JEPANG KE
INDONESIA
LATAR BELAKANG JEPANG IKUT PD II
Jepang ikut melibatkan diri dalam PD II
karena ada beberapa penyebab di antaranya:
1. Dibukanya politik isolasi Jepang dan
diterapkannya restorasi Meiji.
2. Berkembangnya Jepang menjadi Negara
imperialis
3. Jepang berambisi menjadikan Asia dan dunia
sebagai keluarga besar, dan Jepang menjadi
pemimpinnya.
Pada tanggal 7 Desember 1941 terjadi
pengeboman Jepang ke pangkalan militer
Amerika Serikat di Asia Timur Raya (Perang
antara Jepang dengan negara-negara barat :
Inggris,Belanda dan AS).
Pengeboman angkatan laut Amerika di Pearl
Harbour pada tanggal 8 Desember 1941.
PROSES KEDATANGAN JEPANG
KE INDONESIA
Serangan Jepang juga diarahkan ke
Indonesia.
Serangan ke Indonesia tersebut bertujuan
untuk mendapatkan cadangan logistik dan
bahan industri perang seperti : minyak
tanah,timah dan almunium
Pada tanggal 11 Januari 1942 Jepang
mendarat di Tarakan Kalimantan Timur.
Jepang kemudian memusatkan perhatiannya
untuk menguasai tanah Jawa sebagai pusat
pemerintahan Hindia Belanda dan pada
tanggal 1 Maret 1942 Jepang mendarat di
Pulau Jawa (Teluk Banten, Indramayu dan
Banjarnegara) di bawah pimpinan Letjen
Hitoshi Immamura
Untuk menghadapi tentara Jepang, Belanda
membentuk Komando Gabungan Tentara
Serikat yang disebut ABDACOM (American
British Dutch Australian Command) yang
bermarkas di Lembang.
Dalam upaya menguasai tanah Jawa, telah
terjadi pertempuran di laut Jawa, yaitu
Tentara Jepang dengan Angkatan Laut
Belanda di bawah pimpinan Laksamana Karel
Doorman. Dalam pertempuran ini Laksamana
Karel Doorman dan beberapa kapal Belanda
berhasil ditenggelamkan oleh tentara Jepang
Tanggal 5 Maret 1942 Batavia jatuh ke tangan
Jepang. Tentara Jepang terus bergerak ke
Selatan dan menguasai kota Buitenzorg
(Bogor), dengan mudah kota-kota lain juga
jatuh ke tangan Jepang
8 Maret 1942 Jenderal Ter Poorten atas
nama komandan pasukan Belanda/Sekutu
menandatangani penyerahan tidak bersyarat
kepada Jepang yang diwakili Letjen Hitoshi
Immamura. Penandatanganan ini
dilaksanakan di Kalijati, Subang.
Dengan demikian berakhirlah penjajahan
Belanda di Indonesia, kemudian Indonesia
berada di bawah pendudukan tentara Jepang
Di samping itu, juga terdorong oleh ajaran
yang berkaitan dengan Shintoisme, khususnya
tentang Hakko Ichiu, yakni ajaran tentang
kesatuan keluarga umat manusia.
Ajaran ini diterjemahkan bahwa tentara
Jepang sebagai negara maju bertanggung
jawab untuk membentuk kesatuan keluarga
umat manusia dengan memajukan dan
mempersatukan bangsa-bangsa di dunia
termasuk Indonesia. Ajaran tersebut
menyatakan bahwa bangsa Jepang dan
Indonesia serumpun
SELAMAT DATANG ‘SAUDARA TUA”
Kedatangan Jepang di Indonesia disambut
dengan senang hati oleh rakyat Indonesia.
Jepang dielu-elukan sebagai “Saudara Tua”
yang dipandang dapat membebaskan dari
kekuasaan Belanda.
Tentara Jepang mempropagandakan bahwa
kedatangannya ke Indonesia untuk
membebaskan rakyat dari cengkraman
penjajahan bangsa Barat, Jepang juga akan
membantu memajukan rakyat Indonesia,
melalui program Pan-Asia Jepang akan
memajukan dan menyatukan seluruh rakyat
Asia.
Untuk meneguhkan propaganda Pan-Asia,
Jepang berusaha membentuk perkumpulan
yang diberi nama “GERAKAN TIGA A”
PEMERINTAHAN PADA ZAMAN
PENDUDUKAN JEPANG
Masa pendudukan Jepang berbeda dengan masa
penjajahan Belanda. Pada penjajahan Belanda
pemerintahan dipegang oleh pemerintahan sipil.
Sedangkan masa Jepang dipimpin oleh militer.
Dalam menjalankan pemerintahannya, Indonesia
dibagi dalam tiga wilayah kekuasaan militer.
Wilayah I, meliputi Pulau Jawa dan Madura diperintah
oleh Tentara ke-16 dengan pusatnya di Batavia
(Jakarta).
Wilayah II meliputi daerah Pulau Sumatra, diperintah
oleh tentara ke-25 dengan pusatnya di Bukittinggi.
