Modernisasi Jepang
Bangsa barat yang pertama kali mendobrak politik isolasi Jepang adalah Amerika
Serikat. Pada tahun 1853, angkatan laut Amerika Serikat di bawah pimpinan Commodore
Metthew Calbraith Perry tiba di Teluk Yokohama. Tujuannya untuk meminta kepada
pemerintah Jepang membuka kota-kota pelabuhannya bagi keperluan perniagaan
(perdagangan). Namun, pemerintah Jepang yang diwakili oleh Shogun dari Keluarga
Tokugawa meminta waktu untuk mempertimbangkannya.
Pada tahun 1854, Commodore Perry kembali ke Jepang yang dilanjutkan dengan
dibuatnya perjanjian Shimoda. Tujuan dari perjanjian itu adalah untuk membuat kesepakatan
hubungan antara Jepang dengan Amerika Serikat. Namun perjanjian yang disepakati antara
Shogun dengan Amerika Serikat itu menyebabkan munculnya golongan-golongan yang tidak
setuju atau menentang pembukaan Jepang dan sekaligus menentang politik Shogun.
Pada dasarnya di Jepang terdapat dua kekuasaan pemerintah, yaitu pemerintahan Shogun
yang berkududukan di Edo dan pemerintahan Kaisar (Tenno) yang berpusat di Kyoto. Pada
tahun 1867 Kaisar Komei meninggal dunia dan digantikan oleh puteranya yang bernama
Pangeran Mutshuhito dengan gelar Tenno Meiji. Gerakan untuk mengembalikan kekuasaan
ke tangan Kaisar semakin kuat dan mencapai puncaknya. Shogun Yosinobu meletakkan
jabatannya pada tanggal 8 November 1867. Untuk mengakhiri kekuasaan Shogun itu, maka
Jepang memasuki era baru, dimana kekuasaan kembali berada di tangan Kaisar (Tenno).
Peristiwa ini dikenal dengan Restorasi Meiji. Kaisar Meiji melakukan pembaharuan di segala
bidang kehidupan masyarakat Jepang dengan tujuan untuk mengejar ketinggalan-krtinggalan
dari bangsa-bangsa Barat. Tahun 1873 diadakan wajib militer bagi semua lapisan masyarakat
dan juga bentuk tentara nasional dengan segala perlengkapannya yang dibeli dari negara-
negara Barat. Pada tahun 1871 dibentuk departemen pengajaran serta dikeluarkanlah wajib
belajar terhadap anak-anak usia 6-14 tahun,dan Jepang menjadi negeri pertama di dunia yang
bebas buta huruf. Pada tahun 1873 dibentuk sistem pajak baru. Dengan demikian setelah
Restorasi Meiji dalam waktu yang cukup singkat Jepang menjadi negara maju dan dapat
mengangkat dirinya sejajar dengan negara-negara Barat.
1. Bidang militer
Tentara Jepang dikenal dengan Pasukan Kate (karena orang-orang Jepang pendek-pendek),
yang memiliki semangat Bushido yang tinggi yang ditunjang oleh persenjataan modern.
Ekspansi Jepang yang selalu berhasil akhirnya menyadarkan bengsa-bangsa Barat terhadap
bahaya “Kuning” yang dari arah utara.
1. Bidang ekonomi
Jepang berusaha untuk merebut pasaran hasil industri dengan melaksanakan Politik
Dumping. Negara-negara yang kaya dengan hasil bahan industri akan bekerjasama dengan
Jepang sebagai negara yang maju industrinya, sehingga akan terjadi kerjasama yang serasi
untuk meningkatkan kemakmuran bersama.
1. Bidang ekonomi
Kedatangan bengsa Jepang ke Indonesia berlatar belakang masalah ekonomi, yaitu mencari
daerah-daerah sebagai penghasil bahan mentah dan mahan baku. Aktivitas perekonomian
bangsa Indonesia pada zaman Jepang sepenuhnya dipegang oleh pemerintah Jepang.
