mengandung
daya serap dan guna lebih protein yang tidak mudah dicerna yang
tinggi yang dapat memperkecil bisa membentuk sepotong susu yang
beban ginjal bayi. Selain itu membeku sehingga berhenti di perut
ASI mudah dicerna bayi karena lebih lama oleh karena itu taji bayi lebih
mengandung enzim-enzim kental dan keras yang dapat
yang dapat membantu proses menyebabkan susah BAB dan membuat
pencernaan antara lain lipase bayi tidak nyaman.
(untuk menguraikan lemak),
amilase (untuk menguraikan
karbohidrat) dan protease
(untuk menguraikan protein).
Kebutuhan Dapat memajukan pendirian Kekurangan menghisap payudara:
hubungan ibu dan anak. ASI mudah menolak ASI yang menyebabkan
adalah makanan bayi, dapat kesusahan bayi menyesuaikan diri atau
memenuhi kebutuhan bayi, makan terlalu banyak, tidak sesuai
memberikan rasa aman kepada dengan prinsip kebutuhan.
bayi yang dapat mendorong
kemampuan adaptasi bayi.
Ekonomi Lebih murah: menghemat biaya Biaya lebih mahal: karena menggunakan
alat-alat, makanan, dll yang alat,makanan, pelayanan kesehatan, dll.
berhubungan dengan Untuk memelihara sapi. Biaya ini sangat
pemeliharaan, mengurangi subjektif yang menjadi beban keluarga
beban perekonomian keluarga
Kebersihan ASI boleh langsung diminum Polusi dan infeksi: pertumbuhan bakteri
jadi bias menghindari di dalam makanan buatan sangat cepat
penyucian botol susu yang apalagi di dalam botol susu yang hangat
tidak benar ataupun hal biarpun makanan yang dimakan bayi
kebersihan lain yang adalah makanan bersih akan tetapi
disebabkan oleh penyucian karena tidak mengandung anti infeksi,
tangan yang tidak bersih oleh bayi akan mudah mencret atau kena
ibu. Dapat menghindari bahaya penularan lainnya.
karena pembuatan dan
penyimpanan susu yang tidak
benar
Kebaikan bagi Dapat membantu kontraksi Tidak dapat membantu kontraksi rahim
ibu rahim ibu, lebih lambat datang yang dapat membantu pengembalian
bulan sehabis melahirkan tubuh ibu jadi rahim perlu dielus sendiri
sehingga dapat ber-KB alami. oleh ibu. Tidak dapat memperlambat
Selain itu dapat menghabiskan waktu datang bulan yang dapat
kalori yang berguna untuk menghasilkan cara KB alami.
pengembalian postur tubuh ibu. Berdasarkan biodata statistik, ibu yang
Berdasarkan biodata statistik, menyusui susu formula lebih tinggi
ibu yang menyusui ASI lebih kemungkinan menderita kanker
rendah kemungkinan menderita payudara.
kanker payudara, kanker rahim
dan keropos tulang

2.6 Cara Menyimpan ASI yang Benar


1. Masukan ASI dalam kantung plastik polietilen (misal plastik gula);
atau wadah plastik untuk makanan atau yang bisa dimasukkan
dalam microwave, wadah melamin, gelas, cangkir keramik.
2. Jangan masukkan dalam gelas plastik minuman kemasan maupun
plastik styrofoam.
3. Beri tanggal dan jam pada masing-masing wadah.
4. Dinginkan dalam refrigerator (kulkas). Simpan sampai batas waktu
yang diijinkan ( + 2 minggu).
5. Jika hendak dibekukan, masukkan dulu dalam refrigerator selama
semalam, baru masukkan ke freezer (bagian kulkas untuk
membekukan makanan).
6. Gunakan sebelum batas maksimal yang diijinkan. (+ 3-6 bulan)
Cara terbaik untuk menyimpan ASIP adalah menggunakan botol
dari stainless steel (baja antikarat), namun ini tidak banyak dijual.
Pilihan terbaik kedua adalah botol yang terbuat dari gelas (kaca), dan
terbaik ketiga botol plastik. Kebanyakan ibu lebih menyukai botol yang
terbuat dari plastik demikian juga halnya dengan rumah sakit/klinik
bersalin, karena plastik tidak mudah pecah. Untuk pilihan lebih
ekonomis, saat ini telah tersedia botol kaca dengan kapasitas 50-200 ml.
Apapun jenis botolnya, sebaiknya memiliki tutup yang kencang/rapat.
Botol berwarna-warni sebaiknya tidak digunakan karena zat warnanya
bisa masuk ke dalam ASI.
Pilihan terakhir adalah menyimpan ASI perah di dalam plastik yang
lembek atau kantong susu, sebab akan banyak zat-zat di dalam ASI
yang akan tertinggal (menempel) pada dinding plastik. Menyimpan ASI
di dalam kantong susu bisa menimbulkan beberapa masalah. Susu bisa
menempel pada sisi kantong sehingga jumlah yang diberikan kepada
bayi akan berkurang. Kantong susu juga lebih peka terhadap
kontaminasi akibat kebocoran. Beberapa produsen pompa ASI membuat
kantong susu yang nyaman untuk digunakan dan terbuat dari plastik
yang lebih tebal tetapi harganya mahal. Jika hendak menggunakan
kantong, sebaiknya digunakan 2 lapis kantong lalu disimpan di dalam
wadah plastik yang tertutup rapat, baru masukkan ke dalam freezer. Hal
ini akan membantu mengurangi terjadinya robekan pada kantong. Pada
saat menghangatkan, sebaiknya batas atas air tidak melebihi kantong
sehingga air tidak masuk ke dalam kantong. Jika air yang digunakan
untuk menghangatkan tampak berawan/keruh, berarti telah terjadi
kebocoran dan ASI tersebut harus dibuang.
Berilah label pada setiap kemasan ASI yang mencantumkan tanggal
pemerahan ASI dan gunakan terlebih dahulu stok yang terlama. Jika
bayi Ibu dirawat di RS, pastikan bahwa pada label juga tertera nama
anda/bayi Ibu dengan jelas, sehingga ASI tidak tertukar.
Untuk bayi kurang dari 6 minggu, sebaiknya ASI disimpan dalam
botol sebanyak 30 – 60 ml, sehingga waktu yang diperlukan untuk
menghangatkan tidak terlalu lama dan ASI tidak banyak terbuang.
Untuk bayi yang lebih besar, jumlah ASI yang disimpan perbotolnya
bisa disesuaikan dengan jumlah susu yang biasanya diminum. Tetapi
akan lebih baik jika tetap menyimpan ASI dalam jumlah yang lebih
kecil, kalau sewaktu-waktu bayi anda menginginkan susu lebih atau
untuk selingan.
Hingga saat ini belum banyak penelitian mengenai ASI yang telah
disimpan, dihangatkan dan baru sebagian diminum oleh bayi. Akan
lebih aman untuk memberikan ASI yang sebelumnya telah disimpan
dalam waktu 1-2 jam setelah dihangatkan. Dan jika ASI masih tersisa,
sebaiknya dibuang dan tidak disimpan lagi.
Setelah diperah, ASI harus di simpan dengan baik agar dapat
bertahan lama. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat dalam tabel petunjuk
penyimpanan ASI di bawah. Perlu diperhatikan, umumnya para dokter
tidak menyarankan penyimpanan ASI di freezer. Sebab ASI yang telah
disimpan di freezer akan mengalami perubahan dalam hal jumlah
imunoglobulin, yaitu protein molekul yang berfungsi sebagai daya tahan
tubuh, karena ada yang mati akibat kedinginan. Lebih dianjurkan untuk
memasukkan ASI ke dalam termos dan lemari es. ASIP yang
dimasukkan ke termos dan lemari es tak mengalami perubahan
komposisi gizi sama sekali. Hanya mungkin warna dan bentuknya saja
yang berubah.
2.6 Tabel
Petunjuk Penyimpanan ASI

