Anda di halaman 1dari 10

MANUSIA SETENGAH SALMON

UNSUR INTRINSIK

A. Tema

Tema utama dalam novel Manusia Setengah Salmon adalah tentang cerita-cerita lucu

dan pengalaman unik dari kehidupan sehari-hari penulisnya yang berlatarkan sebuah keluarga

bahagia.

B. Tokoh dan Penokohan

1. Dika : Tokoh utama dari novel ini. Ia merupakan sosok pemuda yang humoris, konyol,

dan dramatis.

“’Ya udah, ini ya, Pak. Dipakainya di ketiak ya. Dipakainya di ketiak ya.’ Lanjut gue
dalam hati: buat jaga-jaga mendingan dioleskan ke seluruh badan.” (Halaman 63)

“Gue membalasnya dengan memperlihatkan senyum tipis dan menjawab, ‘Oke.’ (Dalam
hati menyanyi: Jangaaan beraakhirrrr... aku tak inginnnn berakhirrrr... satu jam
sajaaaaaa....)” (Halaman 23)

2. Edgar : Adik termuda di keluarga Dika. Ia orang yang sabar dan polos.

“’Bang ini di mana?’ tanya Edgar, tiba-tiba.


‘Lah! Tadi kamu yang ngasih tahu jalan!’
‘Oh iya,’ kata Edgar.” (Halaman 78)

“’Edgar,’ kata gue ke adik gue yang paling kecil. ‘Kamu yang nanya mereka.’
‘Tapi, Bang.’ Edgar mulai membantah.
“’Pangkat kamu paling rendah dalam keluarga ini. Laksanakan!’
Edgar mendengus” (Halaman 76)

3. Nyokap Dika : Ia merupakan sosok ibu yang baik, perhatian dan juga penakut.

“’Ma,’ kata gue. ‘Kata orang, kalo kita malem-malem niruin ketawa kuntilanak, dia bisa
dateng loh.’
‘JANGAN NGOMONG GITU, DIKA!’ Nyokap sewot. ‘Kamu durhaka ya nakut-nakutin
orangtua kayak gitu! Awas ya, kamu, Dika!’” (Halaman 34)

“’Dika, Dika, Dika,’ kata Nyokap. Dia menggelengkan kepalanya. ‘Rumah ini udah
terlalu sempit buat kita Dika. Adik-adik kamu udah pada gede semuanya. Mama ngerasa
keluarga kita udah jadi terlalu besar untuk rumah ini. Kita tumbuh lebih besar daripada
rumah ini. Jadi kita harus pindah.’” (Halaman 29)

4. Bokap Dika : Ia merupakan sosok bapak yang konyol, mirip seperti Dika.

“’Bukan hanya silat-silat itu, Dika. Tapi, silat dengan tenaga dalam. Dari dalam tubuh
kita. Dengan ilmu pernapasan.’ Bokap menepuk pundak gue, layaknya seorang ayah yang
sedang bercerita tentang kejayaan masa lalunya. ‘Papa dulu sempat ikut Merpati Putih.
Waktu Papa lagi nyobain jurus Merpati Putih, tahu apa yang terjadi?’
‘Apa, Pa?’
Bokap memandangi mata gue. ‘Papa kentut, Dika. Papa kentut,’ jawabnya mantap tanpa
keraguan.” (Halaman 6)

C. Latar/Setting

1. Tempat

a. Rumah

“...’Tapi, kenapa harus pindah, sih, emangnya? Bukannya rumah ini baik-baik aja?’
(Halaman 28)
b. Jakarta

“Di Jakarta, tidak ada tempat yang tidak macet dan semakin tahun kemacetannya
semakin parah....” (Halaman 45)
c. Gang kecil di Venice, Italia

“Kalau bukan karena makanan enak, pasti sekarang gue tidak berada di sebuah gang
kecil bau pesing di kota Venice, Italia.” (Halaman 73)
d. Hotel

“Setelah gue bisa menerima kenyataan, kami semua beranjak pulang ke hotel dengan
lesu.” (Halaman 81)
e. Belanda