1. Bidang pendidikan
Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia, kehidupan pendidikan berkembang pesat
dibandingkan dengan pendudukan Hindia Belanda. Pemerintah pendudukan Jepang
memberikan kesempatan kepada bangsa Indonesia untuk mengikuti pendidikan pada sekolah-
sekolah yang dibangun oleh pemerintah.
1. Bidang kebudayaan
Jepang sebagai negara fasis selalu berusaha untuk menanamkan kebudayaanya. Salah satu
cara Jepang adalah kebiasaan menghornat ke arah matahari terbit.
1. Bidang sosial
Selama masa pendudukan Jepang kehidupan sosial masyarakat sangat memprihatinkan.
Terlabih lagi rakyat dijadikan romusha (kerja paksa), sehingga banyak jatuh korban akibat
kelaparan dan penyakit.
1. Bidang birokrasi
Kekuasaan Jepang atas wilayah Indonesia dipegang oleh kalangan militer, yaitu dari angkatan
darat (rikugun) dan angkatan laut (kaigun). Dengan demikian sistem pemerintahan atas
wilayah diatur berdasarkan aturan militer.
1. Bidang militer
Kekuasaan Jepang atas wilayah Indonesia memiliki arti penting, khususnya dalam bidang
militer. Para pemuda bangsa Indonesia diberikan pendidikan militer melalui organisasi
PETA. Pemuda-pemuda yang tergabung dalam PETA inilah yang nantinya menjadi inti
kekuatan dan penggerak perjuangan rakyat Indonesia mencapai kemerdekaannya.
Pada Januari 1942, Jepang mendarat di Indonesia melalui Ambon dan seluruh Maluku
Daerah Tarakan di Kalimantan Timur kemudian dikuasai olehJepang bersamaan dengan
Balikpapan (12 Januari 1942). Jepang kemudianmenyerang Sumatera setelah berhasil
memasuki Pontianak. Bersamaan dengan itu Jepang melakukan serangan ke Jawa (Februari
1942). Setelah daerah-daerah di luar Jawa dikuasai, Jepang memusatkan perhatiannya untuk
menguasai tanahJawa sebagai pusat pemerintahan Hindia Belanda.
Dalam upaya menguasai Jawa, telah terjadi pertempuran di Laut Jawa, yaitu antara
tentara Jepang dengan Angkatan Laut Belanda di bawah LaksamanaKarel Doorman. Tetapi
belanda dan laksamana karel doorman gagal . Jenderal Imamura dan pasukannya mendarat
di Jawa pada tanggal 1 Maret 1942. Pendaratan itu dilaksanakan di tiga tempat, yakni di
Banten dipimpin oleh Jenderal Imamura sendiri. Kemudian pendaratan di Eretan Wetan-
Indramayu dipimpin oleh Kolonel Tonishoridan pendaratan disekitar Bojonegoro dikoordinir
oleh Mayjen Tsuchihash.
Untuk menghadapi pasukan Jepang, sebenarnya Sekutu sudah mempersiapkan diri,
yaitu antara lain berupa tentara gabungan ABDACOM dan sebagainya . Meskipun demikian,
tentara Jepang mendarat di Jawa dengan jumlah yang sangat besar, sehingga pasukan
Belanda tidak mampu memberikan perlawanan. Tanggal 5 Maret 1942 Batavia jatuh ke
tangan Jepang. Tentara Jepang terus bergerak ke selatan dan menguasai kota
Buitenzorg (Bogor). Dengan mudah kota-kota di Jawa yang lain juga jatuh ke tangan Jepang.
Pada tanggal 8 Maret 1942 Jenderal Ter Poorten atas nama komandan pasukan
Belanda/Sekutu menandatangani penyerahan tidak bersyarat kepada Jepang yang diwakili
Jenderal Imamura Penandatanganan ini dilaksanakan di Kalijati, Subang. Gubernur Jenderal
Tjarda ditawan. Namun Belanda segeramendirikan pemerintahan pelarian (exile government)
di Australia di bawahpimpinan H.J. Van Mook.