Tempat penyimpanan Suhu Lama Penyimpanan


6 – 8 jam di ruangan
Dalam ruangan (ASIP segar) 190 – 260 C ber AC atau 4 jam di
ruangan tanpa AC
Dalam ruangan (ASIP beku yang
190 – 260 C 4 jam
telah dicairkan)
Kulkas (ASIP segar) < 40 C 2 – 3 hari
Kulkas (ASIP beku yang telah < 40 C
24 jam
dicairkan)
Freezer (lemari es 1 pintu 00 sampai -180 2 minggu
Freezer (lemari es 2 pintu) -180 sampai -200C 3 – 4 bulan
Suhu stabil di -200C
Deep Freezer 6 – 12 bulan
atau kurang

2.7 Faktor yang Pengaruhi Ketidakberhasilan ASI Eksklusif


Faktor Internal
1. Ketersediaan ASI
Hal-hal yang dapat mengurangi produksi ASI adalah tidak
melakukan inisiasi menyusui dini, menjadwal pemberian ASI,
memberikan minuman prelaktal (bayi diberi minum sebelum
ASI keluar), apalagi memberikannya dengan botol/dot,
kesalahan pada posisi dan perlekatan bayi pada saat menyusui
(Badriul, 2008 ).
Inisiasi menyusui dini adalah meletakkan bayi diatas dada
atau perut ibu segera setelah dilahirkan dan membiarkan bayi
mencari puting ibu kemudian menghisapnya setidaknya satu
jam setelah melahirkan. Cara bayi melakukan inisiasi menyusui
dini disebut baby crawl. Karena sentuhan atau emutan dan
jilatan pada puting ibu akan merangsang pengeluaran ASI dari
payudara. Dan apabila tidak melakukan inisiasi menyusui dini
akan dapat mempengaruhi produksi ASI (Maryunani, 2009).
Ibu sebaiknya tidak menjadwalkan pemberian ASI.
Menyusui paling baik dilakukan sesuai permintaan bayi (on
demand ) termasuk pada malam hari, minimal 8 kali sehari.
Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh seringnya bayi
menyusui. Makin jarang bayi disusui biasanya produksi ASI
akan berkurang. Produksi ASI juga dapat berkurang bila
menyusui terlalu sebentar. Pada minggu pertama kelahiran
sering kali bayi mudah tertidur saat menyusui. Ibu sebaiknya
merangsang bayi supaya tetap menyusui dengan cara
menyentuh telinga/telapak kaki bayi agar bayi tetap menghisap
(Badriul, 2008).
2. Pekerjaan atau aktivitas
Pekerjaan adalah suatu kegiatan atau aktivitas seseorang
untuk mendapatkan penghasilan guna memenuhi kebutuhan
hidupnya. Wanita yang bekerja seharusnya diperlakukan
berbeda dengan pria dalam hal pelayanan kesehatan terutuma
karena wanita hamil, melahirkan, dan menyusui. Padahal untuk
meningkatkan sumber daya manusia harus sudah sejak janin
dalam kandungan sampai dewasa. Karena itulah wanita yang
bekerja mendapat perhatian agar tetap memberikan ASI
eksklusif sampai 6 bulan dan diteruskan sampai 2 tahun (pusat
kesehatan kerja Depkes RI,2005).
Beberapa alasan ibu memberikan makanan tambahan yang
berkaitan dengan pekerjaan adalah tempat kerja yang terlalu
jauh, tidak ada penitipan anak, dan harus kembali kerja dengan
cepat karena cuti melahirkan singkat (Mardiati, 2006). Cuti
melahirkan di Indonesia rata-rata tiga bulan. Setelah itu,
banyak ibu khawatir terpaksa memberi bayinya susu formula
karena ASI perah tidak cukup. Bekerja bukan alasan untuk
tidak memberikan ASI eksklusif, karena waktu ibu bekerja bayi
dapat diberi ASI perah yang diperah minimum 2 kali selama 15
menit. Yang dianjurkan adalah mulailah menabung ASI perah
sebelum masuk kerja. Semakin banyak tabungan ASI perah,
seamakin besar peluang menyelesaikan program ASI eklusif
(Danuatmaja, 2003).
3. Pengetahuan
Menurut Notoadmojo (2007) pengetahuan merupakan hasil
dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan
terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain
yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang.
Pengetahuan akan memberikan pengalaman kepada ibu tentang
cara pemberian ASI eksklusif yang baik dan benar yang juga
terkait dengan masa lalunya. Dalam hal ini perlu ditumbuhkan
motivasi dalam dirinya secara sukarela ddan penuh rasa
percaya diri untuk mampu menyusui bayinya. Pengalaman ini
akan memberikan pengetahuan, pandangan dan nilai yang akan
menberi sikap positif terhadap masalah menyusui (Erlina,
2008).
Akibat kurang pengetahuan atau informasi, banyak ibu
menganggap susu formula sama baiknya , bahkan lebih baik
dari ASI . Hal ini menyebabkan ibu lebih cepat memberikan
susu formula jika merasa ASI kurang atau terbentur kendala
menyusui. Masih banyak pula petugas kesehatan tidak
memberikan informasi pada ibu saat pemeriksaan kehamilan
atau sesudah bersalin (Prasetyono, 2005).
Untuk dapat melaksanakan program ASI eksklusif, ibu dan
keluarganya perlu menguasai informasi tentang fisiologis
laktasi, keuntungan pemberian ASI, kerugian pemberian susu
formula, pentingnya rawat gabung,cara menyusui yang baik
dan benar, dan siapa harus dihubungi jika terdapat keluhan atau
masalah seputar menyusui.
4. Kelainan pada payudara
Tiga hari pasca persalinan payudara sering terasa penuh,
tegang, dan nyeri. Kondisi ini terjadi akibat adanya bendungan
pada pembuluh darah di payudara sebagai tanda ASI mulai
banyak diproduksi. Tetapi, apabila payudara merasa sakit pada
