Anda di halaman 1dari 8

TUGAS MATERI CERITA SEJARAH

NO KAIDAH BAHASA KUTIPAN TEKS


.
1. Kalimat bermakna lampau Yang disebut namanya terakhir di atas ini, baru sepekan
berada di negoro(wilayah kota yang didiami raja).
2. Penggunaa konjungsi yang Sekarang, setelah islam menjadi agama Jawa, leluri wayang
menyatakan urutan waktu dan tembang itu tetap berlanjut sebagai kebudayaan
bangsa.
3. Penggunaan kata kerja - Pada malam yang agak gerimis ini tampak duduk di
material dalam kereta kuda bersama Raden Mas Sunarto sang
tolek (juru bicara).
- Maka diapun lantas gandrung bermain-main menjadi
bunglon, membiarkan hatinya terus bergerak-gerak
sebagaimana air di daun talas.
- Menundukkan kepala dengan badan yang nyaris
bengkak seperti udang rebus.
- Jan Willem van Rijnst tertegun

4. Penggunaan kalimat tidak - Terlebih dahulu mestilah dibilang, bahwa Jan willem
langsung van Rijnst adalah seorang oportunitis bedegong.
- Dalam terdiam yang sekilas begini, dia menemukan
jawaban yang cerdik. Yaitu, dia anggap lebih baik
bertanya, meminta pendapat atau saran dari Danurejo
II.
5. Penggunaan kata kerja mental - Tapi dengan meninggikan rasa percaya diri dalam niat
hati untuk mengasut
- “Barangkali Tuan akan menganggap enteng perkara ini.
Tapi, sebaiknya Tuan ketahui sebab maaf, Tuan masih
baru di sini-bahwa kami, bangsa Jawa, sangat peka
terhadap suara hati, yaitu perasaan dalam tubuh insani
yang sekaligus menajdi wisesa ruhani.”
- Naga-naganya Jan Willem van Rijnst tidak begitu
mudheng menangkap makna yang dikalimatkan oleh
Danurejo II.
- Danurejo tak rumangsa dicerca.
- Dia mengira Belanda di hadapannya menghargainya.

6. Penggunaan dialog - “Kekuatan dalam pengertian daya tahan yang lebih asasi
dari sekadar keteguhan dan ketegaran.”
“Kekuatan macam apa itu?”
“Kekuatan yang dibangun di atas landasan kebencian
kepada musuh.”
“Apa maksud Tuan: kekuatan yang dibangun atas
landasan kebencian kepada musuh?”
- “Sebetulnya melawan kompeni disadari Sri Sultan
sebagain menimba air dengan keranjang.”
“Hm?”
“Tapi, seandainya terjadi persatuan yang menggumpal
antara rakyat Yogyakarta dan rakyat Surakarta,
bagaimanapun hal itu bisa menjadi kekuatan yang tidak
terduga.”
“Bukankah persatuan itu sudah mustahil terjadi?”
“Ya. Itu untuk sultan di Yogyakarta dan susuhunan di
Surakarta. Tapi, bagaimana kalau rakyat yang sudah
meresap diresapi kekuatan wayang dan tembang?
Lambat atau cepat toh akan terjadi gejolak yang
berlanjut menjadi perang.”
7. Penggunaan kata sifat - Dari catatan-catatan itu pula dia mengenal pusat
kerajaan Jawa yang lain, di timur Yogyakarta, yaitu
Surakarta, yang penguasa-penguasanya terus saling
cemburu walaupun sudah dibuat Babad Palihan Negari,
atau lebih dikenal sebagai “Perjanjian Giiyanti” pada 13
Februari 1755.
- Ndilalah sifat-sifat Jan Willem van Rijnst ini bagai
pinang dibelah dua dengan sifat-sifat Danurejo II yang
bagai kedelai di pagi tempe di sore.
- Alih-alih Jan Willem van Rijnst sangat peduli, dan hal itu
merupakan sisi menarik darinya yang jali di antara sisi-
sisi lain yang menyebalkan.
8. Penggunaan kata atau frasa - Mencari muka
bermakna kias - Bermain-main menjadi bunglon, membiarkan hatinya
terus bergerak-gerak sebagaimana air di daun talas.
- Pinang dibelah dua
- Kedelai di pagi tempe di sore
- Bengkok seperti udang rebus
- Suara hati
- Bernapas panjang
- Merasuk dalam jiwa dalam sanubari dalam ruh,
sepanjang hayat dikandung badan.
- Asan-tak-asan
- Perang urat saraf
- Menimba air dengan keranjang
- Makin besar jurang kemelut terjadi
- Menyepatkan mata
- Pernyataan yang kerang keroh itu
NILAI NILAI YANG TERKANDUNG DALAM TEKS SEJARAH
“PANGERAN DIPONEGORO”