“Karena gak bisa bahasa Belanda, di Belanda gue memantapkan diri untuk...” (Halaman
112)
2. Waktu

a. Pagi

“Senam ini dilakukannya setiap pagi...” (Halaman 1)


b. Siang

“Ketika SMP, gue masuk siang.” (Halaman 9)


c. Malam

“Pengalaman mencoba senam kentut Bokap dimulai dari suatu malam saat gue kelas 1
SMP.” (Halaman 7)
d. Tahun 2008

“Saat itu, pertengahan 2008,...” (Halaman 85)


e. Tahun 2009

“...pada pertengahan 2009...” (Halaman 22)


f. Pukul 11

“...’Udah, pukul 11 loh.’” (Halaman 33)


3. Suasana

a. Galau/sedih

“Suasana mendadak galau.” (Halaman 28)


b. Menegangkan

“Di antara bunyi detikan jarum jam yang memenuhi kamar, terdengar suara pintu
diketuk...” (Halaman 33)
c. Putus asa

“’Gak papa, Pak,’ kata gue, lesu. ‘Gak papa.’” (Halaman 61)
d. Histeris/dramatis

“’Tidaaaaaaaaaaaak!’ jerit gue, lengkap dengan kamera mengambil gambar dari atas
berputar-putar.” (Halaman 81)
e. Menyenangkan

“’Ayo! Jalan lebih cepat!’ seru gue, girang. ‘Tempatnya di balik gang ini!’
‘YEAAAAY!’ seru adik-adik gue.” (Halaman 80)

D. Alur

Alur yang digunakan dalam novel Manusia Setengah Salmon ini yaitu menggunakan

alur campuran dimana didalamnya terdapat alur maju dan juga alur mundur di dalamnya.
E. Sudut pandang

Sudut pandang yang digunakan dalam novel Manusia Setengah Salmon ini yaitu

menggunakan sudut pandang orang pertama sebagai pelaku utama. Hal ini ditunjukan dengan

penggunakan kata rujukan ‘gue’ di dalam novel tersebut. Sebab dalam cerita novel ini

membahas semua dari tokoh utama, yaitu Raditya Dika.

F. Gaya Bahasa

1. Majas

Raditya Dika sering menggambarkan situasi dan keterangan situasi dengan terlalu

berlebihan agar mendapat efek humor. Raditya Dika menggunakan majas hiperbola untuk

melakukan hal tersebut

“Hidupku tidak lengkap tanpamu” (Halaman 172)

Raditya Dika juga sering menggunakan majas pleonasme menambahkan keterangan

kepada suatu kalimat, tetapi sesungguhnya keterangan tersebut tidak dibutuhkan. Meskipun

dibuang, kalimat tersebut memiliki makna yang tetap. Hanya saja majas pleonasme

membuat suatu kalimat terdengar lebih kuat dan jelas

“Udah, kamu cuci muka, mandi sana. Jangan kau sedih-sedihlah. Masih banyak ikan
di laut. Ha haha!” (Halaman 28)

2. Gaya bahasa penulis

Raditya Dika menggunakan gaya bahasa yang gaul, santai dan humoris untuk

menciptakan suasana yang menghibur dan membuat pembaca merasa terhubung dengan

cerita yang diceritakan oleh Raditya Dika. Contohnya adalah seperti penggunaaan kata

rujuk ‘gue’, panggilan Nyokap dan Bokap.

G. Amanat

1. Nikmatilah perhatian orang tua yang berlebihan selagi kita mendapatkannya, walaupun

menyebalkan, karena ketika mereka tidak ada kita pasti merindukan hal-hal menyebalkan
tersebut. Melakukan hal-hal bersama keluarga adalah hal yang paling indah, walaupun

cuma senam kentut bersama.

2. Contohlah Raditya Dika, walaupun lagi sayang-sayangnya di pindah untuk pindah rumah,

tetapi Raditya Dika tegar dan menerima hal itu. Walaupun beberapa saat belum bisa move

on, tetapi akibat sahabat dan keluarga, Raditya Dika bisa melupakan semua itu dan

menjalankan hal-hal seperti biasa tanpa beban hidup.

H. Sinopsis

Manusia Setengah Salmon adalah kumpulan tulisan komedi Raditya Dika. Sembilan

belas bab di dalam bercerita tentang pindah rumah, pindah hubungan keluarga, sampai pindah

hati. Simak juga bab berisi tulisan galau, observasi ngawur, dan lelucon singkat khas Raditya

Dika.
UNSUR EKSTRINSIK

A. Biografi Penulis

Raditya Dika. Penulis dan Ketua Forum Komunikasi Tukang Odong-Odong. Lahir di

Jakarta, 28 Desember. Sekarang aktif menulis untuk buku, film layar lebar, dan sesekali main

futsal.