saat menyusui ibu pasti akan berhenti memberikan ASI padahal
itu menyebabkan payudara mengkilat dan bertambah parah
bahkan ibu bisa menjadi demam (Roesli, 2000). Jika terdapat
lecet pada puting itu terjadi karena beberapa faktor yang
dominan adalah kesalahan posisi menyusui saat bayi hanya
menghisap pada puting. Padahal seharusnya sebagian besar
areola masuk kedalam mulut bayi. Puting lecet juga dapat
terjadi pada akhir menyusui, karena bayi tidak pernah
melepaskan isapan. Disamping itu, pada saat ibu
membersihkan puting menggunakan alkohol dan sabun dapat
menyebabkan puting lecet sehingga ibu merasa tersiksa saat
menyusui karena sakit (Maulana, 2007).
5. Kondisi kesehatan ibu
Kondisi kesehatan ibu juga dapat mempengaruhi pemberian
ASI secara eksklusif. Pada keadaan tertentu, bayi tidak
mendapat ASI sama sekali, misalnya dokter melarang ibu untuk
menyusui karena sedang menderita penyakit yang dapat
membahayakan ibu atau bayinya, seperti penyakit Hepatitis B,
HIV/AIDS, sakit jantung berat, ibu sedang menderita infeksi
virus berat, ibu sedang dirawat di Rumah Sakit atau ibu
meninggal dunia (Pudjiadi, 2001)
Faktor kesehatan ibu yang menyebabkan ibu memberikan
makanan tambahan pada bayi 0-6 bulan adalah kegagalan
menyusui dan penyakit pada ibu. Kegagalan ibu menyusui
dapat disebakan karena produksi ASI berkurang dan juga dapat
disebabkan oleh ketidakpuasan menyusui setelah lahir karena
bayi langsung diberi makanan tambahan.
A. Faktor Eksternal
1. Faktor petugas kesehatan
Program laktasi adalah suatu program multidepartemental
yang melibatkan bagian yang terkait, agar dihasilkan suatu
pelayanan yang komrehensif dan terpadu bagi ibu yang
menyusui sehingga promosi ASI secara aktif dapat dilakukan
tenaga kesehatan. Dalam hal ini sikap dan pengetahuan petugas
kesehatan adalah faktor penentu kesiapan petugas dalam
mengelola ibu menyusui. Selain itu sistem pelayanan kesehatan
dan tenaga kesehatan juga mempengaruhi kegiatan menyusui
(Arifin, 2004).
Perilaku tenaga kesehatan biasanya ditiru oleh masyarakat
dalam hal perilaku sehat. Promosi ASI eksklusif yang optimal
dalam setiap tumbuh kembangnya sangatlah penting untuk
mendukung keberhasilan ibu dalam menyusui bayinya (Elza,
2008). Selain itu adanya sikap ibu dari petugas kesehatan baik
yang berada di klinis maupun di masyarakat dalam hal
menganjurkan masyarakat agar menyusui bayi secara eksklusif
pada usia 0-6 bulan dan dilanjutkan sampai 2 tahun dan juga
meningkatkan kemampuan petugas kesehatan dalam hal
memberikan penyuluhan kepada masyarakat yang luas (Erlina,
2008).
2. Kondisi kesehatan bayi
Kondisi kesehatan bayi juga dapat mempengaruhi
pemberian ASI secara eksklusif. Bayi diare tiap kali mendapat
ASI, misalnya jika ia menderita penyakit bawaan tidak dapat
menerima laktosa, gula yang terdapat dalam jumlah besar pada
ASI (Pudjiadi, 2001).
Faktor kesehatan bayi adalah salah satu faktor yang dapat
menyebabkan ibu memberikan makanan tambahan pada
bayinya antara lain kelainan anatomik berupa sumbing pada
bibir atau palatum yang menyebakan bayi menciptakan tekanan
negatif pada rongga mulut, masalah organik, yaitu prematuritas,
dan faktor psikologis dimana bayi menjadi rewel atau sering
menangis baik sebelum maupun sesudah menyusui akibatnya
produksi ASI ibu menjadi berkurang karena bayi menjadi
jarang disusui (Soetjiningsih, 1997)
3. Pengganti ASI (PASI) atau susu formula
Meskipun mendapat predikat The Gold Standard, makanan
paling baik, aman, dan satu dari sedikit bahan pangan yang
memenuhi kriteria pangan berkelanjutan (terjangkau, tersedia
lokal dan sepanjang masa, investasi rendah). Sejarah
menunjukkan bahwa menyusui merupakan hal tersulit yang
selalu mendapat tantangan, terutama dari kompetitor utama
produk susu formula yang mendisain susu formula menjadi
pengganti ASI (YLKI, 2005).
Seperti di Indonesia sekitar 86% yang tidak berhasil
memberikan ASI eksklusif karena para ibu lebih memilih
memberikan susu formula kepada bayinya. Hal ini dapat dilihat
dari meningkatnya penggunaan susu formula lebih dari 3x lipat
selama 5 tahun dari 10,8% pada tahun 1997 menjadi 32,5%
tahun 2002 (Depkes, 2006).
4. Keyakinan
Kebiasaan memberi air putih dan cairan lain seperti teh, air
manis, dan jus kepada bayi menyusui dalam bulan-bulan
pertama umum dilakukan. Kebiasaan ini seringkali dimulai saat
bayi berusia sebulan. Riset yang dilakukan di pinggiran kota
Lima, Peru menunjukkan bahwa 83% bayi menerima air putih
dan teh dalam bulan pertama. Penelitian di masyarakat Gambia,
Filipina, Mesir, dan Guatemala melaporkan bahwa lebih dari
60% bayi baru lahir diberi air manis dan/atau teh. Nilai budaya
dan keyakinan agama juga ikut mempengaruhi pemberian
cairan sebagai minuman tambahan untuk bayi. Dari generasi ke
generasi diturunkan keyakinan bahwa bayi sebaiknya diberi
cairan. Air dipandang sebagai sumber kehidupan, suatu
kebutuhan batin maupun fisik sekaligus (LINKAGES, 2002).