Sejak Jepang berkembang menjadi negara industri dan tampil sebagai imperialis,
Jepang mulai membutuhkan daerah-daerah baru. Salah satu daerah baru yang dimaksud
adalah Indonesia. Karena Indonesia kaya akan sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan
untuk pengembangan industri Jepang. Di samping itu, juga terdorong oleh ajaran yang
berkaitan dengan Shintoisme, khususnya tentang Hakkoichiu, yakni ajaran tentang kesatuan
keluarga umat manusia. Ajaran ini diterjemahkan bahwa Jepang sebagai negara maju
bertanggung jawab. Ajaran Hakko ichiu diperkuat oleh keterangan antropolog yang
menyatakan bahwa bangsa Jepang dan Indonesia serumpun.
2. Selamat Datang “Saudara Tua”
Pada tahun 1942 timbul pemikiran dari markas besar tentara jepang untuk melibatkan
penduduk dalam kemiiliteran . Pemerintah Jepang di Indonesia kemudian membentuk
pemerintahan militer. Di seluruh Kepulauan Indonesia bekas Hindia Belanda itu wilayahnya
dibagi menjadi tiga wilayah pemerintahan militer :
a) Pemerintahan militer Angkatan Darat, yaitu Tentara Kedua Puluh Lima (Tomi
Shudan) untuk Sumatera. Pusatnya di Bukittinggi.
b) Pemerintahan militer Angkatan Darat, yaitu Tentara Keenam Belas(Asamu Shudan) untuk
Jawa dan Madura. Pusatnya di Jakarta. Kekuatan pemerintah militer ini kemudian ditambah
dengan Angkatan Laut (Dai Ni Nankenkantai).
c) Pemerintahan militer Angkatan Laut, yaitu (Armada Selatan Kedua) untuk daerah
Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku. Pusatnya di Makassar
Pulau Jawa yang merupakan pusat pemerintahan yang sangat penting waktu itu
masih diberlakukan pemerintahan sementara. Hal ini berdasarkanOsamu Seirei (Undang-
Undang yang dikeluarkan oleh Panglima Tentara Ke-16). Di dalam undang-undang itu antara
lain berisi ketentuan sebagai berikut:
a. Jabatan Gubernur Jenderal pada masa Hindia Belanda dihapuskan dan segala kekuasaan
yang dahulu dipegangnya diambil alih oleh panglima tentara Jepang di Jawa.
b. Para pejabat pemerintah sipil beserta pegawainya di masa Hindia Belanda tetap diakui
kedudukannya, asalkan memiliki kesetiaan terhadap tentara pendudukan Jepang.
c. Badan-badan pemerintah dan undang-undang di masa Belanda tetap diakui secara sah
untuk sementara waktu, asalkan tidak bertentangan dengan aturan pemerintahan militer
Jepang.
Pada awal pendudukan ini, secara kultural Jepang juga mulai melakukanperubahan-
perubahan. Misalnya, untuk petunjuk waktu harus digunakan tarikhSumera (tarikh Jepang),
menggantikan tarikh Masehi.Waktu itu tarikh Masehi 1942 sama dengan tahun
2602 Sumera. Setiap tahun (mulai tahun 1942) rakyat Indonesia.harus merayakan Hari
Raya Tencosetsu (hari raya lahirnya
Kaisar Hirohito). Dalam bidang politik, Jepang melakukan kebijakan dengan melarang
penggunakan bahasa Belanda dan mewajibkan penggunakan bahasa Jepang.
4. Pemerintahan Sipil
2. Janji kemerdekaan
Pada tahun 1944, Jepang terdesak, Angkatan Laut Amerika Serikat berhasil merebut
kedudukan penting Kepulauan Mariana, sehingga jalan menuju Jepang semakin terbuka.
