Jepang ke
Indonesia
Kelompok 9
20 Maulana
Firmanda 24 M. Ariel Prasetyo
34 Siana
Mahmudah 36 Sita Ayu Larasati
Perkembangan slogan Hakko Ichiu
Diantara tahun 1937 hingga 1945, terjadi perang di Samudra Pasifik dan di Asia. Perang itu disebut Perang Asia
Pasifik, atau dikenal di Jepang dengan nama Perang Asia Timur Raya. Selama berperang, Jepang menggaungkan
semboyan Hakko Ichiu. Semboyan ini adalah sebuah doktrin yang digunakan untuk menguasai negara lain, termasuk
Indonesia. Arti Hakko Ichiu sendiri adalah “Delapan Penjuru Dunia Di Bawah Satu Atap”. Satu atap yang
dimaksud adalah di bawah Kekaisaran Jepang. Sekitar tahun 1920 dan 1930-an, paham fasisme dan
ultranasionalisme di Jepang mulai merebak baik di kalangan militer maupun politisi. Fasisme adalah paham yang
berdasar pada prinsip kepemimpinan yang mutlak. Sedangkan ultranasionalisme adalah sebuah paham yang
mengutamakan kepentingan negara atau masyarakat di atas segala hal. Paham tersebut tersebar karena adanya
krisis ekonomi akibat depresi dalam skala besar sekitar tahun 1930. Peristiwa itu membuat para militer Jepang
kehilangan kepercayaan mereka terhadap pemerintahan sipil dan demokrasi versi Barat. Para penganut paham
fasisme mempercayai bahwa Ras Yamato, Suku Jepang, adalah ras yang jauh lebih mulia dibanding yang lainnya.
Paham inilah yang kemudian disebut dengan Hakko Ichiu. Hakko Ichiu digunakan sebagai slogan Jepang sejak
Perang Tiongkok-Jepang Kedua (7 Juli 1937 – 9 September 1945) hingga Perang Dunia II. Dalam penerapannya,
pada 1932, Jepang berhasil menguasai sebuah daerah bernama Manchuria, yang terletak di timur laut Tiongkok dan
mendirikan negara boneka di sana yang disebut Manchukuo. Kemudian pada 1937, Jepang berusaha menaklukkan
Tiongkok. Slogan Hakko Ichiu semakin dikenal setelah Perdana Menteri Jepang, Fumimaro Konoe, menyampaikan
semboyan itu dalam pidatonya pada 8 Januari 1940. Lewat semboyan tersebut, Ketika Perang Dunia II berlangsung,
Jepang bahkan berani terlibat dalam pertempuran dengan menyerang pelabuhan Amerika Serikat di Hawaii, Pearl
Harbour, pada 1942. Jepang juga menduduki wilayah Blok Sekutu, seperti Prancis di Indochina, menyerang Inggris di
Malaya, serta Belanda di Indonesia.
Awal kedatangan Jepang ke Indonesia
Sebenarnya, orang-orang Jepang memasuki Indonesia sebelum menyerahnya Belanda tahun 1942. Tahun
1937 sedang terjadi krisis ekonomi yang melanda dunia. Jepang ternyata berhasil mengantisipasi dampak
buruk yang diakibatkan oleh resesi global tersebut. Ong Hok Ham dalam Runtuhnya Hindia Belanda (1987:30)
menyebutkan bahwa Jepang termasuk salah satu negara yang mampu selamat dari krisis moneter dunia. Hal
ini berbeda dengan Hindia Belanda. Maka, ketika krisis ekonomi melanda dunia, Jepang mampu bertahan
berkat strategi perekonomian mereka. Sebaliknya, perekonomian Hindia Belanda kian terpuruk. Inilah yang
menjadi jalan masuk awal Jepang ke wilayah Indonesia. Pada 1938-1939, orang-orang Jepang masuk ke
Indonesia untuk berinvestasi kepada pemerintah Hindia Belanda. Selain itu, Jepang juga menjadi salah satu
negara utama tujuan ekspor komoditas dari Hindia Belanda yang didapat dari kekayaan alam Nusantara.
