Anda di halaman 1dari 38

Kesultanan-kesultanan maritim

masa islam di indonesia


Penyebaran agama islam di nusantara
Penyebaran Islam di Nusantara pada awalnya didorong oleh meningkatnya
jaringan perdagangan di luar kepulauan Nusantara. Pedagang dan bangsawan
dari kerajaan besar Nusantara biasanya adalah yang pertama mengadopsi
Islam. Sebelum Islam mendapat tempat di antara masyarakat Nusantara,
pedagang Muslim telah hadir selama beberapa abad. Sejarawan Merle
Ricklefs (1991) mengidentifikasi dua proses tumpang tindih dimana
Islamisasi Nusantara terjadi: antara orang Nusantara mendapat kontak dengan
Islam dan dikonversi menjadi muslim, dan/atau Muslim Asia asing (India,
China, Arab, dll) menetap di Nusantara dan bercampur dengan masyarakat
lokal. Islam diperkirakan telah hadir di Asia Tenggara sejak awal era Islam.
Bukti yang paling dapat diandalkan tentang penyebaran awal Islam di
Nusantara berasal dari tulisan di batu nisan dan sejumlah kesaksian peziarah.
Teori-teori masuknya agama islam di nusantara
1. Teori Gujarat
Teori ini beranggapan bahwa agama dan kebudayaan Islam dibawa oleh para pedagang dari daerah Gujarat,
India yang berlayar melewati selat Malaka. Teori ini menjelaskan bahwa kedatangan Islam ke Nusantara sekitar
abad ke 13, melalui kontak para pedagang dan kerajaan Samudera Pasai yang menguasai selat Malaka pada saat
itu.
Teori ini juga diperkuat dengan penemuan makam Sultan Samudera Pasai, Malik As-Saleh pada tahun 1297
yang bercorak Gujarat. Teori ini dikemukakan oleh S. Hurgronje dan J. Pijnapel.
2. Teori Persia
Umar Amir Husen dan Hoesein Djadjadiningrat berpendapat bahwa Islam masuk ke Nusantara melalui para
pedagang yang berasal dari Persia, bukan dari Gujarat. Persia adalah sebuah kerajaan yang saat ini kemungkinan
besar berada di Iran.
Teori ini tercetus karena pada awal masuknya Islam ke Nusantara di abad ke 13, ajaran yang marak saat itu
adalah ajaran Syiah yang berasal dari Persia. Selain itu, adanya beberapa kesamaan tradisi Indonesia dengan
Persia dianggap sebagai salah satu penguat.
Contohnya adalah peringatan 10 Muharam Islam-Persia yang serupa dengan upacara peringatan bernama
Tabuik/Tabut di beberapa wilayah Sumatera (Khususnya Sumatera Barat dan Jambi).
3. Teori China
Lain halnya dengan Slamet Mulyana dan Sumanto Al Qurtuby, mereka berpendapat bahwa
sebenarnya kebudayaan Islam masuk ke Nusantara melalui perantara masyarakat muslim China.
Teori ini berpendapat, bahwa migrasi masyarakat muslim China dari Kanton ke Nusantara,
khususnya Palembang pada abad ke 9 menjadi awal mula masuknya budaya Islam ke Nusantara. Hal
ini dikuatkan dengan adanya bukti bahwa Raden Patah (Raja Demak) adalah keturunan China,
penulisan gelar raja-raja Demak dengan istilah China, dan catatan yang menyebutkan bahwa
pedagang China lah yang pertama menduduki pelabuhan-pelabuhan di Nusantara.
4. Teori Mekkah
Dalam teori ini dijelaskan bahwa Islam di Nusantara dibawa langsung oleh para musafir dari Arab
yang memiliki semangat untuk menyebarkan Islam ke seluruh dunia pada abad ke 7. Hal ini
diperkuat dengan adanya sebuah perkampungan Arab di Barus, Sumatera Utara yang dikenal dengan
nama Bandar Khalifah.
Selain itu, di Samudera Pasai mahzab yang terkenal adalah mahzab Syafi’i. Mahzab ini juga terkenal
di Arab dan Mesir pada saat itu. Kemudian yang terakhir adalah digunakannya gelar Al-Malik pada
raja-raja Samudera Pasai seperti budaya Islam di Mesir. Teori inilah yang paling benyak mendapat
dukungan para tokoh seperti, Van Leur, Anthony H. Johns, T.W Arnold, dan Buya Hamka.
