01046)
Kelp. A15.9302
Identifikasi Novel
Pengarang : Rina TH
Penerbit : Grasindo
Cetakan : Pertama
Sinopsis
Cahaya Maharani atau lebih akrab disapa Aya. Ia seorang gadis Jawa yang pintar dalam bidang
penelitian, Aya yang belum genap setahun lulus dari Fakultas Kehutanan itu segera bertolak
untuk mengembangkan perusahaan cabang yang bergerak di industri perkayuan. Awalnya Aya
bekerja di Bogor Jawa Barat di bagian staf, namun karena kinerjanya yang bagus, akhirnya
Aya dikirim ke pedalaman Kalimantan tepatnya daerah Borneo. Di tanah seberang, Aya
bertemu dengan beberapa rekan kerjanya, bahkan beberapa orang yang sudah Aya anggap
sebagai keluarga sendiri disana, sehingga Ia sedikit terobati dengan rindu tanah Jawa dan sanak
keluarga. Selama di Kalimantan, Aya beberapa kali berpindah-pindah tempat seperti di Sengah
Temila, Landak, Menjalin. Kisah utama yang menjadi sorotan dalam buku ini berkisah tentang
Cahaya Maharani atau Aya selama berada di pedalaman Kalimantan sampai akhirnya bertolak
kembali ke tanah Jawa. Menemukan banyak teman, sahabat, rekan kerja membuat Aya mulai
menikmatinya, namun tak semudah yang dibayangkan karena ada beberapa rekan kerjanya
yang berusaha menjatuhkan. Kisah yang mengharukan berada pada titik kisah hidup di daerah
minoritas, karena Aya seorang muslim yang mengenakan jilbab sebagai identitasnya dan
mendapat perlakuan yang ternyata membuatnya sadar akan toleransi.
Unsur Intrinsik
Tema dalam novel ini yaitu tentang pekerjaan, toleransi dan eksplorasi sudut daerah di pulau
Borneo. Secara umum dalam novel ini pengarang ingin mengungkapkan masalah sosial
khususnya seseorang yang bertahan di tanah Dayak sebagai minoritas karena pekerjaannya.
Tokoh:
Penokohan/karakter
Latar
o Latar tempat
a. Ruang rapat: “Pak Daniel dan asistennya segera mengisi kekosongan kursi yang
disetting melingkar sesuai benuk meja.” (halaman 3)
b. Pontianak: “kantor kita sekitar dua jam dari Pontianak.” (halaman 13)
c. Camp Menjalin: “bu Lina dan Pak Elyas berdua saja di camp?” (halaman 77)
d. Pasar Karangan: “di Pasar Karangan, motor Uhe menjajari laju kendaraan roda
dua Wahyono.” (halaman 84)
e. Hutan: “Di tengah hutan, beratap langit beralas seresah hutan, keempatnya
bermalam.” (halaman 97)
o Latar waktu
a. Pagi:
- “Halimun masih memeluk erat tajuk-tajuk pohon. Rambut ari di sekujur
tangan segera bergidik saat mentari belum terbit benar” (halaman 27)
- “Matahari belum bangun benar saat serasah-serasah di kebun karet itu
bergeliat..” (halaman 130)
b. Siang:
- “Iya nanti sekitar setengah 12, petugas akan memandu saat-saat terjadinya
titik kulminasi” (halaman 177)
- “Sang surya berasa diatas kepala. Lima manusia itu kembali dari ladang..”
(halaman 109)
c. Sore:
- "Cahaya selalu suka kalimat yang keluar dari bibir pria paruh baya kala
menjelang senja di salah satu sudut Jogjakarta, kampung halamannya.”
(halaman 3)
- ”Aya, pukul empat berkumpul di ruangan Pak Daniel. Kita meeting terakhir
sebelum berangkat!” (halaman 2)
d. Malam:
- “Aya merebah. Menatap langit-langit kamarnya. Tak lupa dia memperbarui
status facebook. First night in Borneo.” (halaman 26)
- “Bintang malam disini jauh terasa lebih indah. Terasa lebih dekt. Di langit
Jawa jarak bintang terasa begitu jauh...” (halaman 44)
o Latar Suasana
a. Tentram: “Cahaya selalu suka kalimat yang keluar dari bibir pria paruh baya
kala menjelang senja di salah satu sudut Jogjakarta, kampung halamannya.”
(halaman 3)
b. Menegangkan: “Suasana kantor mendadak tegang. Kedatangan direktur
terkesan mendadak. Para staf agaknya kurang persiapan untuk meeting...”
(halaman 63)
c. Sedih: “Aya termangu. Ini menjadi bagain yang tak terbayangkan. Tiba-tiba ia
merasa shcok culture...” (halaman 37)
d. Ribut: “Seorang pria siap meninju wajah renta Pak Elyas yang sudah
tersungkur. Wahyono segera mencekal tinju itu..” (halaman 91)
Alur
Alur pada novel ini adalah alur maju, cerita ini diawali dengan keadaan tokoh utama (Aya)
sebagai junior di perusahaannya dan mendapat mandat dari atasannya untuk terbang ke Borneo.
Mengadakan penelitian yang tidak tahu sampai kapan ia tugaskan oleh atasannya dan akhirnya
Aya kembali ke tanah Jawa. Aya yang selalu kagum dan penasaran dengan Pulau Borneo sejak
duduk di bangku kuliah itu akhirnya bisa mendapatkan pengalaman bekerja sekaligus keluarga
dan saudara disana, hingga akhirnya Borneo menjadi rumah kedua bagi Cahaya Maharani. Dua
bulan sejak Aya kembali ke Jawa, ia mendapati sebuah pesan duka dari Pak Uhe bahwa adik
sulung keturunan Dayak itu telah meninggal dunia, Aya mendoakan dengan caranya.
Sudut Pandang
Sudut pandang yang digunakan pada novel Halimun yaitu sudut pandang “aku” atau sudut
pandang persona pertama. Tokoh Aya berperan sebagai tokoh utama yang menjadi pelaku
cerita.
“Aku tak akan pernah bertemu adik sulungku. Lelaki yang kukenal cerdas dan tampan itu telah
berpulang telebih dahulu dalam rengkuhan Tuhan.” (halaman 202)
Amanat/Pesan
Unsur Ekstrinsik
1. Kehidupan sosial: novel ini menyinggung ritual adat masyarakat Dayak dan kehidupan
seorang perantau sebagai minoritas di Pulau Borneo.
2. Kepengarangan: Pengarang ini memiliki latar belakang sebagai penulis yang beberapa
tulisannya pernah dimuat di harian Equatornews dan majalah lokal. Maka dari itu
banyak sekali pengetahuan yang didapat dari novel ini mengenai wilayah atau kondisi
topografis wilayah, dan lainnya.