Buku-buku lain: Kambingjantan, Cinta Brontosaurus, Radikus Makankakus, Babi

Ngesot, dan Marmut Merah Jambu.

B. Sejarah Penulisan

Novel "Manusia Setengah Salmon" adalah karya Raditya Dika, seorang penulis dan

komedian terkenal asal Indonesia. Sejarah penulisan novel ini bermula pada tahun 2010.

Raditya Dika memulai dengan mempublikasikan cerita-cerita pendeknya dalam bentuk blog di

situs pribadinya.

Cerita-cerita tersebut kemudian diterima dengan baik oleh pembaca dan mendapatkan

popularitas yang besar di dunia maya. Melihat respon positif tersebut, Raditya Dika

memutuskan untuk mengumpulkan cerita-cerita tersebut dalam bentuk buku. Inilah awal mula

terciptanya novel "Manusia Setengah Salmon".

Pada tahun 2011, Raditya Dika menerbitkan novel "Manusia Setengah Salmon" secara

mandiri melalui penerbit pribadinya bernama Bukune. Novel ini merupakan kumpulan cerita

pendek yang sebagian besar terinspirasi dari pengalaman pribadi dan kehidupan sehari-hari

Raditya Dika sendiri. Gaya penulisan yang humoris dan kocak menjadikan buku ini populer di

kalangan pembaca muda.

Setelah diterbitkan, "Manusia Setengah Salmon" mendapatkan sambutan yang sangat

positif dari pembaca dan menduduki peringkat teratas dalam daftar penjualan buku di
Indonesia. Keberhasilan novel ini melahirkan gelombang popularitas bagi Raditya Dika

sebagai penulis dan komedian.

C. Latar Belakang

Raditya Dika menulis novel Manusia Setengah Salmon sebagai kelanjutan dari karya-

karyanya sebelumnya yang berfokus pada genre humor. Ia telah sukses dengan karya-karya

sebelumnya, termasuk buku-buku komedi dan memoir yang menjadi populer di Indonesia.

Dalam novel ini, Raditya Dika melanjutkan gaya penulisan lucu dan menghibur yang telah

menjadi ciri khasnya.

Motivasi utama Raditya Dika dalam menulis novel ini mungkin termasuk keinginannya

untuk terus menghibur pembaca dan penggemarnya melalui cerita-cerita lucu dan

pengalaman-pengalamannya yang unik. Ia juga mungkin ingin menghadirkan narasi yang

lebih panjang dan lebih terstruktur daripada tulisan-tulisannya sebelumnya.

Selain itu, penulisan novel ini juga dapat menjadi media ekspresi pribadi bagi Raditya

Dika. Ia dapat menggunakan novel sebagai wadah untuk menceritakan cerita-cerita lucu,

pengalaman hidupnya, dan pemikirannya tentang dunia sekitarnya. Dalam novel ini, ia dapat

mengekspresikan kepribadiannya dengan cara yang lebih luas dan mendalam daripada yang

mungkin dapat ia lakukan dalam tulisan-tulisannya yang lebih pendek.

Kesuksesan novel-novel sebelumnya juga mungkin menjadi dorongan bagi Raditya Dika

untuk terus menulis dan memberikan hiburan kepada pembaca. Novel Manusia Setengah

Salmon dapat menjadi lanjutan dari pencapaian-pencapaian sebelumnya dan sarana untuk tetap

berinteraksi dengan penggemarnya melalui karya-karya yang khas.

D. Nilai-nilai yang Terkandung

Meskipun novel "Manusia Setengah Salmon" oleh Raditya Dika adalah sebuah karya

humor yang menghibur, terdapat beberapa nilai teladan yang dapat diidentifikasi di dalamnya.

Berikut adalah beberapa contoh nilai-nilai tersebut:


1. Nilai Sosial

a. Nilai Persahabatan: Melalui interaksi dengan teman-temannya, novel ini menunjukkan

pentingnya memiliki hubungan persahabatan yang kuat dan saling mendukung.