Cara Pemberian ASI yang Benar


1. Cuci tangan yang bersih dengan sabun.
2. Perah sedikit ASI dan oleskan disekitar putting
3. Duduk dan berbaring dengan santai.
4. Bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi sanggah seluruh
tubuh bayi, jangan hanya leher dan bahunya saja, kepala dan tubuh
bayi lurus, hadapkan bayi ke dada ibu, sehingga hidung bayi
berhadapan dengan puting susu.
5. Dekatkan badan bayi ke badan ibu, menyetuh bibir bayi ke puting
susunya dan menunggu sampai mulut bayi terbuka lebar.
6. Segera dekatkan bayi ke payudara sedemikian rupa sehingga bibir
bawah bayi terletak di bawah puting susu.
Ada beberapa 4 posisi menyusui yang dapat dicoba, masing-masing
memiliki kelebihan dan dapat dicoba sesuai dengan keadaan Anda dan
bayi. Anda dapat mencobanya dan memilih posisi yang paling nyaman
dan praktis bagi Anda dan bayi, dan tentu dapat menggunakan posisi yang
berbeda-beda sesuai situasi Anda pada saat itu
1. Posisi Cradle (Klasik) Posisi ini adalah yang paling banyak
dipraktekkan ibu menyusui.
Cara
 Ibu duduk pada kursi berlengan yang nyaman, punggung
tegak (boleh disangga dengan bantal agar dapat bersandar
dengan nyaman).
 Jaga agar posisi tidak membungkuk karena akan cepat lelah.
Punggung hingga bokong bayi ditempatkan pada lengan
bawah ibu.
 Lengan yang digunakan adalah lengan pada sisi yang sama
dengan payudara yang akan digunakan untuk menyusui
(lengan kanan saat akan menyusui dengan payudara kanan).
 Kepala dan leher bayi ditempatkan pada lekuk siku.
Dekatkan kepala (bibir) bayi pada payudara dengan
mengangkat lengan (bukan membungkuk).
Tips
Untuk lebih nyaman, siku dapat ditumpangkan pada lengan
kursi, atau dapat menggunakan bantal pada pangkuan atau bantal
menyusui sebagai penyangga. Terbaik untuk: Bayi secara umum:
sehat, cukup bulan lahir spontan (normal). Wanita yang baru saja
operasi Caesar mungkin merasa agak sakit karena tekanan pada
perut lebih tinggi dengan posisi ini. Lebih mudah dilakukan pada
bayi berusia satu bulan atau lebih, karena otot leher lebih kuat.
Menyusui saat sedang bepergian, karena tidak terlalu
memerlukan bantal atau penyangga (lengan ibu berfungsi
sebagai penyangga)
2. Posisi Cross-Cradle
Cara:
 Ibu duduk pada kursi berlengan yang nyaman, punggung tegak
(boleh disangga dengan bantal agar dapat bersandar dengan
nyaman).
 Jaga agar posisi tidak membungkuk karena akan cepat lelah.
Tangan ibu pada sisi yang berseberangan dengan payudara yang
menyusui, memegang kepala dan leher bayi (tangan kanan
digunakan bila akan menyusui dengan payudara kiri, dan
sebaliknya) Punggung dan bokong bayi disangga dengan lengan
bawah ibu pada tangan yang sama
 Tangan dapat digunakan untuk mengarahkan bayi ke payudara
Tips:
Jangan mendorong kepala bayi terlalu kuat ke payudara karena
kadang bayi justru secara refleks akan melawan. Duduk tegak, bayi
didekatkan pada payudara, bukan sebaliknya Anda membungkuk untuk
mendekatkan payudara pada bayi
Terbaik untuk: Hari-hari pertama setelah kelahiran Ibu yang baru
belajar menyusui Bayi prematur dan berat lahir rendah yang refleks
isap serta otot lehernya masih lemah, serta sering terlepas dari puting.
Dengan posisi ini telapak tangan Anda menyangga kepala dan leher
bayi dengan cukup baik .
3. Posisi Football
Dinamakan football karena Anda memegang bayi seperti
memegang bola football (menurut saya kalau versi perempuan: tas
tangan, mungkin seharusnya dinamakan Handbag Position agar lebih
komunikatif bagi para wanita), yaitu pada sisi tubuh (di bawah ketiak).
Cara:
 Punggung hingga bokong bayi ditempatkan pada lengan
bawah ibu, dengan daerah bokong pada lipat siku ibu.
 Lengan yang digunakan adalah lengan pada sisi yang sama
dengan payudara yang akan digunakan untuk menyusui
(lengan kanan saat akan menyusui dengan payudara kanan).
 Lengan ibu tidak ditempatkan di depan tubuh, namun di
samping (seperti mengempit tas) Telapak tangan ibu
menyangga kepala dan leher bayi, seluruh tubuh bayi
menghadap ke payudara (sisi tubuh) ibu Letakkan
penyangga (bantal atau bantal menyusui) pada sisi tubuh
yang digunakan, di bawah lengan ibu dan tubuh bayi.
Tips:
Pada saat akan mulai menyusui, mungkin tangan sisi yang
berseberangan perlu menyangga payudara dengan membuat
bentuk seperti huruf C, untuk membantu mempertemukan
mulut bayi dan puting. Gunakan kursi yang agak lebar dengan
sandaran tangan yang rendah. Posisi ini adalah satu-satunya
yang memungkinkan wajah bayi menghadap wajah Anda
(bukan tubuhnya), sehingga Anda dapat menjalin kontak mata
yang mesra dengan bayi.
Terbaik untuk: Ibu yang baru menjalani operasi Caesar
(yang sudah boleh duduk), karena bayi tidak menyentuh daerah
luka, dan posisi ini tidak membuat tekanan pada perut
meningkat. Bayi kembar Ukuran payudara sangat besar .
4. Posisi Berbaring Miring
Posisi ini merupakan posisi favorit sebagian ibu, terutama saat
sedang sangat lelah dan mengantuk namun berjuang untuk tetap
menyusui bayi secara langsung
Cara:
 Berbaringlah miring pada satu sisi tubuh, tangan bagian
bawah dilipat ke atas atau menyangga kepala. Kepala boleh
berbaring pada bantal atau disangga oleh telapak tangan.
 Dengan tangan bagian atas, posisikan tubuh bayi juga
miring menghadap tubuh Anda, perut bayi menempel pada
perut Anda. Arahkan kepala dan mulut bayi pada puting,
dapat menggunakan bantal bayi yang diletakkan di bawah
kepala bayi atau di bawah payudara, tergantung ukuran
payudara, dengan tujuan agar mulut bayi sama tinggi
dengan puting.
Tips:
Anda dapat meletakkan guling untuk menyangga punggung
Anda, dan juga guling bayi di belakang bayi untuk menyangga
punggungnya, sehingga tangan Anda tidak perlu terus menahan
tubuh bayi agar tetap miring. Tubuh Anda sebaiknya tidak
terlalu miring ke arah bayi, untuk berjaga-jaga bila Anda
tertidur, agar tidak menimpa bayi atau membuat hidungnya
tertutup. Bayi sebaiknya tidur di tempat tidur/boks tersendiri,
untuk meminimalkan risiko SIDS (sudden infant death
syndrome). Jadi bila selesai menyusui, segera kembalikan bayi
ke boksnya.

