Anda di halaman 1dari 4

Nama

NIM
Kelas

: I Gst. Pt. Ngr. Ananta Kusuma


: 1515323013
: 2A MI

Judul
: KEN AROK: Banjir
Darah Di Tumapel
Penulis
: Gamal Komandoko
Tahun Terbit
: Mei 2008
Tempat / Penerbit
: Yogyakarta / NARASI
Tebal
: 336 Halaman
Harga
: Rp.125.000
ISBN (10)
: 979-168-090-6
ISBN (13)
: 978-979-168-090-5

Buku yang ditulis oleh Gamal Komandoko ini terdiri dari dua belas
bagian, yaitu Tumapel pada bagian pertama, dilanjutkan dengan
Tunggul Ametung pada bagian kedua, selanjutnya Ken Endok pada
bagian ketiga. Selanjutnya pada bagian keempat Gamal Komandoko
membahas mengenai Gajah Para, pada bagian kelima membahas
mengenai Peristiwa Pura Agung, pada bagian keenam Penderitaan
Dan Guncangan dan pada bagian ketujuh ia membahas mengenai
Putra Ken Endok, selanjutnya membahas Anak Pungut Ki Lembong,
yang dilanjutkan Bandar Bango Samparan pada bagian delapan dan
sembilan. Dan Gomal Komandoko membahas Cah Angon Berandalan,
Rencana Maha Berani pada bagian sepuluh dan sebelas diakhiri
dengan Umang pada bab terakhir.

Darahku bergelora dan gairahku memuncak sejak bertemu


dengannya, aku merasa yakin bahwa wanita bernama Dedes itu adalah
takdir pendamping kejayaanku, seperti halnya aku yakin, bahwa darah
Negeri Kadiri akan membanjiri Tumapel, sebagai tumbal yang akan
membawaku ke puncak tertinggi takhta kekuasaan kerajaan Singasari
(endorsment)
Ambisi besar Ken Arok menguasai Negeri Kadiri, membuatnya harus
membunuh akuwu Tunggul Ametung (suami Ken Dedes) sebelum
melenyapkan raja Sri Kretajaya yang berkuasa otoriter, angkuh dan
semena-mena terhadap bawahan serta rakyatnya. Ken Arok muak, mual
melihat tindak tanduk pemimpinnya. Suatu saat aku akan memenggal
kepala raja kadiri yang angkuh itu. Akan ku injak-injak lehernya sampai
mampus. Dan aku akan berkuasa diseluruh daratan Kadiri yang penuh
keindahan bumi dan harta yang melimpah ini; impian Arok kala remaja.
Dalam novel empiris: Ken Arok Banjir Darah Di Tumapel ini, Gamal
Kamandoko menceritakan secara gamblang kehidupan Arok mulai
Gembalawan (menggembala kerbau) hingga rajadiraja tunggal Jawadwipa.
Padahal dulunya Arok adalah bayi yang ditemukan antara nisan-nisan
kuburan tanpa seorang ibu menyertai.
Setelah peristiwa besar di Pura Agung (tempat sembahyang agama
hindu) Astia alias Ken Endok, istri Resi Girinata, ibu Arok itu tak sadar
disetubuhi penjaga pura (Pandhito). Astia meminta Jagat Pramudita
(Gajah Para) putra nyi Colok untuk mengakuinya. Tentu saja Gajah Para
kaget, ia menolak mengaku menghamili istri Resi Girinata itu. Hati Ken
Endok terasa teriris-iris karena bayi dalam rahimnya tak ada yang
mengakui. Penderitaan dan guncangan hidup membuatnya memilih jalan
untuk kabur dari desa Pangkur tempat hidup bersama Resi Girinata, demi
menyelamatkan diri dari hukuman mati karna ulah hinanya.
Malam yang sepi mencekam di tengah kuburan lahirlah Ken Arok. Sang
bayi tanpa ayah itu di tinggalkan ibunya dalam lubang bersama
tangisannya yang memecah keheningan malam. Mendengar tangisan
misterius dari arah kuburan, ki Lembong, seorang pencuri ulung yang baik
hati dari desa Lebak, menghampiri dan memungut bayi tergeletak penuh