N NILAI NILAI KUTIPAN TEKS


O

1. Nilai Budaya - “Barangkali Tuan akan menganggap enteng perkara ini. Tapi,
sebaiknya Tuan ketahui-sebab maaf, Tuan masih baru di sini-
bahwa kami, bangsa Jawa, sangat peka terhadap suara hati, yaitu
perasaan dalam tubuh insani yang sekaligus menjadi wisesa
ruhani.”
- “Perasaan benci yang direka di dalam piranti kebudayaan, yaitu
kesenian, khususnya wayang dan tembang macapat, daya
tahannya luar biasa, dan daya serapnya amat istimewa merasuk
dalam jiwa dalam sanubari dalam ruh, sepanjang hayat
dikandung badan.”
- “Tuan bilang wayang dan tembang punya napas panjang?
Bagaimana caranya Tuan menyimpulkan itu?”
- “Maaf, Tuan Van Rijnst, perlu Tuan ketahui, wayang dan
tembang berasal dari leluri Hindu-Buddha Jawa. Sekarang,
setelah islam menjadi agama Jawa, leluri waang dan tembang itu
tetap berlanjut sebagai kebudayaan bangsa. Apakah Tuan tidak
melihat itu sebagai kekuatan?”
2. Nilai Moral/Etik - “Hm.” Jan Willem van Rijnst menerka-nerka ambisi Danurejo di
balik pernyataan yang kerang keroh itu. Sambil menatap lurus-
lurus ke muka Dunarejo, setelah membagi arah pandangannya
kepada Raden Mas Sunarko yang sangat tolek,
3. Nilai Agama - Terlebih dahulu mestilah dibilang, bahwa Jan Willem van Rijnst
adalah seorang oportunis bedegong. Asalnya dari Belanda
tenggara. Lahir di Heerlen, daerah Limburg yang seluruh
penduduknya Katolik. Tapi, masya Allah, demi mencari muka
pada pemegang kekuasaan di Hindia Belanda, sesuai dengan
agama yang dianut oleh keluarga kerajaan Belanda di
Amsterdam sana yang Protestan bergaris kaku Kalvinisme, maka
dia pun lantas gendrung bermain-main menjadi bunglon,
membiarkan hatinya terus bergerak-gerak sebagaimana air di
daun talas.
4. Nilai Sosial Jan Willem van Rijnst bergerak menyamping, membuka tangan
kanannya, memberi isyarat kepada Danurejo untuk masuk dan
duduk. Agaknya untuk penampilan yang berhubungan dengan bahasa
Belanda beschaafdheid yang lebih kurang bermakna ‘tata krama
santun sesuai peradaban’, alih-alih Jan Willem van Rijnst sangat
peduli, dan hal itu merupakan sisi menarik darinya yang jali di antara
sisi-sisi lain yang menyebalkan.
5. Nilai Edukatif Dan kelihatannya dia bisa begitu cepat menyukai pekerjaannya di
sini: di salah satu pusat kerajaan Jawa yang selama ini hanya
diketahuinya dari catatan-catatan VOC. Dari catatan-catatan itu pula
dia mengenal pusat kerajaan Jawa yang lain, di timur Yogyakarta,
yaitu Surakarta, yang penguasa-penguasanya terus saling cemburu
walaupun sudah dibuat Babad Palihan Negari, atau lebih dikenal
sebagai “Perjanjian Giiyanti” pada 13 Februari 1755.
6. Nilai Estetika Sebab, ketika Jan Willem van Rijnst berkata begitu di dalam hatinya,
dia melakukan dengan memasang senyum di muka. Karuan Danurejo
II pun memasang muka manis atas kodratnya yang muka-dua.
7. Nilai Politik Melalui toleknya Danurejo berkata, “Seperti Tuan ketahui, bahwa
baik de jure maupun de facto sudah tidak ada lagi kerajaan Mataram.
Sebab, semua keputusan dalam ketatanegaraannya menyangkut
politik dan ekonomi sepenuhnya sudah diambil alih VOC. Tapi
perlukan Tuan ketahui, dan sebolehnya Tuan sampaikan kepada
Gubernur Jenderal di Batavia, bahwa semua raja, mulai dari Sri Sultan
Hamengku Buwono II, sama-sama secara diam-diam, dengan siasat
yang berbeda, menyusun kekuatan untuk melawan kekuasaan
Belanda.”
8. Nilai Patriotik “Sekarang ini Sri Sultan sedang repot membangun kekuatan dalam
pikiran rakyat, bukan Cuma dengan bedil, tapi juga dengan cara
menanamkan perasaan kebangsaan yang membenci Belanda melalui
peranti-peranti kebudayaan adiluhung, kebudayaan yang bernapas
panjang.”
9. Nilai Historis Dari catatan-catatan itu pula dia mengenal pusat kerajaan Jawa yang
lain, di timur Yogyakarta, yaitu Surakarta, yang penguasa-
penguasanya terus saling cemburu walaupun sudah dibuat Babad
Palihan Negari, atau lebih dikenal sebagai “Perjanjian Giiryanti” pada
13 Februari 1755.

