4. danya semboyan Hakoo Ichiu, yakni dunia dalam satu keluarga dan Jepang adalah
pemimpin keluarga tersebut yang berusaha menciptakan kemakmuran bersama
B. DAMPAK PENDUDUKAN JEPANG DI INDONESIA
Pendudukan Jepang di Indonesia dibagi dalam tiga wilayah.
1. Pemerintahan Militer Angkatan Darat ke-25 (Tentara Keduapuluhlima), wilayah
kekuasaannya meliputi Sumatra dengan pusat pemerintahan di Bukittinggi.
2. Pemerintahan Militer Angkatan Darat ke-16 (Tentara Keenambelas), wilayah
kekuasaannya meliputi Jawa dan Madura dengan pusat pemerintahan di Jakarta.
3. Pemerintahan Militer Angkatan Laut II (Armada Selatan Kedua), wilayah
kekuasaannya
meliputi
Sulawesi,
Kalimantan,
dan
Maluku
dengan
pusat
pemerintahan di Makassar.
Pemerintahan pendudukan militer di Jawa sifatnya hanya sementara, sesuai dengan
Osamu Seirei Nomor 1 Pasal 1 yang dikeluarkan tanggal 7 Maret 1942 oleh Panglima Tentara
Keenambelas.
Undang-undang
tersebut
menjadi
pokok
dari
peraturan-peraturan
ketatanegaraan pada masa pendudukan Jepang. Jabatan gubernur jenderal di zaman Hindia
Belanda dihapuskan. Segala kekuasaan yang dahulu dipegang gubernur jenderal sekarang
dipegang oleh panglima tentara Jepang di Jawa. Undang-undang tersebut juga
mengisyaratkan bahwa pemerintahan pendudukan Jepang berkeinginan untuk terus
menggunakan aparat pemerintah sipil yang lama beserta para pegawainya. Hal ini
dimaksudkan agar pemerintahan dapat terus berjalan dan kekacauan dapat dicegah. Adapun
pimpinan pusat tetap dipegang tentara Jepang.
Dalam bidang ekonomi, Jepang membuat kebijakan-kebijakan yang pada intinya terpusat
pada tujuan mengumpulkan bahan mentah untuk industri perang. Ada dua tahap perencanaan
untuk mewujudkan tujuan tersebut, yaitu tahap penguasaan dan tahap menyusun kembali
struktur.
Pada tahap penguasaan, Jepang mengambil alih pabrik-pabrik gula milik Belanda untuk
dikelola oleh pihak swasta Jepang, misalnya, Meiji Seilyo Kaisya dan Okinawa Seilo Kaisya.
Adapun dalam tahap restrukturisasi (menyusun kembali struktur), Jepang membuat
kebijakankebijakan berikut.
1. Sistem autarki, yakni rakyat dan pemerintah daerah wajib memenuhi kebutuhan
sendiri untuk menunjang kepentingan perang Jepang.
2. Sistem tonarigumi, yakni dibentuk organisasi rukun tetangga yang terdiri atas 10 20
KK untuk mengumpulkan setoran kepada Jepang.
dengan sukarela
propaganda. Akan tetapi, organisasi Putera di daerah semakin hari semakin mundur.
Hal ini disebabkan, antara lain,
a. keadaan sosial masyarakat di daerah ternyata masih terbelakang, termasuk dalam
bidang pendidikan, sehingga kurang maju dan dinamis;
b. keadaan ekonomi masyarakat yang kurang mampu berakibat mereka tidak dapat
membiayai gerakan tersebut.
Dalam perkembangannya, Putera lebih banyak dimanfaatkan untuk perjuangan dan
kepentingan bangsa Indonesia. Mengetahui hal ini, Jepang membubarkan Putera dan
mementingkan pembentukan organisasi baru, yaitu Jawa Hokokai.
3. Himpunan Kebaktian Rakyat Jawa (Jawa Hokokai)
Jepang mendirikan Jawa Hokokai pada tanggal 1 Januari 1944. Organisasi ini
diperintah langsung oleh kepala pemerintahan militer Jepang (Gunseikan). Latar
belakang dibentuknya Jawa Hokokai adalah Jepang menyadari bahwa Putera lebih
bermanfaat bagi pihak Indonesia daripada bagi pihak Jepang. Oleh karena itu, Jepang
merancang pembentukan organisasi baru yang mencakup semua golongan
masyarakat, termasuk golongan Cina dan Arab. Berdirinya Jawa Hokokai diumumkan
oleh Panglima Tentara Keenambelas, Jenderal Kumakichi Harada.