cahaya yang memancar dari mulutnya. Ia memberikan nama Jaka Temon


(anak temuan) pada bayi itu.
Kasih dan sayang di curahkannya pada Temon hingga tampak dewasa
dan gagah perkasa. Akan tetapi, Joko Temon yang dianggap oleh warga
seorang keturunan Dewata Agung itu, tak mempunyai kelakuan baik, tiada
hari tanpa berkelahi, bermain judi, hingga ludes semua harta ki Lembong
dipakainya untuk taruhan. Rasa tak enak pada ki Lembong menyelimuti
dirinya, dia kabur dan bertemu Bandar Bango Samparan (Bandar judi dari
Madura), ini kesempatan bagi Jaka Temon untuk kembali duduk dimeja
judi. Karena bakat alami pada dirinya yang agung, namanya dirubah
menjadi Ken Arok oleh Bango samparan atas petunjuk Jagat Dewa Barata,
sang dewa jagat raya.
Kisah insiden Banjir darah di negeri Tumapel, membuat buku ini
menarik untuk dibaca. Pergolakan politik kekuasaan menjadi sajian utama.
Percintaan yang membawa pada penghianatan, bahkan pembunuhan,
mewarnai setiap halaman demi halaman sampai Ken Arok menjadi raja
Jawadwipa. Cinta dan cita-cita Arok mempermaisuri Ken Dedes putri Mpu
Purwa, ahirnya menjadi kenyataan.
Sebagai endorsment, cikal bakal banjir darah Tumapel diawali dari
pengetahuan Tunggul Ametung akan kecantikan Dedes yang luar biasa.
Dengan kekuasaan dan jabatan, ia menggondol paksa Ken Dedes dari
ayahnya. Hal ini membuat Mpu Purwa (ayah Dedes), sakit hati, tidak rela
anaknya direbut, lantas menghujamkan ipat-ipat pada Tunggul Ametung.
Politik kekuasaan ken arok menggulingkan tahta Tunggul Ametung
memang sangat brilian. Seolah-olah ia lempar batu sembunyi tangan,
menggunakan Kebo Ijo sebagai batu lancip untuk menusuk Tungul
Ametung. Ken Arok berlagak menyelamatkan kerajaan Tumapel dari
pemberontak, dengan menangkap dan membunuh Kebo Ijo. Sebab
musabab itulah yang melatar belakangi Arok memegang kekuasaan di
Tumapel, sekaligus membanjirnya darah Kadiri di Tumapel.
Novel ini pantas dilihat serta dibaca setiap pemimpin penjuru
nusantara, bagaimana Ken Arok menjadi pemimpin yang mumpuni,
mampu menjadikan Tumapel negara aman tanpa teroris, menyediakan
lumbung persediaan bahan pangan, pakaian bagi seluruh rakyat, keamanan
yang terjamin, mampu mengatasi problem rakyat, hingga tak ada resah

risau dari rakyat, apalagi yang mendemo, sangat mustahil jika pemimpin
yang mumpuni, digegerkan rakyat untuk turun takhta.
Tokoh Ken Arok adalah fenomena besar. Kecerdasan, keberanian,
kecerdikan, serta keperkasaan, merupakan beberapa hal penting yang
sangat menonjol pada diri Ken Arok. Dan atas itu juga, ia sebagai orang
biasa justru berhasil duduk menjadi seorang raja besar. Perjuangan dan
perjalanan Ken Arok menuju takhta kekuasaan, amat sarat dengan nuansa
intrik, cinta, persekongkolan, dan pengkhianatan.
Adapun kelebihan dari novel ini, adalah kata kata atau bahasanya mudah
dimengerti atau dipahami, Kisah lengkap dan komplit dari seorang Ken
Arok, sedangkan kekurangan dari novel ini yaitu terlalu banyak
memunculkan konflik sehingga pembaca seolah menemukan titik jenuh
dan dapat menebak akhir cerita.
Kesimpulan dari novel ini yaitu semoga kita bisa lebih bijak, arif dan
dewasa dalam menyikapi hidup. Kita dapat belajar mengambil hikmah
dalam setiap kejadian dari novel KEN AROK ini.

Anda mungkin juga menyukai