2.7Cara Memerah ASI


Ada beberapa cara mengeluarkan ASI yaitu mengeluarkan ASI dengan
tangan dan mengeluarkan ASI dengan alat.
Cara memerah asi dengan tangan
1. Cara mengeluarkan ASI dengan tangan
 Cuci tangan sampai bersih
 Pegang cangkir bersih untuk menampung ASI
 Condongkan badan kedepan dan sangga payudara dengan
tangan
 Letakkan ibu jari pada batas atas aerola mamae dan
letakkan jari telunjuk pada batas aerola mamae bagian
bawah sehingga berhadapan
 Tekan kedua jari ini ke dalam ke arah dinding dada tanpa
menggeser letak kedua jari tadi
 Pijat daerah diantara kedua jari tadi kea rah depan sehingga
akan memeras dan mengeluarkan ASI yang berada di dalam
sinus lactiferous
 Ulangi gerakan tekan, pijat dan lepas beberapa kali
 Setelah pancaran ASI berkurang, pindahkan posisi ibu jari
dan telunjuk tadi dengan cara diputar pada sisi lain dari
batas aerola dengan kedua jari selalu berhadapan
 Lakukan berulang – ulang sehingga ASI akan terperah dari
semua bagian payudara
 Jangan memijat atau menarik putting susu, karena ini tidak
akan mengeluarkan ASI dan akan menyebabkan rasa sakit
2. Mengeluarkan ASI dengan pompa
Ada 2 macam bentuk pompa :
a. Pompa manual / tangan
Ada beberapa tipe pompa manual antara lain :
 Tipe silindris
Pompa ini efektif dan mudah di pakai. Kekuatan
tekanan isapan mudah dikontrol, baik kedua silindris
maupun gerakan memompa berada dalam garis lurus.
Terbuat dari plastic yang tempat penampungan ASI di
bagian bawah silindris
 Tipe silindris bersudut
Dengan gerakan piston yang ditarik kebawah akan
lebih mudah mengontrol kekuatan tekanan isapan. ASI
akan ditampung di botol yang ditempelkan di pompa.
Tipe kerucut /plastic dan bola karet/tipe terompet
(Squeeze and bulb atau horn)
Tipe ini tidak dianjurkan untuk dipakai karena dapat
menyakitkan dan dapat menyebabkan kerusakan putting
susu serta jaringan payudara. Kekuatan tekanan isapan
sukar diatur.
b. Pompa Elektrik
Beberapa macam pompa elektrik sudah ada di beberapa
kota besar karena umumnya harganya sangat mahal sehingga
penggunaannya terbatas di rumah sakit besar.
2.8 Cara Pemberian Asi Perah
Selanjutnya, ketika ingin memberikan ASIP pada si kecil, kita harus
menghangatkannya dulu. Namun jangan dipanaskan di atas api atau
microwave/oven karena panas tinggi mengakibatkan beberapa enzim
penyerapan mati. Mula-mula letakkan botol ASI ke dalam air dingin,
kemudian secara perlahan-lahan beri air hangat sampai ASI mencair (suhu
airnya sama dengan suhu air yang biasa kita gunakan untuk mandi atau suhu
tubuh). Jika ingin mencairkan ASIP beku, letakkan botol ASIP beku ke
dalam kulkas semalam sebelumnya, esoknya baru dicairkan dan
dihangatkan. Jangan membekukan kembali ASI yang sudah dipindah ke
kulkas. Lama penghangatan tergantung suhu ASI, tapi prinsipnya buatlah
suhu ASI seperti suhu tubuh karena akan menyerupai ASI yang dikeluarkan
langsung. Setelah dihangatkan bisa langsung diberikan pada bayi.
Cara pemberiannya JANGAN menggunakan botol susu dan dot,
melainkan disuapi pakai sendok atau cangkir. Kalau si kecil langsung
menyusu dari botol, lama-lama ia jadi “bingung puting”. Jadi, ia hanya
menyusu di ujung puting seperti ketika menyusu dot. Padahal, cara menyusu
yang benar adalah seluruh areola ibu masuk ke mulut bayi. Jadi, kalau si
kecil sudah “bingung puting”, tak heran bila ia gagal mengeluarkan ASI di
“gudang”nya. Salah satu tanda bayi mengalami bingung puting adalah bayi
menolak menyusu langsung dari Ibu. Selain itu bila menyusu mulutnya
mencucu seperti minum dari dot, dan ketika menyusu bayi sebentar-bentar
melepas hisapannya. Hasilnya, payudara Ibu lecet. Akhirnya, si kecil jadi