Jepang pada waktu itu menjadi pesaing negara-negara Eropa dalam perebutan pasar ekonomi. Situasi
demikian, membuat mereka mampu masuk ke Indonesia pada tahun 1938-1939 untuk berinvestasi kepada
pemerintah Hindia Belanda. Pada pertengahahan tahun 1942 timbul pemikiran dari markas besar Tentara
Jepang agar penduduk di daerah pendudukan dilibatkan dalam aktivitas pertahanan dan kemiliteran. Oleh
karena itu pemerintah Jepang di Indonesia kemudian membentuk pemerintahan militer. Adapun pembagian
pemerintahan militer Jepang di Indonesia dibagi dalam tiga wilayah utama yang masing-masing berdiri sendiri,
yaitu :Pemerintahan militer Angkatan Darat, yaitu Tentara ke-25 (Tomi Shudan) untuk Sumatera, berpusat di
Bukittinggi. Pemerintahan militer Angkatan Darat, yaitu Tentara ke-16 (Asamu Shudan) untuk Jawa dan Madura,
berpusat di Jakarta. Kekuatan pemerintah militer ini ditambah Angkatan Laut (Dai ni
Nankenkantai).Pemerintahan militer Angkatan Laut, yaitu Armada Selatan Kedua untuk daerah Kalimantan,
Sulawesi, dan Maluku, berpusat di Makassar.
Kebijakan Ekonomi Perang Pada Masa
Penjajahan Jepang
Ialah kebijakan yang meraup seluruh sumber daya dan kekuatan ekonomi yang ada di negara Indonesia
untuk membantu menopang aktivitas perang Jepang. Kebijakan ekonomi perang tersebut berdampak pada
perkebunan yang mengalami kemerosotan yang signifikan. Indonesia berada di bawah kekuasaan Jepang
dari tahun 1942 hingga 1945, dan tujuan politik penguasa baru adalah menciptakan penyangga yang
memungkinkan tentara Jepang memenangkan perang. Sistem ekonomi perang digunakan untuk mencapai
tujuan politik ini. Pada bulan Maret 1942, pemerintahan Belanda yang telah lama berkuasa di Indonesia
berakhir dan digantikan oleh pemerintahan yang jauh lebih keras dan eksploitatif. Selama kurang lebih 3,5
tahun pendudukan Jepang, perekonomian Indonesia mengalami kondisi yang membahayakan atau darurat.
Ciri-ciri pokok sistem kebijakan ekonomi perang, antara lain:
a. Kehidupan yang hampir seluruhnya diatur oleh peraturan-peraturan penguasa.
b. Institusi-institusi massa yang dibekukan.
c. Kepentingan bersama, yakni memenangkan perang di atas kepentingan segalanya.
d. Ruang gerak individu yang sangat dikendalikan dan dibatasi.
e. Ekonomi yang beroperasi sesuai dengan perintah atau command economy.
f. Transaksi sukarela atau mekanisme pasar terjadi pada celah-celah sempit dalam perekonomian yang
tersisa.
Organisasi Pada Masa
Penjajahan Jepang
1. Gerakan 3A
Gerakan 3A adalah gerakan propaganda yang dibentuk oleh Pemerintah Militer Jepang pada Maret 1942.
Gerakan Tiga A dipimpin oleh Mr. Samsuddin yang dibantu oleh Sutan Pamuntjak dan Mohammad Saleh. Nama
gerakan ini dijabarkan dari semboyan Jepang pada waktu itu: "Nippon cahaya Asia, Nippon pelindung Asia,
Nippon pemimpin Asia''. Gerakan ini dilakukan agar menarik simpati rakyat Indonesia.
3. Jawa Hokokai
(Himpunan Kebaktian Jawa)Panglima Tentara ke-16 Jepang, Jenderal Kumakichi Harada membentuk Jawa
Hokokai atau Himpunan Kebaktian Jawa pada 8 Januari 1944. Organisasi ini adalah organisasi resmi dari
pemerintah. Jawa Hokokai dibentuk untuk membantu menghadapi perang Jepang, rakyat diharapkan memberi
darma baktinya. Kebaktian yang dimaksud berupa :
a. Mengorbankan diri.
b. Mempertebal persaudaraan.
c. Melaksanakan suatu tindakan dengan bukti.
Organisasi Bentukan Jepang yang lain diantaranya
adalah: Beberapa organisasi bentukan tentara Jepang di
1. Selendang (Organisasi pemuda semi-militer). bidang sosial-budaya antara lain:
2. Keibodan (Organisasi pembantu polisi). 1. Gakukotai (Organsasi pemuda).
3. Fujinkai (Organisasi wanita semi-militer). 2. Suishintai (Organisasi pelopor).
4. Jibakutai (Organisasi keprajuritan berani mati). 3. Ika Daigaku (Akademi kedokteran).
5. Heiho (Organisasi sayap militer keprajuritan cadangan) 4. Kogyo Daigaku (Akademi teknik).
6. Kempeitai (Organisasi kepolisian rahasia) 5. Keimin Bunkei Shidoso (Lembaga Seni)
7. PETA (Pembela Tanah Air; organisasi milisi setempat) 6. PERSAFI (Persatuan Aktris Film Indonesia).
7. MASYUMI (Majelis Syuro Muslimin Indonesia).
TERIMA KASIH