Jenderal Hedeki Tojo pun kemudian digantikan oleh Jenderal Jiniaki Kaiso sebagai perdana
menteri. Angkatan udara Sekutu yang di Morotai pun mulai mengadakan pengeboman atas
kedudukan Jepang di Indonesia. Rakyat mulai kehilangan kepercayaannya terhadap Jepang
dalam melawan Sekutu.
Sementara itu Jenderal Kiniaki Kaiso memberikan janji kemerdekaan (September
1944). Sejak itulah Jepang memberikan izin kepada rakyat Indonesia untuk mengibarkan
bendera Merah Putih di samping bendera Jepang Hinomaru. Lagu Indonesia Raya boleh
dinyanyikan setelah lagu Sementara itu Jenderal Kiniaki Kaiso memberikan janji
kemerdekaan (September 1944). Sejak itulah Jepang memberikan izin kepada rakyat
Indonesia untuk mengibarkan bendera Merah Putih di samping bendera Jepang Hinomaru.
Lagu Indonesia Raya boleh dinyanyikan setelah lagu
Selanjutnya, Letnan Jenderal Kumakici Harada mengumumkan dibentuknya Badan
Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada 1 Maret 1945.
Badan itu dibentuk untuk menyelidiki dan mengumpulkan bahan-bahan penting tentang
ekonomi, politik, dan tatanan pemerintahan sebagai persiapan kemerdekaan Indonesia. Badan
itu diketuai oleh Dr. K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat, R.P Suroso sebagai wakil ketua
merangkap kepala Tata Usaha dan seorang Jepang sebagai wakilnya Tata Usaha, yaitu
Masuda Toyohiko dan Mr. R. M. Abdul Gafar Pringgodigdo. Semua anggotanya terdiri dari
60 orang dari tokoh-tokoh Indonesia, ditambah tujuh orang Jepang yang tidak punya suara.
Sidang BPUPKI dilakukan dua tahap, tahap pertama berlangsung pada 28 Mei 1945
sampai 1 Juni 1945. Sidang pertama tersebut dilakukan di GedungChou Shangi In di Jakarta
yang sekarang dikenal sebagai Gedung Pancasila. Jepang tidak pernah terlibat dalam
pembicaraan persiapan kemerdekaan. Semua hal yang berkaitan dengan masalah-masalah
kemerdekaan Indonesia merupakan urusan pemimpin dan anggota dari Indonesia.
Pada pidato sidang BPUPKI,Radjiman menyampaikan pokok persoalan mengenai
Dasar Negara Indonesia yang akan dibentuk. Pada sidang tahap kedua yang berlangsung dari
tanggal 10-11 Juni 1945, dibahas dan dirumuskan tentang Undang-Undang Dasar.
Dalam sidang pertama, Sukarno mendapat kesempatan berbicara dua kali, yaitu
tanggal 31 Mei dan 1 Juni 1945. Sukarno mengusulkan dasar-dasar negara. Pada mulanya
Sukarno mengusulkan Panca Dharma. Nama Panca Dharma dianggap tidak tepat. Sukarno
kemudian meminta saran pada seorang teman, yaitu Muh. Yamin. selanjutnya dinamakan
Pancasila. Sila artinya azas atau dasar, dan di atas kelima dasar itu didirikan Negara
Indonesia, supaya kekal dan abadi.
Pada kesempatan tersebut Ir. Sukarno juga menjadi pembicara kedua. Ia
mengemukakan tentang lima dasar negara. Lima dasar itu adalah (1) Kebangsaan Indonesia,
(2) Internasionalisme atau Peri Kemanusiaan, (3) Mufakat atau Demokrasi, (4) Kesejahteraan
Sosial, (5) Ketuhanan Yang Maha Esa. Pidato itu kemudian dikenal dengan Pancasila .