enggan menyusu langsung dari payudara lantaran ia merasa betapa sulitnya
mengeluarkan ASI. Sementara kalau menyusu dari botol, hanya dengan
menekan sedikit saja dotnya, susu langsung keluar.
Ibu tidak perlu merasa cemas bayi kekurangan ASI berapapun jumlah
ASI perah yang dikeluarkan. Memang, pada awalnya bayi akan gelisah
dengan jumlah yang mungkin lebih sedikit dari biasanya, tapi bayi akan
cepat beradaptasi. Pada hari keempat, bayi akan terbiasa. Ia akan meminum
seberapapun ASI yang tersedia. Kalau ditinggali 500 ml, akan diminum;
begitu juga dengan 300 ml, bahkan 200 ml. Namun ketika ibunya datang, ia
akan minum habis-habisan. Jadi, bayi tidak akan akan kekurangan ASI.
Ringkasan:
1. Ambil ASI berdasarkan waktu pemerahan (yang pertama diperah
yang diberikan lebih dahulu) atau yang paling segar (baik metode
First In First Out/FIFO maupun Last In First Out/LIFO,
perhatikan masa kadaluarsa)
2. Jika ASI beku, cairkan di bawah air hangat mengalir. Untuk
menghangatkan, tuang ASI dalam wadah, tempatkan di atas
wadah lain berisi air hangat.
3. Kocok dulu sebelum mengetes suhu ASI. Lalu tes dengan cara
meneteskan ASI di punggung tangan. Jika terlalu panas, angin-
anginkan agar panas turun.
4. Jangan gunakan microwave atau oven untuk menghangatkan
karena akan menghancurkan nutrisi dan bahan-bahan kekebalan
yang terkandung dalam ASI.
5. Bagaimana dengan ASIP beku yg telah dicairkan ? (lihat tabel)
 bisa bertahan di suhu ruang maksimal 4 jam,
 jika belum dihangatkan, bisa dikembalikan ke lemari es
dan bertahan 24 jam,
 jangan dibekukan kembali
6. Bagaimana dengan ASIP yg sudah direndam air hangat tapi belum
diminum?
 bisa dikembalikan ke lemari es, tetapi hanya bertahan 4
jam
 jangan dibekukan kembali
7. Bagaimana dengan yang sudah diminum bayi (terkena mulut
bayi)? Dibuang saja.
2.9 Tips Pemberian Asi melalui Cup
1. Sediakan cangkir kecil (khususnya kaca), atau khusus cup
feeder bayi.
2. Setelah ASIP dicairkan, tuang ke cangkir dan minumkan ke
bayi. Jangan khawatir tumpah-tumpah, untuk menampung
tumpahannya sediakan dengan mangkuk kecil di bawah
lehernya, untuk diminumkan lagi berulang-ulang sampai habis.
3. Cara memberikan ASIP adalah dengan memiringkan gelas
sampai bibir bayi menyentuh permukaan ASI. Bayi akan
mengecap-ngecap dan menghisap, setelah itu baru dinaikkan
sedikit-sedikit agar bayi bisa terus meminum ASInya. Jangan
menuangkan isi gelas ke dalam mulut bayi, tindakan ini akan
membuat bayi tersedak karena tidak siap.
4. Latihan memberikan ASIP ini perlu kesabaran, paling tidak
latihan dmulai seminggu sebelum masuk kerja. Sebaiknya
pengasuhnya nanti yang belajar memberikan, sehingga bayi
terbiasa. Bayi bisa mengenali aroma tubuh Ibu sehingga jika Ibu
yang memberikan ia suka menolak (tentu saja dia memilih
menyusu langsung)
5. Keluhan yang lazim muncul adalah kemungkinan bayi menolak
ASIP yang diberikan melalui sendok atau cangkir. Hal ini wajar
terjadi pada hari-hari pertama pemberian ASIP. Buah hati Ibu
bisa cemas dan gelisah. Namun, janganlah khawatir, 3 atau 4
hari setelahnya bayi akan terbiasa. Itu sebabnya, sebelum masa
cuti berakhir bayi perlu dilatih disuapi susu dengan sendok atau
cangkir. Jadi, dengan sedikit belajar dan ketelatenan Ibu tidak
perlu khawatir lagi kembali bekerja.
Perlu juga Ibu ingat, kesuksesan pemberian ASIP selama Ibu
bekerja juga ditentukan oleh kerjasama dengan pengasuh. Hal ini
tidaklah mudah apalagi yang ibu percayai merawatnya adalah
orangtua sendiri atau mertua. Untuk mempermudah kerjasama ini,
langkah pertama harus ada pemahaman yang sama mengenai
pemberian dan manfaat ASI eksklusif.