Raditya Dika menggambarkan kerja sama, kepercayaan, dan dukungan antara teman-

temannya sebagai sesuatu yang positif.

b. Nilai Keluarga: Hubungan Raditya Dika dengan neneknya menunjukkan pentingnya

menghormati, menghargai, dan menjaga hubungan keluarga. Novel ini menyoroti

kehangatan dan cinta yang terjadi dalam lingkungan keluarga.

c. Nilai Persahabatan: Melalui interaksi dengan teman-temannya, novel ini menunjukkan

pentingnya memiliki hubungan persahabatan yang kuat dan saling mendukung.

Raditya Dika menggambarkan kerja sama, kepercayaan, dan dukungan antara teman-

temannya sebagai sesuatu yang positif.

2. Nilai Psikologis

a. Menghadapi Tantangan dengan Humor: Raditya Dika mengajarkan nilai menghadapi

tantangan hidup dengan sikap humor. Meskipun menghadapi situasi konyol atau

kesulitan, ia menunjukkan ketahanan diri dan kemampuan untuk melihat sisi lucu dari

setiap situasi.

b. Menghargai Kebaikan Orang Lain: Novel ini menekankan pentingnya menghargai

kebaikan dan bantuan dari orang lain. Raditya Dika menceritakan momen-momen

ketika ia menerima bantuan dan dukungan dari orang-orang di sekitarnya, dan

menunjukkan rasa terima kasih dan penghargaannya terhadap mereka.

c. Menerima Diri Sendiri: Raditya Dika mengajarkan nilai menerima diri sendiri apa

adanya. Dalam menghadapi kecanggungan atau keanehan pribadi, ia mengajarkan


bahwa penting untuk merangkul sisi-sisi unik dari diri kita sendiri dan menerima diri

apa adanya.

E. Kondisi Sosial Ketika Karya Dibuat

Novel "Manusia Setengah Salmon" oleh Raditya Dika diterbitkan pada tahun 2011. Pada

saat itu, kondisi sosial di Indonesia mengalami perubahan dan tantangan tertentu. Beberapa

konteks sosial yang mungkin mempengaruhi penulisan novel ini adalah sebagai berikut:

1. Era Internet dan Media Sosial: Pada tahun 2011, internet dan media sosial telah menjadi

bagian integral dari kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Platform seperti

Facebook, Twitter, dan YouTube telah populer dan banyak digunakan untuk

berkomunikasi, berbagi konten, dan menciptakan keterhubungan sosial. Kemungkinan

besar, Raditya Dika mencerminkan pengaruh dan peran media sosial dalam ceritanya,

menggambarkan interaksi sosial melalui platform tersebut.

“Gue menunjuk ke arah BlackBerry di meja makan. ‘Coba lo pake Twitter aja, zaman
sekarang banyak orang ketemu gara-gara kenalan di Twitter, Facebook, gitu-gitu.’
(Halaman 148)

2. Urbanisasi dan Modernisasi: Indonesia mengalami pertumbuhan pesat dalam urbanisasi

dan modernisasi pada tahun 2010-an. Perkotaan tumbuh dengan pesat, infrastruktur

berkembang, dan gaya hidup masyarakat berubah. Hal ini mungkin tercermin dalam

novel, baik melalui cerita-cerita di lingkungan perkotaan, gaya hidup generasi muda,

atau situasi dan peristiwa yang berkaitan dengan perubahan sosial ini.

3. Budaya Populer dan Hiburan: Novel ini juga dapat mencerminkan kehadiran budaya

populer dan industri hiburan yang berkembang di Indonesia. Raditya Dika, sebagai

seorang komedian dan penulis, mungkin berinteraksi dengan dunia hiburan dan

mencerminkan pengalamannya dalam novel ini. Hal ini dapat termasuk kehidupan

selebriti, industri film, atau budaya hiburan populer lainnya.


4. Tantangan Sosial dan Kehidupan Sehari-hari: Meskipun novel ini adalah karya humor

dan menghibur, kemungkinan terdapat juga penggambaran tantangan sosial dan

kehidupan sehari-hari yang dihadapi oleh masyarakat pada saat itu. Ini dapat mencakup

isu-isu seperti transportasi yang sulit, kesulitan dalam mencari pekerjaan, hubungan

interpersonal, atau tekanan hidup dalam masyarakat modern.

Anda mungkin juga menyukai