CERITA SEJARAH PRIBADI


BY : NADIRA T. RANSUN

Nama saya Nadira T. Ransun, dari keluarga saya biasa dipanggil dira dan dari teman-
teman saya biasa dipanggil dengan sebutan dibu yang pasti ada artinya. Saya terlahir dari
keluarga yang sederhana dengan memiliki seorang kakak laki-laki dan seorang kakak
perempuan. Keduanya telah berkeluarga, jadi saya merupakan anak bungsu satu-satunya yang
dibiayai orang tua saya. Dari kecil, sejujurnya saya tidak pernah akur dengan kakak perempuan
saya. Keduanya hanya saling membenci dan tidak pernah damai. Tapi semenjak dia menikah,
merupakan awal yang baru bagi kami untuk berdamai.
Tahun 2008 saya mulai masuk TK. Pergi ke sekolah saya naik angkot sendiri tetapi sudah
dipilih ibu saya dan ketika pulang saya dijemput ayah menggunakan motor. Di TK saya bisa
dibilang murid yang paling kreatif di antara teman-teman yang lain. Pada masa itu, saya
mendapat pertemanan yang baik. Bahkan sampai sekarang kami masih berteman, tapi hanya
sebagian dari mereka. Di masa itu juga merupakan masa yang paling menyenangkan karena
hanya bermain yang bisa saya lakukan.
Kemudian pada tahun berikutnya saya telah duduk di bangku SD yaitu di SD Katolik V
Tomohon. Beberapa dari teman saya yang dari TK juga sekelas dengan saya. Banyak kenangan
yang saya dapatkan saat berada di sekolah ini. Mulai dari kenangan dengan teman-teman dan
bahkan guru-guru. Saya selalu mengikuti kegiatan yang diselenggarakan oleh sekolah, atau
kegiatan pemerintah yang mewakili sekolah. Pernah ditunjuk sekali mengikuti bintang vokalia
membawa nama sekolah. Bisa dibilang saya juga cukup berprestasi di kelas, tetapi tentu lebih
banyak juga saingan yang harus saya lawan. Dengan usaha yang telah saya lakukan, saya
beberapa kali mendapat peringkat satu atau bahkan selalu berada di 5 besar.
Kelas 4 SD saya mulai masuk sanggar seni kolintang. Awalnya saya pergi dengan sahabat
saya namanya Misel tapi ternyata teman kelas saya yang lain juga ikut bergabung dengan kami.
Lomba pertama saya diadakan diluar daerah dan saat itu saya menjadi penyanyi bersama
sahabat saya juga teman saya yang laki-laki. Saat itu saingan kami sangat banyak dan karena
kali pertama mengikuti lomba, kami meraih peringkat harapan 1, tapi tetap saja saya sangat
bersyukur karena itu hasil yang lumayan. Dan akhirnya sekolah mengetahui bahwa beberapa
dari kami telah mahir bermain alat musik kolintang hingga membentuk satu tim. Dengan
melihat kemampuan kami yang cukup, sekolah akhirnya memutuskan untuk mengikutsertakan
kami dalam Festival Malesung yang akan diadakan di Jakarta. Tentu kami sangat senang dan
bersemangat hingga membuat kami untuk latihan dengan baik dan serius. Dan akhirnya kami
pun bisa berangkat ke Jakarta tentu dengan banyak usaha. Disana banyak sekali kenangan yang
lucu dan bahkan yang sedih hingga saat ini tidak saya lupakan. Dengan usaha dan latihan yang
maksimal akhirnya kami memenangkan lomba tersebut pada kategori SD dengan meraih piala
bergilir dan piala tetap.
Pada tahun 2015 saya duduk di bangku SMP yaitu di SMP Frater Don Bosco Tomohon.
Menurut saya, dimasa ini merupakan awal dimana beban pikiran mulai bertambah. Mulai dari
tugas-tugas yang banyak, uang sekolah yang masih menunggak dan diawal masuk SMP saya