Sementara itu Muh.Yamin dalam pidatonya juga mengemukakan Azas dan Dasar
Negara Kebangsaan Republik Indonesia. Menurut Yamin ada lima azas, yaitu (1) Peri
Kebangsaan, (2) Peri Kemanusian, (3) Peri Ketuhanan, (4) Peri Kerakyatan, dan (5)
Kesejahteraan rakyat.
Selanjutnya, sebelum sidang pertama berakhir BPUPKI membentuk panitia kecil yang
terdiri dari sembilan orang. Pembentukan panitia sembilan itu bertujuan untuk merumuskan
tujuan dan maksud didirikannya Negara Indonesia. Panitia kecil itu terdiri atas, Ir. Sukarno,
Drs Muh. Yamin, Mr. Ahmad Subardjo, Mr. A.A Maramis, Abdul Kahar Muzakkar, Wahid
Hasyim, H. Agus Salim, dan Abikusno Cokrosuyoso. Panitia kecil itu menghasilkan rumusan
yang menggambarkan maksud dan tujuan Indonesia Merdeka. Kemudian disusunlah rumusan
bersama dasar negara Indonesia Merdeka yang kita kenal dengan Piagam Jakarta.
Penetapan hak warga negara adalah hal mutlak yang harus mendapat perhatian khusus
dari negara sebagai jaminan di junjung tingginya sila ke-5 yaitu “Keadilan Sosial Bagi
Seluruh Rakyat Indonesia”. Pengakuan Hak sebagai warga negara indonesia dalam
konsepnya mendorong terciptanya suatu masyarakat yang tertata baik. Namun dalam praktik
atau kenyataannya hak warga negara justru hanya dijadikan slogan pemerintah untuk menarik
simpati warga negara dan diajak untuk “bermimpi” bisa mendapatkan pengakuan akan hak –
hak tersebut secara utuh. Misalnya saja hak warga negara untuk mendapatkan penghidupan
yang layak. Tentunya jika melihat kondisi rakyat di negara Indonesia ini, hal itu hanya
menjadi impian semata. Pengakuan hak hanya untuk warga negara yang mampu membeli hak
– hak tersebut dengan uang, jabatan dan kekuasaan. Sedangkan untuk rakyat yang kurang
beruntung kehidupannya hanya bisa menunggu kapan mereka dioerhatikan kesejahteraannya
atau menunggu berubahnya kebijakan pemerintah yang lebih memihak kepada mereka.
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, setiap warga Negara dijamin haknya oleh
pemerintah sesuai dengan yang tercantum dalam UUD 1945. Namun seperti yang kita
ketahui dan kita rasakan. Hingga saat ini masih banyak perilaku yang dianggap merupakan
pelanggaran terhadap hak warga Negara, baik oleh Negara ataupun warga Negara lainnya.
Memang didalam pelaksanaannya ada kecenderungan lebih mengutamakan hak - hak
daripada kewajiban – kewajiban asasi warga negara. Ada kecenderungan menuntut hak – hak
yang berlebihan sehingga merugikan orang lain.penuntutan hak – hak yang berlebih – lebihan
atau tanpa batas akan merugikan orang lain yang memiliki hak yang sama. Oleh sebab itu,
pelaksanaan hak – hak warga negara perlu dibatasi, akan tetapi tidak dihilangkan atau
dihapuskan.
a. Penangkapan dan penahanan seseorang demi menjaga stabilitas, tanpa berdasarkan hukum.
b. Pengeterapan budaya kekerasan untuk menindak warga masyarakat yang dianggap ekstrim
yang dinilai oleh pemerintah mengganggu stabilitas keamanan yang akan membahayakan
kelangsungan pembangunan.
c. Pembungkaman kebebasan pers dengan cara pencabutan SIUP, khususnya terhadap pers
yang dinilai mengkritisi kebijakan pemerintah, dengan dalih mengganggu stabilitas
keamanan.
d. Menimbulkan rasa ketakutan masyarakat luas terhadap pemerintah, karena takut dicurigai
sebagai oknum pengganggu stabilitas atau oposan pemerintah (ekstrim), hilangnya rasa aman
demikian ini merupakan salah satu bentuk pelanggaran hak asasi warga negara.
e. Pembatasan hak berserikat dan berkumpul serta menyatakan pendapat, karena
dikhawatirkan akan menjadi oposan terhadap pemerintah.