Wilayah III meliputi Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa
Tenggara, Timor, Maluku diperintah oleh Armada Selatan
ke-2 dan berkedudukan di Makassar (Ujungpandang).
Gambar: Peta pemerintahan pada zaman
pendudukan Jepang.
KEBIJAKAN-KEBIJAKAN
PEMERINTAH JEPANG DI INDONESIA
1. Bidang Politik
Pada masa awal pendudukan, Jepang
menyebarkan propaganda yang menarik.
Sikap Jepang pada awalnya menunjukkan
kelunakan, misalnya:
mengizinkan bendera Merah Putih dikibarkan di
samping bendera Jepang,
melarang penggunaan bahasa Belanda,
mengizinkan penggunaan bahasa Indonesia dalam
kehidupan sehari-hari, dan
mengizinkan menyanyikan lagu Indonesia Raya.
Kebijakan Jepang yang lunak ternyata tidak
berjalan lama. Jenderal Imamura mengubah
semua kebijakannya. Kegiatan politik
dilarang dan semua organisasi politik yang
ada dibubarkan.
golongan
Pribumi
Golongan Timur
Asing dan Kulit
Putih
4. Bidang Militer
Jepang melakukan mobilisasi para pemuda
untuk dibina dalam latihan militer
Jepang membentuk organisasi-organisasi
semimiliter dan organisasi militer.
5. Bidang Budaya
Pada masa pendudukan Jepang, bahasa
Indonesia diizinkan digunakan dalam
komunikasi. Sebaliknya, bahasa Belanda
tidak boleh digunakan.
Bidang Politik
Dilarangnya kegiatan politik dan dibubarkannya
organisasi politik yang ada.
Dilarangnya segala jenis rapat dan kegiatan
politik.
Bidang Ekonomi
Jepang mengeksploitasi SDA dan SDM untuk kepentingan
perang.
Jepang mengambil secara paksa makanan, pakaian dan
pembekalan lainnya dari rakyat Indonesia tanpa kompensasi.
Terjadinya inflasi dan krisis ekonomi yang sangat
menyengsarakan rakyat.
Terputusnya hubungan antardaerah akibat dari self
sufficiency.
Kegiatan ekonomi diarahkan untuk kepentingan perang
sehingga seluruh potensi SDA dan bahan mentah lainnya
digunakan untuk mendukung industri perang.
Penerapan sanksi yang berat oleh Jepang dengan
menerapkan sistem ekonomi secara ketat.
Menerapkan sistem ekonomi perang dan sistem autarki
(memenuhi kebutuhan daerah sendiri dan menunjang
kegiatan perang).
Bidang Sosial
Adanya praktik perbudakan wanita (jugun ianfu).
Banyak wanita muda Indonesia yang digunakan
sebagai wanita penghibur bagi tentara Jepang.
Kegiatan romusha yang menyengsarakan dan
memiskinkan rakyat.
Pembatasan pers sehingga tidak ada pers yang
independen dan pengawasan berada di bawah
pengawasan Jepang.
Terjadinya kondisi yang parah dan maraknya
tindak kriminal seperti perampokan,
pemerkosaan dan lain-lain.
Bidang Pendidikan
Banyak guru-guru yang dipekerjakan sebagai
pejabat pada masa itu yang menyebabkan
kemunduran standar pendidikan secara tajam.
Pendidikan formal ditinggalkan karena mereka
fokus dengan pendidikan militer
Menurunnya kualitas pendidikan di akhir masa
penjajahan Jepang
Bidang Birokrasi dan Militer
Pelanggaran HAM yang dilakukan oleh tentara
Jepang karena menghukum keras orang-orang
yang menyimpang/menentang dari Jepang.
Banyak masyarakat Indonesia yang dihukum
mati dengan alasan terduga penyusup atau
mata-mata
Bidang Budaya
Masyarakat Indonesia diminta untuk melakukan
budaya Seikerei (penghormatan terhadap dewa
Matahari)
Dilarangnya Agama Kristen dan Katolik karena
dianggap sebagai budaya Belanda/ Sekutu
Lunturnya budaya Islam karena diminta
mengikuti budaya Jepang yang tidak sesuai
dengan syariat Islam.
PERLAWANAN BANGSA
INDONESIA TERHADAP JEPANG
Di beberapa wilayah indonesia muncul
perlawanan terhadap pendudukan militer
Jepang yang sangat kejam.
Perjuangan para pemimpin bangsa dalam
melawan pendudukan Jepang dan
memperjuangkan kemerdekaan dilakukan
dengan:
a. strategi kooperasi
b. gerakan di bawah tanah (non kooperasi)
c. perlawanan bersenjata.
1. Perlawanan dengan strategi kooperasi
Perlawanan dengan strategi kooperasi (kerja
sama) muncul karena Jepang melarang
berdirinya semua organisasi pergerakan
nasional.
Tokoh-tokoh pejuang nasionalis kemudian
memanfaatkan semua organisasi bentukan
Jepang dengan cara mengajak kaum muda
agar terus berusaha mewujudkan
kemerdekaan Indonesia.