Kesultanan-kesultanan maritim nusantara masa islam

1. Kesultanan aceh
terletak di Aceh Rayeuk (sekarang aceh besar) , didirikan oleh Ali
Mughayat Syah pada tahun 1496.
sumber sejarah tentang kesultanan ini adalah kitab Bustanussalatin
karya Nuriddin ar-Raniri tahun 1637 , yang berisi tentang silsilah sultan-
sultan Aceh dan batu nisan makam Sultan Ali Mughayat Syah. Di batu
nisan ini disebutkan Sultan Ali Mughayat Syah wafat pada 12 Zulhijah
tahun 936 H atau 7 agustus 1530 M.
A. Kondisi politik
Setelah malaka berhasil diduduki oleh Portugis pada tahun 1511, Kerajaan Aceh
mulai berkembang dikarenakan sebagian besar pedagang-pedagang besar islam dari
Malaka pindah ke Aceh. Selain itu, penyebab lainnya Aceh menjadi ramai ialah
karena runtuhnya Samudra Pasai ke tangan Portugis pada tahun 1521.
Dan berdasarkan silsilah sultan – sultan Aceh, dan berita – berita Eropa, kerajaan
Aceh berhasil melepaskan diri dari kerajaan pedir. Dan pada saat itu pula berdirilah
kerajaan Aceh dengan raja pertama dipimpin oleh Sultan Ali Mughayat pada tahun
1514-1528. Dan pada masa kepemimpinan Sultan Iskandar Muda pada tahun 1607 –
1636, kerajaan Aceh mengalami Kejayaan.
Sultan Iskandar Muda memiliki suatu cita – cita untuk menjadikan Aceh menjadi
kerajaan yang kuat nan besar. Oleh karena itu, Sultan Ali Mughayat memiliki tekat
untuk menakhlukkan kerajaan – kerajaan di Semenanjung Malaka diantaranya
Pahang, Kedah, Perlak, Johor dan masih banyak lagi.
Setelah Sultan Iskandar Muda meninggal, kepemimpinannya digantikan oleh Sultan
Iskandar Tani pada tahun 1636-1641. Dan kemudian kerajaan Aceh mengalami
kemunduran dikarenakan tidak ada sultan – sultan yang kuat lagi, sehingga Aceh
pada tahun 1641 tidak mampu lagi untuk melawan Belanda yang pada saat itu
menguasai Malaka
B. Kehidupan Sosial Budaya Kerajaan Aceh
Selain di bidang perekonomian, pengaruh letak yang strategis membuat
kehidupan sosial budaya di kerajaan Aceh tumbuh pesat. Hal ini disebabkan
karena interaksi dengan orang-orang luar seperti pedagang-pedagang dari
Timur Tengah dan Eropa.
Kehidupan sosial budaya dapat dilihat landasan hukum yang berlaku yang
didasari dari ajaran Islam. Hukum adat ini disebut hukum adat Makuta Alam.
Berdasarkan hukum ini, pengangkatan seorang sultan diatur dengan
sedemikian rupa dengan melibatkan ulama dan perdana menteri.
Sisa-sisa arsitektur bangunan peninggalan kesultanan Aceh keberadaannya
tidak terlalu banyak, disebabkan karena sudah terbakar pada masa perang
Aceh. Beberapa bangunan yang masih tersisa contohnya seperti Istana Dalam
Darud Donya yang sekarang menjadi Pendopo Gubernur Aceh.
Selain istana, beberapa peninggalan yang masih dapat kita lihat sampai
sekarang seperti Masjid Tua Indrapuri, Benteng Indra Patra, Gunongan, Pinto
Khop, dan kompleks pemakaman keluarga kesultanan Aceh.
C. Kehidupan Ekonomi Kerajaan Aceh
Kehidupan ekonomi di kerajaan Aceh bertumpu di bidang pelayaran dan
perdagangan. Perekonomian Aceh tumbuh pesat, sebab letaknya strategis di
Selat Malaka. Selain itu, semakin meluasnya pengaruh kerajaan Aceh dan
hubungan-hubungan dengan pihak asing juga menjadi faktor perkembangan
ekonomi yang semakin maju.
Dibawah ini beberapa komoditas perdagangan Kerajaan Aceh, meliputi :
Lada,emas,Minyak Tanah,Kapur,Sutera,Kapas,Kapur barus,Menyan,Belerang
Selain itu, perekonomian di Ibukota kerajaan juga tumbuh pesat, dibuktikan
dengan sudah adanya pengolahan bahan mentah menjadi barang jadi. Di
bidang pertanian, daerah Sedang Pidie adalah lumbung bagi komoditas padi.
Namun komoditas utama atau bisa dikatakan unggulan di kesultanan Aceh
yang diekspor ke luar adalah lada.
Dengan kemakmuran dan kemajuan dibidang perekonomian, kesultanan Aceh
kemudian tumbuh menjadi kerajaan Islam besar yang diperkuat oleh armada
bersenjata yang besar dan kuat, terutama armada lautnya.