2.12 Perbedaan Asi Dengan Susu Formula


ASI SUSU FORMULA
ASI terbuat dari sari-sari makanan yang Susu formula tidak mengandung sari-sari
dimakan ibu kita dan tidak cepat basi makanan dan cepat basi
ASI disamping makanan utama dari bayi Susu formula tidak mengandung
tapi juga sebagai zat kekebalan tubuhnya kekebalan tubuh
ASI selalu berganti tiap hari bahan Bahanya tetap tidak sesuai kebutuhan
asupannya tergantung apa yang dimakan si bayi
ibu pada hari itu
ASI mempunyai puting susu yang banyak susu formula menggunakan dot dan
porinya yang memudahkan si bayi tuk lubangnya hanya satu dan dapat
menyedot susu dan mencegah bayi tersedak mengakibatkan bingung putting
Mudah memberikannya,bahkan ketika si ibu Tidak praktis
lagi terlelappun dia bisa menyusui bayinya
Ketika si ibu menyusui bayinya akan ada Tidak dapat berinteraksi langsung dengan
interaksi langsung antara berdua bayinya
Lebih murah biayanya dan fleksibel Membutuhkan biaya yang cukup banyak

ASI Ekslusif Susu Formula


Warna · Bentuk seperti biji. Padat bergumpal-gumpal atau
· Lembek seperti mustrad agak liat dan bulat-bulat.
Bau Langu Seperti feses orang dewasa.
Frekuensi · 24 jam pertama: ekonium. Bisa setiap hari tapi keras,
· Hari ke-2-7: bisa 10x sehingga bayi tampak seperti
sehari. sembelit.
· Hari ke-8 sampai 21: 2-6x
sehari.
· Lebih dari 3 minggu: 4x
sehari sampai 4 hari sekali.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pemahaman suami yang berprofesi sebagai tenaga kesehatan tentang
pengertian ASI esksklusif lebih baik bila dibandingkan dengan suami
yang berprofesi bukan tenaga kesehatan. Namun untuk pemahaman
tentang manfaat ASI eksklusif, suami yang berprofesi tenaga
kesehatan dan suami yang berprofesi bukan tenaga kesehatan sama-
sama mempunyai pemahaman yang baik.
2. Peran suami dalam memotivasi istri yaitu melalui dukungan secara
emosional, kata-kata yang memberi semangat istri agar tetap
menyusui. Selain itu suami juga menyarankan istri agar dapat
menyusui secara eksklusif. Kurangnya dukungan suami secara verbal
mempengaruhi kegagalan ASI eksklusif.
3. Peran suami dalam mendukung istri selama menyusui yaitu dengan
dukungan fisik berupa mencari informasi seputar ASI, memperhatikan
asupan makan istri, membantu pekerjaan rumah tangga dan membantu
merawat anak. Dengan adanya bantuan tersebut suami sama halnya
dengan memberi kesempatan kepada istri untuk menyusui.
4. Masalah yang terjadi selama istri meyusui antara lain ASI kurang
lancar, payudara nyeri, putting susu lecet, tidak tahu bagaimana cara
memerah ASI, dan istri yang kembali bekerja sehingga tidak dapat
menyusui. seluruh suami memerikan bantuan secara fisik, namun
sebagian besar suami non tenaga kesehatan yang anaknya gagal
mendapatkan ASI eksklusif kurang memberikan dukungan agar tetap
menyusui dan menyerahkan keputusan kepada istri.
5. Pemberian pengertian kepada anggota keluarga tentang makanan yang
tepat untuk bayi dibawah 6 bulan akan membuat seluruh anggota
keluarga bertanggung jawab dalam proses ASI eksklusif. Selain itu
kurangnya komitmen akan berpengaruh pada anjuran pemberian susu
formula sebelum bayi berusia 6 bulan.
6. Adanya dukungan dari suami, kerjasama suami istri, dan manajemen
memberikan ASI perah yang baik apabila istri bekerja akan
mempengaruhi keberhasilan pemberian ASI secara eksklusif. Apabila
seorang suami tidak mampu melakukan hal tersebut, disaat istri
mengalami masalah menyusui maka keputusan yang diambil adalah