Berikut ini adalah beberapa Kasus pelanggaran ataupun kontroversi HAM dan Hak
Warga Negara khususnya yang terjadi di Negara kita.
Hukuman Mati
Kontroversi hukuman mati sudah sejak lama ada di hampir seluruh masyarakat dan negara di
dunia. Indonesia pun tak luput dari kontroversi ini. Sampai hari ini pihak yang pro hukuman
mati dan yang kontra hukuman mati masih bersilang sengketa. Masing-masing datang dengan
rasional dan tumpukan bukti yang berseberangan, dan dalam banyak hal seperti mewakili
kebenaran itu sendiri.
Seharusnya kontroversi itu berakhir ketika UUD 1945 mengalami serangkaian perubahan.
Dalam konteks hukuman mati kita sesungguhnya bicara tentang hak-hak asasi manusia yang
dalam UUD 1945 setelah perubahan masuk dalam Bab XA. Pasal 28A dengan eksplisit
mengatakan: “Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya”.
Jadi, ‘hak untuk hidup’ atau ‘the right to life’ adalah hak yang paling mendasar dalam UUD
1945. Hak untuk hidup ini adalah puncak hak asasi manusia yang merupakan induk dari
semua hak asasi lain.
PILKADA
Semestinya ajang pemilihan kepala daerah (pilkada) menjadi wadah yang menghidupkan
demokrasi lokal dengan berfungsinya organ-organ politik di daerah. Meski demikian,
sepanjang sejarah penyelenggaraan pilkada di Indonesia, ternyata sarat pelanggaran hak
warga Negara.
Salah satu penyebabnya adalah kebebasan yang terlalu meluas demikian cepat menyebabkan
membanjirnya partisipasi dalam pencalonan kandidat kepala daerah, sementara ruang
kompetisi sangat ketat dan terbatas.
Lagi pula, bayang-bayang potensi kekuasaan dan kekayaan yang amat menjanjikan dari
jabatan kepala daerah menarik minat banyak kandidat, sementara kebanyakan dari mereka
tidak memiliki integritas moral dan kapasitas keahlian yang memadai. Karena itu,tidak jarang
cara-cara licik dan premanisme politik,entah sengaja atau terpaksa,digunakan dalam politik
perebutan kekuasaan.Di sinilah pelanggaran Hak warga Negara kerap terjadi.
Tragedi trisakti
Tragedi Trisakti adalah peristiwa penembakan, pada 12 Mei 1998, terhadap mahasiswa pada
saat demonstrasi menuntut Soeharto turun dari jabatannya. Kejadian ini menewaskan empat
mahasiswa Universitas Trisakti di Jakarta, Indonesia serta puluhan lainnya luka. Mereka yang
tewas adalah Elang Mulia Lesmana, Heri Hertanto, Hafidin Royan, dan Hendriawan Sie.
Mereka tewas tertembak di dalam kampus, terkena peluru tajam di tempat-tempat vital
seperti kepala, leher, dan dada.
Tragedi ini jelas merupakan pelanggaran HAM dan Hak Warga Negara khususnya.
Penggusuran Rumah
Penggusuran terhadap rumah warga selalu terjadi setiap tahun. Tata ruang kota selalu
menjadi alasan bagi pemerintah untuk melakukan kebijakan yang merugikan bagi sebagian
warga kota itu.Kebijakan pemerintah melakukan penggusuran ini dinilai sebagai bentuk
pelanggaran Hak Warga Negara.