2. Kesultanan demak
Kesultanan Demak atau Kerajaan Demak adalah kerajaan Islam pertama dan terbesar di
pantai utara Jawa ("Pasisir"). Menurut tradisi Jawa, Demak sebelumnya merupakan
kadipaten dari kerajaan Majapahit, kemudian muncul sebagai kekuatan baru mewarisi
legitimasi dari kebesaran Majapahit.
Sumber sejarah
1.mesjid agung demak
2. Pintu bledek
3. Soko guru mesjid agung demak
4. Situs kolam wudhu
5. Pawestren
6. Makam Sunan Kalijaga
7. Bedug dan Kentongan
8. Dampar Kencana
9. Piring Campa
10. Maksurah
A. Kehidupan politik
Kerajaan Demak berdiri kira-kira tahun 1478. Hal itu didasarkan pada saat jatuhnya Majapahit yang
diperintah oleh Prabu Kertabumi (Brawijaya V) dengan ditandai candrasengkala, sirna ilang
kertaning bumi (artinya tahun 1400 Saka atau tahun 1478 Masehi). Para wali kemudian sepakat
untuk menobatkan Raden Patah menjadi raja di Kerajaan Demak dengan gelar Senapati Jimbung
Ngabdurrahman Panembahan Palembang Sayidin Panatagama. Untuk jabatan patih diangkat Ki
Wanapala dengan gelar Mangkurat. Kerajaan Demak berkembang menjadi kerajaan besar, di bawah
kepemimpinan Raden Patah (1481-1518). Negeri-negeri di pantai utara Jawa yang sudah menganut
Islam mengakui kedaulatan Demak. Bahkan Kekuasaan Demak meluas ke Sukadana (Kalimantan
Selatan), Palembang, dan Jambi. Pada tahun 1512 dan 1513, di bawah pimpinan putranya yang
bernama Adipati Unus, Demak dengan kekuatan 90 buah jung dan 12.000 tentara berusaha
membebaskan Malaka dari kekuasaan Portugis dan menguasai perdagangan di Selat Malaka. Karena
pernah menyerang ke Malaka Adipati Unus diberi gelar Pangeran Sabrang Lor (Pangeran yang
pernah menyeberang ke utara). Setelah Raden Patah wafat pada tahun 1518 M, Kerajaan Demak
dipimpin oleh Adipati Unus (1518-1521). Ia menjadi Sultan Demak selama tiga tahun. Kemudian ia
digantikan oleh adiknya yang bernama Sultan Trenggana (1521- 1546) melalui perebutan takhta
dengan Pangeran Sekar Sedo Lepen. Untuk memperluas daerah kekuasaannya, Sultan Trenggana
menikahkan putra-putrinya, antara lain dinikahkan dengan Pangeran Hadiri dari Kalinyamat (Jepara)
dan Pangeran Adiwijaya dari Pajang. Sultan Trenggana berhasil meluaskan kekuasaannya ke daerah
pedalaman. Ia berhasil menaklukkan Daha (Kediri), Madiun, dan Pasuruan. Pada saat melancarkan
ekspedisi melawan Panarukan, Sultan Trenggana terbunuh. Pada masa Sultan Trenggana, wilayah
kekuasaan Kerajaan Demak sangat luas meliputi Banten, Jayakarta, Cirebon (Jawa Barat), Jawa
Tengah, dan sebagian Jawa Timur.
B. Kehidupan ekonomi
Perekonomian Demak berkembang ke arah perdagangan maritim dan agraria.
Ambisi Kerajaan Demak menjadi negara maritim diwujudkan dengan upayanya
merebut Malaka dari tangan Portugis, namun upaya ini ternyata tidak berhasil.
Perdagangan antara Demak dengan pelabuhan-pelabuhan lain di Nusantara cukup
ramai, Demak berfungsi sebagai pelabuhan transito (penghubung) daerah penghasil
rempah-rempah dan memiliki sumber penghasilan pertanian yang cukup besar.
Demak dalam bidang ekonomi, berperan penting karena mempunyai daerah
pertanian yang cukup luas dan sebagai penghasil bahan makanan, terutama beras.
Selain itu, perdagangannya juga maju. Komoditas yang diekspor, antara lain beras,
madu, dan lilin. Barang tersebut diekspor ke Malaka melalui Pelabuhan Jepara.
Dengan demikian, kehidupan ekonomi masyarakat berkembang lebih baik.
Sebagai negara maritim, Demak menjalankan fungsinya sebagai penghubung atau
transito antara daerah penghasil rempah-rempah di bagian timur dengan Malaka,
dan dari Malaka kemudian dibawa para pedagang menuju kawasan Barat.