Adapun bentuk perjuangan bangsa Indonesia
dengan strategi kooperasi dilakukan melalui
organisasi berikut :
Putera (pusat tenaga rakyat)
Jawa Hokokai (Himpunan Kebaktian Jawa)
MIAI (Majelis Islam A'la Indonesia) / Masyumi
Cuo Sangi In (Badan Pertimbangan Pusat)
BPUPKI dan PPKI
2. Perlawanan dengan strategi Gerakan di Bawah
Tanah (non kooperasi)
Selain melalui taktik kerjasama dengan Jepang,
para pejuang juga melakukan gerakan Ilegal
(gerakan di bawah tanah).
Gerakan ini muncul akibat terlalu kuatnya
pemerintah Jepang menekan dan melarang
golongan oposisi.
Strategi perjuangan terorganisir secara rapi dan
dilakukan secara rahasia. Hubungan khusus terus
dibangun dengan tokoh-tokoh pergerakan nasional
yang kooperatif terhadap Jepang.
Selain itu mereka juga melakukan sabotase dan
tindakan destruktif (perusakan) terhadap sarana
dan prasarana vital milik Jepang.
Beberapa kelompok pergerakan nasional strategi
gerakan di bawah tanah:
Kelompok Sutan Syahrir merupakan
pendukung demokrasi parlementer model
Eropa Barat dan menentang Jepang karena
merupakan negara fasis. Kelompok ini
dipimpin oleh Sutan Syahrir dan anggotanya
adalah para pemuda. Mereka menyebar di
pulau Jawa
Kelompok Kaigun perhimpunan para
pemuda Indonesia yang mempunyai hubungan
erat dengan kepala perwakilan Angkatan Laut
(Kaigun) Jepang di Jakarta, yaitu Laksamana
Maeda.
Kelompok Sukarni kumpulan para pemuda
anti-Jepang di bawah pimpinan Sukarni.
Mereka tinggal di Jalan Menteng No. 31
Jakarta.
Kelompok Persatuan Mahasiswa yang terdiri
atas Mahasiswa Kedokteran (Ikadaigaku),
Tinggal di Jalan Prapatan No. 10 Jakarta.
Kelompok Amir Syarifudin: kumpulan
pemuda berpaham sosialis yang selalu
menentang kebijakan pemerintah Jepang.
3. Perlawanan Bersenjata
a. Perlawanan Rakyat Singaparna
- Perlawanan ini dipimpin oleh K.H. Zainal
Mustafa, seorang pemimpin pesantren
Sukamanah di Singaparna, Tasikmalaya (Jawa
Barat).
Perlawanan ini muncul karena adanya paksaan
dari pihak Jepang untuk melakukan Seikeirei,
yaitu upacara penghormatan kepada Kaisar
Jepang dan Dewa Matahari yang dianggap
dewa tertinggi dengan cara membungkukkan
badan ke arah timur laut (Tokyo).
Namun K.H. Zainal Mustafa melarang rakyat
untuk melakukan Seikerei karena tidak sesuai
dengan syariat Islam.
K.H. Zainal Mustafa menyuruh santri-santrinya
untuk mempertebal keyakinan dan
mengajarkan bela diri silat.
Kemudian Jepang mengirimkan pasukannya
untuk menggempur daerah Sukamanah dan
menangkap K.H. Zainal Mustafa.
Tanggal 25 Februari 1944 terjadilah perang,
pasukan KH Zainal Mustofa kalah dan
ditangkap kemudian dimasukkan ke dalam
tahanan di Tasikmalaya lalu di pindahkan ke
Jakarta.
K.H. Zainal Mustafa dihukum mati dan
dimakamkan di Ancol, namun sekarang
makamnya berada di Singaparna.
b. Perlawanan PETA di Blitar
Pada 14 Februari 1945, pasukan PETA di Blitar
di bawah pimpinan Shodancho Supriyadi
melakukan sejumlah pemberontakan.
Latar belakang: melihat penderitaan rakyat
Indonesia akibat romusha, banyak yang
menderita penyakit, kelaparan dan kematian,
dan para perempuan yang dijadikan sebagai
wanita penghibur (jugun ianfu)
Pemberontakan ini gagal dan 78 orang
ditangkap dan dipenjara. 6 orang di
antaranya dihukum mati dengan dipenggal
sesuai dengan hukum militer Tentara
Kekaisaran Jepang di Ancol.
c. Perlawanan PETA di desa Gumilir Cilacap
Dipimpin budancho Kusaeri bersama
rekan-rekan
Perlawanan yang direncanakan mulai 21
April 1945 diketahui Jepang sehingga
Kusaeri ditangkap pada 25 April 1945
Kusaeri divonis hukuman mati, tetapi
tidak terlaksana karena Jepang terdesak
oleh Sekutu.
d. Perlawanan Cut Plieng, di Aceh
Dipimpin oleh Tengku Abdul Jalil, seorang guru
ngaji. Jepang mengajak damai tetapi ditolak,
akhirnya Jepang menyerang Cut Plieng pada tanggal
10 November 1942, namun gagal. Baru serangan
ketiga berhasil.
Tengku Abdul Jalil berhasil meloloskan diri, namun
akhirnya tertembak pada waktu sholat.