Sebelum mendirikan Jawa Hokokai, pemerintah pendudukan Jepang lebih dahulu
meminta pendapat empat serangkai. Alasan yang diajukan adalah semakin hebatnya
Perang Asia Timur Raya sehingga Jepang perlu membentuk organisasi baru untuk
lebih menggiatkan dan mempersatukan segala kekuatan rakyat. Dasar organisasi ini
adalah pengorbanan dalam hokoseiskin (semangat kebaktian) yang meliputi
pengorbanan diri, mempertebal rasa persaudaraan, dan melaksanakan sesuatu dengan
bakti. Secara tegas, Jawa Hokokai dinyatakan sebagai organisasi resmi pemerintah.
Jika pucuk pimpinan Putera diserahkan kepada golongan nasionalis Indonesia,
kepemimpinan Jawa Hokokai pada tingkat pusat dipegang langsung oleh Gunseikan.
Adapun pimpinan daerah diserahkan kepada pejabat setempat mulai dari Shucokan
sampai Kuco. Kegiatan-kegiatan Jawa Hokokai sebagaimana digariskan dalam
anggaran dasarnya sebagai berikut.
a. Melaksanakan segala sesuatu dengan nyata dan ikhlas untuk menyumbangkan
segenap tenaga kepada pemerintah Jepang.
b. Memimpin rakyat untuk menyumbangkan segenap tenaga berdasarkan semangat
persaudaraan antara segenap bangsa.
sangat mengejutkan
Jepang. Banyak
tentara
Jepang
yang
terbunuh. Untuk
Hajar Dewantara, dan K.H. Mas Mansur. Tujuannya memusatkan segala potensi
masyarakat Indonesia untuk membantu Jepang dalam Perang Asia Pasifik.
c) Himpunan Kebaktian Jawa (Jawa Hokokai)
Pada tanggal 1 Januari 1944 Putera diganti dengan organisasi Jawa Hokokai.
Tujuannya adalah untuk menghimpun kekuatan rakyat dan digalang kebaktiannya. Di
dalam tradisi Jepang, kebaktian ini memiliki tiga dasar, yakni pengorbanan diri,
mempertebalpersaudaraan, dan melaksanakan sesuatu dengan bakti. Tiga hal
inilah yang dituntut dari rakyat Indonesia oleh pemerintah Jepang.
d) Majelis Islam A'la Indonesia (MIAI)
MIAI adalah organisasi resmi umat Islam yang anti Barat. Kegiatannya terbatas pada
pembentukan baitul mal (badan amal) dan menyelenggarakan peringatan hari-hari
besar keagamaan. MIAI diganti namanya menjadi Majelis Syuro Muslimin
Indonesia (Masyumi) yang disahkan oleh gunseikan pada tanggal 22 Nopember 1943
dengan K.H. Hasyim Asy'ari sebagai ketuanya.
Organisasi Militer dan Semimiliter bentukan Jepang
Organisasi Semimiliter :
1) Seinendan (Barisan Pemuda)
2) Keibodan (Barisan Pembantu Polisi)
3) Fujinkai (Barisan Wanita)
4) Jibakutai (Barisan Berani Mati)
Organisasi Militer :
1) Heiho (Pembantu Prajurit Jepang)
2) Peta ( Pembela Tanah Air)
Perjuangan Bawah Tanah
Perjuangan bawah tanah pada umumnya dilakukan oleh para pemimpin bangsa kita yang
bekerja diinstansi-instansi pemerintah Jepang. Jadi, mereka kelihatannya sebagai pegawai,
namun dibalik itu mereka melakukan kegiatan yang bertujuan menghimpun dan
mempersatukan rakyat meneruskan perjuangan untuk mencapai kemerdekaan.
Kelompok-Kelompok Perjuangan Bawah Tanah :
A. Kelompok Sukarni
Masa pendudukan Jepang, Sukarni bekerja di Sendenbu (Barisan Propaganda
Jepang) bersama Moh. Yamin. Kelompok Sukarni mendirikan asrama politik
dengan nama Angkatan Baru Indonesia.