Berkembangnya perekonomian Demak di samping faktor dunia kemaritiman, juga
faktor perdagangan hasil-hasil pertanian.
C. Kehidupan Sosial-budaya
Kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Demak telah berjalan teratur.
Pemerintahan diatur dengan hukum Islam. Akan tetapi, norma-norma atau
tradisi-tradisi lama tidak ditinggalkan begitu saja.
Hasil kebudayaan Kerajaan Demak merupakan kebudayaan yang berkaitan
dengan Islam. Hasil kebudayaannya yang cukup terkenal dan sampai
sekarang masih tetap berdiri adalah Masjid Agung Demak. Masjid itu
merupakan lambang kebesaran Demak sebagai kerajaan Islam. Masjid Agung
Demak selain kaya dengan ukir-ukiran bercirikan Islam juga memiliki
keistimewaan, yaitu salah satu tiangnya dibuat dari kumpulan sisa-sisa kayu
bekas pembangunan masjid itu sendiri yang disatukan (tatal).
Selain Masjid Agung Demak, Sunan Kalijaga salah seorang dari Wali Sanga
juga meletakkan dasar-dasar perayaan Sekaten pada masa Kerajaan Demak.
Perayaan itu digunakan oleh Sunan Kalijaga untuk menarik minat masyarakat
agar masuk Islam. Sekaten ini kemudian menjadi tradisi atau kebudayaan
yang terus dipelihara sampai sekarang.
3. Kesultanan banten
Secara geografis, Kerajaan Banten terletak di provinsi Banten. Wilayah kerajaan ini
meliputi bagian barat Pulau Jawa, seluruh bagian Lampung dan sebagai wilayah di
bagian selatan Jawa Barat. Hal ini yang menjadikan Kerajaan Banten sebagai
penguasa jalur pelayaran dan perdagangan yang melewati Selat Sunda.
Sumber sejarah dari luar :
mulai dari sumber Cina yang berjudul Shung Peng Hsiang Sung (1430) hingga
berita Tome Pires (1512), menyebutkan bahwa Banten sebagai salah satu dari
beberapa rute pelayaran mereka.
Sumber sejarah dari dalam :
Dalam berbagai sumber pustaka Nusantara, Banten dikenal dengan berbagai nama,
seperti : Wahanten Girang dalam naskah Carita Parahyangan (1580), Medanggili
dalam Tambo Tulungbawang, Primbon Bayah, dan lain-lain.
Dari berbagai sumber tersebut menggambarkan Banten sebagai kota pelabuhan yang
ramai, terbuka, dan makmur. Bahkan Banten sudah berinteraksi dengan dunia luar
sejak awal abad pertama Masehi. Kemungkinan pada abad ke-7 Banten sudah
menjadi pelabuhan internasional.
A. Kehidupan Politik
Sultan pertama Kerajaan Banten ini adalah Sultan Hasanuddin yang memerintah tahun 1522-1570. Ia adalah putra
Fatahillah, seorang panglima tentara Demak yang pernah diutus oleh Sultan Trenggana menguasai bandarbandar di
Jawa Barat. Pada waktu Kerajaan Demak berkuasa, daerah Banten merupakan bagian dari Kerajaan Demak. Namun
setelah Kerajaan Demak mengalami kemunduran, Banten akhirnya melepaskan diri dari pengaruh kekuasaan Demak.
Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis (1511) membuat para pedagang muslim memindahkan jalur pelayarannya melalui
Selat Sunda. Pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin, Kerajaan Banten berkembang menjadi pusat perdagangan.
Hasanuddin memperluas kekuasaan Banten ke daerah penghasil lada, Lampung di Sumatra Selatan yang sudah sejak
lama mempunyai hubungan dengan Jawa Barat. Dengan demikian, ia telah meletakkan dasar-dasar bagi kemakmuran
Banten sebagai pelabuhan lada. Pada tahun 1570, Sultan Hasanuddin wafat.
Penguasa Banten selanjutnya adalah Maulana Yusuf (1570-1580), putra Hasanuddin. Di bawah kekuasaannya Kerajaan
Banten pada tahun 1579 berhasil menaklukkan dan menguasai Kerajaan Pajajaran (Hindu). Akibatnya pendukung setia
Kerajaan Pajajaran menyingkir ke pedalaman, yaitu daerah Banten Selatan, mereka dikenal dengan Suku Badui.
Setelah Pajajaran ditaklukkan, konon kalangan elite Sunda memeluk agama Islam.
Maulana Yusuf digantikan oleh Maulana Muhammad (1580-1596). Pada akhir kekuasaannya, Maulana Muhammad
menyerang Kesultanan Palembang. Dalam usaha menaklukkan Palembang, Maulana Muhammad tewas dan
selanjutnya putra mahkotanya yang bernama Pangeran Ratu naik takhta. Ia bergelar Sultan Abul Mufakhir Mahmud
Abdul Kadir. Kerajaan Banten mencapai puncak kejayaan pada masa putra Pangeran Ratu yang bernama Sultan Ageng
Tirtayasa (1651-1682). Ia sangat menentang kekuasaan Belanda.Usaha untuk mengalahkan orang-orang Belanda yang
telah membentuk VOC serta menguasai pelabuhan Jayakarta yang dilakukan oleh Sultan Ageng Tirtayasa mengalami
kegagalan. Setelah pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa, Banten mulai dikuasai oleh Belanda di bawah pemerintahan
Sultan Haji.
B. Kehidupan Ekonomi
Banten di bawah pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa dapat
berkembang menjadi bandar perdagangan dan pusat penyebaran agama
Islam. Adapun faktor-faktornya ialah: (1) letaknya strategis dalam lalu
lintas perdagangan; (2) jatuhnya Malaka ke tangan Portugis, sehingga
para pedagang Islam tidak lagi singgah di Malaka namun langsung
menuju Banten; (3) Banten mempunyai bahan ekspor penting yakni
lada.
Banten yang menjadi maju banyak dikunjungi pedagang-pedagang dari
Arab, Gujarat, Persia, Turki, Cina dan sebagainya. Di kota dagang
Banten segera terbentuk perkampungan-perkampungan menurut asal
bangsa itu, seperti orang-orang Arab mendirikan Kampung Pakojan,
orang Cina mendirikan Kampung Pacinan, orang-orang Indonesia
mendirikan Kampung Banda, Kampung Jawa dan sebagainya.
C. Kehidupan Sosial-budaya
Sejak Banten di-Islamkan oleh Fatahilah (Faletehan) tahun 1527, kehidupan
sosial masyarakat secara berangsur- angsur mulai berlandaskan ajaran-ajaran
Islam. Setelah Banten berhasil mengalahkan Pajajaran, pengaruh Islam makin
kuat di daerah pedalaman. Pendukung kerajaan Pajajaran menyingkir ke
pedalaman, yakni ke daerah Banten Selatan, mereka dikenal sebagai Suku
Badui. Kepercayaan mereka disebut Pasundan Kawitan yang artinya
Pasundan yang pertama. Mereka mempertahankan tradisi-tradisi lama dan
menolak pengaruh Islam
Kehidupan sosial masyarakat Banten semasa Sultan Ageng Tirtayasa cukup
baik, karena sultan memerhatikan kehidupan dan kesejahteran rakyatnya.
Namun setelah Sultan Ageng Tirtayasa meninggal, dan adanya campur tangan
Belanda dalam berbagai kehidupan sosial masyarakat berubah merosot tajam.
Seni budaya masyarakat ditemukan pada bangunan Masjid Agung Banten
(tumpang lima), dan bangunan gapura-gapura di Kaibon Banten. Di samping
itu juga bangunan istana yang dibangun oleh Jan Lukas Cardeel, orang
Belanda, pelarian dari Batavia yang telah menganut agama Islam. Susunan
istananya menyerupai istana raja di Eropa.
4. Kesultanan mataram
Kerajaan Mataram Islam berpusat di kawasan Kota Gede, Yogyakarta saat ini. Wilayah
kekuasaan Kerajaan Mataram sebelum tahun 1613 mencakup wilayah Kerajaan Pajang atau
Jawa Tengah. Kemudian di bawah pemerintahan Sultan Agung Hanyokrokusumo (1613-
1645) wilayah kekuasaan Mataram diperluas hingga mencakup kawasan Jawa Barat,
sebagian Jawa Timur seperti Surabaya, Lasem, Pasuruan, Tuban dan Madura.
Sisa-sisa kejayaan Kerajaan Mataram Islam masih bisa kita saksikan sampai saat ini.
Beberapa peninggalan tersebut diantaranya sebagai berikut :
1. Pasar Kotagede
Tata kota kerajaan di Jawa umumnya memposisikan keraton, pasar dan alun-alun menurut
poros utara –selatan, seperti pasar Kotagede ini. Pasar tradisional tersebut sudah ada sejak
zaman Panembahan Senopati sampai sekarang. Di hari pasaran dalam kalender Jawa seperti
hari legi, pasar ini ramai oleh pengunjung, pembeli maupun barang dagangan.
2. Kompleks Makam Pendiri Kerajaan Imogiri
Kompleks makam Imogiri merupakan kompleks makam para pendiri Kerajaan Mataram
Islam yang dikelilingi oleh tembok yang tinggi dan kokoh. Makam ini dijaga oleh beberapa
abdi dalem berbusana adat Jawa selama 24 jam penuh. Gapura makam memiliki arsitektur
gaya Hindu dengan pintu kayu tebal yang dihiasi ukiran indah.
A. Kehidupan politik
Mataram ingin menyatukan seluruh pulau jawa untuk mengusir VOC,
tetapi kesultanan mataram akhirnya bekerjasama dengan VOC
menjelang keruntuhan kesultanan mataram.
B. Kehidupan ekonomi
Letak geografisnya yang berada di pedalaman didukung tanah yang
subur, menjadikan kerajaan Mataram sebagai daerah pertanian
(agraris) yang cukup berkembang, bahkan menjadi daerah pengekspor
beras terbesar pada masa itu. Rakyat Mataram juga banyak melakukan
aktivitas perdagangan laut. Hal ini dapat terlihat dari dikuasainya
daerah-daerah pelabuhan di sepanjang pantai Utara Jawa. Perpaduan
dua unsur ekonomi, yaitu agraris dan maritim mampu menjadikan
kerajaan Mataram kuat dalam percaturan politik di nusantara.
C. Kehidupan social-budaya
• Pada masa pertumbuhan dan berkaitan dengan masa pembangunan,maka Sultan Agung melakukan usaha-
usaha antara lain untuk meningkatkan daerahdaerah persawahan dan memindahkan banyak para petani ke
daerah Krawang yang subur. Atas dasar kehidupan agraris itulah disusun suatu masyarakat yang bersifat
feodal. Para pejabat pemerintahan memperoleh imbalan berupa tanah garapan (lungguh), sehingga sistem
kehidupan ini menjadi dasar munculnya tuan-tuan tanah di Jawa.

• Pada masa kebesaran Mataram, kebudayaan juga berkembang antara lain seni tari, seni pahat, seni sastra
dan sebagainya. Di samping itu muncul Kebudayaan Kejawen yang merupakan akulturasi antara kebudayan
asli, Hindu, Buddha dengan Islam. Upacara Grebeg yang bersumber pada pemujaan roh nenek moyang
berupa kenduri gunungan yang merupakan tradisi sejak zaman Majapahit dijatuhkan pada waktu perayaan
hari besar Islam, sehingga muncul Grebeg Syawal pada hari raya idul Fitri.; Grebeg Maulud pada bulan
Rabiulawal. Hitungan tahun yang sebelumnya merupakan tarikh Hindu yang didasarkan pada peredaran
matahari (tarikh Samsiah) dan sejak tahun 1633 diubah menjadi tarikh Islam yang berdasarkan pada
peredaran bulan (tarikh Kamariah). Tahun Hindu 1555 diteruskan dengan perhitungan baru dan dikenal
dengan Tahun Jawa.

• Adanya suasana yang aman, damai dan tenteram, maka berkembang juga Kesusastraan Jawa. Sultan Agung
sendiri mengarang Kitab Sastra Gending yang berupa kitab filsafat. Demikian juga muncul kitab Nitisruti,
Nitisastra, dan Astabrata yang berisi ajaran tabiat baik yang bersumber pada kitab Ramayana.
5. Kesultanan ternate
Kesultanan Ternate atau juga dikenal dengan Kerajaan Gapi adalah salah satu
dari 4 kerajaan Islam di Kepulauan Maluku dan merupakan salah satu
kerajaan Islam tertua di Nusantara. Didirikan oleh Baab Mashur Malamo
pada tahun 1257. Kesultanan Ternate memiliki peran penting di kawasan
timur Nusantara antara abad ke-13 hingga abad ke-19. Kesultanan Ternate
menikmati kegemilangan di paruh abad ke-16 berkat perdagangan rempah-
rempah dan kekuatan militernya. Pada masa jaya kekuasaannya membentang
mencakup wilayah Maluku, Sulawesi bagian utara, timur dan tengah, bagian
selatan kepulauan Filipina hingga sejauh Kepulauan Marshall di Pasifik.
Istana ternate berada di kaki gunung gamalama, kota ternate. Di Kedaton ini
terdapat peninggalan yang konon hanya dimiliki oleh Kesultanan Ternate dan
tidak ada ditempat lainnya, yaitu Mahkota Kesultanan Ternate yang Memiliki
Rambut dan dapat tumbuh panjang layaknya rambut manusia. Rambut yang
tumbuh tersebut akan di Potong setiap tahunnya pada hari Raya Idul Adha
dengan Upacara Ritual Istampa.
A. Kondisi politik
ketika bangsa portugis berada di maluku, mereka berniat untuk
menjalin perdagangan di maluku, tetapi hal ini merugikan kerajaan
ternate karena monopoli perdagangan.
B. Kondisi ekonomi
Perdagangan dan pelayaran mengalami perkembangan yang pesat
sehingga pada abad ke-15 telah menjadi kerajaan penting di Maluku.
Para pedagang asing datang ke Ternate menjual barang perhiasan,
pakaian, dan beras untuk ditukarkan dengan rempah-rempah.
Ramainya perdagangan memberikan keuntungan besar bagi
perkembangan Kerajaan Ternate sehingga dapat membangun laut yang
cukup kuat.
C. Kondisi social-budaya
Pada masa pemerintahan Sultan Zainal Abidin ,Islam berkembang pesat
.sebagai kerajaan yang bercorak Islam, masyarakat Ternate dalam
kehidupan sehari-harinya banyak menggunakan hukum Islam . Hal itu
dapat dilihat pada saat Sultan Hairun dari Ternate dengan De
Mesquita dari Portugis melakukan perdamaian dengan mengangkat
sumpah dibawah kitab suci Al-Qur’an. Hasil kebudayaan yang cukup
menonjol dari kerajaan Ternate adalah keahlian masyarakatnya
membuat kapal, seperti kapal kora-kora.
6. Kesultanan tidore
Kesultanan Tidore adalah kerajaan Islam yang berpusat di wilayah Kota
Tidore, Maluku Utara, Indonesia sekarang. Pada masa kejayaannya
(sekitar abad ke-16 sampai abad ke-18), kerajaan ini menguasai
sebagian besar Pulau Halmahera selatan, Pulau Buru, Pulau Seram, dan
banyak pulau-pulau di pesisir Papua barat.
Sumber sejarahnya berasal dari peninggalannya, yaitu kadato kie,
benteng torre dan tahula
A. Kondisi politik
Raja Tidore sampai puncak kejayaan pada masa pemerintah Sultan Nuku (1780-
1805 M). Sultan Nuku mampu menyatukan Ternate dan Tidore untuk bersama-
sama melawan Belanda yang ditolong Inggris. Belanda kalah serta terusir dari
Tidore dan Ternate. Sementara itu, Inggris tidak mendapat apa-apa kecuali
hubungan dagang biasa. Sultan Nuku memang cerdik, berani, ulet, dan waspada.
Sejak masa itu, Tidore dan Ternate tidak diganggu, adil
oleh Portugis, Spanyol, Belanda maupun Inggris sehingga kemakmuran rakyatnya
langsung meningkat. Wilayah kekuasaan Tidore menyampai luas, mencakup Pulau
Seram, Makean Halmahera, Pulau Raja Ampat, Kai, dan Papua. Pengganti Sultan
Nuku yaitu adiknya, Zainal Abidin. Ia juga giat menentang Belanda yang berniat
menjajah kembali.
B. Kondisi ekonomi
Kerajaan Tidore terkenal dengan rempah-rempahnya, seperti di daerah
Maluku. Sebagai penghasil rempah-rempah, kerajaan Tidore banyak
didatangi oleh Bangsa-bangsa Eropa. Bangsa Eropa yang datang ke
Maluku, diantaranya Portugis, Spanyol, dan Belanda.
7. Kesultanan gowa-tallo
Pusat pemerintahan kesultanan gowa-tallo berada di makassar,
kesultanan ini sering disebut sebagai kesultanan makassar. Wilayah
kesultanan ini sekarang berada di bawah kabupaten gowa dan
sekitarnya.
A. Kondisi politik
berkemang sangat pesat pada masa pemerintahan sultan hasanuddin
karena pada masa pemerintahanya beliau memperluas dan menguasai
daerah daerah yang dapat menunjang keperluan perdagangan
B. Kondisi sosial
• Walaupun masyarakat Makasar mempunyai kebebasan berusaha
dalam mencapai kesejahteraan hidupnya, tetapi kehidupannya
mereka sangat terikat dengan norma adat yang dianggap sakral.
Norma kehidupan masyarakat Makasar diatur berdasarkan adat dan
agama Islam yang disebut PANGADAKKANG. Dan masyarakat Makasar
sangat percaya terhadap norma-norma tersebut.
• Di samping norma, masyarakat Makasar juga mengenal pelapisan
sosial yang terdiri lapisan atas yang berarti golongan bangsawan dan
keluarganya disebut “Anakarung/Karaeng”, sedangkan rakyat
kebanyakan disebut “to Maradeka” dan masyarakat bawah yaitu para
hamba-sahaya disebut dengan golongan “Ata”.
C. Kondisi ekonomi
Kesultanan ini kaya akan beras, bahan-bahan makanan lainnya, daging,
dan kapur barus hita. Mereka juga memasok barang dagangan dari luar,
seperti pakaian dari cambay, Bengal, dan keling. Dan banyak jenis
keramik dari masa dinasti sung dan ming. Kesultanan ini juga telah
dibuktikan menjalin hubungan dagang dengan tiongkok
D. Kondisi kebudayaan
Sebagian besar kebudayaanya bercorak maritim. Hasil kebudayaan yang
tekenal adalah perahu pinsi. Melalui tipe perahunya, seperti pinsi dan
lombo, pedagang-pedagang makassar memegang peran penting dalam
perdagangan di nusantara. Karena sempat terlibat perang dengan VOC
maka makassar mengeluarkan undang-undang dan hukum perdagangan
yang di sebut Ade Allopiloping Bacana Pabalue.
Warisan kesultanan-kesultanan masa islam dalam kehidupan
masa kini
1. SOSIAL BUDAYA
a. Arsitektur (termasuk bangunan makam)
pengaruh islam dalam hal Arsitektur dapat dilihat pada bangunan makam, masjid dan keraton. Masjid-masjid, bangunan, dan
makam kuni yang menujukkan adanya akulturasi dengan bangunan pada masa hindu-buddha. hal itu terlihat dari hal-hal
berikut
-atapnya bertumoang atau bertingkat yang jumlahnya selalu ganjil
-posisi masjid agak tinggi dari permukaan tanah dan berundak
-ada serambi yang terdapat di depan atau di samping masjid
-terdapat kolam atau parit di bagian depan atau disamping masjid yang digunakan sebagai tempat untuk mencuci kaki.
-adanya pawestren, yaitu ruang khusus bagi perempuan yang terletak di sebelah kanan masjid untuk mengikuti salat berjamaah
-memiliki denah berbentuk bujur sangkar
-makam-makam kuno diletakkan di atas bukit,, umumnya terbuat dari batu yang disebut dengan jirat atau kijing. di atas jirat
terdapat bangunan rumah kecil yang disebut dengan cungkup atau kubba. Bangunan makam berbentuk persegi panjang
dengan arah lintang utara-selatan.
-Bangunan keraton digunakan oleh keluarga sultan sebagai tempat tinggalnya, biasanya didirikan di dekat alun-alun ibu kota
dan menghadap ke utara.
B. Sastra
Dalam bidang sastra, pengaruh Arab dan Persia sangat kuat , namun
tetap disesuaikan dengan tradisi setempat . pengaruh Arab terhadap seni
sastra biasanya berbentuk syair yang terdiri atas empat baris dari setiap
baitnya . Adapun pengaruh Persia berbentuk hikayat, yaitu kisah
perseorangan yang diangkat dari tokoh-tokoh terkenal yang hidup pada
masa itu. Jenis sastra lainnya adalah babad , suatu karya sastra yang
hidup dalam masyarakat tradisional dan lingkungan kebudayaan Jawa .
Selain itu ada suluk , yaitu kitab-kitab berisi ajaran Tasawuf .
C. Kaligrafi
Dalam bidang seni rupa ,para seniman masa itu ada kalanya membuat
ukiran binatang atau makhluk hidup lainnya yang bentuknya sudah
disamarkan ,sebuah teknik yang lazim disebut stilisasi (deformasi).
Teknik stilisasi digunakan karena ajaran islam melarang melukis
makhluk benrnyawa dlam konteks penyembahan berhala. Masuknya
islam ke tanah jawa ,misalnya, mengubah bentuk wayang yang aslinya
mirip anatomi mausia menjadi menjadi tidak lagi menyerupai tubuh
manusia.
D. System kalender
Penggunaan system kalender merupakan salah satu bentuk akulturasi .
Sebelum budaya islam masuk ke Indonesia , masyarakat sudah
mengenal kalender saka (kalender Hindu). Setelah islam berkembang ,
Sultan Agung dari Mataram menciptakan kalender jawa dengan
menggunakan perhitungan peredaran bulan (komariah) seperti tahun
hijrah . Nama- nama harinya sesuai dengan bahasa Arab .
E. Aksara
Akulturasi kebudayaan Indonesia dalam hal aksara diwujudkan dengan
berkembangnya tulisan Arab Melayu di Indonesia ,yaitu tulisan Arab
yang dipakai untuk menulis dalam bahasa Melayu .
2. POLITIK
Dalam bidang pemerintahan , terjadi proses akulturasi. Pada masa
islam, gelar raja diganti dengan sultan , suatu kata dari bahasa arab
yang berarti penguasa kerajaan ,atau susuhunan , yang kemudian
menjadi sunan , juga dari bahasa arab yang berarti disembah atau
dihormati . Kosnep dewa raja yang memandang raja sebagai titisan
dewa diganti dengan konsep sultan sebagai khalifah yang berarti
pemimpin umat . Meski demikian , system pemerintahan tidak
mengalami perubahan secara menyeluruh.

Anda mungkin juga menyukai