tidak memiliki pertemanan yang baik. Tapi saat di kelas 8 saya pindah di kelas A. Dari situ saya
mulai akrab dengan mereka dan menjadi teman yang baik. Banyak hal yang saya lalui saat di
bangku SMP bersama teman-teman saya, mulai dari hal yang lucu, haru, dan bahkan hal-hal
buruk yang pernah kami lalui. Jujur saja, masa SMP merupakan masa yang paling berkesan bagi
saya. Bahkan sampai sekarang saya belum move on dengan teman-teman saya yang di bangku
SMP. Di sekolah ini juga ternyata banyak pemain-pemain kolintang hingga membentuk satu
tim. Dan sekolah mengikutsertakan kami dalam Festival PINKAN yang akan diadakan di
Surabaya. Sama seperti waktu SD, tentu banyak kenangan yang ada pada saat itu.
Dan pada tahun 2018 saya naik di bangku SMK yaitu di SMK Katolik St. Familia
Tomohon. Saya sengaja memilih masuk sekolah kejuruan karena cita-cita saya menjadi seorang
pramugari. Tentu orang akan bilang bahwa saya salah masuk jurusan karena saya masuk kelas
akuntansi. Tapi tentu saja saya mempunyai rencana sendiri untuk masa depan nanti. Di masa ini
merupakan masa dimana rasa tertarik terhadap lawan jenis mulai muncul. Dan jujur saja saya
tidak merasakan hal tersebut saat berada di sekolah. Tapi malah sebaliknya. Seorang kakak
kelas ada beberapa yang mungkin bisa dikatakan tertarik dengan saya tapi saya menolak. Di
kelas, saya punya teman dekat hingga kami membuat grup.
Pada bulan Januari 2020 kami mengikuti PKL dan kami beruntung mendapat tempat
yang sama. Saya sangat beruntung karena para pegawai di sana sangat baik. Mereka
mengajarkan saya cara melayani nasabah juga tugas-tugas lainnya. Saya merasa paling
beruntung karena dibandingkan dengan teman saya yang lain, saya lebih tau banyak hal. Bukan
berarti saya egois, melainkan itu kesalahan dari mereka yang tidak mau bertanya. Sehingga
timbul rasa iri yang menyebabkan pertemanan kami menjadi renggang. Tapi hal itu tidak
berjalan lama, saya memutuskan untuk mengalah dan akhirnya semua kambali normal. Karena
kami dekat dengan para pegawai, mereka mengundang kami untuk mengadakan pesta bersama
di salah satu villa milik salah satu pegawai di kantor. Dan hari itu merupakan hari yang paling
menyenangkan bersama mereka menurut saya. Tapi siapa yang tau, itu merupakan saat
terakhir kami untuk bersenang-senang bersama mereka. Karena setelah wabah virus corona
mulai masuk ke kota Tomohon, semua kegiatan pembelajaran di sekolah dihentikan untuk
sementara. Dan besoknya merupakan hari terakhir kami di kantor karena telah diinformasikan
bahwa semua siswa PKL harus dihentikan.
Dan dari situlah awal kami para pelajar diharuskan untuk belajar daring, melalui
beberapa software yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Awalnya kami masih merasa
biasa saja dengan situasi yang sedang kami jalani. Tapi lama-kelamaan banyak yang mulai tidak
nyaman dan mengeluh. Tapi tetap saja, sebagai seorang siswa kami tidak boleh melakukan apa-
apa, hanya mengikuti apa yang diperintahkan. Jadi yang harus dilakukan saat ini ialah jaga
kesehatan dan ikuti setiap anjuran pemerintah.

#dirumahaja
#salamsehat
#tugasmantul
#asikdeh
#antistres
#JANGANSEDIH

Anda mungkin juga menyukai