KONSEP FARMAKOLOGI
Farmakologi adalah ilmu yang mempelajari obat (zat kimia) yang merubah fungsi
organisme hidup. Terapi obat, juga disebut sebagai farmakoterapi, adalah penggunaan obat untuk
mencegah, mendiagnosa, atau mengobati tanda, gejala, dan proses penyakit. Obat yang diberikan
untuk tujuan terapeutik biasanya disebut pengobatan (medication).
Pengobatan mungkin diberikan untuk berbagai alasan. Pada beberapa contoh, tujuan
terapi obat adalah untuk mengurangi proses penyakit daripada mengobatinya. Untuk
mendapatkan tujuan ini, maka obat mungkin diberikan untuk efek lokal atau sistemik. Obat
dengan efek lokal, seperti sunscreen lotion dan anesthesia lokal, bekerja terutama pada tempat
pemberian. Sedangkan pada efek sistemik diberikan kedalam tubuh, bersirkulasi melalui aliran
darah ke tempat kerja (site of action) mereka dalam berbagai jaringan tubuh, dan pada akhirnya
di eliminasi dari tubuh. Kebanyakan obat diberikan untuk memberikan efek sistemik. Obat
mungkin juga diberikan untuk mendapatkan efek yang relatif segera (misal, pada masalah akut
seperti nyeri atau infeksi) atau efek jangka panjang (misal, untuk mengurangi tanda dan gejala
dari penyakit kronik).
A. PENGERTIAN FARMAKOLOGI
Farmakologi bersaral dari kata pharmacon (obat) dan logos (ilmu pengetahuan).
Farmakologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari obat dan cara kerjanya pada
system biologis.
Pada mulanya farmakologi dan terapi mencakup berbagai pengetahuan tentang
obat yang meliputi sejarah, sumber, sifat-sifat fisika dan kimiawi, cara meracik, efek
fisiologi dan biokimiawi, mekanisme kerja, absorpsi, distribusi, biotranformasi dan
ekskresi, serta penggunaan obat untuk terapi dan tujuan lain.
Didefinisikan sebagai studi terintegrasi tentang sifat-sifat kimia dan organisme
hidup serta segala aspek interaksi mereka. Atau Ilmu yang mempelajari interaksi obat
dengan organisme hidup.
pada manusia.
Farmakoterapi adalah ilmu yang berhubungan dengan penggunaan obat untuk
pencegahan dan pengobatan penyakit. Di dalam farmakoterapi dipelajari dua aspek,
dalam
tubuh.
Farmakokinetik
berkaitan
dengan
absorpsi,
distribusi,
jarang ditemukan.
Tablet Hipodermik : dibuat dari bahan yang mudah larut atau melarut sempurna
dalam air. Dulu untuk membuat sediaan injeksi hipodermik, sekarang diberikan
secara oral.
Tablet Sublingual : dikehendaki efek cepat (tidak lewat hati). Digunakan dengan
ditelan.
Tablet Kunyah : cara penggunaannya dikunyah. Meninggalkan sisa rasa enak di
rongga mulut, mudah ditelan, tidak meninggalkan rasa pahit, atau tidak enak.
d. Pilulae (PIL), Merupakan bentuk sediaan padat bundar dan kecil mengandung bahan
obat dan dimaksudkan untuk pemakaian oral. Saat ini sudah jarang ditemukan karena
tergusur tablet dan kapsul. Masih banyak ditemukan pada seduhan jamu.
e. Kapsulae (Kapsul), Merupakan sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang
keras atau lunak yang dapat larut. Keuntungan/tujuan sediaan kapsul yaitu :
yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar. Bahan obat harus larut atau
terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok.
n. Suppositoria, Merupakan sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang
diberikan melalui rektal, vagina atau uretra, umumnya meleleh, melunak atau
melarut pada suhu tubuh. Tujuan pengobatan yaitu :
Penggunaan lokal >> memudahkan defekasi serta mengobati gatal, iritasi, dan
analgenik antipiretik.
o. Guttae (Obat Tetes), Merupakan sediaan cairan berupa larutan, emulsi, atau suspensi,
dimaksudkan untuk obat dalam atau obat luar, digunakan dengan cara meneteskan
menggunakan penetes yang menghasilkan tetesan setara dengan tetesan yang
dihasilkan penetes beku yang disebutkan Farmacope Indonesia. Sediaan obat tetes
dapat berupa antara lain: Guttae (obat dalam), Guttae Oris (tets mulut), Guttae
Auriculares (tetes telinga), Guttae Nasales (tetes hidung), Guttae Ophtalmicae (tetes
mata).
p. Injectiones (Injeksi), Merupakan sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi
atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum
digunakan, yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau
melalui kulit atau selaput lendir. Tujuannya yaitu kerja obat cepat serta dapat
diberikan pada pasien yang tidak dapat menerima pengobatan melalui mulut.
E. PERUNDANG-UNDANGAN OBAT
Maksud dan tujuan undang-undang ini adalah menetapkan ketentuan-ketentuan
dasar di bidang farmasi dalam rangka pelaksanaan undang-undang tentang Pokok-Pokok
Kesehatan ( undang-undang no. 9 tahun 1960), Yang dimaksud dalam undang-undang
ini adalah : Perbekalan kesehatan di bidang farmasi, yang meliputi obat, bahan obat,
obat asli Indonesia, bahan obat asli Indonesia, alat kesehatan, kosmetik dan sebagainya.
Obat :
Yang dibuat dari bahan-bahan yang berasal dari binatang, tumbuh-tumbuhan ,
mineral dan obat syntetis Yaitu suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang digunakan
untuk
menetapakan
diagnosa,
mencegah,
mengurangkan,
menghilangkan,
menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan
rokhaniah pada manusia atau hewan,memperelok badan atau badan manusia.
Obat jadi :
Obat dalam keadaan murni atau campuran dalam bentuk serbuk, cairan ,salep,
tablet, pil , suppositoria atau bentuk lain yang mempunyai nama teknis sesuai dengan F.
Indonesia atau buku-buku lain yang ditetapkan oleh Pemerintah.
Obat Patent :
Obat jadi dengan nama dagang yang terdaftar atas nama sipembuat atau yang
dikuasakannya dan dijual dalam bungkus asli dari pabrik yang memproduksinya
Obat baru :
Obat yang terdiri atau berisi suatu zat baikm sebagai bagian yang berkhasiat
maupun yang tidak berkhasiat misalnya ; lapisan , pengisi, pelarut, bahan
pembantu,aatau komponen lain yang belum dikenal, sehingga tidak diketahui khasiat
dan keamanannya.
Obat asli Indonesia :
Adalah obat yang didapat langsung dari bahan- bahan alamiah di Indonesia,
terolah secara sederhana atas dasar pengalaman dan digunakan dalam pengobatan
tradisional.
Alat kesehatan :
Adalah alat yang dipergunakan bagi pemeriksaan, perawatan, pengobatan dan
pembuatan obat.
PENGGOLONGAN OBAT BERDASARKAN PADA KETEPATAN PENGGUNAAN
DAN PENGAMANAN OBAT
Dibagi 5 golongan yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
Narkotika
Psikotropik
Obat keras
Obat bebas terbatas
Obat bebas
Narkotika, Obat yang memiliki khasiat membius dan menimbulkan ketagihan ( adiksi
) Narkotika merupakan obat yang diperlukan dalam bidang pengobatan dan ilmu pengetahuan,
tetapi dapat pula menimbulkan ketergantungan yang sangat merugikan apabila dipergunakan
tanpa pembatasan dan pengawasan yang seksama.
segi fisiologi maupun biokimia berbagai organ tubuh serta mekanisme kerja obat-obatan
itu sendiri di dalam tubuh manusia.
Farmakodinamik juga sering disebut dengan aksi atau efek obat. Efek Obat
merupakan reaksi Fisiologis atau biokimia tubuh karena obat, misalnya suhu turun,
tekanan darah turun, kadar gula darah turun. Kerja obat dapat dibagi menjadi onset
(mulai kerja) merupakan waktu yang diperlukan oleh obat untuk menimbulkan efek
terapi atau efek penyembuhan atau waktu yang diperlukan obat untuk mencapai
maksimum terap. Peak (puncak), duration (lama kerja) merupakan lamanya obat
menimbulkan efek terapi, dan waktu paruh. Mekanisme kerja obat dipengaruhi oleh
reseptor, enzim, dan hormon.
G. MACAM RESEP OBAT DAN PROSES YANG DIALAMI OBAT DALAM
TUBUH BAIK SAKIT MAUPUN SEHAT
Berikut adalah 10 obat yang paling banyak diresepkan (diurutkan berdasar peringkat
tertinggi) :
1. Hydrocodone (dikombinasi dengan acetaminophen) -- 131.2 juta resep
2. Obat penurun kolesterol generik merek Zocor (simvastatin), -- 94.1 juta resep
3. Lisinopril (termasuk yang dijual dengan merek Prinivil dan Zestril), obat penurun
tekanan darah -- 87.4 juta resep
4. Hormon tiroid sintetis generik merek Synthroid (levothyroxine sodium), -- 70.5 juta
resep
5. Obat penurun tensi/angina generik merek Norvasc (amlodipine besylate), -- 57.2
juta resep
6. Obat antasida generik merek Prilosec (omeprazole), -- 53.4 juta resep (belum
termasuk penjualan secara bebas/otc)
7. Obat antibiotik Azithromycin (termasuk yang dijual dengan merek Z-Pak dan
Zithromax), -- 52.6 juta resep
8. Antibiotik Amoxicillin (dengan berbagai macam merek), -- 52.3 juta resep
9. Obat diabetes generik Glucophage (metformin), -- 48.3 juta resep
10. Obat penurun tensi Hydrochlorothiazide (dengan beragam merek), -- 47.8 juta resep.
Obat dengan nilai penjualan tertinggi
Memang bukan hal yang mengejutkan kalau obat-obat generik bukanlah sumber
pendapatan tertinggi bagi para produsen obat. Buktinya, meskipun obat generik paling banyak
diresepkan, tetapi obat yang sudah lepas masa patennya ini tidak mencatat nilai penjualan
tertinggi.
Obat-obat yang paling banyak menghabiskan biaya bagi pasien adalah obat-obat paten
yang masih terbilang baru dan masih mendapat perlidungan dari kompetisi obat generik.
IMS melaporkan, bahwa rakyat Amerika menghabiskan sekur`ngnya 307 miliar dollar AS untuk
menebus resep obat pada 2010. Angka ini naik 2,3 persen dari tahun sebelumnya yang ,mencapai
300 miliar dollar AS.
Inilah 10 nama obat yang paling banyak menguras kantong pasien di AS :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Untuk dapat memberikan efek yang diinginkan, obat harus dapat mencapai tempatnya
bekerja. Misalnya kita meminum antibiotik untuk pengobatan infeksi ginjal/kandung kemih.
Agar antibiotik dapat bekerja untuk membunuh bakteri, obat tersebut harus mencapai ginjal
(tempat antibiotik bekerja) terlebih dahulu. Setelah mencapai ginjal, antibiotik dapat membunuh
bakteri sehingga memberikan kesembuhan yang diharapkan.
Setelah obat bekerja di dalam tubuh dan menghasilkan efek, obat akan dikeluarkan dari
dalam tubuh. Ada banyak tahapan yang perlu dilalui obat mulai dari pemberian, kemudian
menghasilkan efek, dan terakhir dikeluarkan dari dalam tubuh. Tahapan tersebut dikenal dengan
nama administrasi, liberasi, absorpsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi.
Obat yang berada di dalam tubuh akan dianggap sebagai benda asing oleh tubuh karena
secara normal senyawa obat tidak terdapat di dalam tubuh. Tubuh memiliki mekanisme alamiah
untuk mendetoksifikasi (menurunkan ketoksikan suatu zat) benda asing yang masuk ke tubuh.
Oleh karena itu, senyawa obat akan didetoksifikasi oleh tubuh sehingga obat tidak terlalu
toksik/beracun bagi tubuh. Proses detoksifikasi obat oleh tubuh merupakan tahapan metabolisme
obat. Sebagian besar obat akan didetoksifikasi di hati oleh enzim-enzim mikrosomal hati.
Hasilnya merupakan suatu senyawa yang sifat toksik/beracunnya lebih rendah dibandingkan
dengan senyawa awal sehingga tidak terlalu beracun bagi tubuh.
Tahap terakhir yang dialami oleh obat adalah tahap ekskresi. Pada tahap ini obat akan
dikeluarkan dari dalam tubuh dengan berbagai cara, antara lain melalui ginjal (air seni), saluran
cerna (faeces), kulit (keringat), pernapasan (udara), mata (air mata), atau kelenjar payudara (air
susu). Sebagian besar obat dikeluarkan melalui ginjal. Jika ginjal kita mengalami gangguan,
kadar obat dalam tubuh akan meningkat akibat terhambatnya proses pengeluaran obat melalui
ginjal. Oleh karena itu, pada penderita gangguan ginjal, perlu dilakukan penyesuaian dosis obat terutama untuk obat yang dalam kadar rendah dapat menimbulkan keracunan dan obat yang
toksik bagi ginjal (nefrotoksik) - agar kadar obat dalam tubuh tidak terlalu tinggi karena
dikhawatirkan akan menimbulkan keracunan bahkan kematian bagi penderita.
H. DOSIS OBAT
Dosis obat adalah jumlah atau takaran tertentu dari suatu obat yang memberikan
efek tertentu terhadap suatu penyakit. Jika dosis terlalu rendah, maka efek terapi tidak
tercapai. Sebaliknya jika berlebih, bisa menimbulkan efek toksik atau keracunan bahkan
kematian.
Dosis lazim suatu obat dapat ditentukan sebagai jumlah yang dapat diharapkan
menimbulkan efek pada pengobatan orang dewasa yang sesuai dengan gejalanya.
Rentangan dosis lazim suatu obat menunjukkan perkisaran kuantitatif atau jumlah obat
yang dapat ditentukan dalam kerangka praktek pengobatan biasa. Untuk obat obatan
yang mungkin dipakai oleh anak anak maka dosisya diturunkan dari dosis dewasa.
Jadwal dosis atau aturan pemakaian sering dijelaskan dalam pustaka obat.
misalnya beberapa macam obat paling baik diminum pada waktu tertentu (setiap 8 jam)
dan waktu waktu tertentu (sebelum tidur, sebelum makan, sesudah makan). Dosis
tunggal diberikan untuk beberapa macam obat dan dosis harian, untuk yang lainnya
tergantung pada bahan obat, bentuk sediaan dan keadaan penyakit.
Macam-macam dosis obat berdasarkan takaran yang digunakan :
1. Dosis terapi atau dosis lazim adalah takaran yang diberikan dalam keadaan biasa dan
dapat menyembuhkan.
2. Dosis maksimal (DM) adalah takaran terbesar yang dapat diberikan kepada orang
dewasa untuk pemakaian sekali dan sehari tanpa membahayakan.
3. Lethal dose 50 adalah takaran yang menyebabkan kematian pada 50% hewan
percobaan.
4. Lethal dose 100 adalah takaran yang menyebabkan kematian pada 100% ewan
percobaan.
5. Dosis toksis adalah takaran pemberian obat yang dapat menyebabkan keracunan,
tetapi tidak menyebabkan kematian.
6. Dosis sinergis, bila dalam suatu resep terdapat dua atau lebih bahan obat yang
berDM dan menpunyai efek yang sama maka dihitung DM gabungann yang tidak
boleh lebih dari satu.
Tujuan perhitungan dosis obat adalah, agar pasien mendapatkan obat sesuai
dengan yang diperlukan oleh pasien tersebut, baik berdasarkan kemauan sendiri atau
berdarkan dosis yang ditentukan oleh dokter penulis resep kalau obat tersebut harus
dengan resep dokter.
5. Status Patologi
Efek obat-obatan tertentu dapat dimodifikasikan oleh kondidi patologi pasien dan harus
dipertimbangkan dalam penentuan obat yang akan digunakan dan juga dosisnya yang
tepat. Obat-obat yang memiliki potensi berbahaya tinggi pada suatu situasi terapentik
tertentu hanya boleh dipakai apabila kemungkinan manfaatnya melebihi kemungkinan
resikonya terhadap pasien, dan bila sudah tidak ada lainnya yang cocok dan kemungkinan
keracunannya lebih rendah.
6. Toleransi
Kemampuan untuk memperpanjang pengaruh suatu obat, khususnya apabila dibutuhkan
untuk pemakaian bahan yang terus menerus disebut toleransi obat. Efek toleransi obat
ialah obat yang dosisnya harus ditambah untuk menjaga respon terapeutik tertentu. Untuk
kebanyakan
obat-obatan
pengembang
toleransi
dapat
diperkecil
dengan
cara
memprakasai terapi dengan dosis efektifnya yang terendah dengan cara mencegah
perpanjangan pemakaian
7. Terapi dengan obat yang diberikan secara bersamaan.
Efek-efek suatu obat dapat dimodifikasikan dengan pemberian obat lainnya secara
bersamaan atau sebelumnya. Keterlibatan semacam ini antara obat-obatan dihubungkan
atau dirujuk pada interaksi obat-obatan dan merupakan akibat interaksi obat-obatan
secara fisik, kimiawi, atau karena terjadinya perubahan pada pola absorpsi, distribusi,
metabolisme atau eksresi salah satu obat tersebut. Efek dari interaksi obat dapat
bermanfaat dan mengganggu terapi.
8. Waktu Pemakaian
Waktu ketika obat itu dipakai mempengaruhi dosisnya. Hal ini terutama pada terapi oral
dalam hubungannya dengan makanan.
merupakan suatu faktor penyakit dan kadar obat dalam tubuh yang diharapkan, sifat
fisika kimia obat itu sendiri, rancangan bentuk sediaan dan derajat serta kecepatan
absorpsi obat.
Cara menghitung dosis obat
Banyak cara yang dapat digunakan untuk menghitung dosis obat antara lain :
1. Berat badan
Dengan cara mengalikan berat badan pasien tersebut dengan dosis obat, maka akan
diperoleh dosis obat untuk pasien tersebut.
2. Luas permukaan tubuh
Menentukan titik potong pada skala nomogram antara tinggi badan dengan berat
badan seseorang, maka akan didapat luas permukaan tubuh dalam meter persegi.
3. Umur pasien
Untuk pasien anak-anak bisa berdasarkan umur dalam tahun, umur dalam bulan, atau
berdasarkan umur pada ulang tahun yang akan datang. Ada juga perhitungan dosis
obat untuk anak-anak berdasarkan berat badan baik kilogram atau dalam pon.
Perhitungan dosis obat untuk anak-anak berdasarkan umur dikenal dengan rumus
sebagai berikut :
a. Rumus young, untuk anak-anak usia 1-8 tahun. Rumusnya sebagai berikut :
Dosis anak =
x Dosis dewasa
Dimana n adalah umur dalam tahun
Sedangkan anak-anak yang berumur diatas 8 tahun menggunakan rumus sebagai
berikut :
Dosis anak =
x Dosis Dewasa
b. Rumus cowlings
Dosis anak =
c. Rumus Fried
Dosis anak =
x Dosis Dewasa
x Dosis Dewasa
Umumnya efek obat mempunyai aksi lebih dari satu, dan dapat berupa :
1. Efek terapi, yang merupakan satu-satunya pada letak primer. Ada 3 macam
pengobatan terapi, yaitu terapi kausal (obat yang meniadakan penyebab penyakit),
terapi somtomatik (obat yang menghilangkan gejala penyakit), terapi subtitusi (obat
yang menggantikan zat yang lazim dibuat oleh orang yang sakit).
2. Efek samping, efek obat yang tidak diinginkan untuk tujuan efek terapi dan ikut pada
kegunaan terapi.
3. Efek teratogen, efek obat yang pada dosis terapi untuk ibu mengakibatkan cacat pada
janin.
4. Efek toksis, aksi tambahan dari obat yang lebih berat dari efek samping dan
mempunyai efek yang tidak diinginkan.
5. Toleransi, peristiwa dinaikkannya dosis obat terus menerus untuk mencapai efek
teraupetis yang sama.
Farmakokinetik
Farmakokinetika merupakan aspek farmakologi yang mencakup nasib obat dalam tubuh
yaitu absorbsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresinya (ADME). Obat yang masuk ke dalam
tubuh melalui berbagai cara pemberian umunya mengalami absorpsi, distribusi, dan pengikatan
untuk sampai di tempat kerja dan menimbulkan efek. Kemudian dengan atau tanpa
biotransformasi, obat diekskresi dari dalam tubuh. Seluruh proses ini disebut dengan proses
farmakokinetika dan berjalan serentak seperti yang terlihat pada gambar 1.1 dibawah ini.
1) Absorpsi dan Bioavailabilitas
Kedua istilah tersebut tidak sama artinya. Absorpsi, yang merupakan proses
penyerapan obat dari tempat pemberian, menyangkut kelengkapan dan kecepatan proses
tersebut. Kelengkapan dinyatakan dalam persen dari jumlah obat yang diberikan. Tetapi
secara klinik, yang lebih penting ialah bioavailabilitas. Istilah ini menyatakan jumlah
obat, dalam persen terhadap dosis, yang mencapai sirkulasi sistemik dalam bentuk
utuh/aktif. Ini terjadi karena untuk obat-obat tertentu, tidak semua yang diabsorpsi dari
tempat pemberian akan mencapai sirkulasi sestemik. Sebagaian akan dimetabolisme oleh
enzim di dinding ususpada pemberian oral dan/atau di hati pada lintasan pertamanya
melalui organ-organ tersebut. Metabolisme ini disebut metabolisme atau eliminasi lintas
pertama (first pass metabolism or elimination) atau eliminasi prasistemik. Obat demikian
mempunyai bioavailabilitas oral yang tidak begitu tinggi meskipun absorpsi oralnya
mungkin hampir sempurna. Jadi istilah bioavailabilitas menggambarkan kecepatan dan
kelengkapan absorpsi sekaligus metabolisme obat sebelum mencapai sirkulasi
sistemik.Eliminasi lintas pertama ini dapat dihindari atau dikurangi dengan cara
pemberian parenteral (misalnya lidokain), sublingual (misalnya nitrogliserin), rektal, atau
memberikannya bersama makanan.
2) Distribusi
Setelah diabsorpsi, obat akan didistribusi ke seluruh tubuh melalui sirkulasi darah.
Selain tergantung dari aliran darah, distribusi obat juga ditentukan oleh sifat
fisikokimianya. Distribusi obat dibedakan atas 2 fase berdasarkan penyebarannya di
dalam tubuh. Distribusi fase pertama terjadi segera setelah penyerapan, yaitu ke organ
yang perfusinya sangat baik misalnya jantung, hati, ginjal, dan otak. Selanjutnya,
distribusi fase kedua jauh lebih luas yaitu mencakup jaringan yang perfusinya tidak
sebaik organ di atas misalnya otot, visera, kulit, dan jaringan lemak. Distribusi ini baru
mencapai keseimbangan setelah waktu yang lebih lama. Difusi ke ruang interstisial
jaringan terjadi karena celah antarsel endotel kapiler mampu melewatkan semua molekul
obat bebas, kecuali di otak. Obat yang mudah larut dalam lemak akan melintasi membran
sel dan terdistribusi ke dalam otak, sedangkan obat yang tidak larut dalam lemak akan
sulit menembus membran sel sehingga distribusinya terbatas terurama di cairan ekstrasel.
Distribusi juga dibatasi oleh ikatan obat pada protein plasma, hanya obat bebas yang
dapat berdifusi dan mencapai keseimbangan. Derajat ikatan obat dengan protein plasma
ditentukan oleh afinitas obat terhadap protein, kadar obat, dan kadar proteinnya sendiri.
Pengikatan obat oleh protein akan berkurang pada malnutrisi berat karena adanya
defisiensi protein.
3) Biotransformasi / Metabolisme
Biotransformasi atau metabolisme obat ialah proses perubahan struktur kimia obat
yang terjadi dalam tubuh dan dikatalis oleh enzim. Pada proses ini molekul obat diubah
menjadi lebih polar, artinya lebih mudah larut dalam air dan kurang larut dalam lemak
sehingga lebih mudah diekskresi melalui ginjal. Selain itu, pada umumnya obat menjadi
inaktif, sehingga biotransformasi sangat berperan dalam mengakhiri kerja obat. Tetapi,
ada obat yang metabolitnya sama aktif, lebih aktif, atau tidak toksik. Ada obat yang
merupakan calon obat (prodrug) justru diaktifkan oleh enzim biotransformasi ini.
Metabolit aktif akan mengalami biotransformasi lebih lanjut dan/atau diekskresi sehingga
kerjanya berakhir.Enzim yang berperan dalam biotransformasi obat dapat dibedakan
berdasarkan letaknya dalam sel, yakni enzim mikrosom yang terdapat dalam retikulum
endoplasma halus (yang pada isolasi in vitro membentuk mikrosom), dan enzim nonmikrosom. Kedua macam enzim metabolisme ini terutama terdapat dalam sel hati, tetapi
juga terdapat di sel jaringan lain misalnya ginjal, paru, epitel, saluran cerna, dan plasma.
4) Ekskresi
Obat dikeluarkan dari tubuh melalui berbagai organ ekskresi dalam bentuk
metabolit hasil biotransformasi atau dalam bentuk asalnya. Obat atau metabolit polar
diekskresi lebih cepat daripada obat larut lemak, kecuali pada ekskresi melalui paru.
Ginjal merupakan organ ekskresi yang terpenting. Ekskresi disini merupakan resultante
dari 3 preoses, yakni filtrasi di glomerulus, sekresi aktif di tubuli proksimal, dan
rearbsorpsi pasif di tubuli proksimal dan distal. Ekskresi obat melalui ginjal menurun
pada gangguan fungsi ginjal sehingga dosis perlu diturunkan atau intercal pemberian
diperpanjang. Bersihan kreatinin dapat dijadikan patokan dalam menyesuaikan dosisatau
interval pemberian obat. Ekskresi obat juga terjadi melalui keringat, liur, air mata, air
susu, dan rambut, tetapi dalam jumlah yang relatif kecil sekali sehingga tidak berarti
dalam pengakhiran efek obat. Liur dapat digunakan sebagai pengganti darah untuk
menentukan kadar obat tertentu. Rambut pun dapat digunakan untuk menemukan logam
toksik, misalnya arsen, pada kedokteran forensik.
MACAM RESEP OBAT DAN PROSES YANG DIALAMI OBAT DALAM TUBUH BAIK
SAKIT MAUPUN SEHAT
Berikut adalah 10 obat yang paling banyak diresepkan (diurutkan berdasar peringkat tertinggi) :
1. Hydrocodone (dikombinasi dengan acetaminophen) -- 131.2 juta resep
2. Obat penurun kolesterol generik merek Zocor (simvastatin), -- 94.1 juta resep
3. Lisinopril (termasuk yang dijual dengan merek Prinivil dan Zestril), obat penurun
tekanan darah -- 87.4 juta resep
4. Hormon tiroid sintetis generik merek Synthroid (levothyroxine sodium), -- 70.5 juta
resep
5. Obat penurun tensi/angina generik merek Norvasc (amlodipine besylate), -- 57.2 juta
resep
6. Obat antasida generik merek Prilosec (omeprazole), -- 53.4 juta resep (belum termasuk
penjualan secara bebas/otc)
7. Obat antibiotik Azithromycin (termasuk yang dijual dengan merek Z-Pak dan
Zithromax), -- 52.6 juta resep
8. Antibiotik Amoxicillin (dengan berbagai macam merek), -- 52.3 juta resep
9. Obat diabetes generik Glucophage (metformin), -- 48.3 juta resep
10. Obat penurun tensi Hydrochlorothiazide (dengan beragam merek), -- 47.8 juta resep.
Obat dengan nilai penjualan tertinggi
Memang bukan hal yang mengejutkan kalau obat-obat generik bukanlah sumber
pendapatan tertinggi bagi para produsen obat. Buktinya, meskipun obat generik paling banyak
diresepkan, tetapi obat yang sudah lepas masa patennya ini tidak mencatat nilai penjualan
tertinggi.
Obat-obat yang paling banyak menghabiskan biaya bagi pasien adalah obat-obat paten
yang masih terbilang baru dan masih mendapat perlidungan dari kompetisi obat generik.
IMS melaporkan, bahwa rakyat Amerika menghabiskan sekur`ngnya 307 miliar dollar AS untuk
menebus resep obat pada 2010. Angka ini naik 2,3 persen dari tahun sebelumnya yang ,mencapai
300 miliar dollar AS.
Inilah 10 nama obat yang paling banyak menguras kantong pasien di AS :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Untuk dapat memberikan efek yang diinginkan, obat harus dapat mencapai tempatnya
bekerja. Misalnya kita meminum antibiotik untuk pengobatan infeksi ginjal/kandung kemih.
Agar antibiotik dapat bekerja untuk membunuh bakteri, obat tersebut harus mencapai ginjal
(tempat antibiotik bekerja) terlebih dahulu. Setelah mencapai ginjal, antibiotik dapat membunuh
bakteri sehingga memberikan kesembuhan yang diharapkan.
Setelah obat bekerja di dalam tubuh dan menghasilkan efek, obat akan dikeluarkan dari
dalam tubuh. Ada banyak tahapan yang perlu dilalui obat mulai dari pemberian, kemudian
menghasilkan efek, dan terakhir dikeluarkan dari dalam tubuh. Tahapan tersebut dikenal dengan
nama administrasi, liberasi, absorpsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi.
Obat yang berada di dalam tubuh akan dianggap sebagai benda asing oleh tubuh karena
secara normal senyawa obat tidak terdapat di dalam tubuh. Tubuh memiliki mekanisme alamiah
untuk mendetoksifikasi (menurunkan ketoksikan suatu zat) benda asing yang masuk ke tubuh.
Oleh karena itu, senyawa obat akan didetoksifikasi oleh tubuh sehingga obat tidak terlalu
toksik/beracun bagi tubuh. Proses detoksifikasi obat oleh tubuh merupakan tahapan metabolisme
obat. Sebagian besar obat akan didetoksifikasi di hati oleh enzim-enzim mikrosomal hati.
Hasilnya merupakan suatu senyawa yang sifat toksik/beracunnya lebih rendah dibandingkan
dengan senyawa awal sehingga tidak terlalu beracun bagi tubuh.
Tahap terakhir yang dialami oleh obat adalah tahap ekskresi. Pada tahap ini obat akan
dikeluarkan dari dalam tubuh dengan berbagai cara, antara lain melalui ginjal (air seni), saluran
cerna (faeces), kulit (keringat), pernapasan (udara), mata (air mata), atau kelenjar payudara (air
susu). Sebagian besar obat dikeluarkan melalui ginjal. Jika ginjal kita mengalami gangguan,
kadar obat dalam tubuh akan meningkat akibat terhambatnya proses pengeluaran obat melalui
ginjal. Oleh karena itu, pada penderita gangguan ginjal, perlu dilakukan penyesuaian dosis obat terutama untuk obat yang dalam kadar rendah dapat menimbulkan keracunan dan obat yang
toksik bagi ginjal (nefrotoksik) - agar kadar obat dalam tubuh tidak terlalu tinggi karena
dikhawatirkan akan menimbulkan keracunan bahkan kematian bagi penderita.