Anda di halaman 1dari 4

Kutipan Novel Struktur Keterangan

Malam yang senyap Orientasi Berisi penjelasan tentang


menyergap istana Majapahit. latar waktu dan suasana
Beberapa buah obor telah istana Majapahit sebelum
dinyalakan dan mencoba menuju konflik cerita
menerangi sudut-sudut
istana. Beberapa prajurit
terlihat berjalan mondar-
mandir di regol dan halaman,
beberapa yang lain duduk
termangu menatap kabut
yang turun. Di langit, bulan
purnama timbul tenggelam
seperti berada di wilayah
antara ada dan tiada.

Sesungguhnya, ibu kota Pengungkapan Peristiwa Pada bagian ini disajikan


Majapahit jarang-jarang peristiwa awal timbulnya
disergap kabut, tetapi kali ini kabut tebal yang menyelimuti
benar-benar bagai sebuah istana Majapahit sehingga
keajaiban. Beberapa prajurit menimbulkan keresahan.
bahkan menjadikan kabut itu
sebagai tontonan. Makin
lama kabut yang turun makin
tebal merampok jarak
pandang. Empat buah obor
besar di pendapa yang
menyala karena minyak
lemak terlihat amat kabur,
bahkan makin tidak terlihat
kecuali cahaya temaram yang
bergelombang. Angin yang
berembus dengan halimun
uleng-ulengan akhirnya
membunuh obor tanpa
meninggalkan rasa kasihan.

Kabut yang semula


mengemuli puncak Gunung
Arjuno, Gunung Welirang,
dan Gunung Anjasmoro
bergerak ke arah utara dan
menyebar ke segenap sudut
kotaraja Majapahit,
menyebar dan menyergap
wilayah di sekitarnya. Angin
menderu-deru tanpa hujan itu
menumbuhkan tanda tanya
karena gejala alam yang
demikian terasa aneh.
”Bagaimana menurutmu Adi Menuju konflik Pada bagian ini menyajikan
Dipo Rumi?” bertanya laki- percakapan tentang
laki tua dengan rambut yang keresahan yang dirasakan
sudah memutih itu. ”Apakah terkait peristiwa kabut tebal
menurutmu apa yang baru yang akan menyebabkan
saja kita lihat bukan suatu hal terjadinya percakapan
yang amat mendebarkan?” panjang yang menjadi
Ki Dipo Rumi dan Wongso puncak konflik
Banar rupanya memiliki
perbendaharaan pengetahuan
yang langka yang tidak
dimiliki orang pada
umumnya. Bahwa
kemunculan bintang
kemukus merupakan isyarat
yang tidak baik, hal itu sudah
diketahui oleh orang banyak.
Namun, bahwa munculnya
kabut dengan angin deras tak
berhujan, hanya orang
tertentu yang menandai
kejadian aneh seperti itu.
Apalagi, sehari sebelumnya
ketika langit terlihat bersih,
tampak bintang kemukus
dengan ekornya yang
memanjang gemerlapan.

”Apa yang terjadi ini seperti Puncak Konflik Pada bagian ini terjadi
pengulangan atas apa yang percakapan tentang peristiwa
pernah terjadi pada masa masa lalu yang juga berkaitan
silam. Sehari menjelang dengan kerajaan-kerajaan
perang besar yang terjadi besar yang mengalami suatu
antara Tumapel di bawah peristiwa besar yang pada
kendali Ken Arok melawan awalnya ditandai dengan
Kediri di bawah Kertajaya, kejadian-kejadian aneh di
terjadi keganjilan seperti ini. Istana sebagai suatu pertanda
Kabut tebal dan badai hal besar akan terjadi.
melintas di malam saat langit Sehingga hal yang terjadi di
sedang berhias kemukus, masa lalu tersebut dikaitkan
seolah menjadi pertanda dengan yang terjadi pada
khusus akan adanya perang kejadian yang terjadi di
yang meminta banyak kerajaan Majapahit oleh
korban,” berkata Ki tokoh.
Wongso Banar.
”Bukan hanya perang atas
Tumapel dan Kediri,”
tambah Ki Dipo Rumi,
”tetapi juga di malam
menjelang kehancuran
Singasari yang digempur
Jayakatwang, kabut tebal
menyergap kotaraja Singasari
dengan amat pekatnya.
Ditandai kemunculan angin
deras, pertempuran yang
sangat berdarah terjadi di
kotaraja Singasari.
Kertanegara yang tidak
dikelilingi prajuritnya karena
dikirim ke Pamalayu
digempur Jayakatwang.
Kertanegara pralaya.”
Gejala alam seperti itu Ki
Dipo Rumi dan Wongso
Banar memercayainya.
Wirahandaka atau juga
dipanggil Wirandaka
akhirnya tak bisa menahan
rasa penasarannya.
”Apakah bisa dipastikan,
dengan demikian besok akan
terjadi peristiwa besar?
Peristiwa apakah itu? Besok
negeri ini akan diserbu
negara lain atau bagaimana?”
Ki Wongso Banar dan Dipo
Rumi saling pandang.
”Apa yang kita bicarakan ini
hanyalah ilmu titen,
Wirandaka,” balas Dipo
Rumi. ”Bahwa dahulu kala
ada beberapa perang besar
yang meminta banyak korban
nyawa, umumnya ditandai
munculnya lintang kemukus.
Setelah beberapa hari bintang
yang memiliki ekor menyala
benderang itu menampakkan
diri, pertanda munculnya
kabut dengan pusingan angin
itu makin mempertegas bakal
hadirnya peristiwa itu. Jika
kau bertanya akan terjadi
peristiwa apakah besok, aku
sama sekali tidak memiliki
kemampuan untuk mengintip
hari esok.” Wirandaka
termangu penasaran, ”Kalau
ternyata besok tidak terjadi
apa-apa?”
Wiro Banar memandang
Wirandaka dengan tajam.
”Aku yakin besok akan
terjadi sesuatu yang luar
biasa.”
”Ya,” Ki Dipo Rumi
meyakinkan, ”aku juga yakin
besok akan terjadi sesuatu.

Anda mungkin juga menyukai