B. Kelompok Ahmad Subarjo
Ahmad Subarjo masa pendudukan Jepang menjabat sebagai Kepala Biro Riset
Kaigun Bukanfu (Kantor Perhubungan Angkatan Laut) diJakarta. Ia berhasil
mendirikan asrama pemuda dgn nama Asrama Indonesia Merdeka.
C. Kelompok Sutan Syahrir
Kelompok Sutan Syahrir berjuang secara diam-diam dengan menghimpun mantan
teman-teman sekolahnya dan rekan seorganisasi pada zaman Hindia Belanda.
Syahrir memberi pelajaran di Asrama Indonesia Merdeka milik Angkatan laut
Jepang (Kaigun) bersama dengan Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Ahmad Subarjo,
dan Iwa Kusuma Sumantri.
Perjuangan Bersenjata
Latar Belakang
Para pemimpin pergerakan nasional semakin tidak tahan menyaksikan penderitaan dan
kesengsaraan rakyat yang memilukan. Oleh karena itu, sebagian dari mereka mulai bangkit
menentang Jepang dengan cara perlawanan senjata.
Macam-macam Perlawanan Bersenjata :
1. Di Aceh, perlawanan meletus di daerah Cot Plieng pada bulan November 1942 di
bawah pimpinan Tengku Abdul Jalil.
2. Di Blitar, perlawanan meletus pada tanggal 14 Februari 1945 di bawah pimpinan
Supriyadi, seorang Komandan Pasukan Peta di Blitar. Perlawanan ini merupakan
perlawanan terbesar pada masa pendudukan Jepang.
3. Di Jawa Barat, perlawanan meletus pada bulan Februari 1944 yakni didaerah
Sukamanah di bawah pimpinan K.H. Zainal Mustafa. Ia menolak ajaran
Seikeirei(Penghormatan kepada Kaisar Jepang yang dianggap sebagai ketunan
Dewa Matahari dengan cara membungkukkan badan dalam-2 menghadap ke
timur laut (Tokyo)), hal ini dinilai bertentangan dengan ajaran Islam sehingga ia
menghimpun rakyat untuk melawan Jepang.
4. Di Aceh, perlawanan muncul lagi pd bulan Nov 1944 yg dilakukan oleh prajurit
Giyugun di pimpinan Teuku Hamid. Ia bersama anak buahnya melarikan diri ke hutan
kemudian melakukan perlawanan. Untk menumpas pemberontakan Jepang melakukan
siasat yg licik, yakni menyandera seluruh anggota keluarganya, akhirnya Teuku
Hamid menyerah.
Sistem Autarki yaitu sistem ekonomi dimana tiap daerah harus mencukupi kepentingan
daerah sendiri dan menunjang kepentingan perang Jepang
PEMBENTUKAN BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia)
1. Nama Jepang
2. Latar Belakang
Sidang-sidang BPUPKI
A. Sidang pertama BPUPKI (29 Mei- 1 Juni 1945) membahas tentang perumusan dasar
negara.
Tokoh yang mengusulkan ide tentang dasar negara adalah :
1.
2.
3.
Ir. Soekarno ( 1 Juni 1945) yang kemudian ide dasar negaranya diberi nama
Pancasila
2. Latar Belakang
Masa pendudukan Jepang berbeda dengan masa penjajahan Belanda. Pada penjajahan
Belanda pemerintahan dipegang oleh pemerintahan sipil. Sedangkan masa Jepang dipimpin
oleh militer. Dalam menjalankan pemerintahannya, Indonesia dibagi dalam tiga
wilayah kekuasaan militer.
1. Wilayah I, meliputi Pulau Jawa dan Madura diperintah oleh Tentara keenambelas
(Angkatan Darat) dengan pusatnya di Batavia (Jakarta).
2. Wilayah II meliputi daerah Pulau Sumatra, diperintah oleh tentara keduapuluh lima
(Angkatan Darat) dengan pusatnya di Bukittinggi.
3. Wilayah III meliputi Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, Timor, Maluku
diperintah oleh Armada Selatan Kedua (Angkatan Laut) dan berkedudukan di Makassar
(Ujungpandang).
Dalam rangka memperkuat kedudukan dalam Perang Pasifik, Jepang melakukan mobilisasi
para pemuda untuk dibina dalam latihan militer. Oleh karena itu Jepang membentuk
organisasiorganisasi semimiliter dan organisasi militer: