a. Tengkorak
Yang mengelilingi otak itu ialah tengkorak, sturktur tulang yang menutup
dan melindunginya. Tengkorak dibagi dalam 2 bagian utama yaitu cranium
dan tulang muka.
b. Otak
Otak beratnya kira-kira 3 pound (satu setengah kilo) dan dibagi secara
kasar :
1) Cerebrum
Hemisperium cerebri kiri dan kanan terdiri dari 4 lobus utama yaitu
: frontal, parietal, temporal, dan occipital. Cerebrum adalah bagian
terbesar dari otak, dibungkus dari sebelah luar dengan cerebra korteks
yang tebalnya kira-kira seperempat inci dan terdiri dari 14 milyar
neuron. Menerima dan menganalisa impluls, mengendalikan gerakan
volunter dan menyimpan semua pengetahuan dari impuls yang
diterima. Tiap lobus otak mengikuti nama tulang tengkorak yang
diisinya, mengerjakan fungsi spesifik, seperti sensasi, persepsei,
penglihatan, rasa khusus dan pembicaraan.
Broca terletak pada lobus fraontalis yang berhubungan dengan
korteks motorik dan mengendalikan bicara, ekspresive verbal. Area
wernicke berada pada bagian posterior dari lobus temporal dan
membentang sampai bagian yang menyambung dengan lobus
parietalis.
Wernicke
bertanggungjawab
untuk
menerima
dan
3) Cerebellum
Cerebellum (otak kecil) terletak dibawah cerebrum (otak besar)
posterior besarnya seperlima cerebrum. Mengendalikan otot kerangka
yang mengatur koordinasi gerakan, keseimbangan dan menegakkan
tubuh. Bekerja bersama-sama dengan cerebrum untuk koordinasi
aktifitas otot dan menghasilkan gerakan-gerakan trampil.
c. Sirkulasi Otak dan Medula Spinalis
Pembuluh-pembuluh yang kecil membawa nutrien kepada neuron-neuron.
Arteri-arteri besar mengirimkan darah kedaerah-daerah :
1) Arteri carotis interna 80 % dari suplai darah.
2) Arteri vertebralis 20 % dari suplai darah.
3) Arteri cerebral posterior
d. Meningens
Selaput jaringan syaraf pada otak dan medula spinalis disebut meningens.
Selaput ini menunjang, melindungi, memberi makan jaringan vital ini.
Pembungkus yang paling luar disebut durameter. 4 buah tonjolan yang
masuk sangat dalam, kedalam otak. Arachnoid merupakan membran yang
halus yang terletak dibawah durameter dan menutup otak sepenuhnya.
Meningens yang terdalam disebut piameter, penuh dengan pembuluh darah
dengan pleksus-pleksus pembuluh darah yang unik.
Ada 3 ruang penting yang berhubungan dengan meningens :
1) Extra dural (externa dari dura).
2) Subdura (diantara dura dan arachnoid).
3) Subarachnoid (diantara arachnoid dan piameter)
C. ETIOLOGI
a. Kecelakaan lalu lintas
b. Benturan pada kepala
c. Jatuh dari ketinggian dengan dua kaki
d. Menyelam ditempat yang dangkal
e. Olah raga keras
D. PATOFISIOLOGI
Cedera memegang peranan yang sangat besar dalam menentukan berat
ringannya konsekuensi patofisiologis dari suatu trauma kepala. Cedera percepatan
(aselerasi) terjadi jika benda yang sedang bergerak membentur kepala yang diam,
seperti trauma akibat pukulan benda tumpul, atau karena kena lemparan benda
tumpul. Cedera perlambatan (deselerasi) adalah bila kepala membentur objek
yang secara relatif tidak bergerak, seperti badan mobil atau tanah. Kedua kekuatan
ini mungkin terjadi secara bersamaan bila terdapat gerakan kepala tiba-tiba tanpa
kontak langsung, seperti yang terjadi bila posisi badan diubah secara kasar dan
cepat. Kekuatan ini bisa dikombinasi dengan pengubahan posisi rotasi pada
kepala, yang menyebabkan trauma regangan dan robekan pada substansi alba dan
batang otak.
Cedera primer, yang terjadi pada waktu benturan, mungkin karena memar
pada permukaan otak, laserasi substansi alba, cedera robekan atau hemoragi.
Sebagai akibat, cedera sekunder dapat terjadi sebagai kemampuan autoregulasi
serebral dikurangi atau tak ada pada area cedera. Konsekuensinya meliputi
hiperemi (peningkatan volume darah) pada area peningkatan permeabilitas
kapiler, serta vasodilatasi arterial, semua menimbulkan peningkatan isi
intrakranial, dan akhirnya peningkatan tekanan intrakranial (TIK). Beberapa
kondisi yang dapat menyebabkan cedera otak sekunder meliputi hipoksia,
hiperkarbia, dan hipotensi.
Genneralli dan kawan-kawan memperkenalkan cedera kepala fokal dan
menyebar
sebagai
kategori
cedera
kepala
berat
pada
upaya
untuk
menggambarkan hasil yang lebih khusus. Cedera fokal diakibatkan dari kerusakan
fokal yang meliputi kontusio serebral dan hematom intraserebral, serta kerusakan
otak sekunder yang disebabkan oleh perluasan massa lesi, pergeseran otak atau
hernia. Cedera otak menyebar dikaitkan dengan kerusakan yang menyebar secara
luas dan terjadi dalam empat bentuk yaitu: cedera akson menyebar, kerusakan
otak hipoksia, pembengkakan otak menyebar, hemoragi kecil multipel pada
seluruh otak. Jenis cedera ini menyebabkan koma bukan karena kompresi pada
batang otak tetapi karena cedera menyebar pada hemisfer serebral, batang otak,
atau dua-duanya.
E. MANIFESTASI KLINIK
1. Hilangnya kesadaran kurang dari 30 menit atau lebih
2. Kebungungan
3. Iritabel
4. Pucat
5. Mual dan muntah
6. Pusing kepala
7. Terdapat hematoma
8. Kecemasan
9. Sukar untuk dibangunkan
10. ila fraktur, mungkin adanya ciran serebrospinal yang keluar dari hidung
(rhinorrohea) dan telinga (otorrhea) bila fraktur tulang temporal.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Rotgen Foto
2. Scan
3. Laboratorium: darah lengkap (hemoglobin, leukosit, CT, BT)
G. PENATALAKSANAAN
Secara umum penatalaksanaan therapeutic pasien dengan trauma kepala adalah
sebagai berikut:
1. Observasi 24 jam
2. Jika pasien masih muntah sementara dipuasakan terlebih dahulu.
3. Berikan terapi intravena bila ada indikasi.
4. Anak diistirahatkan atau tirah baring.
5. Profilaksis diberikan bila ada indikasi.
6. Pemberian obat-obat untuk vaskulasisasi.
7. Pemberian obat-obat analgetik.
A. PENGKAJIAN
1. Riwayat kesehatan: waktu kejadian, penyebab trauma, posisi saat kejadian,
status kesadaran saat kejadian, pertolongan yang diberikan segera setelah
kejadian.
2. Pemeriksaan fisik
3. Sistem respirasi : suara nafas, pola nafas (kusmaull, cheyene stokes, biot,
hiperventilasi, ataksik)
4. Kardiovaskuler : pengaruh perdarahan organ atau pengaruh PTIK
5. Sistem saraf :
a. Kesadaran GCS.
b. Fungsi saraf kranial trauma yang mengenai/meluas ke batang otak
akan melibatkan penurunan fungsi saraf kranial.
c. Fungsi sensori-motor adakah kelumpuhan, rasa baal, nyeri,
gangguan diskriminasi suhu, anestesi, hipestesia, hiperalgesia, riwayat
kejang.
6. Sistem pencernaan
a. Bagaimana sensori adanya makanan di mulut, refleks menelan,
kemampuan mengunyah, adanya refleks batuk, mudah tersedak. Jika
pasien sadar tanyakan pola makan?
b. Waspadai fungsi ADH, aldosteron : retensi natrium dan cairan.
c. Retensi urine, konstipasi, inkontinensia.
d. Kemampuan bergerak : kerusakan area motorik hemiparesis/plegia,
gangguan gerak volunter, ROM, kekuatan otot.
e. Kemampuan komunikasi : kerusakan pada hemisfer dominan
disfagia atau afasia akibat kerusakan saraf hipoglosus dan saraf
fasialis.
7. Psikososial data ini penting untuk mengetahui dukungan yang didapat
pasien dari keluarga.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Resiko tidak efektifnya bersihan jalan nafas dan tidak efektifnya pola
nafas berhubungan dengan gagal nafas, adanya sekresi, gangguan fungsi
pergerakan, dan meningkatnya tekanan intrakranial.
2.
3.
4.
5.
Resiko
injuri
berhubungan
dengan
menurunnya
kesadaran
atau
C. INTEVENSI KEPERAWATAN
1. Resiko tidak efektifnya jalan nafas dan tidak efektifnya pola nafas
berhubungan dengan gagal nafas, adanya sekresi, gangguan fungsi
pergerakan, dan meningkatnya tekanan intrakranial.
Tujuan : Pola nafas dan bersihan jalan nafas efektif yang ditandai dengan
tidak ada sesak atau kesukaran bernafas, jalan nafas bersih, dan pernafasan
dalam batas normal.
Intervensi :
Kaji, apakah ada fraktur cervical dan vertebra. Bila ada hindari
memposisikan kepala ekstensi dan hati-hati dalam mengatur posisi bila
ada cedera vertebra.
Pastikan jalan nafas tetap terbuka dan kaji adanya sekret. Bila ada
sekret segera lakukan pengisapan lendir.
Bila tidak ada fraktur servikal berikan posisi kepala sedikit ekstensi
dan tinggikan 15 30 derajat.
Tujuan : Perfusi jaringan serebral adekuat yang ditandai dengan tidak ada
pusing hebat, kesadaran tidak menurun, dan tidak terdapat tanda-tanda
peningkatan tekanan intrakranial.
Intervensi :
Kaji tanda-tanda dehidrasi: turgor kulit, membran mukosa, dan ubunubun atau mata cekung dan out put urine.
5. Resiko
injuri
berhubungan
dengan
menurunnya
kesadaran
atau
D. IMPLEMENTASI
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E. et al. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman
Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perwatan Pasien, Edisi 3. (Alih
bahasa oleh : I Made Kariasa, dkk). Jakarta : EGC.
Arif
Mansjoer,
2000,
Kapita
Selekta
Kedokteran,
Penerbit
Media