memberikan susu formula. Selain itu tempat kerja harus mendukung
ibu menyusui dengan cara menyediakan fasilitas laktasi yang layak.

B. Saran
1. Perlu adanya sosialisasi tentang ASI eksklusif terutama kepada suami
agar pemahaman suami tentang ASI baik sehingga dapat memberikan
arahan yang baik kepada istri selama menyusui.
2. Suami harus lebih aktif dalam memberikan dukungan emosional yaitu
melalui kata-kata kepada istri untuk selalu menumbuhkan semangat
istri agar tetap menyusui, selain itu suami harus lebih mempunyai
komitmen sehingga dapat menganjurkan pemberian ASI eksklusif saat
istri mengalami masalah selama menyusui. Apabila seorang suami
selalu mendukung istri dengan tindakan fisik saja namun tidak
diimbangi dengan kata-kata penyemangat proses menyusui akan
gagal karena istri menganggap suami tidak mengharuskan istri untuk
menyusui bayi secara eksklusif.
3. Dukungan secara fisik harus tetap diberikan kepada istri selama
menyusui yaitu bisa dengan mencari informasi seputar ASI eksklusif,
memperhatikan asupan makan istri selama menyusui, membantu istri
dalam melakukan pekerjaan rumah tangga dan membantu merawat
anak terutama saat istri menyusui. Dengan adanya dukungan suami
tersebut diharapkan akan melancarkan proses menyusui karena akan
meringankan pekerjaan istri sehari-hari.
4. Perlu adanya tindakan atau keterlibatan yang lebih dari suami saat istri
mengalami masalah selama menyusui sehingga istri merasa tidak
menghadapi masalah tersebut sendirian. Suami harus lebih aktif
bertanya kepada istri untuk mengetahui apa yang sebenarnya
dibutuhkan.
5. Perlu adanya dorongan yang lebih besar dari suami untuk istri yang
menyusui sambil bekerja agar proses menyusui secara eksklusif tidak
gagal, selain membantu istri tetap memberikan ASI saja kepada bayi
suami harus berusaha menyampaikan keinginannya agar bayinya tetap
memperoleh ASI eksklusif sehingga istri merasa lebih bersemangat
dalam menyusui walaupun harus bekerja.
6. Suami harus mampu mengatasi masalah apabila ada anjuran dari
orang lain agar bayinya mendapat susu formula sebelum usia 6 bulan
mungkin dengan memperikan pengertian bahwa makanan yang tepat
untuk bayi dibawah 6 bulan hanya ASI, selain itu suami juga harus
mempunyai komitmen yang tinggi sehingga ditengah proses menyusui
tidak mengikuti anjuran tersebut.
7. Untuk tempat kerja seharusnya menyediakan ruangan atau fasilitas
laktasi yang layak bagi ibu menyusui yang bekerja sehingga
pemberian ASI eksklusif dapat berjalan dengan lancar. Sesuai dengan
Peraturan PERMENKES no. 15 tahun 2013 pasal 9 ayat 3 yaitu, setiap
tempat kerja dan tempat saranan tempat umum harus menyediakan
saranan dan prasana Ruang ASI sesuai dengan standar minimal dan
sesuai kebutuhan.
8. Selain itu seharusnya tempat kerja harus memberi kesempatan kepada
ibu menyusui untuk dapat menyusui atau memerah ASI di tempat
kerja. Sesuai dengan Peraturan PERMENKES no. 15 tahun 2013 pasal
6 ayat 1, setiap pengurus tempat kerja dan penyelenggara tempat
sarana unum harus memberikan kesempatan bagi ibu yang bekerja di
dalam ruangan dan/atau di uar ruanagan untuk menyusui dan/atau
memerah ASI pada waktu kerja di tempat kerja.
9. Untuk penelitian selanjutnya perlu adanya variasi tenaga kerja
misalnya dokter, perawat, apoteker, ahli gizi, sanitarian, penyuluh
kesehatan agar informasi yang didapat lebih heterogen dan
mengetahui apakah semua
tenaga kesehatan melakukan upaya kesehatan dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai